DISUSUN OLEH :
1. David kurniawan
2. Indah putriana
3. Nola silvanda
4. Nurul fitri
5. Rini rosani
6. Risma indah meilina
7. Runanda novianti maulita
DOSEN PEMBIMBING
Hj. Yessi Aprihatin A.Md.Kep.SKM.M.M.Kes
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk dan isi yang
sederhana. Melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui Apa itu persalinan .
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................1
B. Tujuan rumusan masalah ...................................................................2
C. Rumusan masalah ..............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi persalinan .............................................................................4
B. Proses persalinan...............................................................................4
C. Mekanisme persalinan........................................................................7
.............................................................................................................
D. Langkah asuhan persalinan normal................................................... 8
E. Tanda tanda plasenta.........................................................................15
F. Pengertian pastus prisipitatus ..........................................................16
G. Masa nifas ........................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................35
B. Saran ................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu
maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan
fasilitas yang memadai. Persalinan dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan
penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut ( Manuaba, IG, 2011)
Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang, sakit
perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan
perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut
kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya
mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa
persalinan itu merupakan hal yang membahayakan ( Ibrahim,C, 2010 )
Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu perhatian khusus
dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta mencegah
komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan
yang keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting dalam
mengatasi masalah melalui asuhan kebidanan. Dalam melaksanan asuhan kebidanan bidan
dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil dan sikap profesional, karena tindakan yang
kurang tepat sedikit saja dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua
persalinan yang dialami ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula keselamatan baik ibu dan
bayinya. Dalam hal ini Penulis mencoba melakukan study kasus pada Ny. A G1PoA0 umur 28
tahun di BPS Siti Musa’adah, Beringin, Ngaliyan, Semarang.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. Kematian pada saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama
mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia atau World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara
ASEAN.
Berdasarkan penelitian WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi
(AKB) di seluruh dunia tercatat sebesar 500.000 jiwa pertahun dan Kematian Bayi khususnya
neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu
menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan
anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita (AKABA), berdasarkan
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. (Kementrian Kesehatan RI,2011). Memasuki tahun
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) telah menjadi sorotan terkait sulitnya mencapai target
MDGs 2015. Salah satu target MDGs yang ingin dicapai adalah sasaran MDGs ke-5 yaitu
menurunkan sampai dua per tiga rasio AKI dari tahun 1990. Target MDGs tahun 2015 yang
ingin dicapai adalah menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI,
2012)
3. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan persalinan ?
B. Bagaimana proses persalinan ?
C. Bagaimana mekanisme pada persalinan ?
D. Bagaimana langkah asuhan persalinan normal ?
E. Apa itu tanda tanda plesenta ?
F. Apa itu yang dimaksud pastus presipatatus ?
G. Apa itu masa nifas ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PERSALINAN
1. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar (Prawiroharjo,S,2011).
2. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (UNPAD,2010).
3. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
B. PROSES PERSALINAN
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2011) di bagi 4 kala yaitu :
1).Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
(10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a). Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
Pembukaan kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b). Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih)
Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih perjam
hingga pembukaan lengkap (10)
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm
periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung
cepat dari 4 menjadi 9cm
Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm
menjadi 10cm / lengkap
2). Kala II : Kala pengeluaran janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga
keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas :
His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan
rasa ingin mengejan
Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti
seluruh badan janin.
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :
Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring,
merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit
sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi badan
miring kearah dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu
yang sebelah atas . (JNPKR dan Depkes, 2012)
3). Kala III : Kala uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi
rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi
plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong
ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand
androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada
pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100-200cc.
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah kemudian
seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak
setelah uri lahir.
b. Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%)
Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila
plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah terlepas.
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila
diam/turun berarti sudah terlepas.
3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti belum lepas, bila
tidak bergetar berarti sudah terlepas.
4) Rahim menonjol diatas symfisis
5) Tali pusat bertambah panjang
6) Rahim bundar dan keras
7) Keluar darah secara tiba-tiba
4). Kala IV: Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu dimana untuk
mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
C. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang
meliputi langkah sbb :
a) Turunnya kepala, meliputi :
Masuknya kepala dalam PAP
Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara
symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus
os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan
mendekati symfisis atau agak kebelakang mendekati promontorium disebut
Asynclitismus.
Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika
sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b) Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c) Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d) Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan
karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f) Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan
pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan
posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.
A. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya dibawah pusat.
B. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk
segitiga atau seperti buah pear dan fundus berada diatas pusat (seringkali
mengarah kesebelah kanan)
C. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(Tanda Ahfeld).
D. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yant terlepas.
1.EFEKPADAIBUPARTUSPRESIPITATU
jarang disertai penyulit serius pada Ibu apabila serviks sudah mengalami pendataran
dan mudah membuka, vagina sudah mudah teregang sebelumnya, dan perineum dalam
keadaan lemas (relaksasi).Sebaliknya, kontraksi uterus yang terlalu kuat disertai serviks
yang panjangserta jalan lahir yang kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak
teregang dapat menyebabkan ruptur uteri atau laserasi luas di serviks, vagina, vulva atau
perineum.Dalam keadaan yang terakhir, emboli cairan ketuban yang langka itu besar
kemungkinannya untuk terjadi. Uterus yang berkontraksi terlalu kuat sebelum janin lahir
lebih besar kemungkinannya mengalami hipotonia setelah melahirkan disertai perdarahan
dari tempat perlekatan plasenta sebagai akibatnya
2. EFEK PADA JANIN
Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipitatus mungkin meningkat
secara bermakna karena beberapa hal.Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan
sering dengan interval relaksasi yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah
uterus dan oksigenasi darah janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir
terhadap proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakranial meskipun
keadaan ini seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak
didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau memerlukan resusitasi
yang tidak segera tersedia.
3. PENATALAKSANAAN
Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak lazim, tidak mungkin dapat diubah
menjadi derajat kontraksi yang bermakna oleh pemberian anastesi. Jika tindakan anastesi
hendak dicoba, takarannya harus sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang akan
dilahirkan itu tidak bertambah buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya.
Penggangguan anastesi umum dengan preparat yang bisa mengganggu kemampuan
kontraksi rahim, seperti haloton dan isofluran, seringkali merupakan tindakan yang
terlalu berani. Tentu saja, setiap preparat oksitasik yang sudah diberikan harus dihentikan
dengan segera. Preparat tokolitik, seperti ritodrin dan magnesium sulfat parenteral,
terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau menahan kepala bayi secara
langsung dalam upaya untuk memperlambat persalinan tidak akan bisa dipertahankan.
Perasat semacam ini dapat merusak otak bayi tersebut.
g. MASA NIFAS
1. Definisi Nifas Masanifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2005). Masa nifas yaitu
masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti prahamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6 – 8 minggu. (Bahiyatun, 2009)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan,
dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya
minggu atau 40 hari pascapersalinan. (Jannah, 2011)
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran.Lamanya “perode” ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara
sampai 6 minggu walaupun merupakan masa relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan
tersebut mungkin hanya sedikit menganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga
dapat terjadi.(Williams, 2013)
1. Aspek Anatomis, Fisiologis, dan Klinis
a. Vagina dan Ostium Vagina Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya
membentuk saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya b erkurang
secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara. Rugae mulai
muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya.
Himen tinggal berupa potong-potongan kecil sisa jaringan, yang membentuk
jaringan parut disebut carunculae myrtiformes.Epitel vagina mulai berproliferasi
pada minggu ke-4 sampai ke-6, biasanya bersamaan dengan kembalinya produksi
estrogen ovarium.Laserasi atau peregangan perineum selama pelahiran dapat
menyebabkan relaksasi ostium vagina.Beberapa kerusakan pada dasar panggul
mungkin tidak dapat dihindari, dan kelahiran merupakan predisposisi prolapsus
uteri, inkontinensia uri dan alvi. Ini merupakan masalah yang mendapat perhatian
besar pada saat ini dan didiskusikan .(Williams, 2013)
b. Uterus
Pembuluh darah terdapatnya peningkatan aliran darah uterus masif yang penting
untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh adanya hipertofi dan
remondeling signifikan yang terjadi pada semua pembuluh darah pelvis.
(Williams, 2013).
c. Segmen serviks dan uterus bagian bawah Selama persalinan, batas serviks bagian
luar, yang berhubungan dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi,
terutama di lateral.Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama
beberapa hari setelah persalinan masih sebesar dua jari.Di akhir minggu pertama,
pembukaan ini me nyempit, serviks menebal dan kanalis endoservikal kembali
terbentuk.(Williams, 2013).
d. Involusi uteri Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbillikus.Bagian tersebut sebagian besar terdiri
dari miometrium yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua basalis.
Dinding posterior dan anterior, dalam jarak yang terdekat, masing-masing
tebalnya 4 sampai 5 cm. Segera setelah postpartum berat uterus menjadi kira-kira
1.000 g, karena pembuluh darah ditekan oleh miometrium yang berkontraksi,
maka uteus pada bagian tersebut tampak iskemik di bandingkan dengan uterus
hamil yang hiperemsis berwarna ungu-kemerahan.(Williams,2013).
Sebenarnya kondisi bayi terlilit tali pusar sulit diketahui sendiri, karena tidak akan
menimbulkan gejala yang khas. Sebagai ibu yang sedang mengandung
Di sisi lain, penyebab bayi terlilit tali pusar juga bisa dikarenakan ukuran tali pusar yang
lebih panjang dari rata-rata normalnya. Berikut berbagai kondisi lainnya juga dapat
menyebabkan bayi terlilit tali pusar tubuhnya sendiri:
Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, ketika bayi terlilit tali pusar tubuhnya
sendiri tidak selalu akan berakibat buruk. Hal ini tergantung dari kondisi tali pusar yang
melilit bayi.
Sementara dalam kasus lainnya, lilitan dari tali pusar pada tubuh bayi bisa sangat
kencang. Kondisi ini otomatis dapat berakibat buruk karena membuat bayi tercekik,
bahkan bisa melemahnya detak jantungnya.
Apa komplikasi yang bisa muncul jika bayi terlilit tali pusar?
Lagi-lagi, komplikasi atau dampak buruk dari kasus bayi terlilit tali pusar sebenarnya
jarang terjadi. Jika lilitan tali pusar pada bayi sudah mulai terlihat sebelum persalinan
dengan USG, biasanya dokter akan rutin memantau kondisi bayi selama proses
melahirkan berlangsung.
Komplikasi yang paling terjadi selama persalinan akibat bayi terlilit tali pusar yakni
adanya penurunan detak jantung saat dilahirkan. Melemahnya detak jantung bayi ini
dapat disebabkan oleh kurangnya kadar oksigen dan aliran darah yang didapatkan bayi,
karena tali pusarnya terlilit saat kontraksi.
Tali pusar adalah salah satu organ yang sangat penting dalam kehamilan. Adanya tali
pusar ini membuat janin bisa mendapatkan berbagai nutrisi dan oksigen yang sangat
membantu dalam perkembangan fisik dan kecerdasannya.
Menurut dr. Boy Abidin, SpOG (K) (2017) jika bayi terlilit tali pusar cenderung ringan,
ibu hamil sebaiknya hanya perlu mewaspadainya dan tetap melakukan pemeriksaan
kehamilan. Hanya saja, jika kasus lilitan tali pusar ini cukup berat, dikhawatirkan janin
bisa mengalami gangguan asupan nutrisi dan oksigen atau bahkan tercekik yang
menyebabkan kematian janin.
Meskipun bayi terlilit tali pusar umumnya tidak berbahaya, namun lilitan itu bisa
menyebabkan masalah ketika tali pusar melilit leher bayi saat persalinan. Dokter perlu
memerhatikan apakah lilitan tali pusar tersebut erat atau tidak, karena dikhawatirkan
dapat menghalangi aliran darah.
Jika tali pusar tidak terlalu erat melilit leher bayi, dokter dapat dengan mudah melepasnya
dengan cara melonggarkan tali pusar melewati kepala. Akan tetapi jika tali pusar melilit
lebih dari 1 kali lilitan, atau jika tali pusar melilit pada leher bayi dengan sangat erat,
maka kemungkinan tali pusar akan dijepit dan dipotong sebelum bahu bayi keluar dari
vagina.
Sebenarnya ada tanda-tanda yang bisa Anda rasakan kalau leher bayi Anda terlilit tali
pusar saat dalam kandungan, di antaranya:
Perhatikan gerakan bayi dalam kandungan. Bayi yang terlilit tali pusar bisa
mendadak bergerak dengan cepat, namun setelahnya amat melambat.
Bayi bergerak dengan lambat di minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran.
Namun, Anda tidak perlu khawatir berlebihan mengenai leher bayi Anda yang terlilit tali
pusar, karena umumnya kondisi ini dapat ditangani oleh dokter dan bayi tetap bisa lahir
melalui persalinan normal.
Ruptur uterus adalah kondisi yang mengindikasikan “robek” nya otot dinding
rahim. Menurut dr. Indra Anwar, SpOG, dari RS Bunda, Jakarta, pada kasus ringan,
terlihatnya satu titik calon robekan. Tetapi pada kondisi yang sangat serius, robek uterus
ini bisa menyebabkan pembuluh-pembuluh darah di dinding rahim ikut robek/putus,
akibatnya terjadi perdarahan pada sang ibu.
Penelitian lain tahun 2004, di 19 rumah sakit pendidikan di Inggris, pada 3.000 ibu
yang melahirkan normal setelah pernah Caesar lebih tinggi risiko terjadinya rahim
robek, kesehatan bayi terganggu, dan infeksi rahim. Disebutkan pula, risiko rahim
robek akan bertambah signifikan bila ibu melahirkan dengan induksi.
Bahkan, kemungkinan robek rahim lebih besar pada ibu yang pernah Caesar lebih dari
satu kali.
Jika hal itu terjadi, janin harus segera diselamatkan dengan cara operasi. Robekan yang
besar atau dalam kondisi parah dapat menyebabkan janin, plasenta, dan darah keluar dari
rahim dan masuk ke rongga perut. Adapun beberapa tanda atau gejala rahim robek:
2. JURNAL 2016
ABSTRAK
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik
menggunakan alat
maupun tidak menggunakan alat. Menurut World Health Menurut (WHO)terdapat 2,7
juta kasus rupture
perineum pada ibu bersalin, diperkirakan akan mencapai 6,3 juta ditahun 2050. Di Asia
rupture perineum
dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di dunia.Tujuan penelitian untuk
mengetahui Faktor
Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Peda Ibu Bersalin Di
Rsu Imelda Pekerja
Indonesia Medan. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian survei analitik
dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dari bulan Juni-
Oktober 2017 sebanyak 97
orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total populasi. Analisa data
menggunakan analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan data sekunder
dengan hasil uji chi
square. Hasil penelitian di ketahui bahwa dari hasil uji chi-square diperoleh nilai ρ-value
0,022 < α (0,05),
artinya ada hubungan paritas dengan rupture perineum. hasil uji chi-square
diperoleh nilai ρ-value
0,038<0,05. berarti ada hubungan umur rupture perineum. Hasil uji chi-square
diperoleh nilai ρ-value
0,043<0,05. berarti ada hubungan jarak kehamilan dengan rupture perineum. Hasil uji
chi-square diperoleh
nilai ρ-value 0,019<0,05. berarti ada hubungan berat badan bayi lahir dengan rupture
perineu. di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
Hubungan Paritas, Umur,
Jarak Kehamilan, berat badan bayi lahir dengan rupture perineum di RSU Imelda
Pekerjaan
Indonesia Medan.
3. JURNAL 2018
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik
menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat. Menurut World Health Menurut
(WHO)terdapat 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin, diperkirakan akan
mencapai 6,3 juta ditahun 2050. Di Asia rupture perineum dalam masyarakat, 50% dari
kejadian rupture perineum di dunia.Tujuan; penelitian untuk mengetahui Faktor Yang
Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Peda Ibu Bersalin Di Rsu Imelda
Pekerja Indonesia Medan. Metode; Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian
survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu bersalin dari bulan Juni-Oktober 2017 sebanyak 97 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total populasi. Analisa data menggunakan analisis
univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan data
sekunder dengan hasil uji chi square. Hasil; Hasil penelitian di ketahui bahwa dari hasil
uji chi-square diperoleh nilai ρ-value 0,022 < α (0,05), artinya ada hubungan paritas
dengan rupture perineum. hasil uji chi-square diperoleh nilai ρ-value 0,038<0,05. berarti
ada hubungan umur rupture perineum. Hasil uji chi-square diperoleh nilai ρ-value
0,043<0,05. berarti ada hubungan jarak kehamilan dengan rupture perineum. Hasil uji
chi-square diperoleh nilai ρ-value 0,019<0,05. berarti ada hubungan berat badan bayi
lahir dengan rupture perineu. di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan. Kesimpulan;
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan Paritas, Umur,
Jarak Kehamilan, berat badan bayi lahir dengan rupture perineum di RSU Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad
ibu yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan) harus
memahami kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan
harapan persalinan berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang
mungkin terjadi.
3. Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan
mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan,
karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan
B. SARAN
1. Untuk Bidan
Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal
serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih
memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan
pengkajian menyeluruh sehinga dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.
2. Untuk Keluarga
Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu
ibu dalam proses persalianan dan memenuhi kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.
http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html.