W P2A0
Oleh :
22020119220106
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL
Kasus
Seorang ibu berumur 24 tahun, G2P1A0 datang ke RS. Dari hasil pengkajian perawat didapatkan
data sebagai berikut: usia kehamilan 39 minggu, riwayat asma, tekanan darah 120/90mmHg,
nadi 88x/menit, pembukaan 1 cm, aktivitas terbatas.
1. DATA UMUM
f. Diet khusus
Klien mengatakan bahwa tidak melakukan diet khusus, tidak ada makanan yang
dihindari.
Trimester Klien mengalami mual dan muntah. Klien
1 mengatakan bahwa mengalami penurunan nafsu
makan, klien makan 2x sehari dengan porsi sedikit.
Trimester Klien mengatakan bahwa sering mengkonsumsi
2 makanan tinggi protein dan kalori sesuai dengan
advice bidan. Klien mengatakan bahwa tidak
mengalami mual dan muntah pada trimester ke dua.
Trimester Klien sudah tidak mengalami mual, nafsu makan
3 naik 3-4 kali makan tapi porsinya lebih sedikit.
g. Menggunakan (gigi tiruan/ kaca mata/ lensa kontak/ alat dengar/ lain-lain
sebutkan): Klien tidak menggunakan gigi palsu, kacamata, lensa kontak maupun
alat bantu dengar.
h. Frekuensi BAK
i. Frekuensi BAB
Bau -
Konsistensi -
c. Hidung
Inspeksi: Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi dan tidak ada perdarahan
dari hidung.
Palpasi: Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.
d. Telinga
Inspeksi: Bentuk telinga simetris, klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada lesi, telinga bersih dan tidak terdapat kotoran
telinga.
Palpasi: Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
e. Mulut dan gigi
Inspeksi: Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, tidak
menggunakan gigi palsu dan tidak ada sariawan.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.
f. Leher
Inspeksi: Bentuk leher normal, warna kulit sama dengan warna
disekitarnya dan reflek menelan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri saat menelan, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat nyeri tekan.
k. Ekstremitas
Ekstremitas Atas:
Nyeri (-/-), edema (-/-), baal (-/-), kesemutan (-/-), sianosis (-), gerakan (+/
+) kekuatan otot 5/5 dan capilarry refill < 2 detik.
Ekstremitas Bawah:
Nyeri (-/-), edema (-/-), baal (-/-), kesemutan (-/-), sianosis (-), gerakan (+/
+), kekuatan otot 5/5 dan capilarry refill < 2 detik.
j. Refleks
Reflek mata (+), reflek patella +/+, reflek menelan (+)
6. Ketuban (utuh/pecah)
Ny. W mengatakan bahwa ketuban pecah pada 31 Juli 2020 jam 11.00 WIB, ketuban
jernih seperti lendir dan ada darahnya.
1. PENGKAJIAN AWAL
2. KALA PERSALINAN
KALA I
a. Mulai persalinan : 12.30 WIB
b. Tanda dan gejala : hasil pemeriksaan VT pembukaan lengkap, mulai
keluar lendir dan kenceng-kenceng.
c. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 360C
RR : 20 x/menit
- Fase laten : Klien mulai kenceng-kenceng pada pukul 04.00 tanggal 31 Juli
2020. VT pada pukul 06.00 didapatkan hasil pembukaan 2.
- Fase aktif : pembukaan 5 pada pukul 11.00 tanggal 31 Januari Januari 2020
dan pembukaan lengkap pada pukul 12.30 WIB.
KALA II
e. Keadaan psikososial : Ny. W terlihat letih, lemas, dan terlihat nyeri yang
disebabkan oleh proses persalinan. Namun Ny. W mengatakan bahwa merasa
bahagia dan lega bisa lahir normal.
P: Klien mengatakan nyeri karena kontraksi uterus serta penekanan pada vulva,
perineum dan punggung bawah.
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di remas-remas dan mulas seperti ingin BAB
R: Klien mengatakan nyeri di seluruh region abdomen, vulva, perineum dan
menjalar ke punggung
S: Klien mengatakan skala nyeri 8 dari 10 NRS
T: Klien mengatakan nyeri dirasakan ketika kontraksi muncul
f. Tindakan
- Mengajarkan posisi saat mengejan: Kedua tangan klien memegang betis kaki
untuk melampiaskan nyeri, lalu posisi kaki membuka, kepala klien fleksi dan
melihat perut.
- Memonitor TTV
CATATAN KELAHIRAN
KALA III
a. Lama kala III : 5 menit
b. Tanda dan gejala : Uterus globuler, tali pusat memanjang, keluar
darah dan kontraksi uterus keras
c. Plasenta lahir jam : 13.40 WIB
d. Cara lahir plasenta : Plasenta lahir secara spontan
e. Karakteristik plasenta
Berat : ± 500 gr
Bentuk : Cakram
Ukuran : 20x20x2 cm, kotiledon lengkap, infark (-), hematoma (-)
Panjang tali pusat : + 50 cm
Kulit ketuban : Segar
Pembuluh darah : 3 (1 arteri, 2 vena)
Kelainan : Tidak ada
f. Perdarahan : ± 50 cc, karakteristik darah segar
g. Keadaan psikososial
P: Klien mengatakan nyeri karena kontraksi uterus
Q: Klien mengatakan nyeri seperti diremas
R: Klien mengatakan disemua region abdomen, vulva dan perineum
S: Klien mengatakan skala nyeri 5
T: Klien mengatakan saat kontraksi uterus, nyeri vulva dan perineum
h. Tindakan :
- Memeriksa kelengkapan plasenta
- Memberikan injeksi terapi oksitosin secara IM
- Melakukan IMD
- Mengeksplorasi sisa plasenta
- Memassage fundus uteri
- Periksa kontraksi uterus
KALA IV
BAYI
k. Perawatan mata
Menggunakan obat profilaksis dan mendapatkan injeksi vitamin K 0,1 cc/ IM
LAPORAN PARTUS NORMAL
“SYAIR OBSTETRI”
Data Objektif :
Kala II
2 Data Subjektif : Pengeluaran Nyeri Melahirkan Nyeri Melahirkan Widya
janin (D.0079) (D.0079) berhubungan
P: Klien mengatakan nyeri karena kontraksi uterus serta dengan Pengeluaran
janin
penekanan pada vulva, perineum dan punggung bawah.
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di remas-remas dan
mulas seperti ingin BAB
R: Klien mengatakan nyeri di seluruh region abdomen,
vulva, perineum dan menjalar ke punggung
S: Klien mengatakan skala nyeri 8 dari 10 NRS
T: Klien mengatakan nyeri dirasakan ketika kontraksi
muncul
Data Objektif :
-Ekspresi wajah klien menahan rasa sakit (meringis)
bahkan berteriak
- Terlihat tekanan perineum
- Ketegangan otot meningkat
3 Data Subjekif : Risiko Gangguan Risiko Gangguan Widya
Sirkulasi Spontan Sirkulasi Spontan
- Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit asma
(D.0010) (D.0010)
- Klien mengatakan bahwa aktivitasnya terbatas
- Klien mengatakan bahwa asmanya kambuh pada
kehamilan 32 minggu kemarin
Data Objektif :
- RR klien 20x/menit
Kala III
4 Data Subjektif : Agen cidera Nyeri Akut Nyeri Akut (D.0077) Widya
fisiologis (D.0077) berhubungan dengan
P: Klien mengatakan nyeri karena kontraksi uterus
(kontraksi Agen cidera fisiologis
Q: Klien mengatakan nyeri seperti diremas uterus (kontraksi uterus
R: Klien mengatakan disemua region abdomen, vulva dan pengeluaran pengeluaran plasenta)
perineum plasenta)
S: Klien mengatakan skala nyeri 5
T: Klien mengatakan saat kontraksi uterus, nyeri vulva
dan perineum
Data Objektif :
- Dilakukan tindakan hecting episiotomi
- Klien terlihat meringis kesakitan
Kala IV
5 Data Subjektif : Risiko Perdarahan Risiko Perdarahan Widya
- Klien mengatakan bahwa merasa lemas setelah (D.0012) (D.0012)
melahirkan
Data Objektif:
- Perdarahan pervagina +150cc
- Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat
- Uterus teraba keras
Terapeutik :
1. Tetapkan waktu untuk pemijatan
2. Pilih area tubuh yang akan dipijat (punggung)
3. Siapkan lingkungan yang hangat, nyaman, dan
privasi
4. Lakukan pemijatan secara perlahan
5. Lakukan pemijatan dengan teknik yang tepat
Edukasi :
1. Anjurkan rilkes selama pemijatan
Kala II
2 Jumat, 31 Nyeri Setelah dilakukan tindakan Pengaturan Posisi (I.01019)
Juli 2020 Melahirkan keperawatan selama 1x7 menit Observasi :
(D.0079) diharapkan klien mampu 1. Monitor posisi klien yang benar dan tepat dengan
berhubungan mengatasi nyeri persalinan dengan posisi melahirkan
dengan kriteria hasil :
Pengeluaran
janin Status Intrapartum (L.07060) Terapeutik :
1. Klien mampu mengontrol 1. Intsruksikan tangan klien memegang betis kaki klien
ketidaknyamanan nyeri dengan 2. Intsruksikan klien untuk membuka kedua kaki
baik 3. Instuksikan klien untuk menunduk melihat kebagian
2. Skala nyeri berkurang dari 8 perut
menjadi 5 4. Intruksikan klien jangan mengejan apabila tidak
3. Klien mampu menjalani disuruh mengejan
persalinan dengan lancar
Terapi Relaksasi (I.09326)
Observasi :
1. Monitor pernafasan klien (Frekuensi nafas, saturasi
oksigen klien)
2. Monitor TD dan HR klien
Terapeutik :
1. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam ketika
kontraksi terjadi
2. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam saat
kelelahan mengejan
Terapeutik :
1. Lakukan prinsip enam benar obat
2. Kocok inhaler 2-3 detik sebelum digunakan
3. Lepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
4. Posisikan inhaler didalam mulut mengarah ke
tenggorokan dengan bibir ditutup rapat
Kala III
4 Jumat, 31 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Terapi Musik (I.08250) Widya
Juli 2020 (D.0077) keperawatan selama 1x5 menit Observasi :
berhubungan dharapkan nyeri berkurang dengan 1. Identifikasi minat terhadap musik
dengan Agen kriteria hasil : 2. Identifikasi musik yang disukai
cidera Tingkat Nyeri (L.08066):
fisiologis 1. Skala nyeri berkurang dari 5 Terapeutik :
(kontraksi menjadi 3 1. Pilih musik yang disukai
uterus 2. Klien dapat mengontrol nyeri 2. Posisikan dalam posisi yang nyaman
pengeluaran dengan teknik non farmakologis 3. Atur volume yang sesuai
plasenta) 4. Berikan terapi musik sesuai indikasi
Edukasi :
1. Anjurkan rileks selama mendengarkan musik
Kala IV
5 Jumat, 31 Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan (I.02067) Widya
Juli 2020 Perdarahan keperawatan selama 1x2 jam Observasi :
(D.0012) diharapkan risiko perdarahan tidak 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
terjadi dengan kriteria hasil : 2. Monitor hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah
Kontrol Risiko (L.14128) kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital
1. Nilai Hb dalam batas normal =
12.0 – 15.0 mg/dL Terapeutik :
2. Perdarahan <500 cc
3. Tanda-tanda vital dalam 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
rentang normal : 2. Hindari pengukuran suhu rektal
TD: 110-120/70-80 mmHg
RR: 16-24 kali/menit Edukasi :
S: 36,5-37,5 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
N: 60-100 kali/menit 2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
3. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
4. Anjurkan meningkatan asupan makanan dan vitamin
K
5. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian produk tambah darah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan
PEMBAHASAN
Kala 1
Diagnosa yang muncul dalam kala 1 sesuai kasus adalah Nyeri Akut (D.0077) berhubungan
dengan Agen cidera fisiologis (kontraksi uterus). Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh
munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan
serviks, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Reseptor nyeri ditransmisikan
melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf – saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbal
atas. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medullla spinalis, batang otak, thalamus dan kortek
serebri (Chunning Fg, 2013). Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri berasal
dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi
kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana
pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untuk
multipara (Reeder, Martin & Griffin, 2011). Nyeri yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa
kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan melemahnya
kontraksi rahim dan berakibat pada persalinan yang lama (Maryunani, 2010).
