a. Pendidikan
Zaman pendudukan Jepang, pendidikan di Indonesia mengalami
kemerosotan drastis, jika dibandingkan zaman Hindia Belanda.
Jumlah sekolah dasar (SD) menurun dari 21.500 menjadi 13.500
dansekolah menengah dari 850 menjadi 20. Oleh Jepang sekolah-
sekolah dan perguruan-perguruan dijadikan tempat indoktrinasi.
Melalui pendidikan dibentuk kader-kader untuk memelopori dan
melaksanakan konsepsi Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
Sistem pengajaran dan struktur kurikulum ditujukan untuk keperluan
Perang Asia Pasifik
Begitu juga papan nama toko, nama rumah makan, perusahaan dan
sebagainya yang menggunakan bahasa Belanda harus diganti dengan
bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Dengan meluasnya penggunaan
bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi maka akan mempercepat
dan mempertebal semangat kebangsaan menunju integrasi bangsa.
c. Kebudayaan
Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur kebudayaan sehingga
dengan digunakannya bahasa Indonesia secara luas akan mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia. Pada tanggal 20 Oktober 1943
atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia didirikanlah Komisi
(Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah
menentukan terminologi, yaitu istilah-istilah modern dan menyusun
suatu tata bahasa normatif dan menentukan kata-kata yang umum bagi
bahasa Indonesia.
Hasil karya sastra yang terbit, seperti Cinta Tanah Air karya Nur Sutan
Iskandar, Palawija karya Karim Halim, Angin Fuji karya Usmar Ismail.
Gubahan untuk drama, seperti Api dan Cintra karya Usman Ismail;
Topan di Atas Asia dan Intelek Istimewa karya El Hakim (dr. Abu
Hanifah). Mengenai seni musik, komponis C. Simandjuntak berhasil
menciptakan lagu Tumpah Darahku dan Maju Putra-Putri Indonesia.