Anda di halaman 1dari 16

PRE-PLANNING PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI

PERSEPSI: BERCERITA PENGALAMAN POSITIF YANG DIMILIKI PADA KLIEN


HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Pembimbing Akademik : Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh :

Angelina Widya Santoso

22020119220106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXXV

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
PRE-PLANNING PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI
PERSEPSI: BERCERITA PENGALAMAN POSITIF YANG DIMILIKI PADA KLIEN
HARGA DIRI RENDAH KRONIS

1. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah penyakit otak neurologis komplek salah satunya gangguan
Skizofrenia. Skizofrenia terjadi karena kelainan pada struktur otak yang mempengaruhi
pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku sosial (Hardman, T,H, 2015). Skizofrenia
merupakan salah satu diagnosa medis dari gangguan jiwa berat. Skizofrenia menyerang
lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2016). Gejala skizofrenia dibagi dalam
dua kategori utama yaitu gejala positif dan gejala negatif (Gorman & Anwar, 2014).
Gejala positif meliputi waham, halusinasi, gaduh, gelisah, perilaku aneh, sikap
bermusuhan dan gangguan berfikir formal sedangkan gejala negatif meliputi sulit
memulai pembicaraan, afek tumpul, atau datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya
atensi, pasif, apatis, dan penarikan diri secara sosial dan tidak nyaman (Videbeck, 2011).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2018), prevelansi gangguan
jiwa pada penduduk Indonesia 7,0 per mil. Prevalansi rumah tangga dengan ART
gangguan jiwa skizofrenia/psikosis menurut provinsi, 2018 (per mil) adalah Bali, DI
Yogyakarta, NTB, Aceh, Jateng. Proporsi rumah tangga yang dimiliki ART gangguan
jiwa skizofrenia/psikosis yang pernah di pasung sebanyak 14,0% dan pernah melakukan
pasung selama 3 bulan terakhir 31,55%. Proporsi rumah tangga yang memiliki ART
gangguan jiwa skizofrenia/psikosis yang di pasung menurut tempat tinggal tahun 2013 –
2018 (Kustiawan, R, 2012).Pernah di pasung yang terbanyak pada penduduk pedesaan
pada tahun 2013 18,3% sedangkan pada tahun 2018 terdapat 17,7% dan untuk Indonesia
pada tahun 2013 14,3% dan pada tahun 2018 14,0%. Di pasung 3 bulan terakhir tahun
2018 perkotaan dan pedesaan memiliki kedudukan yang sama yaitu 31,1% dan untuk
Indonesia 31,5%. Cakupan pengobatan penderita gangguan skizofrenia/psikosis, 2018
yang berobat 84,9%, tidak berobat 15,1%, minum obat rutin 48,9%, tidak rutin 51,1%.
Alasan tidak minum obat 1 bulan terakhir yang terbanyak merasa sudah sehat 36,1% dan
terendah obat yang tidak tersedia 2,4%. Prevalansi depresi pada penduduk umur ≥ 15
tahun, tahun 2018 menurut provinsi terbanyak yaitu Sulteng 12,3% dan terendah Jambi
1,8% sedangkan Indonesia 6,1% hanya 9% penderita depresi yang minum obat/
menjalani pengobatan medis. Prevalansi gangguan mental emosional pada penduduk
umur ≥15 tahun menurut provinsi tahun 2018 terbanyak di Sulteng 19,8% dan terendah
Jambi 3,6% sedangkan untuk Indonesia 9,8% (Deni Hermawan, 2018).
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Gail, 2006). Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu
mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis,
penurunan produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat, B.A, Panjaitan R.U
& Helena N,2006). Jadi harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Dampak jika seseorang mengalami harga diri rendah yaitu dia tidak akan
berkembang dalam kehidupannya, dia akan merasa terkucil dan tidak mau berinteraksi
dengan orang lain atau menarik diri karena merasa rendah diri dan tidak mempunyai
kepercayaan diri.Gangguan harga diri rendah yang tidak tertangani akanmengakibatkan
gangguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan
maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan (Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N, 2006). Pemberian TAK stimulasi
persepsi yang efektif didukung dengan lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan
klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan, maka klien diharapkan dapat mengatasi harga
diri rendah (Keliat & Akemat, 2005). Salah satu terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi adalah dengan bercerita pengalaman positif yang dimiliki. Penelitian yan
dilakukan oleh Hermawan, Suerni & Sawab menyatakan bahwa sebelum diberikan terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki
mempunyai skor nilai rata-rata 13,44 yang mengalami harga diri rendah. Sesudah
diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman
positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 17,25yang mengalami harga diri
rendah. Ada pengaruh yang signifikan antara terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi;
bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga
diri pada pasien harga diri rendah, dengan nilai p value 0,000 (α < 0,05)
2. Topik
Terapi aktivitas kelompok persepsi sensori bercerita pengalaman positif yang dimiliki
pada klien harga diri rendah kronis.