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan teknik nonfarmakologi yaitu berupa massage
punggung. Massage pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai analgesik epidural yang
dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat memberikan kenyaman pada ibu bersalin. Massage pada
punggung merangsang titik tertentu di sepanjang meridian medulla spinalis yangditransmisikan
melalui serabut saraf besar ke formatio retikularis, thalamus dan sistem limbic tubuh akan melepaskan
endorfin. Endorfin merupakan neurotransmitter atau neuromodulator yang menghambat pengiriman
rangsang nyeri dengan menempel kebagian reseptor opiat pada saraf dan sumsum tulang belakang
sehingga dapat memblok pesan nyeri ke pusat yang lebih tinggi dan dapat menurunkan sensasi nyeri
(Aryani, Masrul, & Evarany, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Aryani, Masrul, & Evarany (2015)
menyatakan bahwa Ada pengaruh massage pada punggung terhadap intensits nyeri kala I fase laten
persalinan normal. Ada pengaruh masase pada punggung terhadap kadar endorfin ibu bersalin kala I
fase laten persalinan normal. Ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensits nyeri kala I fase
laten persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin. Di dukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Puspitasari & Astuti (2017) Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 21 orang
responden di BPS Tri Handayani Gebog Kudus didapatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan
setelah dilakukan massage punggung terhadap nyeri persalinan kala I, ini menunjukkan penerapan
teknik massage punggung cukup efektif untuk mengurangi rasa nyeri persalinan kala I. Pemijatan
secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah
penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih
bebas dari rasa sakit. Hal yang terjadi karena pijat merangsang tubuh melepas senyawa endorfin juga
dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Teknik yang digunakan adalah teknik effluerage.
Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus.
Kala II
Diagnosa kedua dan yang pertama dalam kala II adalah nyeri elahirkan (D.0079) berhubungan
dengan pengeluaran janin. Rasa nyeri pada persalinan lazim terjadi dan merupakan proses yang
melibatkan fisiologis dan psikologis ibu. Nyeri merupakan penyebab frustrasi dan putus asa, sehingga
beberapa ibu sering merasa tidak akan mampu melewati proses persalinan(Potter P, Ann Griffin Pery,
2006). Setiap pasien yang bersalin selalu menginginkan terbebas dari rasa nyeri akibat his. Hal yang
perlu ditekankan pada pasien adalah bahwa tanpa ada rasa nyeri maka persalinan tidak akan mengalami
kemajuan, karena salah satu tanda persalinan adalah adanya his yang akan menimbulkan rasa sakit.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh seperti mandi dengan air hangat, berjalan-jalan di dalam kamar,
duduk di kursi sambil membaca buku atau novel kesukaan, posisi lutut-dada di atas tempat tidur, dan
sebagainya (Sulistyawati, 2010).
