Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Aida Eliza
2. Indah Putriana
3. Mutia
4. Naili Hasni
5. Muhammad Afif
6. David kurniawan
7. Bismar perdamain
8. Dima suhada
9. Feni Lorenza
10. Afrizal Kurniawan
11. Mida riska arianti
12. Novela rahmi hanim
13. Jefri wahyudi

Dosen pembimbing : Ns. Asmiati M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PIALA SAKTI PARIAMAN
S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul ‘’ SISTEM RESPIRASI “Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk pembaca bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Pariaman , 06 Januari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi.......... ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......... ................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian.......... ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Organ Respirasi pada Manusia ..................................................... 3
B. Proses Respirasi pada Manusia ..................................................... 7
C. Mekanisme Respirasi pada Manusia ............................................. 9
D. Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Respirasi Manusia ......... 10
E. Gangguan Respirasi pada Manusia ............................................. 10
F. Contoh Aktivitas Siswa yang Dapat Dilakukan untuk
Membuktikan Kerja Respirasi Manusia ...................................... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASMA
A. pengkajian ................................................................................... 17
1. Biodata ......................................................................................... 17
2. Riwayat Kesehatan ...................................................................... 17
3. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 18
4. Pengkajian pola menurut Henderson ........................................... 19
5. Data Penunjang ........................................................................... 21
6. Data Fokus .................................................................................. 22
7. Analisa Data ................................................................................ 22
8. Rencana Keperawatan ................................................................. 23
9. Implementasi ............................................................................... 24
10. Evaluasi ..................................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 26
B. Saran dan Kritik............................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respirasi Salah satu ciri makhluk hidup adalah dengan bernapas, semua makhluk hidup
melakukan proses ini, demikian juga manusia. Pernapasan merupakan rangkaian proses sejak
pengambilan udara dan gas. Penggunaannya untuk memecah zat, mengeluarkan gas yang
dihasilkan dari sisa metabolisme, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan. Bernafas adalah
kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara. Udara mengandung berbagai komponen gas,
salah satunya adalah oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Oksigen inilah yang diperlukan
oleh tubuh, oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya, pernapasan
menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh.
Respirasi makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan cara langsung dan
tidak langsung. Pernapasan secara langsung terjadi pada organ pernapasan khusus, sedangkan
pernapasan tidak langsung terjadi jika belum ada organ pernapasan khusus. Pernapasan manusia
dan sebagian besar makhluk hidup vetebrata lainnya, termasuk pernapasan tidak langsung,
artinya udara pernapasan yang diperlukan tubuh, tidak langsung masuk ke dalam sel melalui
permukaan tubuh, tetapi melalui selaput tipis yang terdapat di dalam saluran pernapasan, yaitu
gelembung paru-paru. Pentingnya untuk mempelajari sistem pernapasan manusia terkait dengan
organ pernapasannya, prosesnya dan gangguan yang harus dihindari untuk menjaga sistem
pernapasan. Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai sistem pernapasan manusia
tentang proses, alat, dan beberapa hal yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembuatan makalah ini, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Apa beberapa organ Respirasi pada manusia?
2. Bagaimana proses Respirasi pada manusia?
3. Bagaimana mekanisme Respirasi pada manusia?
4. Apa faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan manusia?
5. Apa saja gangguan Respirasi pada manusia?
6. Bagaimana contoh aktivitas siswa yang dapat dilakukan untuk membuktikan kerja Respirasi
manusia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut
1. Untuk mengetahui beberapa organ Respirasi pada manusia
2. Untuk mengetahui proses respirasi pada manusia
3. Untuk mengetahui mekanisme respirasi pada manusia
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi frekuensi respirasi manusia
5. Untuk mengetahui beberapa gangguan respirasi pada manusia
6. Untuk mengetahui contoh aktivitas siswa yang dapat dilakukan untuk membuktikan kerja
respirasi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Organ Respirasi pada Manusia


Sistem Respirasi pada manusia meliputi semua struktur yang menghubungkan udara ke dan
dari paru-paru. Organ Respirasi utama berupa paru-paru. Berikut ini adalah organ-organ yang
digunakan dalam pernapasan manusia.
1. Hidung
Rongga hidung merupakan tempat yang paling awal dimasuki udara
pernapasan. Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan
tersusun atas tulang rawan. Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga
hidung, dan ujung rongga hidup. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari
akan melewati hidung (Endang dan Idun, 2009: 231). Di dalam rongga
hidung, udara disaring oleh rambut-rambut kecil (silia) dan selaput lendir yang berguna untuk
menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara pernapasan,
maupun menyelidiki adanya bau. Berikut ini adalah fungsi hidung.
a. Menghangatkan udara
Hidung memiliki struktur pembuluh darah yang sangat kecil dan tipid yang berada di sekitar
hidung. Ketika udara yang terhirup dingin hidung memperbesar pembuluh-pembuluh darah
sehingga menambah luas permukaan untuk proses penghangatan udara yang lebih besar.
b. Melembapkan udara
Hidung mensekresikan lendir, bahkan setiap harinya lendir yang diekskresikan mencapai ±1
liter. Dengan lendir tersebut, air akan diuapkan untuk melaksanakan proses pelembapan udara
tersebut sehingga udara yang masuk ke paru-paru akan selalu dalam keadaan lembap yaitu,
±80%
c. Membersihkan udara
Lendir juga ternyata dapat menjerat kotoran atau kuman yang berhasil lolos dari saringan dari
rambut hidung.
2. Laring
Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara. Bagian sebelah atas laring disebut
faring yang memiliki panjang sekitan ± 4 cm. Struktur laring disusun oleh kepingan tulang
rawan, antara lain seperti berikut.
1. Tulang rawan epiglotis berjumlah satu dan terletak di puncak laring berbentuk daun.
2. Tulang rawan tiroid berjumlah satu, berbentuk seperti perisai yang terletak di sebelah anterior
dari laring. Perbedaan antara pria dan wanita yakni pada pria lebih besar dan menonjol yang
membentuk jakun (Endang dan Idun, 2009: 232).
3. Tulang rawan krikoid berjumlah satu dan membatasi bagian bawah laring berbentuk cincin.
4. Tulang rawan aritenoid berjumlah dua dan terletak di atas krikoid yang berhubungan dengan
pita suara
5. Tulang rawan kuneiformis berjumlah dua dan terletak di antara epiglotis dan aritenoid.
6. Tulang rawan kornoculatum berjumlah dua dan terletak di atas aritenoid.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis) (Purnomo, dkk,
2009: 220). Pada waktu menelan makanan, epiglotis melipat ke bawah menutupi laing sehingga
makanan tidak dapat masuk dalam laring. Sementara, pada saat bernapas epiglotis akan
membuka. Itulah sebabnya saat kita menelan makanan tidak mungkin bersamaan dengan
menghirup udara.
3. Trakea
Tulang Makanan masuk
Rawan Esofagus Trakea

Trakea (batang tenggorokan) merupakan pipa yang panjangnya


± 9 cm. batang tenggorokan atau trakea merupakan pipa yang
dindingnya terdiri atas tiga lapis. Lapis luar terdiri atas jaringan
ikat, lapis
tengah terdiri atas otot polos, dan cincin tulang rawan, sedangkan lapis terdalam terdiri atas
jaringan epitel bersilia. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang dihasilkan oleh epithelium
bersilia (Purnomo, dkk, 2009: 220). Silia-silia ini bergerak ke atas ke arah laring sehingga
dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang masuk saat menghirup napas dapat
dikeluarkan.
4. Bronkus
Ujung trakea bercabang menjadi dua bagian yang disebut
bronkus. Apabila pada bagian ini kemasukan debu akibatnya
terjadi penyempitan pada saluran pernapasan sehingga
menyebabkan seseorang sukar bernapas yang menyebabkan
seseorang akan bersin jika saluran pernapasan kemasukan
benda asing yang mengganggu pernapasan (Endang dan Idun, 2009: 233). Bronkus terdiri dari
dua percabangan yaitu bronkus kanan dan kiri. Letaknya juga berbeda bronkus kanan lebih
vertical daripada kiri. Karena struktur ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan
benda asing yang menyebabkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit bronkhitis
(Endang dan Idun, 2009: 234). Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus,
sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Pada seseorang yang
menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini
dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi.
Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian
bronkus ini akan tersumbat oleh lendir.
5. Paru-paru
Paru-paru manusia berjumlah sepasang, masing-
masing dibungkus oleh selaput pembungkus paru-paru
yang disebut pleura. Paru-paru kanan berukuran lebih
besar daripada kiri dan beratnya sekitar 620 gram untuk
paru-paru kanan dan 560 gram untuk paru-paru kiri. Di
dalam paru-paru terdapat gelembung halus yang
merupakan perluasan permukaan paru-paru disebut alveolus dan jumlahnya ± 300 juta buah.
Alveolus ini memiliki dinding yang elastik dan banyak mengandung kapiler darah, disitulah
terjadinya pertukaran udara secara proses difusi, oksigen akan diikat sedangkan CO2 dan air akan
dilepaskan. Pada seseorang yang menderita emfisema, alveolusnya mengalami gangguan
kelenturan sehingga sulit untuk mengembang dan mengempis (Endang dan Idun, 2009: 236).
B. Proses Respirasi pada Manusia
Udara dapat masuk dan keluar paru-paru karena adanya tekanan udara luar dengan udara
dalam paru-paru. Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh terjadinya perubahan besar kecilnya
rongga udara, rongga perut dan rongga alveolus. Jalur udara pernapasan pada manusia untuk
menuju sel-sel tubuh adalah rongga hidung-faring(rongga tekak)-laring-trakea (batang
tenggorok)-bronkus-alveolus-sel-sel tubuh (Purnomo, dkk, 2009: 222). Namun proses
pernapasan manusia tidak semudah itu terdapat mekanisme pertukaran gas O2 dan CO2.
Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung pada dua tahap yaitu pernapasan luar
(eksternal) dan pernapasan dalam (internal) berikut ini penjelasannya.
1. Respirasi luar (eksternal)
Respirasi luar merupakan pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel
darah pada jaringan epitel selaput alveolus (Slamet dan Sri, 2007: 198). Dengan kata lain,
pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan darah. Pada
pernapasan ini, oksigen dari udara bebas atau luar berdifusi ke dalam darah kapiler paru-paru.
Darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida
sebagai ion bikarbonat (HCO3-) dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
H++ HCO3- H2CO3 H2O + CO2
Reaksi ini akan dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase yang terdapat di dalam sel-sel
darah. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion-ion hidrogen yang telah diangkut.
HHb menjadi Hb. Hb adalah singkatan dari haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah
merah. Selanjutnya, hemoglobin mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Hb + O2 HbO2
Pertukaran gas pada alveolus inilah yang dimaksud dengan pernapasan luar. Selama pernapasan
luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2 meninggalkan darah dan O2
masuk ke dalam darah secara difusi.
2. Respirasi dalam (internal)
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh) darah masuk ke dalam
jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk ke dalam cairan jaringan
tubuh.
HbO2 Hb + O2
Oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke cairan sel jaringan tubuh karena oksigen yang
dikandung jaringan tubuh secara terus menerus digunakan untuk oksidasi biologis di dalam sel,
sehingga kadar O2 di dalam cairan jaringan tubuh rendah. Oksidasi biologis di dalam jaringan
menyebabkan kadar CO2 di dalam jaringan tubuh tinggi. Hal inilah yang mempermudah Hb yang
telah membebaskan oksigen untuk mengikat dan mengangkut sebagian CO2 dalam bentuk
karbominohemoglobin. Oksigen dari sel-sel darah keluar dan berdifusi menuju ke jaringan
tubuh, sebaliknya CO2 dari jaringan tubuh berdifusi ke sel-sel darah. Pertukaran gas ini yang
disebut pernapasan dalam. Lebih jelasnya dengan melihat gambar dibawah ini.

Oksigen yang telah masuk ke dalam sel jaringan tubuh akan digunakan untuk pernapasan
seluler atau oksidasi biologis, yaitu untuk pemecahan zat makanan (Slamet dan Sri, 2007: 200).
Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru dibebaskan ke udara bebas. Darah yang
melewati paru-paru hanya membebaskan 10% CO2. Sisanya sebesar 90% tetap bertahan di dalam
darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-ion bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau
penyangga karena mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH darah. Apabila terjadi
gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat (H2CO3) akan meningkat
sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang berperan sebagai larutan buffer.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis yang disebut asidosis (Purnomo, 2009:
226).
C. Mekanisme Respirasi pada Manusia
Berdasarkan otot yang berperan aktif pada proses pernapasan, pernapasan pada manusia
dapat dibedakan menjadi pernapasan dada dan pernapasan perut.
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi bila otot-otot tulang
rusuk luar berkontraksi, akibatnya tulang
rusuk naik dan volume rongga dada akan
lebih kecil daripada udara luar. Karena
adanya perbedaan tekanan udara ini, maka
udara luar masuk ke dalam rongga dada,
sehingga terjadi proses inspirasi. Proses
ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang
rusuk dalam berkontraksi. Akibatnya, tulang rusuk turun dan volume rongga dada mengecil,
sehingga tekanan udara di dalam rongga dada akan lebih besar. Selanjutnya, udara akan
terdorong ke luar. Secara sederhana urutan prosesnya sebagai berikut.
Proses Inspirasi

Tulang rusuk berkontraksi tulang rusuk naik volume rongga dada


membesar, berakibat tekanan udaranya kecil udara masuk

Proses Ekspirasi

Tulang rusuk mengendur tulang rusuk turun volume rongga


dada mengecil berakibat tekanan udaranya besar udara keluar

2. Pernapasan Perut
Pada pernapasan perut, fase inspirasi terjadi apabila otot
diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan volume
rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam
rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya
udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi)
dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar
daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar. Secara sederhana urutan
prosesnya sebagai berikut.
Proses inspirasi
Otot-otot mengendur otot diafragma mendatar volume
rongga dada membesar tekanan udara rongga dada lebih kecil
udara masuk
Proses ekspirasi

Otot diafragma berkontraksi volume rongga dada mengecil


tekanan udara rongga dada lebih besar udara ke luar

D. Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Respirasi Manusia


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi respirasi manusia yaitu sebagai berikut.
1. Umur, umumnya makin bertambah umur seseorang akan makin rendah frekuensi
pernapasannya. Hal ini berhubungan erat dengan makin berkurangnya proporsi kebutuhan
energinya.
2. Jenis kelamin, laki-laki pada umumnya lebih banyak bergerak, sehingga lebih banyak
memerlukan energi. Kebutuhan oksigen dan produksi CO2 pada pria juga lebih tinggi.
3. Suhu tubuh, semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi pernapasannya. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan proses metabolisme, sehingga diperlukan peningkatan
pemasukan O2 dan pengeluaran CO2.
4. Posisi tubuh, erat kaitannya dengan beban yang harus ditanggung oleh organ tubuh. Orang
yang berdiri lebih banyak frekuensi pengambilan O2 karena otot yang berkontraksi lebih
banyak sehingga memerlukan energi yang lebih banyak pula.
5. Kegiatan tubuh, orang yang giat melakukan aktivitas lebih banyak membutuhkan energi.
Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut tubuh perlu lebih banyak oksigen untuk
pernapasan seluler, dan tubuh lebih banyak memproduksi zat sisa.
E. Beberapa Gangguan Reaspirasi Pada Manusia
Sistem pernapasan manusia bisa mengalami gangguan dan kelainan yang disebabkan oleh
infeksi kuman, faktor bawaan, atau polusi udara. berikut ini adalah beberapa gangguan dari
sistem pernapasan manusia.
1. Influeza (flu), disebabkan oleh virus yang menimbulkan radang pada selaput mukosa di
saluran pernapasan.
2. Asma, gangguan pada rongga saluran pernapasan yang diakibatkan oleh berkontraksinya
otot polos pada trakea. Penyebabnya dapat berupa udara yang tercemar asap atau debu,
udara yang terlalu dingin, dan keadaan jiwa penderita (stress atau tekanan emosi).
3. Tuberkulosis (TBC), disebabkan karena bakteri Mycobacterium tuberculosa. Peradangan
pada dinding alveolus sehingga difusi O2 akan terganggu.
4. Bronkitis, terjadi karena radang pada selaput lendir, trakea, dan saluran bronkia.
5. Penyempitan dan penyumbatan saluran pernapasan akibat terjadinya pembengkakan kelenjar
limfe. Misalnya polip (di hidung) dan amandel (di tekak).
6. Feringitis, infeksi pada faring oleh bakteri dan virus. Gejalanya adalah kerongkongan terasa
nyeri saat menelan.
7. Asifiksi, kelainan atau gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan atau gangguan
penggunaan oksigen oleh jaringan. Penyebabnya dapat terletak di paru-paru, pembuluh
darah atau dalam jaringan tubuh. Misalnya seseorang yang tenggelam, alveolusnya terisi air,
orang-orang yang keracunan karbon monoksida dalam asam sianida, dan lainnya. Keracunan
karbon monoksida dan asam sianida terjadi karena kedua zat ini memiliki afinitas terhadap
hemoglobin lebih besar daripada oksigen.
8. Penyakit diphteri, misalnya diphteri tekak, tenggorokan, dan diphteri hidung. Penyakit ini
biasa menyerang saluran pernapasan anak bagian atas. Kuman peneybabnya
Corynebacterium diphteriae. Kuman diphteri tersebut mengeluarkan racun dan bila racun ini
beredar bersama darah, akan merusak selaput jantung.
9. Anthrakosis, yaitu kelainan pada alat pernapasan yang disebabkan oleh masuknya debu
tambang.
10. Pleuritis, yaitu peradangan selaput (pleura) karean pleura mengalami penambahan cairan
intrapleura, sehingga timbul rasa nyeri saat bernapas.
11. Pneumonia atau logenstelking, yaitu penyakit radang paru-paru yang disebabkan
Diplococcus Pneumoniae.
12. Tonsilitis, yaitu radang karena infeksi oleh bakteri tertentu pada tonsil. Gejalanya
tenggorakan sakit, sulit menelan, suhu tubuh naik, demam, dan otot-otot terasa sakit.
13. Kanker paru-paru, biasa diderita oleh para perokok. Kanker ini disebabkan oleh adanya
tumor ganas yang terbentuk di dalam epitel bronkiolus.
14. Emfisema, yaitu suatu penyakit yang terjadi karena ketidaknormalan (abnormalitas) susunan
dan fungsi alveolus. Akibatnya, terjadi inefisiensi pengikatan O2 sehingga pernapasan
menjadi sulit.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan memelihara sistem pernapasan dari
beberapa gangguan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Makan makanan bergizi
3. Olahraga secara teratur
4. Melakukan penghijauan
F. Aktivitas Siswa yang Dapat Dilakukan Untuk Membuktikan Kerja Respirasi Manusia
1. Peragaan Pernapasan Dada
Alat dan bahan : botol plastik transparan 2 liter, lembaran plastik tipis (contohnya dari
potongan bungkus plastik), balon bulat, dua karet gelang, pita perekat lebarnya sekitar 2 cm,
cutter, dan gunting
 Buatlah sebuah model dada seperti
yang ditunjukkan pada gambar
disamping. Pada model ini balon berperan
sebagai paru-paru, botol dada, dan
plastik tipis sebagai diafragma.
 Pegang leher botol dan ambil tengah
dari “diafragma”, tekan ke atas dan ke
bawah, lihat apa yang terjadi pada
“paru-paru”.
 Posisikan wajahmu di atas leher balon. Ketika “diafragma” di tekan ke atas kamu akan
merasakan udara terhembus keluar dari “paru-paru”.
Apa yang terjadi pada “paru-paru” ketika diafragma bergerak ke atas dan ke bawah? (seperti
“diafragma” ditekan ke atas “paru-paru” mengempis. Ketika diafragma di tarik kebawah, “paru-
paru” akan mengembang kembali).
Model ini berguna untuk menunjukkan:
 Menekankan bahwa paru-paru pasif dalam bernafas, paru-paru bergerak tapi tidak bergerak
sendiri
 Menunjukkan bahwa aliran udara masuk dan keluar yang kita hirup (udara tidak
bersirkulasi)
 Menunjukkan secara tepat bahwa diafragma yang didorong ke atas ketika menghembuskan
napas dan ditarik ke bawah ketika menarik napas.
Yang perlu menjadi penjelasan sehingga tidak berpotensi menyesatkan dari aktivitas ini adalah
sebagai berikut.
 Paru-paru sebenarnya ada dua bagian
 Paru-paru tidak mengisi dada secara keseluruhan dan tidak terpisah dari jantung
 Bentuk dari diafragma terlalu datar sementar pada tubuh kita berbentuk seperti kubah.
2. Pergerakan diafragma dan tulang rusuk dalam bernapas
Alat dan bahan : pilih salah satu atau gunakan semua dari beberapa bahan seperti grafik dan
model tubuh manusia, CD pembelajaran tentang anatomi manusia.
Catatan penting: Meskipun pola napas tunggal yang dalam diperlukan selama kegiatan ini,
dalam waktu yang singkat siswa harus mengulangi napas ini atau bernapas lebih cepat dari
biasanya. Tujuannya untuk mencari tahu tentang gerakan bernapas.
a. Bernapas dengan diafragma
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
 Duduk dan temukan batas bawah dari tulang dada dan bagian bawah dari tulang rusuk.
Diafragma bergabung ke ujung bawah tulang rusuk sepanjang area tersebut dan pada
bagian bawahnya adalah perut.
 Tautkan jari-jari anda sehingga tangan dengan kokoh bergabung bersama-sama dan
ditempatkan pada ujung bawah tulang dada anda di kedua sisi tulang rusuk.
 Tekan tangan dan lengan ke dalam tulang rusuk untuk menghentikannya bergerak dan
bernapas seperti jika anda menguap. Perut akan mendorongnya keluar.
 Masih memegang tulang rusuk, hembuskan napas lagi dengan menarik perut masuk.
Dengan beberapa latihan kecil anda mungkin dapat bernafas dengan carai ini tanpa
memegang tulang dada anda, cara ini adalah cara yang penyanyi harus belajar sebagai bagian
dari kontrol napasnya.
Dari model tersebut ketika anda menarik napas, diafragma tertarik ke bawah dan menjadi
datar dengan otot yang mengelilinga di tepi (bergabung ke bagian bawah dari tulang rusuk).
Dorongan perut, jantung dan usus ke bagian bawah, membuat seperti tonjolan pada perut yang
keluar. Di saat yang sama dada dibuat lebih besar, sehingga udara mengalir ke dalam paru-paru.
Ketika anda menghembuskan napas, otot di depan perut tertarik ke dalam, mendorong usus,
jantung, perut dan diafragma kembali lagi. Pernapasan ini membuat dada lebih kecil, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru lagi.
b. Bernapas dengan tulang rusuk (pernapasan dada)
 Gabungkan kedua tangan anda bersama seperti sebelumnya, tapi letakkan tangan tersebut
lebih rendah ke bawah, di atas perut anda. Tarik kedua tangan dan siku ke dalam, untuk
mencegah perut anda menggembung
 Tarik dan hembuskan napas dengan menaikkan dan menurunkan tulang rusukmu. Cobalah
untuk tidak menggerakan diaframa dan perut sama sekali, meskipun hal ini mungkin sulit
(pergerakan itu tidak masalah jika bergerak sedikit).
Bagaimana tulang rusuk anda bergerak ketika anda bernapas? (Ketika menarik napas
tulang rusuk bergerak ke atas dan ke arah eluar, ketika menghembuskan napas bergerak ke
bawah dan ke arah masuk).
Ketika anda menarik napas dan tulang rusuk anda bergerak ke atas dan ke arah luar,
apakah dada anda berubah ukurannya? (Ya, bertambah besar)
Apa hasilnya? (udara mengalir ke dalam paru-paru ketika menarik napas)
Apa yang terjadi ketika tulang rusukmu bergerak ke bawah dan ke dalam? (Ukuran dada
bertambah kecil dan udara mengalir keluar dari paru-paru ketika menghembuskan napas).
Tindakan pernapasan disebabkan oleh otot-otot antara tulang rusuk sendiri. Satu rangkaian
menarik tulang rusuk ke atas dan ke luar sementara rangkaian lainnya menariknya ke bawah dan
ke dalam lagi.
Baik pernapasan tulang rusuk dan diafragma digunakan dalam pernapasan normal oleh
sebagian besar orang, meskipun salah satu pernapasan mungkin digunakan lebih sering daripada
pernapasan yang satunya. Ketika seseorang berbaring santai atau tidur, kebanyakan dari
pernapasan yang mereka lakukan adalah pernapasan diafragma dan otot perut tetapi ketika
sedang terlibat dalam aktivitas olahraga berat pernapasan yang dilakukan baiasanya akan lebih
cepat dan dalam (udara yang diambil lebih banyak pada setiap pernapasan) sehingga pernapasan
dengan tulang rusuk akan digunakan lebih sering.
3. Respirasi dan suhu tubuh
Respirasi adalah proses dimana energi ditransferkan pada makhluk hidup. Pernapasan adalah
proses kimia, tetapi tidak seperti pembakaran karena dilakukan dengan sangat terkontrol dan
berada pada suhu rendah, biasanya di bawah 40° C. Penemuan bukti untuk respirasi pada tingkar
dasar yang melibatkan pengukuran suhu tubuh kita. Jika suatu benda berada pada suhu yang
lebih tinggi dari sekitarnya, misalnya secangkir kopi panas, secangkir kopi akan dingin, untuk
mentransfer energi apapun yang ada di sekitar pada suhu yang sama seperti sekitarnya. Jika suatu
benda secara konsisten mempertahankan suhunya yang lebih tinggi dari lingkungannya, benda
tersebut harus memiliki semacam proses pemanasan internal. Dalam tubuh kita proses ini adalah
proses pernapasan dan bukti yang paling mudah diamati adalah suhu tubuh kita.
Suhu tubuh dan suhu yang signifikan
Alat dan bahan : Berbagai jenis thermometer untuk mengukur suhu kamar, thermometer digital
untuk mengukur suhu tubuh letakkan di tengah tekukan lengan.
 Jika sebelumnya kelas anda tidak memiliki thermometer untuk mengukur suhu ruangan,
tetapkan satu thermometer di tempat yang aman, jauh dari sinar matahari langsung atau
ruang pemanas. Biarkan selama 20 menit, kemudian catat suhu kamar tersebut.
 Pastikan bahwa setiap siswa yang diukur suhunya tidak dalam kondisi makan, minum,
olahraga atau berada diluar dengan suhu yang panas selama lebih dari 30 menit
 Letakkan probe thermometer di ketiak, tutup lengan atas dan tunggu kira-kira 2 menit. Baca
suhu yang terukur pada thermometer lalu cek kembali dengan memeriksa kembali.
 Bandingkan hasil yang diperoleh dari orang yang berbeda dengan menggunakan
thermometer yang sama. Apa setiap orang memiliki suhu yang sama? (biasanya, tidak tapi
rentang variasinya sedikit secara normal)
 Apa perbedaan antara suhu tubuh manusia dan suhu ruangan? (Suhu tubuh lebih tinggi,
kecuali jika ruangan memang sangat panas)
 Apa yang anda harapkan terjadi pada benda yang panas jika diletakkan pada sebuah ruangan
yang dingin? (Benda tersebut akan dingin sesuai dengan suhu ruangan)
 Mengapa tubuh kita tidak dingin atau menyesuaikan suhu ruangan? (karena tubuh kita
menjaga kita untuk tetap hangat, karena tubuh kita memiliki proses pemanasan internal).
Pemanasan internal tubuh yang menunjukkan bahwa energi sedang ditransfer dimana proses
ini dilakukan adalah respirasi. Mempertahankan suhu inti tubuh sangatlah penting: jika suhu
tubuh bervarias dengan berbeda beberapa derajat, misalnya demam (suhu tinggi) atau hipotermia
(suhu rendah), hal ini dapat mengancam keselamatan jiwa. Selama olahraga, pemanasan yang
berlebihan pada tubuh perlu dihindari dengan pending
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA ASMA

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 06 Januari 2020 Pukul 14 00 WIB. Data diperoleh
dari pasien, keluarga pasien dan rekam medis.
1. Biodata
a. Biodata Pasien
1. Nama : Tn. R
2. Umur : 16 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : SMA
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
7. Status : -
8. Alamat : Pulorejo Wonogiri
9. Suku : jawa
10. Bangsa : Indonesia
b. Biodata Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. N
2. Umur : 38 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : SMP
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : PNS
7. Alamat : Pulorejo Wonogiri
8. Suku : Jawa
9. Hubungan dengan pasien : Ayah
c. Masuk Rumah Sakit
Senin, 06 Januari 2020 (Pukul 18.10 WIB)

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak nafas, mual
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum pasien dirawat di RS Muh Selogiri pasien mengatakan sesak
nafas dan mual karena habis lari-lari saat sore hari karena keluarga merasa panik,
keluarga pasien langsung membawa pasien ke RS Muh Selogiri dengan
menggunakan kendaraan pribadi. Sesampainya di RS pasien langsung di bawa ke
IGD dan langsung mendapatkan terapi O2 3 lpm dan dipasang infus RL 20 tpm.
Injeksi aminopilin 10 mg dan obat oral salbutamol ½ tab. Pada saat dikaji pasien
masih mengeluh sesak dan mual. TD : 120/60, N : 100 x/menit, S : 360C, R :
26x/menit. Kemudian pasien dipindahkan ke bangsal mina pada hari Sabtu Pukul
18.10 WIB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma sejak kecil dan flek paru-
paru. Keluarga pasien juga mengatakan dahulu pernah mondok selama 4 hari di
RSUD Sukoharjo, pasien mempunyai penyakit asma karena keturunan dari
ibunya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan di keluarganya ada yang mempunyai
penyakit asma dari ibunya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran
Composmentis, GCS : E4 V5 M6 Jumlah 15
b. TTV
TD : 120/60 mmHg
N : 100 x/menit
S : 360C
R : 26 x/menit
c. TB/BB
TB : 163
BB : 41
IMT : BB = 41 = 41 = 15,43
(TB)2 (1.63)2 (2.6569)
d. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, tidak ada luka, tidak ada ketombe, bersih tidak
berminyak.
e. Mata
Konjungtiva merah muda, simetris kanan dan kiri, sclera berwarna putih
f. Wajah
Simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan abnormal
g. Hidung
Simetris kanan dan kiri, terpasang alat bantu nafas O2 3 lpm tidak ada secret tidak
ada polip hidung
h. Mulut
Mulcosa bibir kering tida ada stomatitis, gigi lengkap, lidah bersih, fungsi perasa
baik.
i. Telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka tidak terlihat penumpukan serumen, tidak
ada alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
j. Leher
Simetris kanan dan kiri tidak ada luka tidak ada pembesaran getah bening, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
k. Dada
- Paru :
I : Pengembangan paru kanan dan kiri simetris, tidak ada luka
P : Hipersonor
P : Taktil femitus teraba, simetris kanan dan kiri
A : Whezing
- Jantung
I : Ictus cordis terlihat di ICS 4 – 5 mid clavicula sinistra
P : Redup
P : Ictus cordis teraba di ICS 4 – 5
A : Bunyi jantung 1 – 2 reguler
l. Abdomen
I : Simetris kanan dan kiri
A : Beristaltik usus 20 x/menit bising usus 18 x/menit
P : Dulnes
P : Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
m. Genetalia
Bersih, tidak terpasang DC
n. Anus
Tidak ada iritasi, tidak ada hemoroid
o. Ekstremitas
Atas : lengkap tidak ada kelainan, terpasang infus RL 20 tpm ditangan kanan dan
terpasang O2 3 lpm
Bawah : Lengkap tidak terpasang DC
p. Kulit
Sawo matang, tidak ada luka, tidak ada jejas, turgor kulit baik CRT < 3 detik
Hal yang dinilai 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktivitas Jalan Jalan dengan Sangat Tidak mampu
Sendiri bantuan terbatas bergerak

Mobilitas Bebas Agak terbatas Sangat Mampu tidak
bergerak terbatas bergerak

Inkontinesia Kontinen Kadang Selalu Inkontinen
kontinen kontinen urin dan alvi

Keterangan
a : 16-20 : tidak beresiko
b : 12-5 : beresiko
c : <12 : resoko tinggi
Kesimpulan : tidak beresiko decubitus score (16)

4. Pengkajian Pola Menurut Henderson


a. Pola Bernafas
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan bernafas spontan tanpa alat bantu nafas
- Selama Sakit : Pasien mengatakan sesak dan batuk terpasang O2 3 LPM
b. Pola Makan
- Sebelum Sakit : Pasein mengatakan makan 1 x sehari 1 porsi
- Selama sakit : pasien mengatakan mau makan 3x /hari habis 1 porsi menu rumah
sakit.
Status Nutrisi
A. (Antropometri) : IMT . BB = 15.43
(TB)2
B. (Biokimia) : Lab Hb : 12.9 g/dl (11.0 – 16.5)
C. (clinical) : GCD, E4, V5, M6 = 15
D.(Dietry) : Pasien mengatakan makan 1 porsi menu RS
c. Pola Minum :
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jarang minum ± 750 cc /hari
- Selama sakit : pasien mengatakan minum susah hanya minum jika haus ± 800 cc
d. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x sehari dan BAK 3 – 4 /hari ± 2000 cc
- Selama sakit : Pasien mengatakan belum bias BAB dan BAK 3 – 4 x/hari ± 2000
cc
Blance Cairan
Intake :
- Infus : 1500 ml - Output BAK : 2000 cc
- Minum : 800 cc BAB : -
- Makan : 100 cc + - Iwu (15 x BB) : 615 cc
2400 cc 2615 cc
Keseimbangan
: Intake – output
: 2400 cc – 2615 cc
: - 215 cc
e. Pola Gerak
- Sebelum Sakit : pasien mengatakan dapat bergerak bebas
- Selama sakit : pasien mengatakan gerak terbatasi karena terpasang infus
Indeks Korts
No Fungsi Mandiri Dibantu
1. Mandi √
2. Berpakaian √
3. Ke toilet √
4. Berpindah √
5. Kontinen BAK/BAB √
6. Makan √

Indeks katz 3 (Mandiri kecuali mandi berpakaian dan ke toilet)


f. Pola Pemeliharaan Postur Tubuh
- Sebelum Sakit : Pasien mengatakan berolah raga 1 minggu sekali
- Setelah Sakit : Pasien mengatakan hanya duduk dan berbaring kadang juga jalan-
jalan sebentar, karena terbatas
g. Pola Kebersihan dan Berpakaian
- Sebelum Sakit : Pasien mengatakan mandi dan berganti pakaian 2 x sehari tanpa
dibantu keluarga
- Selama Sakit : Pasien mengatakan disibin dan ganti pakaian dibantu keluarga
h. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum Sakit : Pasien mengatakan tidur ± 7 – 8 jam / hari tanpa tidur siang
- Selama sakit : Pasien mengatakan susah tidur dan tidur selalu larut malam ± 6
jam/hari
5. Data Penunjang
a) Hasil Laboratorium tanggal 10 Februari 2017

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

WBC 11.7 H 103 /mm3 (3.5 – 10.3)

RBC 4.53 103 /mm3 (3.80 – 5.80)

HGB 12.9 9/dl (11.0 – 16.5)

HCT 33.8 % (35.0 – 50.0)

PLT 227 103 /mm3 (150 – 390)

PPCT 188 % (100 – 500)

MCV 75L Nm3 (80 – 97)

MCH 28.5 Pg (26.5 – 33.5)

MCHC 38.3 9/dl (31.5 – 35.5)

RDW 14.4 % (10.0– 15.0)

MPV 6.8 Nm3 (6.5 – 11.0)

PDW 13.0 % (10.0 – 18.0)

DIFF

%LYM 18.7 % (17.0 – 48.0)

%MON 3.9 L % (4.0 – 10.0)

%GRA 77.4 % (43.0 – 76.0)

#LYM 2.1 103 /mm3 (1.2 – 3.2)

#MON 0.4 103 /mm3 (0.3 – 0.8)

#GRA 9.2 H 103 /mm3 (1.2 – 6.8)


6. Data Fokus
a.Data Subyektif
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan mual
- Pasien mengatakan kurang begitu paham tentang penyakitnya
b.Data Obyektif
- Pasien tampak sesak nafas RR : 26 x /menit, TD 120/60, N : 100 x/menit S : 360C
- Pasien tampak mual
- Pasien tampak bertanya kenapa tim medis mengenai penyakitnya

7. Analisis Data
No Tgl Data Problem Etiologi
1 06/01/2020 DS : Pasien mengatakan Ketidakefektifan Mucus dalam
masih sesak nafas bersihan jalan jumlah
DO : Pasien tampak sesak dan nafas berlebihan
terpasang O2 3 lpm
TTV
TD : 100/60 mmHg
N : 100x/mnt
S : 360C
R : 26 x/mnt
2 06/01/2020 DS : Pasien mengatakan mual Gangguan Mual dan muntah
tidak nafsu makan pemenuhan
DO : Pasien tampak mual dan nutrisi kurang
tidak mau makan dari kebutuhan
3 06/01/2020 DS : Pasien mengatakan Kurangnya Isif espestasi
belum paham tentang pengetahuan yang
penyakit asma salah, informasi
DO : Pasien tampak bertanya yang didapat
kepada tim medis tidak adekuat

7. Diagnosa Keperawatan
DX Diagnosa Tanggal Tanggal paraf
ditemukan teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan 06/01/2020
nafas b.d mocus dalam jumlah
berlebihan
2. Gangguan pemenuhan nutrisi 06/01/2020
kurang dari kebutuhan b.d mual
dan muntah
3. Kurangnya pengetahuan b.d isif 06/01/2020
ekspetasi yang salah informasi
yang didapat tidak adekuat
8. Rencana Keperawatan

Tgl No Tujuan dan KH Intervensi Rasional


06/01/2020 1. Setalah dilakukan
- Observasi - Untuk mengetahui
kep 3 x 24 jam TTV dan KU status kesehatan pasien
gangguan bersihan - Atur posisi - Meningkatkan
jalan nafas teratasi semi fowler kenyamanan pasien
dengan KH - Beri - Menambah
- TTV O2 sesuai kebutuhan suplai O2 ke
TD : 100/60 mmHg indikasi tubuh pasien
N : 100x/mnt - Ajarkan - Mempertahankan
0
S : 36 C relaksasi nafas mental agar tetap rileks
R : 26 x/mnt dalam - Menentukan terapi
- Sesak berkurang- Kolaborasi tambahan
dengan dokter
06/01/2020 2. Setelah dilakukan
- Berikan - Membantu
tindakan kep. 3 x 24 makanan yang menyeimbangkan nutrisi
jam gangguan bervariasi - Menyediakan pilihan
pemenuhan nutrisi - Berikan nutrisi yang dapat
kurang dari makan sedikit
diberikan pada pasien
kebutuhan dapat tapi sering - Membantu
teratasi dengan KH - Penkes pemenuhan gizi
- Mual berkurang mengenai seimbang
- Nafsu makan kebutuhan - Menambah
bertambah nutrisi pengetahuan diit kepada
- Kolaborasi pasien
dengan - Memberikan nutrisi
dokter/ahli gizi tambahan sesuai
kebutuhan nutrisi pasien
06/01/2020 3. Setelah dilakukan- Kaji tingkat- Untuk mengetahui
tindakan kep. 1x 40 pengetahuan pasien tau tentang
menit kurangnya pasien penyakitnya/tidak
pengetahuan dapat - Memberi - Mengevaluasi
teratasi dengan KH : waktu kepada pemahaman pasien
- Pasien dapat pasien untuk
- Mencegah pasien
menjelaskan kembali bertanya bingung
tentang penyakitnya- Anjurkan
- Pasien tidak pasien untuk
bingung mengungkapkan
- Pasien dapat apa yang belum
menyebutkan gejala dimengerti
tanda dan cara
menanganinya
9. Implementasi

No
Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf
Dx
06/01/2020 1 Memberikan obat oralS : Pasien mau minum obat
06.00 salbutamol ½ tab O : obat masuk po
10.00 1,2,3 Melakukan TTV S: Pasien mau dilakukan
TTV
O : TD : 100/60
N : 100 x/menit
S : 360C
R : 26x/mnt
13.00 1 Mengatur posisi semiS : Pasien mengatakan iya
fowler O : Posisi kepala lebih
tinggi dari kaki
14.00 Membantu mengaturS: Pasien mengatakan sesak
O2 2 lpm nafas berkurang
O : Pasien tampak memakai
O2
06/01/2020 1,2,3 Memberikan injeksi S : Pasien mengatakan mau
21.00 - Cefotaxim 700 mg di injeksi
- Dexametazol 4 mg O : Obat masuk IV
21.45 2 Memberikan obat oral : S : Pasien mengatakan mau
- Salbutamol 1 cth minum obat
O : Obat masuk PO
01.00 1,2,3 Mengganti cairan infusS : Pasien mengatakan “iya”
RL 20 tpm O : Cairan infus menetes 20
tpm
05.00 1,2 Melakukan TTV S: Pasien mengatakan
bersedia
O:
TD : 100/60 mmHg
N : 100x/mnt
S : 360C
R : 26 x/mnt
07/01/2020 1 Melakukan TTV S : Pasien mengatakan
“Iya”
O:
TD : 100/60 mmHg
N : 100x/mnt
S : 360C
R : 26 x/mnt
14.45 2 Memberikan obat oralS : Pasien mengatakan mau
salbutamol minum obat
O : Obat masuk PO
15.00 1,2 Memberikan injeksiS : Pasien mengatakan
cefotaxim 700 mg dan bersedia
dexametazol 4 mg O : Obat masuk melalui IV
15.45 1 Memberikan terapiS : Pasien mengatakan
nebulizer (ventolin 1 “Iya”
amp) O : Pasien tampak terpasang
masker

16.00 1,2 Memberikan obat oralS : Pasien mengatakan mau


cetirizine 1 cth O : Obat masuk PO

17.00 1,2 Memberikan injeksiS : Pasien mengatakan “iya”


dexametazol 4 mgO : Nebu terpasang
cefotaxim 700 mg dan
melakukan nebu vetolin
1 amp

10 Evaluasi
Tanggal/jam DX Evaluasi Paraf
07/01/2020 1 S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
O: TD : 100/60 mmHg
A : Gangguan ketidak efektifan bersihan jalan
nafas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
-Pemberian terapi nebulizer ventolin 1 amp
07/01/2020 2 S : Pasien mengatakan badan sudah tidak lemas
O : Turgor kulit 4-5 detik
A : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
-monitor intake cairan
07/01/2020 3 S : Pasien mengatakan sudah paham dan
penatalaksanaan penyakitnya
O : Pasien sudah mengerti dan mampu menjelaskan
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
-Kaji tingkat pengetahuan pasien
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Organ Respirasi pada manusia yaitu hidung, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Setiap
organ pernapasan tersebut memiliki tugas dan peran yang berhubungan. Proses Respirasi
manusia dibagi menjadi dua yaitu pernapasan eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan luar
merupakan pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan
epitel selaput alveolus. Pada pernapasan ini, oksigen dari udara bebas atau luar berdifusi ke
dalam darah kapiler paru-paru. Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh)
darah masuk ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk
ke dalam cairan jaringan tubuh.
Mekanisme pernapasan pada manusia dibagi menjadi pernapasan dada dan pernapasan
perut. Pada mekanisme pernapasan ini terdapat sistem inspirasi dan ekspirasi. Pada pernapasan
dada, otot yang berperan adalah otot-otot tulang rusuk sementara pada penapasan perut yang
berperan adalah otot diafragma. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan
manusia yaitu umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan kegiatan tubuh. Beberapa
gangguan pernaapasan pada manusia antara lain influenza, asma, TBC, Bronkitis, penyempitan
dan penyimbatan saluran pernapasan, feringitis, asifiksi, diphteri, anthrakosis, pleuritis,
tonsillitis, kanker paru-paru, dan emfisema.Untuk membelajarkan sistem pernapasan manusia
pada siswa ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan diantaranya pada proses peragaan
pernapasan dada dan peragaan pernapasan diafragma. Selain itu, terdapat aktivitas yang
membuktikan hubungan antara pernapasan dan suhu tubuh. Semua aktivitas tersebut berguna
untuk membelajarkan dasar yang lebih konkret tentang sistem pernapasan manusia pada siswa.
B. Saran
Sebagai pendidik pemberian pengetahuan secara mendalam tentang sistem pernapasan pada
manusia dapat dilakukan dengan media dan alat peraga yang konkret. Dengan demikian siswa
dapat mengetahui kegunaan dan pentingnya menjaga sistem pernapasan kita sebaik-baik
DAFTAR PUSTAKA

Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah. (2009). BSE Biologi Mahkluk Hidup dan Lingkungannya
untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Depdiknas.

Purnomo, dkk. (2009). BSE Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Jakarta: Depdiknas.

Slamet Prawirohartono dan Sri Hidayati. (2007). Sains Biologi 2 SMA/MA Kelas XI. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Wenham, Martin (2001). 200 Science Investigations for Young Students Practical Activities for
Science 5-11. London : Sage Publication Company.

Anda mungkin juga menyukai