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah klien mampu menceritakan pengalaman positif
yang dimiliki kepada orang lain.
b. Tujuan Khusus
1) Klien mampu berinteraksi dengan yang lain
2) Klien mampu menceritakan pengalaman positif yang dimiliki
3) Klien mampu memahami bahwa dirinya mempunyai kemampuan/aspek positif

4. Kriteria klien
a. Klien yang masih kooperatif
b. Klien dengan gangguan harga diri rendah kronis
c. Klien dengan kondisi fisik yang sehat (Tidak sedang sakit, misalkan diare, pusing, dll

5. Struktur kegiatan
a. Tempat
Ruang aula RSJ X
b. Hari/tanggal
Hari : Selasa
Tanggal : 29 September 2020
c. Waktu
Pukul 10.00 WIB
d. Jumlah klien
3 orang
e. Setting tempat

Keterangan :

: Leader

: Fasilitator

: Klien

: Observer

f. Metode TAK
Ceramah tanya jawab dan praktik.
g. Pembagian tugas: leader, fasilitator, observer
a. Leader : Widya
b. Klien 1 : Ismaya
c. Klien 2 : Ciput
d. Klien 3 : Cici
e. Fasilitator 1 : Putri
f. Fasilitator 2 : Bella
g. Observer : Annisa

6. Alat/media yang digunakan


a. Sound system
b. Musik
c. Bola plastik kecil
7. Tahap pelaksanaan
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien.
2) Validasi
- Menanyakan kabar klien
- Menanyakan perasaan hari ini
- Validasi kegiatan yang sudah dilakukan
3) Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Kontrak waktu dan tempat pada klien

b. Kerja
1) Memberikan contoh bercerita pengalaman positif yang dimiliki
2) Meminta klien secara bergiliran bercerita pengalaman positif yang dimiliki
3) Meminta semua klien, fasilitator menjadi pendengar yang baik
4) Memberikan pujian/reinforcement setiap kali klien selesai bercerita
c. Terminasi
1) Evaluasi respon subjektif
Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK
2) Evaluasi respon objektif
Terapis mengevaluasi masing-masing klien mengenai aspek positif yang dimiliki
3) Rencana tindak lanjut
Klien :Menganjurkan klien untuk dapat bercerita pada orang dipercaya
mengenai apapun yang dirasakan
Perawat : Mempersiapkan TAK berikutnya
4) Kontrak
- Menyepakati kontrak waktu baru yang akan datang.
- Menyepakati tempat TAK yang berikutnya.
8. Evaluasi
a. Persiapan
- Pre planning dibuat sesuai dengan masalah keperawatan yang ada dalam
ruangan.
- Topik dan tujuan TAK sesuai dengan masalah yang ada dalam ruangan.
- Kontrak waktu dan tempat sehari sebelum pelaksanaan dengan peserta.
- Tempat dan media yang dibutuhkan dalam TAK siap H-1 sebelum kegiatan.
b. Proses
- Peserta TAK hadir dan duduk melingkar sesuai dengan setting tempat.
- Pelaksanaan TAK berjalan sesuai tempat dan waktu yang telah ditentukan.
- Peserta mengikuti kegiatan hingga selesai dengan antusias dan kooperatif .
- Leader, fasilitator dan observer menjalankan masing-masing tugasnya.

c. Hasil
- Klien dapat berinteraksi dengan sesama
- Klien dapat menceritakan pengalaman positif yang dimiliki
DAFTAR PUSTAKA

Deni Hermawan. (2016). Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang Pengalaman
Positif Yang Dimiliki Terhadap Harga Diri Rendah Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo.