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi relaksasi, salah satunya adalah pengaturan
nafas dalam. Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan
masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan
pasca persalinan. Adapun relaksasi bernapas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen
sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah,
mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan
(Prasetyo, 2010). Selain dapat mengurangi nyeri, terapi relaksasi nafas dalam juga dapat membantu
proses persalinan dengan cepat. Di dukung oleh penelitian Damayanti 2015 yang menyatakan bahwa ibu
yang menggunakan teknik pernafasan selama proses bersalin maka akan membantu proses persalinannya
berjalan dengan lancar. Pada saat melakukan penelitian dengan cara observasi langsung, peneliti melihat
bahwa ibu yang menjalankan persalinannya dengan tenang dapat menahan rasa nyerinya dengan baik
sehingga kemajuan persalinannya pun bisa berjalan lancar, sedangkan ibu yang mengutamakan rasa
cemas, takut, dan gugup merasakan nyeri yang berlebihan sehingga kemajuan persalinannya sedikit
terhambat karena ibu yang tidak dapat mengontrol emosi dan berteriak setiap ada kontraksi.
Diagnosa lain dalam kala II adalah risiko Gangguan Sirkulasi Spontan (D.0010). Risiko ganguan
sirkulasi spontan adalah berisiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan sirkulasi yang
adekuat untuk menunjang kehidupan (SDKI, 2016). di dalam kasus disebutkan bahwa klien miliki
riwayat penyakit asma, klien juga terbatas aktivitasnya. Dikarenakan aktivitas yang terbatas asma klien
dapat digolongkan ke asma persisten berat. Kejadian asma bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu alergi,
bukan alergi dan campuran keduanya. Pada kehamilan penyebab kekambuhan asma dimungkinkan karena
campuran kedua faktor tersebut selain faktor alergi yang sudah bawaan, faktor perubahan fisik dan biokimia
selama kehamilan juga bisa menjadi penyebab kekambuhan asma pada kehamilan (Agustina, 2015). Adanya
peningkatan kecemasan selama kehamilan atau menghadapi persalinan juga merupakan pencetus asma, hal ini
sejalan dengan penelitian Agustina,dkk (2014) yang menyebutkan semakin tinggi trimester kehamilan maka
tingkat kecemasan semakin tinggi. Asma dapat mempengaruhi kehamilan, kehamilan itu sendiri mempengaruhi
kekambuhan asma (Schatz, et al. 2003). Selama kehamilan langkah penanganan yang dapat dilakukan yaitu
melakukan penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala, memantau kadar obat dalam darah karena selama
hamil terjadi hemodilusi pada plasma sehingga obat memerlukan dosis yang lebih tinggi. Melakukan
pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan, sebaiknya diberikan
secara inhalasi untuk menghindari efek sistemik pada janin, serta melakukan pemeriksaan fungsi paru
ibu dan konsultasi anestesi untuk persiapan persalinan (Rodiani & Handayani, 2016).
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi oksigen dan pemberian obat. Pada saat
persalinan perlu dilakukan pemeriksaan FEV1 (Forced expitory volume in on second) yaitu besarnya
udara yang dihembus dalam satu detik, PEFR (Peak Expiratory Flow Rate) yaitu puncak laju aliran
pernapasan adalah tes yang mengukur seberapa cepat seseorang bisa menghembuskan nafas, pada saat
masuk rumah sakit dan diulangi kembali bila timbul gejala, memberian oksigen secara adekuat,
memberikan kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg i.v. setiap 8 jam) sebelum persalinan dan
terapi maintenance selama persalinan, menggunakan anestesi regional pada persalinan operatif untuk
menghindari rangsangan pada intubasi trakea. Untuk penanganan hemoragic pascapersalinan sebaiknya
menggunakan uterotonika atau PGE karena penggunaan PGE dapat merangsang bronkospasme (Rodiani
& Handayani, 2016).
Kala III
Diagnosa dalam kala III yang muncul adalah Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen
cidera fisiologis (kontraksi uterus pengeluaran plasenta). Nyeri pada kala III dikarenkan nyeri rahim
mirip dengan kala I. Intervensi yang dalam dilakukan dalam mengurangi nyeri tersebut adalah dengan
terapi musik. Musik yang digunakan dapat beragam sesuai dengan musik yang disukai, namun salah satu
jenis musik yang dapat digunakan adalah musik instrumental. Terapi musik instrumental merupakan
salah satu teknik distraksi yang efektif dan dipercaya dapat menurunkan nyeri fisiologis, stress dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri (Arikhman, 2010). Musik dapat
mempengaruhi hipofisis diotak untuk melepaskan endorphin. Endorphin mengurangi rasa nyeri,
menurunkan kadar katekolamin dalam darah sehingga denyut jantung menurun. Musik instrumental
sebagai musik yang lembut dengan alunan teratur dapat menurunkan tekanan darah merangsang
peningkatan endorphin dan S-Ig-A (immunoglubin kelenjar ludah tipe A). Kedua zat ini merupakan zat
kekebalan tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan denyut nadi ((Arikhman,
2010).
Kala IV
Diagnosa yang muncul dalam kala IV adalah risiko perdarahan (D.0012) Perdarahan pascasalin
dapat terjadi segera setelah janin lahir, selama pelepasan plasenta atau setelah plasenta lahir. Perdarahan
yang terjadi sebelum dan selama plasenta lahir lebih dikenal sebagai perdarahan kala III dan perdarahan
setelah plasenta lahir sebagai perdarahan kala IV, dan sering disebut sebagai immediate postpartum
bleeding. Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah plasenta lahir dikenal dengan
perdarahan pascasalin dini (early postpartum bleeding) (Chunningfam, 2013). Tujuan utama penanganan
perdarahan pascasalin ada 3 yakni pencegahan, penghentian perdarahan dan mengatasi shock
hipovolemik.
Pencegahan yang terbaik adalah dengan melakukan penanganan aktif kala III persalinan). PAKT
adalah sebuah tindakan (intervensi) yang bertujuan mempercepat lahirnya plasenta dengan meningkatkan
kontraksi uterus sehingga menurunkan kejadian perdarahan postpartum karena atoni uteri. Tindakan ini
meliputi 3 komponen utama yakni (1) pemberian uterotonika, (2) tarikan tali pusat terkendali dan (3)
masase uterus setelah plasenta lahir. Oksitosin 10 unit disuntikan secara intramuskular segera setelah
bahu depan atau janin lahir seluruhnya. Tarikan tali pusat secara terkendali (tidak terlalu kuat) dilakukan
pada saat uterus berkontraksi kuat sambil ibu diminta mengejanLakukan masase fundus uteri segera
setalah plasenta lahir sampai uterus berkontraksi kuat, palpasi tiap 15 menit dan yakinkan uterus tidak
lembek setelah masase berhenti.Berbagai penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara
menunjukkan bahwa manajemen aktif persalinan kala tiga lebih superior dari manajemen konservatif
dalam mengurangi kehilangan darah dan risiko perdarahan pasca persalinan. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa bila petugas kesehatan melakukan manajemen aktif persalinan kala tiga maka akan mengurangi
kasus PPP secara bermakna (Nora, 2012).
Diagnosa selanjutnya adalah keletihan (D.0057) berhubungan dengan Kelelahan fisik : pasca
melahirkan. Kelelahan postpartum adalah suatu kondisi yang mempengaruhi fisik, kesehatan mental,
aktivitas sehari-hari, motivasi, dan interaksi sosial Pada masa nifas rentan terjadi kelelahan disebabkan
karena proses persalinan yang mengeluarkan banyak energi, infeksi, kurang istirahat dalam keseharian,
tekanan untuk dapat melakukan semua aktivitas, gangguan tidur malam hari, nyeri, stres yang
berhubungan dengan peran baru, anemia, dan aktivitas sosial. Rasa kelelahan yang teramat sangat pada
masa puerperium atau masa nifas dapat berisiko infeksi organ reproduksi karena kondisi kekebalan
tubuh yang lemah bahkan dapat berakibat kematian pada ibu apabila tidak mendapatkan perawatan
postpartum secara benar dan berkala, sehingga upaya untuk melakukan perawatan pada ibu sangat
efektif bila difokuskan pada periode tersebut (Depkes RI, 2010).Kelelahan juga dapat menunda fungsi
status sosial wanita dirumah tangga, sosial, pekerjaan maupun tanggung jawab terhadap perawatan
bayinya, serta dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi postpartum. Kelelahan postpartum dapat
menurunkan produksi ASI pada bulan pertama postpartum dan dapat menjadi salah satu faktor ibu untuk
menyapih bayinya secepat mungkin. Selain itu kelelahan postpartum juga dapat mempengaruhi kualitas
hidup ibu dan dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada kehidupan
interpersonalnya (Depkes RI, 2010).
Penanganan kelelahan menggunakan jus semangka efektif untuk mengurangi kelelahan yang
dirasakan ibu saat persalinan (Wahyuni dkk, 2017). Buah semangka dipercaya dapat menurunkan tingkat
kelelahan fisik seseorang. Peran buah semangka dalam mengurangi kelelahan anaerobik adalah karena
adanya kandungan Citrulline. Citrulline merupakan salah satu asam amino non esensial. Kandungan
Citrulline dalam buah semangka dapat mengurangi penumpukan atau akumulasi laktat yang menjadi
faktor yang mempercepat terjadinya kelelahan pada otot. Pemberian semangka yang kaya citrulline saat
persalinan, dapat membantu proses pengembalian laktat ke sistem darah portal, sehingga ditandai dengan
kenaikan jumlah laktat post partum lebih rendah dibandingkan pemberian plasebo saja. Citrulline
memungkinkan pembentukan Arginin dan NO (nitric oxide) yang akan menjadikan sel endotel pembuluh
darah vaso dilatasi (melebar) dan mampu membawa oksigen lebih banyak dan blood flow meningkat ke
sirkulasi portal di hepar. Semangka dipercaya mampu membantu percepatan eliminasi kadar laktat otot
karena mengandung Citrulline yang dikonversi menjadi arginin, melalui bantuan enzim arginin dirubah
menjadi Nitric Oxyde yang berfungsi sebagai vasodilator sel epitel pembuluh darah, terjadi peningkatan
aliran darah dan suplai oksigen ke seluruh jaringan. Citrulline mempercepat penguraian laktat di otot
sehingga laktat dapat dimetabolisme kembali di hati dan ginjal untuk membentuk energi melalui siklus
cory (Wahyun dkk, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W. 2015. Respon Imun Pada Penderita Asma Selama Kehamilan. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Vol 2. No 1,p. 58-66.
Arikhman. 2010. Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Fase Akif Kala I Melalu Terapi Musik
Intrumental. Jurnal Kepeawatan Indonesia. Vol 13 (3)
Aryani, Masrul, & Evarany. 2015. Pengaruh Massage pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala 1
Fase Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Endorfin. Jurnal Kesehatan Andalas
Depkes RI. 2010. Prinsip Pengelolaan Program KIA. Jakarta: Depkes RI.
Maryunani, Anik. (2010). Nyeri dalam persalinan “teknik dan cara penanganannya”. Jakarta:
Trans Info Media
Nora, H. 2012. Manajemen Aktif Persalinan Kala 3. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol 12 (3)
Potter P, Ann Griffin Pery. 2006. Fundamental Of nursing. St Louis : Missoury: Mosby Year
Book, 1504- 1508.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Puspitasari & Astuti . 2017. Tehnik Massage Punggung Untuk Mengurangi Rasa Nyeri
Persalinan Kala 1. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol 8 (2)
Reeder, S.J., Martin, L.l., & Griffin, D.K. (2011). Maternity nursing: family, newborn, and
women’s health care. Alih bahasa, Afiyanti, Y., et al. Jakarta: EGC
Rodiani & Handayani. 2016. MultigravidaHamil 33 Minggu dengan Asma Pada Kehamilan.
Jurnal Agromed Unila. Vol 3 (1)
Schatz M, Dombrowski MP,Wise R, at al. 2003. Ashma Morbidity During Pregnancy Can Be
Predicted By Severity Classification. J Allergy Clin Immunol. 113; 283-288
Wahyuni dkk. 2017. Manajemen Kelelahan Saat Persalinan Menggunakan Jus Semangka. Jurnal
IPTEKS Terapan. Vol 12 (1)