0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
215 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang obat tradisional yang dapat meningkatkan atau menurunkan nafsu makan, serta enzim-enzim yang terlibat dalam proses pencernaan. Beberapa tanaman obat tradisional yang dapat meningkatkan nafsu makan diantaranya temulawak, temu hitam, temu kunci, lengkuas, kunyit, jahe, pepaya, brotowali, dan tomat. Sementara itu, teh hijau, yerba mate, garcinia cambogia,
Deskripsi Asli:
Antistomatikum adalah penghambat enzim pencernaan dalam mencerna makanan yang bertujuan untuk menurunkan nafsu makan.
Dokumen tersebut membahas tentang obat tradisional yang dapat meningkatkan atau menurunkan nafsu makan, serta enzim-enzim yang terlibat dalam proses pencernaan. Beberapa tanaman obat tradisional yang dapat meningkatkan nafsu makan diantaranya temulawak, temu hitam, temu kunci, lengkuas, kunyit, jahe, pepaya, brotowali, dan tomat. Sementara itu, teh hijau, yerba mate, garcinia cambogia,
Dokumen tersebut membahas tentang obat tradisional yang dapat meningkatkan atau menurunkan nafsu makan, serta enzim-enzim yang terlibat dalam proses pencernaan. Beberapa tanaman obat tradisional yang dapat meningkatkan nafsu makan diantaranya temulawak, temu hitam, temu kunci, lengkuas, kunyit, jahe, pepaya, brotowali, dan tomat. Sementara itu, teh hijau, yerba mate, garcinia cambogia,
Stomakikum adalah meningkatkan nafsu makan dengan meningkatkan kerja enzim – enzim pencernaan dalam proses mencerna makanan. Antistomakikum adalah kebalikan dari stomakikum yaitu menurunkan nafsu makan dengan menghambat kerja enzim pencernaan. Obat alami yang dapat menghambat kerja enzim pencernaan adalah daun pohon mate (Ilex Paraguariensis) dan teh hijau. Bahan – bahan aktif dari tumbuhan tersebut dapat menghambat kerja enzim pencernaan. Obat – obat ini biasa digunakan untuk menurunkan berat badan yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Zat aktif yang terkandung pada daun pohon mate dan teh hijau berasa pahit atau kurang enak sehingga dapat menurunkan nafsu makan.
B. Enzim – enzim yang berkaitan dengan pencernaan
Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi (enzimatik) inilah yang menyebabkan dua perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalnya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Dalam pencernaan secara enzimatik diperlukan enzim-enzim tertentu yang dihasilkan oleh berbagai kelenjar pada sistem pencernaan makanan. Kelenjar ludah misalnya pada mamalia menghasilkan enzim ptyalin dan musin. Enzim ptialin, mucin dan air liur (saliva) dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar sebagai berikut: 1. Kelenjar lingualis (glandula lingualis) yang terletak di bawah lidah. 2. Kelenjar parotis (glandula parotis) yang terletak di bawah telinga. 3. Kelenjar submaxilary (glandula maxillary) yang terletak di bawah sisi ke dua tulang rahang. Saliva adalah cairan yang bersifat alkali, mengandung musin, enzim pengencer zat tepung yaitu ptyalin dan sedikit zat padat. Fungsi saliva bekerja secara fisis dan secara kimiawi. Kerja fisisnya adalah membasahi mulut, membersihkan makanan agar mudah ditelan, dengan hal tersebut saliva melarutkan beberapa unsur sehingga memudahkan reaksi kimianya. Dimana kerja kimia ludah disebabkan oleh enzim ptyalin (amilase) yang di dalam lingkungan alkali bekerja terhadap zat gula dan zat tepung yang telah masak. Enzim ptialin hanya bisa bekerja pada zat tepung bila pembungkus selulosa pada zat tepung telah pecah, misalnya sesudah dimasak. Kemudian tepung yang telah dimasak diubah menjadi sejenis gula yang mudah larut yaitu maltosa. Kerja ini dimulai dari mulut kemudian saliva ditelan bersama makanan, ptyalin bekerja di dalam lambung selama kira- kira 20 menit atau sampai makanan menjadi asam karena adanya cairan lambung. Amilase ludah merupakan penguraian rantai glukosa panjang, tepung kanji dan glikogen dalam potongan-potongan yang semakin kecil yang akhirnya terurai maltosa, maltotriosa, maltotetrose dan oligosakarida disekitar titik percabangan dengan 5 – 10 kesatuan glukosa yang disebut dengan deketrin perbatasan. Pencernaan bahan-bahan makanan utama merupakan proses yang teratur yang melibatkan kerja sejumlah besar enzim-enzim pencernaan. Enzim-enzim kelenjar sativa, seperti yang telah disebutkan di atas dan kelenjar lingualis berfungsi dalam mencerna karbohidrat dan lemak, enzim-enzim lambung mencerna protein dan lemak, enzim-enzim yang berasal dari bagian eksokrin pancreas mencerna karbohidrat, protein, lemak, DNA, dan RNA. Enzim-enzim lainnya yang melengkapi proses pencernaan ditemukan di dalam membrane luminal dan sitoplasma sel-sel dinding usus halus. Kerja berbagai enzim tersebut dibantu oleh enzim asam hidroksida yang disekresikan lambung dan empedu yang disekresikan oleh hepar. Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, disitu pepsin mengurai beberapa ikatan peptida. Pepsin menghidrolisis ikatan-ikatan antara asam amino aromatik seperti fenilalanin atau tirosin dan asam amino kedua sehingga hasil pencernaan peptic adalah berbagai polipeptida dengan ukuran yang sangat berbeda. Di usus halus, polipeptida tersebut dicerna lebih lanjut oleh enzim-enzim proteolitik kuat yang berasal dari pankreas dan mukosa usus halus. Tripsin, kimotripsin dan elastase bekerja pada ikatan peptida interior pada molekul-molekul peptida dan disebut endopeptidase. Karboksipeptidase pankreas dan aminopeptidase brush border merupakan eksopeptidase yang menghidrolisis asam amino pada ujung karboksi dan amino polipeptida. Beberapa asam amino bebas dilepaskan di dalam lumen usus halus, tetapi yang lainnya dilepaskan pada permukaan sel oleh aminopeptidase dan dipeptidase dalam brush border sel-sel mukosa. Beberapa di- dan tripeptida ditranspor secara aktif ke dalam sel-sel usus halus dan dihidrolisis oleh peptidase intraseluler, dengan asam-asam amino yang memasuki aliran darah. Jadi, pencernaaan akhir terhadap asam amino terjadi di tiga tempat: lumen usus halus, brush border, dan sitoplasma sel-sel mukosa yang diawali dengan pencernaan protein atau polipeptida rantai panjang oleh enzim pepsin di lambung.
C. Jenis obat alami yang merangsang enzim pencernaan dan
menambah nafsu makan pada hewan Jenis tanaman obat tradisional yang berkhasiat meningkatkan nafsu makan: 1. Temulawak (Curcuma xanthorhiza) Secara praklinik dan klinik telah ditemukan bahwa rimpang temulawak dapat meningkatkan/ memperbaiki nafsu makan. Manfaat ini berkaitan dengan kerja karminativum dari minyak atsiri yang terkandung didalamnya. 2. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Kandungan dalam temu hitam antara lain Minyak atsiri, damar, pati dan lemak. 3. Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) Rimpang temu kunci mengandung 1,2% minyak atsiri. 4. Lengkuas (Alpinia galanga) Lengkuas mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan kristal kuning. 5. Kunyit (Curcuma Domestica) Kunyit mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri ( seskuiterpen alkohol, turmeron dan zingiberen), kurkuminoid (kurkumin, desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksi kurkumin), pati, gom dan getah. 6. Jahe (Zingiber Officinale) Jahe mengandung minyak atsiri zingiberena (Zingirona), Zingiberol, Bisabolena, Kurkumen, Gingerol, Filandrena dan Resin pahit. 7. Pepaya (Carica Papaya) Daun pepaya mengandung carposide, akar dan getah pepaya mengandung zat papiyotin, karpain, kautsyuk, karposit dan vitamin. 8. Brotowali (Tinospora crispa meir) 9. Tomat (Gycopersicum esculentum) Khaisat tomat menambah nafsu makan dengan cara memperbanyak keluarnya air liur, merangsang keluarnya enzim lambung, dan melancarkan aliran empedu ke usus. 10. Adas (Foeniculum Vulgare Mill) Kandungan kimianya antara lain minyak atsiri 1-6 %, mengandung 5060% anetol, + 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, feladren, metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak.
D. Contoh obat alami yang beredar sebagai antistomakikum
Contoh obat yang dapat mengurangi nafsu makan adalah teh hijau, yerba mate, Garnicia cambogia, Gymnema sylvestre, kopi dan Harvest Tummy Slim. DAFTAR PUSTAKA
Campbell. (2004). Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta, Erlangga.
Ganong, W.F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Handayani, L. dan Herti. (2002). Mengatasi Penyakit Pada Anak Dengan Ramuan Tradisional. Agro Media Pustaka, Jakarta. Kurniarum, A. dan Novitasari, R. A. (2016). Penggunaan tanaman obat tradisional untuk meningkatkan nafsu makan pada balita. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1(1): 75 – 81.