Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN RESTORATIF

MAKALAH TERAPI LINGKUNGAN

NAMA KELOMPOK 6 :

1. IIN OKTAFIA
2. ISTIKOMAH
3. IVAN BAGUS
4. TRI HANDAYANI S. (1701044)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
perubahan social ekonomi yang begitu cepat dan situasi social politik Indonesia
yang tidak menentu menyebakan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan
dan kejahatan. Kondisi ini dapat meningkatkan angka kejadian gangguan mental dalam
kehidupan manusia, aspek lingkungan adalah salah satu aspek yang tidak dapat
dipisahkan dari manusia oleh karena itu perlu mendapatkan pehatian khusus untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia.
Lingkungan sendiri dapat memberikan dampak baik secara fisik dan psikologis
pada seseorang. Kondisi lingkungan dan pengalaman yang tidak menyenangkan
berpengaruh besar tehadap kemampuan adaptasi dengan gangguan fisik dan mental.
Lingkungan tersebut juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses perawatan yang
nantinya akan menentukan keberhasilan perawatan dan pengobatan
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Membekali pasien kemampuan untuk kembali ke masyarakat dan dapat menjalankan
kehidupan fisik dan social seoptimal mungkin.
2. Tujuan khusus
a. Pengertian terapi lingkungan
b. Tujuan terapi lingkungan
c. Karakteristik terapi lingkungan
d. Aspek-aspek lingkungan fisik
e. Jenis- jenis kegiatan terapi lingkungan
f. Macam-macam terapi lingkungan
g. Peran perawat dalam terapi lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)


Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan
modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik
dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi
Hartono, 2011).
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

B. Tujuan Terapi Lingkungan


            Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi kien ganguan jiwa
yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa.
            Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan
lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat memulihkan
diri, sewaktu untuk berfokus pada perkembangan dalam hal kekuatan dan kesepakatan
belajar, agar klien mampu mengidentifikasi alternative dan solusi masalah.
            Menurut Stuart dan Laraia (2001)  terapi lingkungan mempunyai 2
tujuan utama, yaitu:
1.      Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.
2.      Mengajarkan kememampuan psikososial.
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang maladaptif, perlu ditekanan
penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan
psikososial. (Abroms, 1995). 4 keterampilan tersebut yaitu:
1. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi tersebut
berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi.
Sedangkan terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan
orang lain.
2. Assetation
Kemampuan mengepresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan
mengepresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
masyarakat.
3. Accupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui
ketrampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktifitas dalam bentuk yg
positif dan disukai klien, misalnya melukis, main musik, merangkai bunga dan lain
sebagainya.
4. Reecreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas menyenangkan, contoh menebak
kata, senam dan jalan-jalan.
Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen  :

1.      Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.


2.      Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
3.      Membantu belajar mempercayai orang lain.
4.      Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
5.      Mencapai perubahan yang positif.
C. Karakteristik Terapi Lingkungan :
Jack Cit. Barry (1998) menyebutkan beberapa karakteristik dari terapi lingkungan
sebagai berikut :
1. Setiap interaksi merupakan suatu kesempatan untuk interfensi terapeutik.
2. klien memikul tanggung jawab terhadap tingkah laku mereka sendiri.
3. pemecahan masalah dicapai dengan diskus, neoisiasi dan consessus dari pada hanya
menggunakan beberapa gambaran dari para ahli.
4. komunikasi terbuka dan langsung antar staf dan klien.
5. klien didukung untuk berpartisifasi aktif dalam penanganan mereka sendiri dan dalam
membuat keputusan di unit tempat mereka dirawat. unit tetap sering
melakukan komunikasi dan kontak dengan komunitas keluarga serta jaringan sosial.
Lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu : mendorong terjadi proses penyembuhan.
Menurut Florence Nightingale terapi lingkungan harus memilki karakteristik :
1. Memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama
24 jam.
2. Adanya proses pertukaran informasi.
3. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
4. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik dari ancaman
psikologi maupun ancaman fisik.
5. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus komunikasi
terapeutik.
6. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
7. Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yan memiliki hak,
kebutuhan dan tanggung jawab.
8. Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
D. Aspek-Aspek Lingkungan Fisik
Dalam upaya menciptakan lingkungan yg terapeutik ada lima aspek yang perlu di
perhatikan yaitu:
1. Aspek Fisik

Menciptakan lingkungan fisik yg aman dan nyaman. Gedung permanen, mudah di


jangkau, lengakap dengan kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, kamar mandi dan
wc. Struktur dan tatanan dalam gedung di rancang sesuai dengan kondisi dan jenis
penyakit serta tingkat perkembangan klien. Misalnya: Ruang perawatan anak
didesain dengan gambar-gambar kartun atau idola anak-anak yg berbeda dengan
ruang dewasa.

2. Aspek Intelektual Klien

Tingkat intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi dari


lingkungan dan sikap perawat. Misalkan lingkungan dengan warna biru dan hijau
memberikan stimulasi ketenangan dan keteduhan. Perawat harus memberikan
stimulasi eksternal yang positif sehingga kesadaran diri klien menjadi luas dan klien
dapat menerima kondisinya.

3.  Aspek Sosial

Dalam aspek ini perawat mengembangkan pola interaksi yang positif, hubungan


psikososial yang menyenangkan dan menguatkan ego klien. Oleh karena itu perawat
perlu penggunaan teknik komunikasi yang tepat sehingga perawat dapat menciptakan
aspek ini.

4. Aspek Emosional

Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif dengan menunjukkan sikap
yang tulus, jujur atau dapat dipercaya, bersikap spontan dalam memenuhi kebutuhan
klien, empati, peka terhadap perasaan dan kebutuhan klien. Misal : saya tenang disini

5. Aspek Spiritual
Aspek ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari penggalaman, pengobatan
dan perasaan damai bagi klien. Sehingga perlu disedikan sarana ibadah seperti kitab
suci dan ahli agama.

E. Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan


1. Terapi Rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien
dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan
karambol.
2. Terapi Kreasi Seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta
memberikan kesempatan pada klien untuk menyalurkan atau mengekspresikan
perasaannya.
Contohnya: dance therapy atau menari dan therapy musik.
3. Terapi Dengan Menggambar dan Melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan
pikiran pada kegiatan.
4. Literatur atau Biblio Therapy
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan atau pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
5. Pet Therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri, dan biasanya klien suka menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant Therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu atau
mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi
lainnya.
Contohnya : memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta
menggunakannya saat tanaman dipetik.

F.  Macam-MacamTerapi Lingkungan
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan
diri dari  kecanduaan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.

1) Model Terapi Moral


Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan
pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu.
Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang
masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena
model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh
agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi
landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan
penyalahgunaan narkoba.

2) Model Terapi Sosial


Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap
obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder).
Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut
ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa
kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk
tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku
adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang
disalah gunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama
terapi berkelompok (encounter group).
3) Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa
perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena
terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau
melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan
emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat
dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan.
Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling
pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.

4)  Model Terapi Budaya


Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup
dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga
lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota
keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam
keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses
terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.
G. Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan

1. Sebagai teknis perawatan


·         Fungsi perawat adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan dari pasien,
memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-
perilaku yang menonjol atau menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah
yang timbul dalam terapi tersebut.
2. Sebagai leader atau pengelola
·      Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang
mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara
psikologis kepada pasien.
3. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
·         Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim atau suasana yang akrab,
menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan
pasien.
·          Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-
keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan atau luka terhadap pasien atau
perawat.Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan
orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
4. Penyelenggaraan proses sosialisasi
·         Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
·         Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya
secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Melalui
sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan
dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
Contoh Tempat untuk Terapi Lingkungan Pada Kondisi Khusus sebagai berikut :

1. Klien harga rendah diri (low self esteem) , Depresi (depression), Bunuh diri (suicide).
a.    Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
-      Ruangan aman dan nyaman.
-     Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang
lain.
-     Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.
-     Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh
petugas kesehatan.
-     Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan
gairah hidup pasien.
-     Warna dinding cerah.
-     Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
-      Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
b.    Lingkungan sosial :
-     Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.
-     Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan
medis lainnya.
-     Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan
-     Meningkatkan harga diri pasien
-     Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
-     Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasie
sendiri terlalu lama di ruangannya.
2.      Pasien dengan Amuk
a.    Lingkungan fisik :
-     Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
-     Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang
kuat dengan yang lemah
-    Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
-    Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan pengasingan
secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
b.    Lingkungan Psikososial :
-   Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
-     Observasi pasien tiap 15 menit.
-     Jelaskan tujuan pengikatan atau pengekangan secara berulang-ulang.
-     Penuhi kebutuhan fisik pasien.
-     Libatkan keluarga.
Jadi perawat dalam memenuhi kebutuhan klien berdasarkan pada identitas masalah baik
kebutuhan fisik dan emosional. Perawat yang berperan sebagai mothering care tidak hanya
memenuhi kebutuhan klien tetapi memfasilitasi klien agar mengembangkan kemampuan baru
untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Dengan demikian klien dapat memahami dan
menerima situasi yang sedang dialaminya dan termotifasi  untuk mengubah perilaku maladptif
menjadi prilaku adaptif.   Perawat juga membantu klein mengenal batasan dan menerima
resiko akibat perilakunya. Perawat memperlakukan klien sebagai individu yang unik sehingga
dalam memberikan asuhan keperawatan ia harus memperhatikan kondisi dan tingkat
perkembangan klien.
 Sebagai perencana perawat sebelumnya memberikan asuhan keperawatan terlebih dahulu
harus melakukan pengkajian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi klien dan
situasi ruangan yang dibutuhkan.
 Sebagai koordinator perawat harus dapat mengatur dan mengorganisasi semua kegiatan
supaya rencana yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik. Perawat harus memberikan
penjelasan kepada klien dan keluarga agar mereka dapat berperan aktif dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan
untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan
yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk
mngembangkan keterampilan emosional dan sosial.
      Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk mengembangkan rasa harga
diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu
belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual,
sosial, emosional dan spiritual.

B.  Saran
 Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai
diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan
kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku
yang ditujukan oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai