Anda di halaman 1dari 6

Thorax Trauma

A. Definisi
Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau
organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam.
Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan
identifikasi awal atas trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan
segera (Kukuh, 2002; David, 2005).
B. Manifestasi klinis :
1) Napas pendek
2) Takipnea
3) Nyeri dada
4) Hipotensi
5) Hipiksia
6) Hiperkardia
Untuk mengetahui tanda pada trauma toraks,dilakukan pemeriksaan:
a. Inspeksi = inspeksi leher dan dinding dada dapat menemukan deviasi
trakhea, distensi vena, memar, luka dada terbuka dan pergerakan dinding
dada.

b. Auskultasi = paru-paru harus dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk


mencari ada tidaknya suara nafas.

c. Perkusi = perkusi dada identifikasi apakah suara ketukan perkusi normal


(sonor), redup (dullness) atau pekak (hipersonor).

d. Palpasi = palpasi pada leher dan toraks dilakukan untuk menemukan


nyeri tekan, krepitasi tulang dan emfisema subkutis.
JENIS TRAUMA TORAKS

1. Tension Pneumotoraks
Merupakan suatu keadaan dimana akumulasi udara terperangkap di
dalam rongga pleura.Tension pneumotoraks dapat mengakibatkan dua hal
yang sangat serius, yaitu :
a. Sangat sulitnya usaha bernafas akibat tingginya tekanan tongga
pleura.
b. Menurunnya aliran darah ke jantung.
Tanda dan gejala Tension Pneumotoraks :
Terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan, terdapat jejas di daerah
thoraks, ekspansi dada tidak simetris, jvp meningkat, terdapat deviasi
trakhea kearah yang sehat.
a. Auskultasi: suara nafas tidak terdengar pada sisi yang sakit.
b. Perkusi : suara hipersonor pada sisi yang sakit.
Penanganan:
Pengurangan tekanan pleura dengan cara Needle Thotakosintesis.
2. Open Pneumotoraks (sucking chest wound)

Suatu keadaan dimana terdapat lubang pada dinding dada yang


menyebabkan masuknya udara kedalam toraks.Biasanya diakibatkan oleh
adanya cidera terbuka pada dinding dada, luka tembak atau luka tusuk.
Tanda dan gejala Open Pneumothorax:
a. Nyeri pada lokasi yang cidera
b. nafas pendek
c. terlihat ada bubble (gelembung udara bercampur darah)
d. Terdapat “sucking chest wound” (hisapan basah saat udara bergerak
keluar masuk rongga pleura melalui defek pada dinding dada)
Penanganan:
Dilakukan pengelolaan dengan menutup lubang pada dinding dada
yang dilanjutkan dengan ventilasi tekanan positif. Penutupan luka
dilakukan dengan memakai kassa oklusif (kedap udara) 3 sisi.
Sebagaimana penderita trauma lainnya, prioritas pertama
pertolongan adalah bantuan ventilasi, oksigen konsentrasi tinggi dan koreksi
hipovolemia. Lanjutan: pemasangan WSD.
3. Flail Chest
Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada.Keadaan tersebut terjadi
karena fraktur iga multiple pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau
lebih garis fraktur segmen ‘bebas’ tersebut akan bergerak berlawanan dari
gerakan dinding dada yang lain, yaitu saat inspirasi dan ekspirasi.
Tanda dan gejala Flail Chest:

a. Gerakan dinding dada paradoksal terlihat.

b. Hipoksemia berhubungan dengan kontusio paru.

c. Peningkatan usaha bernafas.

d. Terhalangnya ekspansi atau pengembangan rangka toraks karena nyeri.

e. Timbulnya kontusio paru pada daerah dibawah segmen.

Penanganan:

Untuk mengatasi respiratory distress adalah dengan tindakan


oksigenasi adekuat dan relaksasi atau mengurangi rasa nyeri atau kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgesik kuat.Berikan bantuan ventilasi
tekanan positif dengan bag valve maks.

4. Hemothoraks
Suatu keadaan dimana adanya darah dalam rongga pleura.Keadaan
ini diakibatkan karena trauma tumpul yang mengakibatkan perdarahan
didalam toraks.Hemotoraks dapat menimbulkan hipovolemia yang
merupakan keadaan kritis (syok).
Tanda dan gejala Hemothorax:
a. Ekspansi dada tidak simetris
b. Napas pendek, takipnea
c. Suara nafas menghilang (menjauh) pada sisi yang sakit.
d. Perkusi redup (dullness) pada sisi yang sakit.
e. Terdapat tanda klinis syok.
Penanganan:
Koreksi masalah ventilai dan sirkulasi.Oksigen konsentrasi tingi
serta pemberian cairan elektrolit prosedur penderita syok.Dan segera
kolaborasikan ke dokter untuk persiapan pembedahan.

5. Cardiac Tamponade/ tamponade perikard


Tamponade perikard terbentuk oleh darah yang masuk keruang
perikard karena robeknya miokard atau pembuluh darah oleh trauma.Ruang
perikard adalah ruang potensial antara jantung dan perikard diman pada
keadaan normal ruang ini hanya berisi beberapa cc cairan lubrikan.
Tanda dan gejala Tamponade Jantung:
Ciri khas tanda dan gejala tamponade jantung adalah TRIAS BECK,
yaitu:
a. Distensi vena juguralis.
b. Auskultasi : bunyi jantung redup dan jauh.
c. Adanya tanda-tanda syok.
Penanganan:
Perikardiosintesis yang dilakukan oleh dokter, Pembedahan Thoracotomy.
Kasus pemicu :

Laki-laki usia 30 tahun masuk ke IGD setelah terjatuh dari sepeda


motornya karena kecelakaan tunggal. Pasien ditemukan oleh warga sekitar
diatas trotoar jalan dan terjepit dibawah motor. Pasien mengalami trauma
dada tampak luka diarea dada kiri yang mengeluarkan darah dengan
gelembung udara. Tingkat kesadaran pasien penuh, bernapas cepat,
mengeluh nyeri, terlihat kesakitan, cemas, susah napas, dan tampak sianosis.
Sesampai di IGD, perawat yang telah siap dengan APD menyambut pasien
dan langsung men-check keadaan umum dengan teknik AVPU. Perawat
meminta pasien membuka mata dan pasien langsung merespon. Karena
pasien menyatakan nyeri dada dan diduga trauma dada maka pasien
langsung di berikan status triase merah.
Pelaksanaan:
1. Primary survey
o A : karena pasien bisa berbicara maka perawat melewatkan pemeriksaan
airway
o B : perawat memasangkan O2 simple mask 4 L. Kemudian perawat
membuka pakaian pasien dan terlihat luka dada disebelah dada kiri
pasien. Lalu perawat membersihkan luka tersebut menggunakan kassa,
NaCl , dan betadine. Kemudian langsung ditutupi dengan kassa 3
Oklusif. Selanjutnya perawat melakukan pemeriksaan inspeksi (apakah
ada deviasi trakhea) , auskultasi ( bagaimana bunyi paru saat bernafas
apakah menjauh, mengecil), perkusi( mendengar apakah bunyinya
hipersonor atau tidak), palpasi (tidak adanya krepitasi) dan menghitung
pernapasan (takipnea)
o C : perawat memeriksa denyut nadi radialis dan karotis. Kemudian
menghitung denyut nadi (takikardi, teraba lemah. Lalu perawat
memasang IV line setelah mengambil sample darah (5-10 ml) .
o D : karena tingkat kesadaran pasien penuh maka dilewatkan
o E: perawat membuka baju pasien untuk melihat apakah ada trauma pada
bagian lain. (sesuai kasus pasien tidak mengeluh nyeri pada bagian lain)
dan lakukan pemeriksaan penunjang dengan foto thorax.
o F dan G : untuk folikateter dan gastrotube dilewatkan.
o H : pasien dipasang EKG untuk memantau irama jantung (karena pasien
mengeluh nyeri dada)
2. Secondary survey:
a. Pemeriksaan Head ro toe
b. TTV
c. COMPAC / SAMPLE
d. Pemeriksaan Finger in Every erifise
3. Pemberian discharge Planning terkait pemasangan WSD (meliputi teknik
pemasangan, keuntungan, kerugian, waktu konsultasi / check up ulang
kerumah sakit, biaya.
4. Observasi.

Anda mungkin juga menyukai