PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Yuliana, S.Kep., M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp. Kep. J
Ns. Luri Mekeama, S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Retty Octi Syafrini, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. J
Ns. Dermanto Saurtua, S.Kep
Disusun Oleh:
Muhammad Nasril Lukman G1B223013
Lala Delva Santi G1B223043
Maolia Juniana G1B223011
Esa Surya Aulia G1B223004
Fera Afri Shanti G1B223040
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang
ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas, resiko perilaku
kekerasan (RPK), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede, 2020).
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta
orang diseluruh dunia (WHO,2019). Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdes
(2018) didapatkan estimasi orevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di
Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.Skizofrenia menimbulkan distorsi
pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku sehingga pasien dengan
skizofrenia memiliki resiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana perubahan
perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien
skizoprenia sering dikaitkan dengan perilaku kekerasan (Wehring & Carpenter,
2011) yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain ataupun berisiko
juga dengan lingkungan sekitarnya, baik secara fisik, emosional, seksual, dan
verbal (Baradero, 2016; Sutejo,2018).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien mampu memahami bagaimana cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu mengenal perilaku kekerasan
2. Klien mampu mencegah risiko perilaku kekerasan dengan cara
melakukan kegiatan fisik
3. Klien mampu mencegah risiko perilaku kekerasan dengan cara interaksi
sosial asertif
III. Sesi Yang Digunakan
Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan
Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara melakukan kegiatan fisik
Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi sosial asertif
Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat
Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
d. Proses Pelaksanaan
a. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda
dan gejala marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah
(perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
b. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat
1. Alat tulis
2. Buku catatan
3. Jadwal kegiatan klien
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
e. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a) Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan
nama)
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
b) Evaluasi/Validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan masalah yang dirasakan
c) Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
- Menjelaskan aturan kegiatan
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapi
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
- Tanyakan pengalaman tiap klien
- Tulis dikertas
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat
terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan
terjadi.
- Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar penyebab
(tanda dan gejala)
- Tulis dikertas
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
klien
- Tanyakan perilaku yang dilakukan saat merah
- Tulis dikertas
d. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
- Tanyakan akibat perilaku kekerasan
- Tulis dikertas
e. Upayakan semua klien terlibat
f. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku
kekerasan; dan akibat perilaku kekerasan
g. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru
yang sehat untuk menghadapi kemarahan
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
- Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien
yang positif
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku
kekerasan yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan
- Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan
gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum
diceritakan
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasa Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
No Nama Klien Penyebab PK Memberi Tanggapan Tentang
d. Proses Pelaksanaan
a) Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan
klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
b) Setting
1. Terapis dan klien duduk Bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Kasur/ bantal
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
e) Langkah kegiatan
a) Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah ada kegiatan perilaku kekerasan:
penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan serta
akibatnya
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan
Menjelaskan aturan main secara berikut:
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis
o Lama kegiatan 45 menit
o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
c) Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh
klien
Tanyakan kehgiatan: rumah tangga, harian dan olah
raga yang biasa dilakukan klien
Tulis di kertas
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat: nafas dalam,
menjemur/ memukul Kasur/ bantal, menyikat kamar
mandi, main bola, senam.
Meredakan marah dengan nafas dalam:
Jika merasakan tanda-tanda marah, lakukan:
1. Duduk tegak, boleh juga berbaring
2. Tarik nafas melalui hidung. Tahan sambil
menghitung dalam hati, 1, 2, 3
3. Hembuskan nafas melaui mulut sambil dalam hati
menghitug mundur angka 10-0
4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5 kali
a. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : selasa, 26 Desember 2023
Waktu : 08.00-08.45 (45 menit)
Alokasi Waktu :
- Perkenalan dan pengarahan : 10 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 15 menit
Tempat : Ruang Shinta
Jumlah Klien : 6 orang (enam)
b. Tim Terapis
Leader : Fera Afri Shanti
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
4. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK
5. Mengevaluasi pengetahuan klien
Co-leader : Muhammad Nasril Lukman
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan
5. Menanyakan kabar dan perasaan klien
6. Melakukan kontrak waktu dengan klien
7. Membuka kegiatan serta memperkenalkan diri dan anggota
terapis
8. Memberi kesempatan kepada klien untuk menyimpulkan
mengenai halusinasi
9. Menutup kegiatan
Observer : Maolia Juniana
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok
Fasilitator : Muhammad Nasril Lukman dan Esa Surya Aulia
Uraian tugas :
1. Menyiapkan tempat dan peralatan
2. Menyiapkan klien
3. Menyiapkan tempat dan peralatan
4. Menyiapkan klien
5. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
6. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
7. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
8. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
9. Membantu leader dalam elaksanakan kegiatan
10. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Setting Tempat
Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
d. Proses Pelaksanaan
a) Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
b) Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
e) Langka Kegiatan
1. Persiapan
a. Menginatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan
gejala marah, serta perilaku kekerasan yang dilakukan
klien sebelum TAK saat ini
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk
mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta
sesuatu dari orang lain
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien
c. Terapis mendemonstasikan cara meminta sesuatu tanpa
paksaan, yaitu “saya perlu/ ingin/ minta … yang akan saya
gunakan untuk …”
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin c
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba
f. Memberikan pujian pada peran serta klien
g. Terapis mendemonstrasikan cra menolak dan
menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu “saya
tidak dapat melakukan …” atau “saya tidak dapat menerima
jika dikatakan …” atau “saya kesal dikatakan seperti …”
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin b
i. Ulangi poin h sampai semua klien mencoba
j. Memberikan pujian terkait peran serta klien
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari
3) Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban
yang benar
b. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan
interkasi sosial yang asertif (cara verbal), jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif (cara verbal) secara teratur
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal)
pada jadwal harian klien
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
f) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang evaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi presepsi perilaku
kekerasan sesi 3, kemampuan yang diharapakan adalah mencegah
perilaku kekerasan secara sosial (cara verbal). Format evaluasi
kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi sosial
asertif (cara verbal).
Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
d. Proses Pelaksanaan
a. Tujuan
Klien dapat malakukan mencegah perilaku kekeran dengan cara
spiritual
b) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
e) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontak dengan klien yang telah
mengikuti sesi sebelumnya
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapi kepada klien
- Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda
dan gejala marah, serta perilaku kekerasan
- Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah
untuk mencegah perilaku kekerasan
- Menjelaskan aturan main berikut
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing
klien
b. Mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan masing-
masing klien
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah
untuk meredakan marah
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah
untuk meredakan kemarahan yang dipilih
f. Memberikan pujian pada penampilan klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari
- Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban
yang benar
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik,
interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi
- Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik,
interaksi sosial yang asertif dan kegiatan ibadah
secara teratur
- Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan
harian klien
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain,
yaitu minum obat teratur
- Menyepakati waktu dan tempat pertemuan
berikutnya
e. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 4, kemampuan
klien yang diharapkan adalah perilaku dua kegiatan ibadah untuk mencegah
kekerasan. Formular evaluasi sebagai berikut:
Keterangan:
: Leader : Pasien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator : Pembimbing
e.
d. Proses Pelaksanaan
a) Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat /kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan 5 benar cara minum obat
b) Setting
1. Terapis dan klien duduk Bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c) Alat
1. Alat utlis
2. Buku catatan
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
d) Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingat kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/Validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan
- Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan
- Menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Diskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien
c. Tulis dikertas hasil a dan b
d. Menjelaskan 5 benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan 5 benar cara minum obat, secara bergilir
f. Berikan pujian klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian patuh
minum obat
l. Beri pujian tiap kali klien menyebutkan secara benar
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari
- Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social
asertif, kegiatan ibadah dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan
e. Evaluasi dan Dokumentasi
Saat Tak berlangsung evaluasi dilakukan saat proses berlangsung
khusunya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK simulasi persepsi perilaku kekerasan
sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui 5 benar minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formular
evaluasi sebagai berikut.
Ghozali, P.A., & Pratiwi, Y.S. (2021) Gambaran Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan Pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan. 1875-1881.
Keliat, B.A., & Prawirowiyono, A. (2016). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes. (2014). Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Http://binfar.kemkes.go.id/?wpdact=process&did=MjAxlmhvdGxpbms.
Diakses tanggal 19 Desember 2023.
Pardede, JA & Laia, B. (2020). Penurunan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan Pada
Pasien Skizofrenia Melalui Terapi aktivitas Kelompok. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 291 – 300.
Https://journal.ppnijateng.org. Diakses tanggal 19 Desember 2023.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2018.
Http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpo
p_2018/Hasil %20Riskesdas%202018.pdf. Diakses tanggal 19
Desember 2023.
Stuart, Gail W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia : Elsevier.
Wibowo, F., & Hartoyo, M. (2012). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
: Stimulasi persepsi Sesi I-III Terhadap Kemampuan Mengenal dan
Mengontrol Perilaku Kekerasan di RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Karya Ilmiah.
Http://112.78.40.115/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/
54. Diakses tanggal 19 Desember 2023.
Suerni, T., & Livana, P.H. (2019). Respons Pasien Perilaku Kekerasan. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1 (1), 41-46.
Https://doi.org/10.37287/jppp.v1i1.16. Diakses tanggal 19 Desember
2023.
Susilawati & Panzilion. (2022). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan
Di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu. Jurnal Keperawatan
Mandira Cendikia. 1(1), 211-221.
World Health Organization. (2018). Mental Health Report. World Health
Organization.
Http://www.who.int/whr/2001/mediacentre/pressrelease/en/. Diakses
tanggal 19 Desember 2023
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.