Gorman, L. M., and Anwar. R. (2014). Neebs Fundamentals Of Mental Health Nursing.
Philadelphia: F. A. Davis Company

Herdman, T., H (ed.) 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015 – 2017: Oxford: Wiley-Blackwell

Hermawan, Suerni & Sawab. Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi Sensori : Bercerita Pengalaman
Positif yang Dimiliki Terhadap Harga Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah RSJD Dr. Amino
Gondohutomo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Keliat BA & Akemat, (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. Jakarta : Penerbit
Buku EGC

Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2
Jakarta: EGC

Kustiawan, R. (2012). Karakteristik Klien Harga Diri Rendah (HDR) Kronik dan Karakteristik
Keluarga yang Merawatnya di Kota Tasikmalaya.(Skripsi tidak dipublikasikan).

Stuart & Gail, W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Videbeck, S., L. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. Wolter Kluwer: Lippincot William
& Wilkins.
SKENARIO TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI: BERCERITA
PENGALAMAN POSITIF YANG DIMILIKI PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH
KRONIS

Tahap Orientasi

Salam Terapeutik

Leader :”Selamat pagi semuanya… semangat pagi”

Semua pasien : ”Selamat pagi ”

Validasi

Leader : ”Apa kabarnya hari ini ? ”

Pasien 1 : ”Baik bu”

Pasien 2 : ”Baik”

Pasien 3 : ”Baik mbak e”

Fasilitator 1 : ”Kak, sepertinya kurang satu ini”

Leader : ”Wah hanya tiga ini,siapa yang nggak ada? . Mbak Ismaya tau nggak siapa ini
yang nggak ada”

Pasien 1 : ”Nggak tau ”

Fasilitator 2 : ”Hayo yang kemarin mbak Ismaya kenalan itu lo, siapa itu ? cowok apa
cewek ? ”

Pasien 1 : ”Cowok ”

Fasilitator : ”Siapa namanya mbak ? ”

Pasien 1 : ” O istrinya Chelsea”

Leader : ”Mas Glenn ya mbak ? ”


Pasien 1 : ”Iya”

Leader : ”Oke, masih ingat dengan saya ? ”

Pasien 3 : ”Widya”

Leader : ”Benar sekali mbak, kalau mbak yang berjilbab putih itu siapa ya ? ”

Pasien 1 : ”Putri putri”

Leader : ”Iya mbak Putri, halo mbak Putri”

Fasilitator 1 : ”Halo semuanya”

Semua pasien : ”Halo mbak”

Leader :”Kemarin kita sudah melakukan apa ya? Ada yang ingat?”

Pasien 2 :”Menggambar mbak”

Leader :”Menggambar apa ya?”

Pasien 2 :”Menggambar perasaan, menggambar rumah dan menari”

Leader :”Iya benar sekali, jadi mbak Ciput ini jago menari ya”

Pasien 2 :”Iya”

Leader :”Hayo siapa lagi yang ingat ini?”

Pasien 3 :”Kalau saya jago menanam tanaman, kemarin saya gambar bunga-bunga”

Leader :”Wah iya, benar sekali mbak. Ada yang menggambar lagi nggak setelah
kegiatan kemarin? Kemarin saya juga meminta semuanya boleh menggambar
untuk menuangkan perasaannya dan hobinya ya”

Pasien 1 :”Mbak saya, saya kemarin menggambar lagi sampai sore. Saya menggambar
tulis-tulisan cantik”
Leader :”Iya kan mbak Ismaya suka menulis ya? Wah itu keren sekali mbak. Jadi
semuanya punya keahlian dibidangnya masing-masing ya, ada yang menulis,
memasak, menari, membengkel, semuanya hebat, salut deh”

Kontrak waktu, tempat, dan tujuan

Leader : ”Jadi tujuan kita bertemu lagi adalah untuk melaksanakn terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sensori dengan bercerita pengalaman positif yang
dialami, begitu teman-teman. Kalau kemarin kan sudah menggambar dan
menjelaskan gambar, nah kali ini kita bercerita masing-masing pengelaman
positif yang dimiliki ya. Untuk waktunya 15 menit lagi yuk, setuju nggak ? ”

Pasien 1,2 : ”Setuju”

Pasien 3 : ”Boleh , disini aja ya tempatnya”

Leader : ”Gimana teman-teman, mbak Syahrini ingin tempatnya disini? ”

Pasien 1 : ”Ya wes nggak papa”

Tahap Kerja

Leader : ”Nah jadi gini ya teman-teman,kita akan duduk melingkar, nanti kita akan
melakukan permianan dulu. Namanya bola estafet, nanti bolanya kita kelilingkan
ya, dari saya terus ke mbak Ismaya, ke mbak Putri, dan seterusnya, nanti kita
putarkan musik, kalau musiknya berhenti, mengedarkan bolanya juga berhenti
ya. Nah bola yang dipegang pas berhenti itu misal di saya, saya yang harus
bercerita mengenai pengalaman positif, pengalaman yang menyenangkan. Begitu
seterusnya. Bagaimana teman-teman, apakah sudah jelas? ”

Fasilitator  2 : ”Jelas kak, bagaimana yang lain jelas apa belum ? ”

Semua pasien : ”Jelas”

Leader : ”Nah kita coba dulu yuk ”


Fasilitator, leader : Menghidupkan musik, dan memulai permainan

1 menit kemudian musik berhenti pada mbak Putri

Leader : ”Oke stop, musik berhenti pada mbak Putri. Yuk mbak Putri ceritakan”

Fasilitator 1 : ”Halo teman-teman, saya akan menceritakan pengalaman positif yang saya
miliki. Jadi saya itu suka sholawatan teman-teman, setiap hari saya lakukan,
terus saya ikut perlombaan di Kabupaten tempat saya tinggal. Alhamdulilah saya
dapat juara 1 teman-teman. Senang sekali rasanya, sholawatan itu membuat hati
saya tenang apalagi bisa didengar oleh oranglain juga, semoga membuat hati
tenang juga. Itu pengalaman positif yang saya miliki”

Leader : ”Wah keren sekali kak Putri, tepuk tangan buat kak Putri. Sudah paham ya
teman-teman ?”

Pasien 1 : ”Sudah”

Leader : ”Yuk kita mulai kak permianan nya”

Fasilitator memulai permainan dengan menghidupkan musik dan mengestafetkan bola

1 menit kemudian bola berhenti di pasien 2

Leader : ”Oke berhenti di mbak Ciput, nah ayo ceritakan mbak”

Pasien 2 : ”Saya ndak tau, nggak punya sepertinya”

Fasilitator 1 : ”Pasti punya dong ya mbak, misalkan pernah jalan-jalan, memasak gitu”

Pasien 2 : ”Oh paling saya memasak mbak”

Fasilittaor 2 : ”Iya boleh mbak, yuk ceritakan mbak”

Pasien 2 : ”Saya jago memasak dessert, saya dulu sering memasak membuat dessert untuk
keluarga saya, katanya enak banget mbak. Mertua saya juga suka sekali. Saya
dipuji pinter memasak, kayak Chef Marinka.Senang sekali saya.”
Leader : “Wah tepuk tangan buat mbak Ciput…prok…prok..prokk. Hmm
membayangkannya saja sudah enak lo mbak, nanti boleh lah ya mbak dibuatkan
dessert untuk semuanya. Bagaimana mbak ? ternyata ada kan kemampuan yang
mbak miliki?”

Pasien 2 :”Iya mbak, saya itu jago memasak”

Leader : ”Iya betul sekali mbak Ciput. Ayo sekarang kita mulai lagi, siapkan ceritanya
masing-masing ya teman-teman. Boleh bertanya juga lo”

Fasilitator memulai permainan dengan menghidupkan musik dan mengestafetkan bola

1 menit kemudian bola berhenti di pasien 1

Leader :”Oke berhenti di mbak Ismaya yaaa, lets go mbak Ismaya ceritakan
pengalamannya. Pasti seru ini”

Pasien 1 :”Saya dulu pernah jadi ketua osis lo pas SMP,ketua osis. Dulu saya primadona
waktu masih sekolah. Kalau jadi ketua osis saya yang jadi pemimpin upacaranya.
Keren nggak?”

Pasien 2 :”Huuuuuu yaaa”

Leader :”Wah iya keren sekali mbak Ismaya.... coba praktik coba mbak”

Pasien 1 :”Kepada pembina upacara hormatttttt graaaakkkk, tegakk graaak”

Leader :”Weee keren kerennn, siap mbak Ismaya. Tepuk tangan buat mbak Ismaya.
Ternyata selain jago menulis, mbak Ismaya ini berjiwa pemimpin ya mbak?”

Pasien :”Iya mungkin begitu ya”

Leader :”Iya, itu bagus sekali mbak Ismaya. Nah Sekarang kita mulai bermain lagi yuk”

Fasilitator memulai permainan dengan menghidupkan musik dan mengestafetkan bola

1 menit kemudian bola berhenti di pasien 3

Leader :”Nah yang sekarang ini adalah giliran mbak Syahrini ya mbak, yuk mulai yu”
Pasien 3 :”Hmmmm aku nggak tau, nggak punya cerita”

Leader : ”Punya pasti mbak, boleh cerita apa aja mbak ”

Fasilitator 2 :”Iya mbak, boleh cerita apa saja”

Pasien 3 :”Saya cerita yang kemarin saja ya”

Leader :”Iya boleh mbak”

Pasien 3 :”Saya kemarin menggambar orang nari, saya suka nari. Nari apa saja saya bisa.
Udah”

Leader :”Tepuk tangan buat mbak Syahrini….prok..prok..prok. Hebat sekali mbak


Syahrini, jago menari ternyata ya”

Tahap Terminasi

Evaluasi Subjektif

Leader :”Oke teman-teman sudah cukup ya. Seneng apa nggak ini ya? ”

Pasien 1 :”Wah senang sekali mbak”

Pasien 2 :“Iya lah“

Pasien 3 :“Hmmm iya“

Leader :”Kalau bercerita itu bagaimana perasaanya? Seneng nggak”

Pasien 1 :”Iya”

Pasien 2 :”Iya mbak, enak”

Lader :”Iya mbak, tentunya bercerita itu menyenangkan dan membuat hati kita plong.
Sehingga bercerita kepada orang lain itu penting, terumata orang terdekat kita,
bisa keluarga, sahabat, orang yang kita percaya. Begitu ya”

Semua pasien :”Iyaaaaaaa”


Evaluasi Objektif

Leader :”Nah sekarang Coba sebutin tadi kita ngapain ya?”

Pasien 1 :”Bercerita”

Leader :”Iya benar sekali mbak bercerita. Ada lagi yang mau jawab?”

Pasien 2 :”Bercerita pengalaman positif”

Leader :”Iya mbak Ciput, benar sekali. Mbak Syahrini gimana?”

Pasien 3 :”Sama”

Leader :”Oke mbak, benar sekali. Tepuk tangan untuk kita semua”

Rencana tindak lanjut

Leader :”Iya jadi kita sudah selesai ini, kita mau terapi aktivitas lagi nggak ya? Diingat
ya teman-teman tadi pengalaman positif yang dimiliki. Ternyata teman-teman
semua hebat punya pengalaman yang hebat juga ya, dari pengalaman itu bisa
membuat kita belajar untuk lebih baik lagi dan mengembangkan”

Semua pasien :”Iya”

Leader :”Mulai sekarang semuany harus bercerita ya kepada siapapun boleh, boleh
cerita apa saja kok”

Pasien 1 :”Iya mbak”

Leader :”Sekarang kita dengarkan kak Annisa ya buat nyampein kesimpulan kegiatan
kita”

Observer :”Halo semuanya, jadi saya ingin menyampaikan rangkuman kegiatan kita. Hari
ini kegiatannya berjalan tepat waktu ya, dan berjalan lancar. Semuanya bisa
menceritakan pengalaman masing-masing, dan pengalamannya hebat semua lo.
Kontrak

Leader :”Besok kita bertemu lagi ya, buat TAK lagi. Di jam yang sama ya semuanya”

Semua pasien :”Iyaaa”

Leader :”Oke selamat istirahat semuanya, sehat selalu. Selamat pagi”

Semua :”Selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai