Anda di halaman 1dari 36

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

DI RUANG SHINTA RSJD PROVINSI JAMBI


STASE KEPERAWATAN JIWA

PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Yuliana, S.Kep., M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp. Kep. J
Ns. Luri Mekeama, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Retty Octi Syafrini, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. J
Ns. Dermanto Saurtua, S.Kep

Disusun Oleh:
Muhammad Nasril Lukman G1B223013
Lala Delva Santi G1B223043
Maolia Juniana G1B223011
Esa Surya Aulia G1B223004
Fera Afri Shanti G1B223040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
I. Latar Belakang
Menurut WHO (2018), kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana
seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk
menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut UU
Kesehatan Jiwa No. 18 Tahun 2014. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat berkerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi
untuk komunitasnya. Orang dengan masalah kejiwaan orang yang mempunyai
gejala fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas
hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa (Kemenkes, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan jiwa adalah


karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan dengan mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Seseorang
dikatakan sehat jiwa, apabila memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri,
tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, dan kehebasan diri.
Menurut data WHO pada tahun 2016 sekitar 35 juta orang mengalami stres, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang
terkena dimensia. Terdapat beberapa faktor penyebab yang mendukung bertambah
banyaknya jumlah kasus gangguan jiwa diantaranya terjadinya perang, konflik,
dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan yang merupakan salah satu pemicu
yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada
manusia (Yosep, 2016).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang
ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas, resiko perilaku
kekerasan (RPK), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede, 2020).
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta
orang diseluruh dunia (WHO,2019). Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdes
(2018) didapatkan estimasi orevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di
Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.Skizofrenia menimbulkan distorsi
pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku sehingga pasien dengan
skizofrenia memiliki resiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana perubahan
perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien
skizoprenia sering dikaitkan dengan perilaku kekerasan (Wehring & Carpenter,
2011) yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain ataupun berisiko
juga dengan lingkungan sekitarnya, baik secara fisik, emosional, seksual, dan
verbal (Baradero, 2016; Sutejo,2018).

Diagnosa Keperawatan dengan skizofrenia salah satunya adalah Perilaku


kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart, 2016).
Tanda dan gejala perilaku kekerasan muka merah dan tegang, mata melotot/
pandangan tajam, Rahang mengatup, Postur tubuh kaku, Bicara kasar,
mengancam secara verbal atau fisik, Mengumpat dengan kata-kata kasar, Ketus
dan emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut. (Yosep dan Sutini, 2016).
Menurut Keliat & Akemat (2016), intervensi yang dilakukan pada pasien
perilaku kekerasan ada dua yaitu intervensi individu dan intervensi kelompok.
Intervensi individu disebut dengan strategi pelaksanaan yaitu intervensi yang
dilakukan secara individu atau erorangan sedangkan intervensi kelompok disebut
terapi aktivitas kelompok yaitu intervensi yang yang dilakukan secara
berkelompok minimal 5-7 orang pasien yang mengalami gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengontrol emosi pada pasien
perilaku kekerasan sehingga pasien bisa kembali dapat mengontrol emosi di
masyarakat.
Sejalan dengan penelitian Suerni & Livana (2019) bahwa mayoritas responden
memiliki respons perilaku berupa perasaan curiga, merusak alat, dan menciderai
orang lain. Hal ini didukung oleh teori dari Towsend (2013) yang mengatakan
bahwa perilakuk agresif atau perilaku kekerasan bisa terjadi karena adanya
perasaan marah atau kemarahan, ansietas, rasa bersalah, frustrasi, atau faktor
pencetus atau faktor presipitasi yang telah dijelaskan di atas mampu menyebabkan
perilaku kekerasan.

Hasil penelitian Amalia (2019) terapi aktivitas kelompok sangat berpengaruh


terhadap gangguan jiwa perilaku kekerasan karena dapat menstimulasi persepsi
terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan. Hasil penelitian
Hidayati (2012) ada pengaruh terapi aktivitas kelompok suportif terhadap
kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di RSJ Dr.
Amino Gondohutomo semarang, hasil penelitiannya didapatkan ada perbedaan
yang signifikan antara kemampuan klien yang mengatasi perilaku kekerasan
sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok suportif.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis di ruangan Shinta Rumah


Sakit Jiwa Daerah Jambi didapatkan 6 pasien memiliki riwayat perilaku kekerasan
dimana pasien masuk dengan keluahn marah-marah, mengancam dengan senjata
tajam, sulit mengontrol emosi, melakukan kekerasan pada keluarganya.
Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan terapi aktivitas
kelompok yaitu aktivitas stimulasi persepsi pada pasien resiko perilaku kekerasan.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien mampu memahami bagaimana cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu mengenal perilaku kekerasan
2. Klien mampu mencegah risiko perilaku kekerasan dengan cara
melakukan kegiatan fisik
3. Klien mampu mencegah risiko perilaku kekerasan dengan cara interaksi
sosial asertif
III. Sesi Yang Digunakan
Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan
Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara melakukan kegiatan fisik
Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi sosial asertif
Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat

IV. Kriteria Hasil


a. Evalusi Struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran
3. Klien sepakat untuk mengikuti kegiatan
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
5. Leader, co-leader, fasilitator, dan observer berperan sebagaimana
mestinya
b. Evalusi Proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir
2. Leader mampu memimpin acara
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir
c. Evaluasi Hasil
1. Klien dapat memperkenalkan diri
2. Klien mampu menjelaskan mengenai perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
3. Klien mampu menjelaskan kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
4. Klien mampu mempraktekkan cara interaksi sosial asertif (cara verbal)
untuk mencegah perilaku kekerasan.
5. Klien mampu
SESI I : MENGENAL PERILAKU KEKERASAN YANG BIASA
DILAKUKAN
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 25 Desember 2023
Waktu : 08.00-08.45 (45 menit)
Alokasi Waktu :
- Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 15 menit
Tempat : Ruang Shinta
Jumlah klien : 6 orang (enam)
b. Tim Terapis
Leader : Esa Surya Aulia
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
4. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK
5. Mengevaluasi pengetahuan klien
Co-leader : Maolia Juniana
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan
5. Menanyakan kabar dan perasaan klien
6. Melakukan kontrak waktu dengan klien
7. Membuka kegiatan serta memperkenalkan diri dan anggota terapis
8. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyimpulkan mengenai
resiko perilaku kekerasan
9. Menutup kegiatan
Observer : Muhammad Nasril Lukman
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
Fasilitator : Lala Delva Santi dan Fera Afri Shanti
Uraian tugas :
1. Menyiapkan tempat dan peralatan
2. Menyiapkan klien
3. Menyiapkan tempat dan peralatan
4. Menyiapkan klien
5. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
6. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
7. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
8. Membimbing kelompok selama diskusi
9. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
10. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting Tempat Tak

Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
d. Proses Pelaksanaan
a. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda
dan gejala marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah
(perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
b. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat
1. Alat tulis
2. Buku catatan
3. Jadwal kegiatan klien
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
e. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a) Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan
nama)
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
b) Evaluasi/Validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan masalah yang dirasakan
c) Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
- Menjelaskan aturan kegiatan
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapi
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
- Tanyakan pengalaman tiap klien
- Tulis dikertas
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat
terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan
terjadi.
- Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar penyebab
(tanda dan gejala)
- Tulis dikertas
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
klien
- Tanyakan perilaku yang dilakukan saat merah
- Tulis dikertas
d. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
- Tanyakan akibat perilaku kekerasan
- Tulis dikertas
e. Upayakan semua klien terlibat
f. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan; dan akibat perilaku kekerasan
g. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru
yang sehat untuk menghadapi kemarahan
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
- Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien
yang positif
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku
kekerasan yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan
- Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan
gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum
diceritakan
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasa Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
No Nama Klien Penyebab PK Memberi Tanggapan Tentang

Tanda dan Perilaku Akibat PK


Gejala PK Kekerasan
SESI II : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SECARA FISIK
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 25 Desember 2023
Waktu : 13.00-13.45 (45 menit)
Alokasi Waktu :
- Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 15 menit
Tempat : Ruang Shinta
Jumlah Klien : 6 orang (enam)
b. Tim Terapis
Leader : Muhammad Nasril Lukman
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
4. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK
5. Mengevaluasi pengetahuan klien
Co-leader : Lala Delva Santi
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan
5. Menanyakan kabar dan perasaan klien
6. Melakukan kontrak waktu dengan klien
7. Membuka kegiatan serta memperkenalkan diri dan anggota
terapis
8. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyimpulkan
mengenai halusinasi
9. Menutup kegiatan
Observer : Esa Surya Aulia
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok
Fasilitator : Fera Afri Shanti dan Maolia Juniana
Uraian tugas :
1. Menyiapkan tempat dan peralatan
2. Menyiapkan klien
3. Menyiapkan tempat dan peralatan
4. Menyiapkan klien
5. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
6. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
7. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
8. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
9. Membantu leader dalam elaksanakan kegiatan
10. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting Tempat
Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing

d. Proses Pelaksanaan
a) Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan
klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
b) Setting
1. Terapis dan klien duduk Bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Kasur/ bantal
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
e) Langkah kegiatan
a) Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan apakah ada kegiatan perilaku kekerasan:
penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan serta
akibatnya
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan
 Menjelaskan aturan main secara berikut:
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis
o Lama kegiatan 45 menit
o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
c) Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh
klien
 Tanyakan kehgiatan: rumah tangga, harian dan olah
raga yang biasa dilakukan klien
 Tulis di kertas
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat: nafas dalam,
menjemur/ memukul Kasur/ bantal, menyikat kamar
mandi, main bola, senam.
Meredakan marah dengan nafas dalam:
Jika merasakan tanda-tanda marah, lakukan:
1. Duduk tegak, boleh juga berbaring
2. Tarik nafas melalui hidung. Tahan sambil
menghitung dalam hati, 1, 2, 3
3. Hembuskan nafas melaui mulut sambil dalam hati
menghitug mundur angka 10-0
4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5 kali

Meredakan marah dengan memukul bantal/ Kasur/ karung


pasir/ gendang:
Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul
bantal/ Kasur/ karung pasir/ gendang berulang-ulang sampai
marah mereda
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat
dilakukan
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang
dipilih
 Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).
 Klien mendemonstrasikan ulang
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan
cara penyaluran kemarahan
f. Memberikan pujian pada peran serta klien
g. Upayakan semua klien berperan aktif
d) Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
 Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk
mencegah perilaku kekerasan
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah
dipelajari jika menghadapi (lagi) stimulus
penyebab perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien melatih secara teratur cara
yang telah dipelajari
 Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontak yang akan dating
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain,
yaitu interaksi sosial yang asertif
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
f) Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan
yang diharapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku
secara fisik. Adapun formular evaluasi kemampuan
mencegah perilaku kekerasan secara fisik sebagai berikut:

No Nama klien Mempraktikkan cara Memperatikkan cara


fisik yang pertama fisik yang kedua
SESI III : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN CARA
INTERAKSI SOSIAL ASERTIF (CARA VERBAL)

a. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : selasa, 26 Desember 2023
Waktu : 08.00-08.45 (45 menit)
Alokasi Waktu :
- Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 15 menit
Tempat : Ruang Shinta
Jumlah Klien : 6 orang (enam)
b. Tim Terapis
Leader : Fera Afri Shanti
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
4. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK
5. Mengevaluasi pengetahuan klien
Co-leader : Muhammad Nasril Lukman
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan
5. Menanyakan kabar dan perasaan klien
6. Melakukan kontrak waktu dengan klien
7. Membuka kegiatan serta memperkenalkan diri dan anggota
terapis
8. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyimpulkan
mengenai halusinasi
9. Menutup kegiatan
Observer : Maolia Juniana
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok
Fasilitator : Muhammad Nasril Lukman dan Esa Surya Aulia
Uraian tugas :
1. Menyiapkan tempat dan peralatan
2. Menyiapkan klien
3. Menyiapkan tempat dan peralatan
4. Menyiapkan klien
5. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
6. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
7. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
8. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
9. Membantu leader dalam elaksanakan kegiatan
10. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting Tempat
Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing

d. Proses Pelaksanaan
a) Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
b) Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
e) Langka Kegiatan
1. Persiapan
a. Menginatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan
gejala marah, serta perilaku kekerasan yang dilakukan
klien sebelum TAK saat ini
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk
mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta
sesuatu dari orang lain
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien
c. Terapis mendemonstasikan cara meminta sesuatu tanpa
paksaan, yaitu “saya perlu/ ingin/ minta … yang akan saya
gunakan untuk …”
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin c
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba
f. Memberikan pujian pada peran serta klien
g. Terapis mendemonstrasikan cra menolak dan
menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu “saya
tidak dapat melakukan …” atau “saya tidak dapat menerima
jika dikatakan …” atau “saya kesal dikatakan seperti …”
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin b
i. Ulangi poin h sampai semua klien mencoba
j. Memberikan pujian terkait peran serta klien

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari
3) Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban
yang benar
b. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan
interkasi sosial yang asertif (cara verbal), jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif (cara verbal) secara teratur
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal)
pada jadwal harian klien
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
f) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang evaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi presepsi perilaku
kekerasan sesi 3, kemampuan yang diharapakan adalah mencegah
perilaku kekerasan secara sosial (cara verbal). Format evaluasi
kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi sosial
asertif (cara verbal).

N Nama klien Memperakan Memperagakan Memperagakan


o cara meminta cara menolak cara
yang baik mengungkapkan
marah yang baik
SESI IV : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN CARA
SPIRITUAL
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Desember 2023
Waktu : 13.00-13.45 (45 menit)
Alokasi Waktu :
- Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 15 menit
Tempat : Ruang Shinta
Jumlah Klien : 6 orang (enam)
b. Tim Terapis
Leader : Lala Delva Santi
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
4. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK
5. Mengevaluasi pengetahuan klien
Co-leader : Esa Surya Aulia
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan
5. Menanyakan kabar dan perasaan klien
6. Melakukan kontrak waktu dengan klien
7. Membuka kegiatan serta memperkenalkan diri dan anggota
terapis
8. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyimpulkan
mengenai halusinasi
9. Menutup kegiatan
Observer : Maolia Juniana
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok
Fasilitator : Muhammad Nasril Lukman dan Fera Afri Shanti
Uraian tugas :
1. Menyiapkan tempat dan peralatan
2. Menyiapkan klien
3. Menyiapkan tempat dan peralatan
4. Menyiapkan klien
5. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
6. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
7. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
8. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
9. Membantu leader dalam elaksanakan kegiatan
10. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting Tempat

Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
d. Proses Pelaksanaan
a. Tujuan
Klien dapat malakukan mencegah perilaku kekeran dengan cara
spiritual
b) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
e) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontak dengan klien yang telah
mengikuti sesi sebelumnya
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapi kepada klien
- Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda
dan gejala marah, serta perilaku kekerasan
- Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah
untuk mencegah perilaku kekerasan
- Menjelaskan aturan main berikut
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing
klien
b. Mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan masing-
masing klien
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah
untuk meredakan marah
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah
untuk meredakan kemarahan yang dipilih
f. Memberikan pujian pada penampilan klien

Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain:


1. Islam: istigfaf, berwudu, sholat
2. Kristen: doa bapa kami
3. Katholik: doa bapa kami, doa novena
4. Hindu dan budha: meditasi, yoga

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari
- Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban
yang benar
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik,
interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi
- Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik,
interaksi sosial yang asertif dan kegiatan ibadah
secara teratur
- Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan
harian klien
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain,
yaitu minum obat teratur
- Menyepakati waktu dan tempat pertemuan
berikutnya
e. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 4, kemampuan
klien yang diharapkan adalah perilaku dua kegiatan ibadah untuk mencegah
kekerasan. Formular evaluasi sebagai berikut:

No Nama klien Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan


ibadah pertama kegiatan ibadah kedua
SESI V : MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN PATUH
MENGKONSUMSI OBAT
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu, 27 Desember 2023
Waktu : 08.00-08.45 (45 menit)
Alokasi Waktu :
- Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 15 menit
Tempat : Ruang Shinta
Jumlah Klien : 6 orang (enam)
b. Tim Terapis
Leader : Maolia Juniana
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
4. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK
5. Mengevaluasi pengetahuan klien
Co-leader : Fera Afri Shanti
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan
5. Menanyakan kabar dan perasaan klien
6. Melakukan kontrak waktu dengan klien
7. Membuka kegiatan serta memperkenalkan diri dan anggota terapis
8. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyimpulkan mengenai
halusinasi
9. Menutup kegiatan

Observer : Esa Surya Aulia


Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok
3. Fasilitator : Muhammad Nasril Lukman dan Lala Delva Santi
4. Uraian tugas :
5. Menyiapkan tempat dan peralatan
6. Menyiapkan klien
7. Menyiapkan tempat dan peralatan
8. Menyiapkan klien
9. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
10. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
11. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
12. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
13. Membantu leader dalam elaksanakan kegiatan
14. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting Tempat

Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
e.
d. Proses Pelaksanaan
a) Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat /kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan 5 benar cara minum obat
b) Setting
1. Terapis dan klien duduk Bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Alat utlis
2. Buku catatan
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingat kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/Validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan
- Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan
- Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Diskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien
c. Tulis dikertas hasil a dan b
d. Menjelaskan 5 benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan 5 benar cara minum obat, secara bergilir
f. Berikan pujian klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian patuh
minum obat
l. Beri pujian tiap kali klien menyebutkan secara benar
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari
- Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social
asertif, kegiatan ibadah dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan
e. Evaluasi dan Dokumentasi
Saat Tak berlangsung evaluasi dilakukan saat proses berlangsung
khusunya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK simulasi persepsi perilaku kekerasan
sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui 5 benar minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formular
evaluasi sebagai berikut.

No Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


lima benar keuntungan akibat jika
minum obat minum obat tidak minum
obat
1
2
3
4
5
6
7
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, P.A., & Pratiwi, Y.S. (2021) Gambaran Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan Pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan. 1875-1881.
Keliat, B.A., & Prawirowiyono, A. (2016). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes. (2014). Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Http://binfar.kemkes.go.id/?wpdact=process&did=MjAxlmhvdGxpbms.
Diakses tanggal 19 Desember 2023.
Pardede, JA & Laia, B. (2020). Penurunan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan Pada
Pasien Skizofrenia Melalui Terapi aktivitas Kelompok. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 291 – 300.
Https://journal.ppnijateng.org. Diakses tanggal 19 Desember 2023.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2018.
Http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpo
p_2018/Hasil %20Riskesdas%202018.pdf. Diakses tanggal 19
Desember 2023.
Stuart, Gail W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia : Elsevier.
Wibowo, F., & Hartoyo, M. (2012). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
: Stimulasi persepsi Sesi I-III Terhadap Kemampuan Mengenal dan
Mengontrol Perilaku Kekerasan di RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Karya Ilmiah.
Http://112.78.40.115/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/
54. Diakses tanggal 19 Desember 2023.
Suerni, T., & Livana, P.H. (2019). Respons Pasien Perilaku Kekerasan. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1 (1), 41-46.
Https://doi.org/10.37287/jppp.v1i1.16. Diakses tanggal 19 Desember
2023.
Susilawati & Panzilion. (2022). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan
Di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu. Jurnal Keperawatan
Mandira Cendikia. 1(1), 211-221.
World Health Organization. (2018). Mental Health Report. World Health
Organization.
Http://www.who.int/whr/2001/mediacentre/pressrelease/en/. Diakses
tanggal 19 Desember 2023
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai