Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan
exyramural dari pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada
pekerjaan dan masalah-masalah social saja,hal tersebut tentunya kurang sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan psikiatri modern.Dengan adanya kemajuan
dibidang psiko-farmakai dimana telah ditemukan berbagai jenis obat yang dapat
mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala psikiatrik,maka bentuk pelayanan
rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut maka perlu disusun
kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika mereka dirawat
di Rumah Sakit Jiwa.
Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mulai dirintis pada tahun
1969 dan berkembang sampai sekarang ini.Menurut L.E.Hinsie dan RJ.Cambell
pengertian rehabilitasi dalam psychiatric Dictionary adalah segala tindakan
fisik,penyesuaian psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk
memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk
mempersiapkan pasien secara fisik,mental,dan vokasional untuk suatu kehidupan
penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuan yang ditunjukkan ke arah
mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan vokasional sehingga
dapat bekerja dengan kapasitas maksimal, penyesuaian diri dalam hubungan
perseorangan dan sosial secara memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai
warga masyarakat yang berguna.

B. Tujuan
1. Untuk lebih memahami tentang terapi Rehabilitasi
2. Untuk lebih memahami tentang tujuan terapi rehabilitasi
3. Untuk lebih memahami tentang jenis-jenis dan tahap-tahap terapi
rehabilitasi
4. Untuk lebih memahami tentang terapi okupasi
5. Untuk lebih memahami tentang tujuan terapi okupasi

1
C. Manfaat
1. Agar lebih memahami tentang terapi rehabilitasi
2. Agar lebih memahami tentang tujuan terapi rehabilitasi
3. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis dan tahap-tahap terapi
rehabilitasi
4. Agar lebih memahami tentang terapi okupasi
5. Agar lebih memahami tentang tujuan terapi okupasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi
fisik,mental,sosial,dan ekonomik,di rumah sakit-rumah sakit,dan pusat-pusat
rehabilitasi tertentu Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical
Rehabilitation (2008).Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan
medis,social,pendidikan dan vokasional untuk melatih atau melatihi kembali
individu ke arah kemungkinan tertinggi dari tingkat kemampuan
fungsionalnya.kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan
dimana bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam
kehidupan sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang
dirawat di rumah sakit.

B. Tujuan dari Program Rehabilitasi kerja


Mengembalikan kemampuan Perawat setelah terjadinya gangguan
kepada kondisi/tingkatan fungsi yang optimum
Mencegah kecacatan yang lebih besar
Memelihara kemampuan yang ada/dimiliki oleh Perawat
Membantu Perawat untuk menggunakan kemampuannya.rehabilitasi untuk
proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang
mencukupi.keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada
besarnya motivasi belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan
dukungan dari orang-orang yag memiliki arti bagi pasien.

1. Tim yang Menangani Progarm Rehabilitasi Kerja


Tim yang menangani rehabilitasi yaitu tim kesehatan mental yang terdiri
dari dokter,perawat,psikologi,petugas sosial dan petugas terapi okupasional

3
2. Kegiatan Pelaksana Program Rehabilitas Kerja
Kegiatan pelaksana Program rehabilitasi dilakukan di dalam rumah
sakit,luar rumah sakit (panti,pusat rehabilitasi),dimulai sejak hari pertama pasien
dirawat
3. Fungsi Perawat Dalam Program Rehabilitasi Kerja:- Menjaga komplikasi
dari akibat gangguan/penyakit diderita pasien
- Membatasi besarnya gangguan semaksimal mungkin
- Merencanakan dan melaksanakan program rehabilitasi

C. Jenis - Jenis Kegiatan Program Rehabilitasi Kerja


1. Terapi Okupasional
Adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana menggerakkan
partisipasi individu melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mengoreksi
masalah-masalah patologik ke arah pemeliharaan dan promosi derajat
kesehatan.Kegiatan di bangsal biasanya berupa kegiatan-kegiatan pada waktu
luang dan kreasi seni untuk menilai kemampuan pasien dalam memenuhi kegiatan
sehari-hari (activities of daily living/ADL).Selain itu diberikan juga kegiatan
pendidikan latihan vokasional untuk bekal bekerja di masyarakat.Dengan terapi ii
mendorong pasien untuk mengembangkan minat untuk mempertahankan
keterampilan lama mempelajari keterampilan baru.

2. Terapi Edukasional
Tujuannya adalah membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya,tidak
tertinggal pelajaran karena sedang dirawat dan juga dapat beradaptasi dengan
program pengobatan.

3. Rehabilitasi Vokasional
Yaitu suatu proses dimana pasien dikaji,dilatih dan ditempatkan sesuai
dengan pekerjaannya yang dapat membantunya mendapatkan kepuasan dan
bermakna.Kegiatan ini didasari kepada kepercayaan bahwa dengan memberinya
pekerjaan akan menghasilkan kreatifitas kepuasan dalam berhubungan sosial

4
dengan orang lain,meningkatkan kebanggakan dalam menyelesaikan tugas dan
harga diri.Sebelum mengikuti terapi ini biasanya pasien dilakukan test sikap
ketrampilan,minat,kemudian diminta mengobservasi dan memcoba salah satu
jenis pekerjaan yang diminati,kemudian dinilai kembali untuk diberikan terapi.
a. Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa
1) Tahap persiapan
yaitu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan terapi
okupasional,seleksi,evaluasi,dan latihan kerja dalam berbagai jenis
pekerjaan.

2) Tahap penyaluran/penempatan
Merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau
masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga,disamping usaha resosialisasi.

3) Tahap pengawasan
Merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke
masyarakat,dengan mengadakan kunjungan rumah (visit home)
kunjungan tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan perawatan
lanjut (after care),untuk mengetahui perkembangan
pasien,permasalahan yang dihadapi serta cara-cara
pemecahannya.Sejak tahun 1978 di Indonesia program rehabilitasi
dilakukan berdasarkan kerja sama lintas sektoral melibatkan 3
departemen yaitu Departemen Kesehatan,Sosial dan Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui satu program bersama yang
membahas tentang Penyelenggarakan Usaha Rehabiltasi pasien mental.

D. Terapi Okupasi
1. Sejarah Terapi Okupasi
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber

5
kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan
pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan ,
kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi kesehatannya
juga.Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul
karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai
adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu
menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu
cara pengobatan pasiennya.
Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan
adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music,
bermain boneka untuk anak-anak, bermain bola.Pekerjaan diketahui sangat
bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia. Socrates berkata
bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar dan
jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan
perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal
yang lain.Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai
berkembang dan diterapkan pada abad 19.
Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun 1786 disuatu
rumah sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan okupasi/pekerjaan pasien
jiwa akan dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan
minatnya. Juga sekaligus memelihara dan mempraktikan keahlian yang
dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap sebagai seseorang yang
produltif.
Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa
penggunaan waktu dengan baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna
ternyata merupakan suatu dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah
seorang psikiater. Isterinya adalah seorang pekerja sosial mulai menyusun suatu
dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas sebagai program terapi pasien
jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam pengembangan
okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama

6
dari amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih
mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

2. Pengertian
Terapi okupasi adalah terapi Aktivitas yang terarah dan bertujuan sehingga
tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada kita
manfaatkan untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita.Seperti tang kita
ketahui manusia adalah makhluk yang aktif dan dalam perkembangannya
dipengaruhi aktifitas yang bertujuan dan dengan menggunakan kapasitas motivasi
intrisiknya manusia mampu mempengaruhi kesehatan fisik mentalnya,dalam
kehidupannya diperlukan adaptasi agar dapat menyesuaikan diri dikelompok
dimana dia berada dan adaptasi ini merupakan suatu perubahan fungsi yang dapat
menciptakan aktualiasasi diri dan pertahanan hidup manusia,aktivitas yang
dilakukan manusia hendaklah yang bertujuan positif dan bermanfaat bagi dirinya
sehingga akan dapat menfasilitasi proses adaptasi tersebut.Okupasi terapi artinya
mengisi/menggunakan waktu luang.Individu menggunakan waktu untuk
melakukan aktivitas atau pekerjaan,sedangkan kata terapi berarti penatalaksanaan
terhadap individu yang menderita penyakit atau disabilitas baik fisik atau mental.

3. Tujuan Terapi Okupasi bagi Pasien Mental


Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang
lain
Membantu melepaskan/menyalurkan dorongan-dorongan emosi secara
wajar dan produktif
Menghidupkan kemauan atau motivasi pasien
Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya
Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan penetapan terapi
lainnya

4. Peranan Terapi Okupasi /Pekerjaan Untuk Terapi

7
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktivitas manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya,
mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi
kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi penderita fisik maupun
mental.Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk
evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi.
Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan suatu
aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan
rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.Penting untuk diingat bahwa aktivitas
dalam okupasiterapi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media.
Diskusi yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting
karena dalam kesempatan tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui
diskusi tersebutlah pasien belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.Melalui
aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk mengekpresikan
dirinya.
Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi
maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan
dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan
terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya.Mengerjakan suatu aktivitas
dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang
berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-
masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

5. Proses Terapi Okupasi Menurut Pelatihan Nasional Terapi Modalitas


Keperawatan Profesional Jiwa
Assessment adalah proses dimana seorang terapis memperoleh pengertian
tentang pasien yang berguna untuk membuat keputusan dan mengkontruksikan
kerangka kerja/model dari pasien,proses ini harus dilakukan pada pasien.Setelah

8
dilakukan assessment dengan detail maka dilakukan treatment yang terdiri dari 3
tahap yaitu:
Formulasi rencana pemberian terapi
Implementasi terapi yang telah direncanakan
Review terapi yang diberikan
Selanjutnya dilakukan evaluasi dari hasil evaluasi ini dapat ditentukan
apakah pasien ini dapat melanjutkan di vokasional training atau pulang

6. Proses Terapi Okupasi


Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasaiterapi akan menyertakan
juga data mengenai pasien berupadiagnosa, masalahnya dan juga akan
menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk
mendapatkan data yang lebih banyak untuk keperluan diagnose, atau untu terapi,
atau untuk rehabilitasi.Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis
akan bertindak sebagai berikut:

1. Koleksi data
Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan
waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional. Jika dengan
mengadakan interviu dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan
kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien.
Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan.

2. Analisa data dan identifikasi masalah


Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara
tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah dilingkungan
keluarga atau pasien itu sendiri.

3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan
terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.

9
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat
mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan
dalam menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga pasien merasa
ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini harus
diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi
hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba
mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu
alasan-alasan mengenai dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia
sadar dan diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.

5. Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan
tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya
sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat
direncanakan kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan diberikan.
Namun dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa
waktu setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap
pasien.Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut :
a. Kemampuan membuat keputusan
b. Tingkah laku selama bekerja
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri
d. Kerjasama
e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)
f. Inisiatif dan tanggung jawab
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi
i. Kompetisi tanpa permusuhan
j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja

10
k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung
jawab atas pendapatnya tersebut
l. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
m. Wajar dalam penampilan
n. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
o. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
p. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
q. Kerapian bekerja
r. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
s. Toleransi terhadap frustasi
t. Lambat atau cepat
u. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

6. Jenis Aktivitas Terapi Okupasi


1. Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
2. Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3. Aktivitas yang memacu kreativitas
4. Training ketrampilan
5. Terapi bermain (Creek,1997)
Kegiatan yang diberikan dapat berupa kerajinan tangan,seni
tari,musik,drama,rekreasi,ADL (activities of daily living),kegiatan yang dilakukan
tersebut bersifat terapeutik dan menyiapkan pasien untuk dapat dipulangkan
ketengah-tengah masyarakat atau dicalonkan untuk direhabilitasikan,kegiatan ini
dijalankan secara individu atau kelompok.semua kegiatan tersebut dipandu oleh
seorang okupasi terapis dimana tugas pokok okupasi terapis adalah
membangkitkan aktivitas positif melalui pekerjaan/aktivitas lain yang bersifat
terapeutik dan mengevaluasi perkembangan pasien secara kontinyu dan
mengetahui efek terapi yang diberikan.sedangkan peran okupasi terapis adalah:
1) Sebagai motivator & sumber reinforces:memberikan motivasi pada pasien dan
meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang
kondisinya,memberikan penjelasan dan menyakinkan tentang fungsi-fungsi

11
dari aktivitas yang diberikan,memberikan dukungan dan menyakinkan pada
pasien akan sukses.
2) Sebagai guru:terapis memberikan pengalaman learning re-rearning,okupasi
terapis harus mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat
menciptakan dan menerapkan aktivitas mengajarnya pada pasien
3) Sebagai peran model sosial:seorang terapis harus dapat menampilkan perilaku
yang dapat dipelajari oleh pasien,pasien mengidentifikasikan dan meniru
terapis melalui role playing,terapis mendemonstrasikan tingkah laku yang
diinginkan (verbal/non verbal) yang akan dicontoh pasien
4) Sebagai konsultan:terapis menentukan program perilaku yang dapat
menghasilkan respon terbaik dari pasien,terapis bekerja sama dengan
pasien,keluarganya dalam merencanakan rencana tersebut

E. Pelaksanaan Program Rehabilitas Kerja


1. Metode
Okupasi terapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun
berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukan dalam kelompok tersebut
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien lebih efektif

b. Metode kelompok dilakukan untuk:


Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan,
atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa pasien
sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun

12
kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya
yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan
menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih
mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok
disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan terapis
mengawasi.

2. Waktu
Okupasiterapi dilakukan antara 1 2 jam setiap session baik yang individu
maupun kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan
terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu - 1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 1 jam
untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut
kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

3. Terminasi
Keikutsertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri
dengan dasar bahwa pasien :
Dianggap telah mampu mengatsi persolannya
Dianggap tidak akan berkembang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi
fisik,mental,sosial,dan ekonomik,di rumah sakit-rumah sakit,dan pusat-pusat
rehabilitasi tertentuFungsi perawat dalam program rehabilitasi: Menjaga
komplikasi dari akibat gangguan/penyakit diderita pasien :
Membatasi besarnya gangguan semaksimal mungkin
Merencanakan dan melaksanakan program rehabilitasi
Jenis - Jenis Kegiatan Rehabilitasi
1. Terapi Okupasional
2. Terapi Edukasional.
3. Rehabilitasi Vokasional
Okupasi adalah Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi
sehingga tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada
kita manfaatkan untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita.
Jenis Aktivitas Terapi Okupasi
1) Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
2) Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3) Aktivitas yang memacu kreativitas
4) Training ketrampilan
5) Terapi bermain

B. Saran

14
Sebagai perawat agar mengaplikasikan ilmu ini atau menerapkannya
dalam memberikan terapi rehabilitasi dan okupasi pada pasien gangguan jiwa
dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Creek,J (1997),Occupational Therapy & Mental Heal.Churchil Livis

Stone:London

Punwar,A.J.Occupational Therapy Principle & Practise.Wilians &

Wilkins:London

Setyonegoro Koesumanto,1983.Pedoman Rehabilitasi Pasien mental di Indonesia,

Jakarta.Direktorat Kesehatan Jiwa Dep.Kes.RIhttp//okipasi/terapi-okupasi-dan-

rehabilitas wnes.htmlhttp//okipasi/okupasi.php.htm

15

Anda mungkin juga menyukai