Anda di halaman 1dari 11

Tik 8 : konsep rehabilitasi keperawatan jiwa dan terapi modalitas

A. Konsep Rehabilitasi

1. Definisi

Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re berarti kembali dan habilitasi berarti

kemampuan. Menurut arti katanya rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan.

Rehabilitasi adalah seperangkat tindakan sosial, edukasi, perilaku, dan kognitif

untuk meningkatkan fungsi kehidupan pasien gangguan jiwa dan berguna untuk

proses penyembuhan. (Barton, 1999 dalam Stuart & Laraia, 2005)

Rehabilitasi adalah suatu proses kompleks yang meliputi berbagai disiplin dan

merupakan gabungan dari usaha medic, sosial, edukasional, dan vokasional yang

terpadu untuk mempersiapkan, menyalurkan, atau menempatkan dan membina

seseorang agar dapat kembali mencapai taraf kemampuan fungsional setinggi

mungkin. (WHO, 1882)

Tujuan rehabilitasi adalah mengupayakan pasien gangguan jiwa mampu

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. (Kelliat, 2011)

Pelayanan keperawatan komprehensif dalam keperawatan jiwa, yaitu :

a. Primer (preventif), yaitu pelayanan yang dilakukan dengan tujuan untuk

mencegah agar tidak terjadi gangguan jiwa. Contoh : melakukan promosi

kesehatan

b. Sekunder (kuratif), yaitu pelayanan yang dilakukan ketika ada klien yang beresiko

atau memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial atau gangguan jiwa dengan

tujuan agar gangguan tersebut tidak bertambah parah


c. Tersier (rehabilitatif), yaitu klien yang sudah mengalami gangguan jiwa pada

tahap pemulihan. Pada tahap ini memberdayakan pasien dan keluarga hingga

mandiri

2. Aspek-Aspek dalam Kegiatan Rehabilitatif

Agar pasien gangguan jiwa dapat hidup, belajar, dan bekerja serta berpartisipasi

penuh dimasyarakat, diharapkan dapat memenuhi 4 aspek barikut :

a. Factor internal pasien : semua factor yang terkait dengan pasien (kesadaran pasien

terhadap masalahnya, keingingan untuk berubah, dan kemampuan memutuskan

tindakan yang diperlukan untuk proses penyembuhan.

b. Kemampuan merawat diri : kemampuan pasien merawat dirinya sendiri dan

menghadapi masalah kehidupan yang mungkin terjadi.

c. Factor eksternal pasien : semua dukungan sosial yang disediakan oleh keluarga,

teman, tenaga kesehatan yang ada disekelilig mereka yang dapat membantu

menyelesaikan masalah dan proses penyembuhan.

d. Pemberdayaan pasien : pemberdayaan pasien dilakukan dengan menggunakan

dukungan sosial yang ada terhadap kemampuan yang dimiliki oleh pasien untuk

dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari, belajar, dan bekerja. (Kelliat, 2011)

3. Prinsip-Prinsip Perawat dalam Rehabilitasi

Menurut Palmer-Erb, Connoly, Brach dan Hoff, prinsip-prinsip rehabilitasi

sebagai berikut :

1) Percaya bahwa pasien dengan gangguan jiwa mengalami proses penyembuhan

2) Program yang diberikan mampu memberdayakan pasien

3) Program yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan pasien terkait dengan

kebutuhan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual pasien

4) Pasien diberikan kesempatan untuk memilih program yang diminati


5) Program yang diberikan mampu memberikan kesempatan pada pasien gangguan

jiwa untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka mampu

hidup mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari

6) Kerja sama dengan keluarga dan tenaga professional lainnya harus dipertahankan

demi tercapainya tujuan

4. Bentuk-Bentuk Rehabilitasi Gangguan Jiwa

Menurut Anthony, 1999 (dikutip dari Stuart & Laraia, 2005 dalam Kelliat, 2011)

tindakan yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan klien adalah dengan

melatih klien dalam melakukan keterampilan. Keterampilan yang dapat dilakukan

klien yaitu :

a. Keterampilan hidup (living skill) : keterampilan dalam memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari, meliputi melakukan kebersihan diri (mandi, berdandan, BAK,

BAB), makan, minum, membersihkan rumah (menyapu, mengepel, membersihkan

jendela), mempersiapkan makan dan membersihkan alat-alat makan, memasak,

mengatur uang belanja, menyusun rencana kegiatan sehari-hari, melakukan

percakapan dengan anggota keluarga, dan olahraga mandiri.

b. Keterampilan belajar (learning skill) : mencakup membaca, menulis, dan

berhitung.

c. Keterampilan bekerja (working skill) : kemampuan individu dalam melakukan

pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, seperti bertani, berkebun, bertambak,

dan melakukan kerajinan tangan (menyulam).

d. Keterampilan berhubungan dengan orang lain : kemampuan individu untuk

berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya.


Adapun bentuk program rehabilitasi di luar rumah sakit, yaitu :

a. Program partial hospital, adalah program perawatan untuk individu yang

memerlukan perawatan harian, bukan perawatan 24 jam. Klien datang 6-8 jam

perhari dan berpartisipasi dalam berbagai terapi.

b. Program penataan tempat tinggal

1) Program board and care home, yaitu sebuah wisma/rumah yang terdapat

beberapa pasien didalamnya dan mereka melakukan segala macam bentuk

kegiatan/pekerjaan rumah tangga secara mandiri, tetapi tetap dengan adanya

pengawasan dari tenaga medis

2) Program adult faster home/ program anak angkat. Program yang mengangkat

pasien untuk dijadikan anak angkat dan mereka diperlakukan sebagaimana

anak-anak lain di rumah tersebut.

3) Program day care/ program rumah singgah

B. Terapi Modalitas

1. Definisi

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa yang diberikan

dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi

perilaku yang adaptif. (Kusumawati & Hartono, 2012)

Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa dimana perawat

mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau

penyembuhannya. (Sarka, 2008)

2. Jenis-Jenis Terapi Modalitas

Menurut Kelliat, 2011 ada 8 jenis terapi modalitas yang umum digunakan oleh

perawat kesehatan jiwa, yaitu :


a. Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan

hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan

yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku

klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan

terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis sehingga melalui hubungan ini terjadi

perubahan tingkah laku klien sesuai dengan yang ditetapkan diawal.

Tahapa hubungan dalam terapi individual meliputi :

1) Tahap orientasi

Tahap ini dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien.

Pertama yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah membina hubungan

saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk

mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah

yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut

sepanjang berhubungan dengan perawat. Selanjutnya klien bersama perawat

mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah pada

klien, apa konflik yang terjadi, dan penderitaan yang klien hadapi. Tahapan ini

diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk menentukan

tujuan yang hendak dicapai dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan tersebut.

2) Tahap kerja

Pada tahap ini klien melakukan eksplorasi diri, klien mengungkapkan apa

yang dialaminya. Perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien

tetapi harus memperhatikan juga perasaan klien saat menceritakan

masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan


pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi pada dirinya, serta

didorong untuk berani mengambil resiko mengubah perilaku dari maladaptif

menjadi adaptif.

3) Tahap terminasi

Setelah kedua belah pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah

yang mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih

terkendali maka perawat dapat melakukan terminasi. Pertimbangan lain untuk

melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi

peningkatan funsi diri, sosial dan pekerjaan, dan tujuan terapi telah tercapai.

b. Terapi lingkungan

Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan

gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada dilingkungan dan berpengaruh

terhadap proses penyembuhan.

Tujuan terapi lingkungan :

1) Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri

2) Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain

3) Membantu belajar untuk mempercayai orang lain

4) Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat

Jenis-jenis terapi lingkungan, yaitu :

1) Terapi rekreasi. Kegiatan yang dilakukan pada waktu luang yang bersifat

konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan sosial.

Contoh : berenang, main kartu, kerambol, dll

2) Terapi kreasi seni. Memberikan kesempatan kepada klien untuk

menyalurkan/mengekspresikan perasaannya.

Contoh : menyanyi, menari


3) Terapi dengan mengambar dan melukis. Memberikan kesempatan klien untuk

mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi dengan dirinya dengan

menggambar untuk menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada

kegiatan.

4) Literatur/biblio therapy. Terapi dengan membaca seperti novel, majalah, dan

buku-buku lainnya, dan pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya

setelah membaca.

5) Pet therapy. Terapi untuk menstimulus respon pasien yang tidak mampu

berhubungan dengan orang lain (kebiasaan menyendiri) yaitu dengan

menggunakan objek binatang untuk bermain.

6) Plant therapy. Mengajarkan pasien untuk memelihara segala sesuatu/makhluk

hidup dengan memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara

serta menggunakannya saat tanaman itu dipetik.

c. Terapi biologis/somatik

Terapi biologis adalah intervensi berbasis fisiologis yang dirancang untuk

menghasilkan perubahan perilaku. Penerapan terapi biologis didasarkan pada

model medical dimana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda

dengan model konsep lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah

gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelainan

patofisiologis.

Contoh : ECT (electroconvulsive therapy), farmakologik, fototerapi, dan bedah

otak.

d. Terapi kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifistrkasi keyakinan dan sikap yang

mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah


membantu mempertimbangkan stressor kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor

tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan

berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah

dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut.

Tujuan terapi kognitif, yaitu :

1) Mengembangkan pola berfikir yang rasional

2) Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi

setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran

3) Membentuk perilaku dengan pesan internal

e. Terapi keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan

langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Terapi keluarga didasarkan pada

keyakinan bahwa orang yang diidentifikasi sebagai si sakit, menunjukan berbagai

gejala yang bersumber dari masalah dalam sistem keluarga. Oleh sebab itu, terapi

pada klien yang teridentifikasi bila tidak digabungkan dengan keluarganya akan

terancam gagal.

Tujuan terapi kelurga, yaitu :

1) Menurunkan konflik dan kecemasan keluarga

2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota

3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis

4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai

5) Membantu keluarga menghadapi tekanan

6) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga


f. Terapi kelompok

Terapi ini didasarkan pada pembelajaran hubungan interpersonal. Klien

mengalami konflik yang bersumber dari interpersonal. Dengan bergabung dalam

kelompok klien dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman, serta

mengembangkan pola perilaku yang baru.

Tujuan terapi kelompok, yaitu :

1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan

2) Membentuk sosialisasi

3) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang

hubungan sosial dan adaptasi

4) Membangun motivasi untuk kemajuan psikologis baik afektif maupun kognitif

5) Penyaluran emosi

6) Melatih pemahaman identitas diri

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :

1) TAK stimulasi kognitif. Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang

disediakan/dialami dengan membaca artikel, majalah, atau menonton tv

2) TAK stimulus sensori. Klien diberikan stimulus sensori dan diobservasi reaksi

sensorinya berupa emosi/perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, dan

ucapan. Contoh : menyanyi, bermain music, menari

3) TAK orientasi realitas. Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar

klien yaitu diri sendiri, orang lain/orang terdekat. Contoh : pengenalan orang,

tempat, dan waktu.

4) TAK sosialisasi. Klien dibantu melakukan sosialisasi dengan individu yang

ada disekitar klien, dilakukan dengan bertahap dari interpersonal, kelompok

dan massa.
g. Terapi perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul

akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan

disubtitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam

terapi ini, yaitu :

1) Role model. Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan

memberi contoh perilaku adaptif untuk ditiru oleh klien.

2) Conditioning operan. Conditioning operan disebut juga penguatan positif,

yaitu terapis memberikan penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang

positif yang ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik

positif yang didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan/ditingkatkan

oleh klien.

3) Desensitiasi sistematis, yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu

stimulus atau kondisi dengan cara bertahap memperkenalkan pada stimulus

yang menimbulkan kecemasan tersebut dalam keadaan klien sedang relaks.

Terapi ini cocok untuk klien fobia.

4) Pengendalian diri. Bentuk latihan pengendalian diri adalah dengan berlatih

mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif.

5) Terapi aversi atau rilaks kondisi

h. Terapi bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan

dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan daripada dengan ekspresi

verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status

emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intevensi untuk

mengatasi masalah anak tersebut.


Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang

mengalami ansietas, atau anak korban penganiayaan. Terapi ini juga dianjurkan

untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas

disosiatif, dan klien yang mengalami penganiayaan.

Referensi :

Kelliat, B.A., dkk. 2011. Manajemen kasus gangguan jiwa : CMHN (intermediate course).

Jakarta : EGC

Kusumawati, F & Hartono, Y. 2012. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai