Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUAHAN KEPARAWATAN TERAPI LINGKUNGAN

DOSEN: YAFI SABILA ROSYAD,M,.Kep,.Ns

MELIATI K.RENGGU (171100362)

IVANCHA HUNGAN (181100383)

PETRA WENTY LAMERE ((181100397)

RITA AGNES SAIRLELA (181100400)

RIANG LUDONG (201200449)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan penyertaannya kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TERAPI LINGKUNGAN”
Didalam pembuatan makalah ini kami menyadari sungguh bahwa kami
memiliki banyak kekurangan, dengan itu kami berharap agar pembaca dapat
memberikan saran dan masukan yang bersifat membangun sehingga
kedepannya kami dapat menjadi lebih baik.

Harapan kami semoga,makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan bisa
menambah wawasan bagi para membaca.

Terimakasih .

Yogyakarta,16 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................1

PRAKATA...........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan.........................................................................................................4
C. Rumusan Masalah.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. PengertianTterapi Lingkungan....................................................................6
B. Karakteristik Terapi Lingkungan................................................................6
C. Askep-Askep Lingkungan Terapi..............................................................8
D. Jenis-Jenis Terapi Lingkungan....................................................................8
E. Macam-Macam Terapi Linkungan..............................................................8
F. Peran Perawat Dalam Peran Lingkungan..................................................10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pengertian Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui


manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung
proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011).

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar


terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif.        Perawat menggunakan semua lingkungan rumah
sakit dalam arti terapeutik.Bentuknya adalah memberi kesempatan klien
untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai
terapeutik dalam aktivitas dan interaksi. 

B.  Tujuan Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi kien


ganguan jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan
keperawatan jiwa.

Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan


lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat
memulihkan diri, sewaktu untuk berfokus pada perkembangan dalam hal
kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi
alternative dan solusi masalah
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Terapi Lingkungan

Menurut Stuart dan Laraia(2001) terapi lingkunga mempunyai 2


tujuan utama, yaitu:

1. Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.


2.  Mengajarkan kememampuan psikososial.

Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang


maladaptif, perlu ditekanan penggunaan terapi lingkungan dengan
mengembangkan empat keterampilan psikososial. (Abroms,
1995). 4 keterampilan tersebut yaitu:

1.      Orientation

Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi


tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap
orang, waktu, tempat dan situasi. Sedangkan terhadap realita dapat
dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.

2.      Assetation

Kemampuan mengepresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu


dianjurkan mengepresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang
dapat diterima masyarakat.

3.      Accupation

Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi


melalui ketrampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
aktifitas dalam bentuk yg positif dan disukai klien, misalnya
melukis, main musik, merangkai bunga dan lain sebagainya.

4.      Reecreation

Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas menyenangkan, contoh


menebak kata, senam dan jalan-jalan.

Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen  :

1. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri


2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
3.  Membantu belajar mempercayai orang lain.
4.  Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
5.   Mencapai perubahan yang positif.

B. Karakteristik Terapi Lingkungan :

Jack Cit. Barry (1998) menyebutkan beberapa karakteristik dari terapi

lingkungan sebagai berikut :

1. Setiap interaksi merupakan suatu kesempatan untuk interfensi


terapeutik.
2. klien memikul tanggung jawab terhadap tingkah laku mereka
sendiri
3. pemecahan masalah dicapai dengan diskus, neoisiasi dan
consessus dari pada hanya menggunakan beberapa gambaran dari
para ahli.
4. komunikasi terbuka dan langsung antar staf dan klien.
5. klien didukung untuk berpartisifasi aktif dalam penanganan
mereka sendiri dan dalam membuat keputusan di unit tempat
mereka dirawat.
6. unit tetap sering melakukan komunikasi dan kontak dengan
komunitas keluarga serta jaringan sosial.

Lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu : mendorong terjadi


proses penyembuhan.

Menurut Florence Nightingale terapi lingkungan harus memilki


karakteristik :

 Memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi pada


individu dan kelompok selama 24 jam.
 Adanya proses pertukaran informasi.
 Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
 Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa
takut baik dari
 ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
 Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan
fokus komunikasi terapeutik.
 Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
 Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai
individu yang
 memiliki hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.
 Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
C.  Aspek-Aspek Lingkungan Fisik

Dalam upaya menciptakan lingkungan yg terapeutik ada lima


aspek yg perlu di perhatikan yaitu :

1.      Aspek Fisik
Menciptakan lingkungan fisik yg aman dan nyaman. Gedung
permanen, mudah di jangkau, lengakap dengan kamar tidur, ruang
tamu, ruang makan, kamar mandi dan wc. Struktur dan tatanan dalam
gedung di rancang sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit serta tingkat
perkembangan klien. Misalnya: Ruang perawatan anak didesain dengan
gambar-gambar kartun atau idola anak-anak yg berbeda dengan ruang
dewasa.

2.      Aspek Intelektual Klien

Tingkat intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi dari


lingkungan dan sikap perawat. Misalkan lingkungan dengan warna biru
dan hijau memberikan stimulasi ketenangan dan keteduhan. Perawat
harus memberikan stimulasi eksternal yang positif sehingga kesadaran
diri klien menjadi luas dan klien dapat menerima kondisinya.

3.      Aspek Sosial

Dalam aspek ini perawat mengembangkan pola interaksi yang


positif, hubungan psikososial yang menyenangkan dan menguatkan ego
klien. Oleh karena itu perawat perlu penggunaan teknik komunikasi yang
tepat sehingga perawat dapat menciptakan aspek ini.

4.      Aspek Emosional

Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif dengan


menunjukkan sikap yang tulus, jujur atau dapat dipercaya, bersikap
spontan dalam memenuhi kebutuhan klien, empati, peka terhadap
perasaan dan kebutuhan klien. Misal : saya tenang disini

5.      Aspek Spiritual
Aspek ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari
penggalaman, pengobatan dan perasaan damai bagi klien. Sehingga perlu
disedikan sarana ibadah seperti kitab suci dan ahli agama.

D. Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan


 Terapi Rekreasi

Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang,


dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.

 Terapi Kreasi Seni

Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama
denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai
dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada klien
untuk menyalurkan atau mengekspresikan perasaannya.

Contohnya: dance therapy atau menari dan therapy musik.

 Terapi Dengan Menggambar dan Melukis

Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang


apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar akan
menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.

 Literatur atau Biblio Therapy

Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku


lain. Dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya
setelah membaca. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan atau pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-
norma yang ada.

 Pet Therapy

Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak


mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan
pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan biasanya klien
suka menggunakan objek binatang untuk bermain.

 Plant Therapy

Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara


segala sesuatu atau mahluk hidup, dan membantu hubungan yang
akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.

Contohnya : memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan


memelihara, serta menggunakannya saat tanaman dipetik.

E. Macam-Macam Terapi Lingkungan

Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu


seseorang melepaskan diri dari  kecanduaan dan merubah
perilakunya menjadi lebih baik.

1)      Model Terapi Moral

Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan
dengan pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan
kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada
lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai
keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan
bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama.
Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang
menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang
melawan penyalahgunaan narkoba

2)      Model Terapi Sosial

Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi
terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial
(social disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan
perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih
layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu
narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan
kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku
adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang
disalah gunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar,
dan terutama terapi berkelompok (encounter group).

3)      Model Terapi Psikologis

Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang


menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang
tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu
memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban
psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional
dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat
dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan
obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak
dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun
dalam terapi pribadi.
4)      Model Terapi Budaya

Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi
seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam
hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai
“lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.

Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh


anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua
permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga
model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota
keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.

F.  PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN

1.      Sebagai teknis perawatan

Fungsi perawat adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan dari


pasien, memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek
obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau menyimpang serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.

2.      Sebagai leader atau pengelola

 Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik


yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara
fisik maupun secara psikologis kepada pasien.

3.      Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman


 Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim atau suasana yang
akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat,
petugas kesehatan, dan pasien.

Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau


keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan atau luka
terhadap pasien atau perawat.

· Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri


dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya
membereskan kamar.

4. Penyelenggaraan proses sosialisasi Membantu pasien belajar berinteraksi


dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga
diri dan berguna bagi orang lain.

·         Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dann


perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-
kegiatan tertentu.

·       Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau


kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan
kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.

Hubungan dengan Praktek Keperawatan :

·         Lingkungan Fisik

Proses Keperawtan

1. Pengkajian       : Klien bingung dan pelupa

Masalah           : Perubahan proses fikir

Intervensi        : -Kunci pintu untuk menjaga keamanan klien


Evaluasi           : Keamanan klien terpelihara

2.      Pengkajian       : Beban kerja staff

Masalah           : Defisit perawatan diri

           : mandi/hygiene dan berpakaian/berhias

Intervensi        : Meningkatkan perawatan diri klien sesuai


dengan   kemampuan.

Evaluasi           : Penampilan proff dan hubungan perawat dapat


diperbaiki, perawatan diri klien

Contoh Tempat untuk Terapi Lingkungan Pada Kondisi Khusus sebagai


berikut:

1.      Klien harga rendah diri (low self esteem) , Depresi (depression), Bunuh


diri (suicide).

a.       Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai


berikut:

 Ruangan aman dan nyaman.


  Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai
diri sendiri atau orang lain.
  Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari
dalam keadaan terkunci.
 Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan
mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
 Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah
dan meningkatkan gairah hidup pasien.
 Warna dinding cerah.
  Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup
   Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi

b.      Lingkungan sosial :

 Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa


pasien sesering mungkin.
  Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan
keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
  Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta
merendahkan
  Meningkatkan harga diri pasien
  Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
  Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.

2. Pasien dengan Amuk

a.       Lingkungan fisik :

 Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang


cukup.
 Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu
jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah
 Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
  Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol
pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protocol
pelepasan pengikatan.

b.      Lingkungan Psikososial :

 Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati


  Observasi pasien tiap 15 menit.
 Jelaskan tujuan pengikatan atau pengekangan secara
berulang-ulang.
   Penuhi kebutuhan fisik pasien.
   Libatkan keluarga.

Jadi perawat dalam memenuhi kebutuhan klien berdasarkan pada


identitas masalah baik kebutuhan fisik dan emosional. Perawat
yang berperan sebagai mothering care tidak hanya memenuhi
kebutuhan klien tetapi memfasilitasi klien agar mengembangkan
kemampuan baru untuk menyesuaikan dengan
lingkungan     Dengan demikian klien dapat memahami dan
menerima situasi yang sedang dialaminya dan termotifasi  untuk
mengubah prilaku maladptif menjadi prilaku adaptif.

Perawat juga membantu klein mengenal batasan dan menerima


resiko akibat prilakunya. Perawat memperlakukan klien sebagai
individu yang unik sehingga dalam memberikan
asuhan keperawatan ia harus memperhatikan kondisi dan tingkat
perkembangan klien.

Sebagai perencana perawat sebelumnya memberikan asuhan


keperawatan terlebih dahulu harus melakukan pengkajian untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi klien dan situasi
ruangan yang dibutuhkan.

Sebagai koordinator perawat harus dapat mengatur dan


mengorganisasi semua kegiatan supaya rencana yang ditetapkan
dapat dilaksanakan dengan baik. Perawat harus memberikan
penjelasan kepada klien dan keluarga agar mereka dapat berperan
aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan


kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu
manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan
perubahan pada perilaku pasien dan untuk mngembangkan keterampilan
emosional dan sosial.
            Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk
mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang
lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Komponen
yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual,
sosial, emosional dan spiritual.

  Saran

Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus


dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan
dalam hal pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu
untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh
pasien.

Anda mungkin juga menyukai