Anda di halaman 1dari 39

1

PENURUNAN CEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) PADA PATI

KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN METODA ADSORBSI

Proposal Ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA FARMASI

Oleh

SITI ISTIQOMAH

NIM. 1648201100

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

2020
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerinci merupakan penghasil kentang tertinggi di Provinsi Jambi dengan

produksi mencapai 824.180 kuintal (BPS.2018). Kentang merupakan tanaman

penghasil pati yang biasanya digunakan sebagai eksipien berupa sebagai

pengisi (filler), pengikat (binder) dan penghancur (desintegran) dalam

pembuatan tablet, pil dan kapsul. Kegunaan pati berfungsi sebagai eksipien

mempunyai kelebihan dapat mencampurkan dan memiliki sifat inert dengan

sebagian dasar obat. (Handayani et al, 2013).

Pada sistem budidaya umbi kentang tidak terlepas dari penggunaan pupuk

kimia dan penggunaan insektisida guna untuk menjaga kesuburan umbi

kentang dan menjaga umbi kentang agar terhindar dari hama. Penggunaan

pupuk kimia dan insektisida yang berlebihan akan mengakibatkan akumulasi

logam berat dan dapat menyebabkan efek buruk bagi kesehatan. Hal ini sejalan

dengan penelitian Manarung (2018) yang menunjukkan adanya peningkatan

akumulasi logam berat di umbi kentang setelah 26 hari tanam. Kandungan

logam berat umbi kentang yang awalnya kurang dari 0,01 ppm pada saat panen

akumulasi logam berat naik mencapai 0.078 ppm. Hal ini sejalan dengan

penelitian Lestari (2010) yang mengidentifikasi logam berat pada umbi wortel

yang disebakan karena penggunaan insektisida, cemaran dari gas emisi

kendaraan bermotor di lahan penanaman atau saat pendistribusian, serta air

yang tercermar oleh logam yang mengalir pada lahan.


2

Selain penggunaan pupuk dan pestisida, Gusnita (2010) menyatakan

bahwa akumulasi logam berat juga dapat disebabkan oleh gas buangan dari

asap kendaraan, jika hal itu terus berlanjut akan mengakibatkan efek toksik .

Kontaminasi logam berat seperti timbal (Pb) jika digunakan melebihi batas

normal dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan. Efek toksik dari logam

tersebut dapat menghalangi kerja enzim sehingga menganggu metabolisme

tubuh seperti gangguan neurologis, gangguan terhadap fungsi gingal,

gangguan terhadap sistem repoduksi, ganguan terhadap sistem saraf

pusat,gangguan terhadap sistem saraf tepi dan gangguan terhadap sistem

hematopoitik. (Prasasti et al, 2006).

Batas maksimum logam timbal (Pb ) yang direkomendasikan menurut

Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan kategori sayur serta hasil olahannya

yaitu 1,0 mg/kg. Sedangkan batas maksimum logam timbal (Pb) yang

direkomendasikan untuk Pharmaceutical grade yaitu untuk 1,0 mg/kg

(Abernethy et al, 2010). Dari penelitian sebelumnya, kadar logam timbal (Pb)

pada pati kentang didapatkan sebesar 2,0 mg/kg sedangkan standar

Pharmaceutical grade untuk pati kentang yaitu 1,0 mg/kg. (Rowe.2006).

Metode penurunan kadar logam timbal (Pb) mempunyai berbagai macam

metode diantaranya metode pengendapan, metode pertukaran ion, metode

filtrasi membran, metode reduksi elektrokimia dan metode pengurangan

dengan cara adsorpsi. Metoda adsorbsi merupakan metoda yang menggunakan

adsorben sebagai kemampuan untuk membantu mengadsorbsi logam berat.

Metoda adsorbsi memiliki keuntungan yaitu metode adsorbsi lebih murah dan

mudah digunakan. (Elysabeth et al 2015).


3

Penelitan tentang adsorbsi logam berat dengan kitosan sebagai adsorben

dapat menyerap logam Cu dengan baik hingga mencapai 99,4% (Darmawan et

al 2019). Hal itu juga sesuai dengan penelitian Victor (2016) yang juga

melakukan penelitian tentang pemanfaatan kitosan sebagai adsorben logam

berat yang dapat menyerap logam Zn dengan baik hingga mencapai 89,58%.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian terkait mengenai penghilangan logam

berat dengan zeolit sebagai adsorben yang dapat menyerap logam berat hingga

80% (Elysabeth et al 2015). Selain itu, peneliti lain juga melakukan penelitian

tentang pemanfaatan chitosan sebagai adsorben logam berat dilaporkan dapat

menurunkan logam Timbal (Pb) sebesar 57,47% (Supriyantini,2018). Oleh

karena itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penilitian pengurangan

kadar logam timbal (Pb) pada pati kentang (Solanun tuberosum) dengan

metoda adsorbsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode adsorpsi dengan kitosan sebagai adsorben dapat

menurunkan kadar logam timbal (Pb) pada pati kentang (Solanum

tuberosum)?

2. Berapakah persentase penurunan kadar logam timbal (Pb) pada pati kentang

(Solanum tuberosum) yang dapat diperoleh dengan metoda adsorbsi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah metode adsorpsi dengan kitosan sebagai adsorben

dapat menurunkan kadar logam timbal (Pb) pada pati kentang (Solanum

tuberosum)
4

2. Untuk mengetahui berapakah jumlah persen (%) penurunan kadar logam

timbal (Pb) pada pati kentang (Solanum tuberosum) yang dapat diperoleh

dengan metoda adsorbsi

D. Manfaat Penelitian

Memperoleh pati kentang dengan kadar Timbal (Pb) sesuai dengan

Pharmaceutical grade sehingga dapat digunakan secara luas di bidang farmasi

E. Ruang lingkup Penelitian

Untuk menentukan penurunan cemaran logam dengan kitosan sebagai

adsorben pada pati kentang (Solanum tuberosum) dengan metoda adsorbsi

serta dapat meningkatkan karakteristik pati sehingga sesuai dengan

Pharmaceutical Grade.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Logam berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar

dari 5 g/cm³. Logam berat merupakan zat pencemar yang berbahaya karena

memiliki sifat tidak dapat terdegradasi secara alami dan cenderung

terakumulasi dalam air, sedimen dasar perairan, dan tubuh organisme. Logam

berat menjadi berbahaya disebabkan proses bioakumulasi. Biaoakumulasi

bearti peningkatan kosenterasi unsur kimia tersebut dalam tubuh makhluk

hidup sesuai piramida makanan. (Supriyantini & Soenardjo, 2016)

1. Macam-Macam Logam Berat

a. Timbal (Pb)

Timbal adalah logam dalam kelompok IV dan periode 6 dari tabel

periodik unsur kimia dengan nomor atom 82, berat atom 207,2 g/mol,

berat jenis 11.4 g/cm³, titik leleh 327,4ᵒC, dan titik didih 1725ᵒC. Secara

alami timbal berwarna biru kelabu, dan biasanaya ditemukan secara

mineral yang berkombinasi dengan unsur-unsur lain misal belerang yaitu

(PbS, PbSO4). Timbal digunakan untuk membuat baterai. Kegunaan lain

digunakan untuk solder, selimut kabel, amunisi, pipa. (Handoyono et al.

2017).

Timbal didalam tubuh terikat pada gugus –SH dalam molekul protein

dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktifitas kerja sistem enzim.

Timbal menganggu sistem sintesis Hb dengan jalan menghambat

konversi delta aminoluvilik asid menjadi forfobilinogen dan juga

menghambat korporasi dari Fe ke dalam protoporforin IX untuk


6

membentuk Hb, dengan jlana menghambat enzim delta-aminolevulinik

asid-dehidrase dan ferokelatase. Hal ini mengakibatkan meingkatnya

ekskresi koproporfirin dalam urin dan delts-ALA serta menghambat

sintesis Hb. (Darmono.2001)

b. Chrom (Cr)

Chrom adalah logam dalam kelompok IVB dengan nomor atom 24,

berat atom 52g/mol, berat jenis 7,19 g/cm³, titik leleh 1875ᵒC, dan titik

didih 2665ᵒC. (Handoyono et al. 2017)

c. Arsen (As)

Arsen adalah logam dalam periode 4 dari tabel priodik unsur kimia

yang dijumpai dari berbagai mineral, terutama sebagai AS2O3. Dan

dapat diperoleh dari pengolahan biji tambang yang mengandung

Cu,Pb,Zn, dan Ag. Arsen juga dijumpai dalam abu batubara. Arsen

memiliki sifat: nomor atom 33, berat atom 74,92 g/mol, berat jenis 5,72

g/cm³, titik leleh 817ᵒC, dan titik didih 613ᵒC. (Festri Istarani dan Ellina

S. Pandebesie, 2014).

d. Tembaga (Cu)

Tembaga adalah logam transisi yang termasuk kedalam periode 4 dan

kelompok IB . Pada tabel periodik dengan nomor atom 29, berat atom

63,5 g/mol, berat jenis 8,96 g/cm³, titik leleh 1083ᵒC, dan titik 2595ᵒC.

Tembaga banyak dijumpai pada air minum dari pipa Cu, serta dari bahan

adiktif yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan ganggang.

(Handoyono et al. 2017)


7

e. Merkuri (Hg)

Merkuri berada dalam kelompok yang sama dengan Zn dan Cd dalam

tabel periodik. Merkuri meiliki nomor atom 80, berat atom 200,6

gram/mol, berat jenis 13,6 g/cm³, dan titik didih 357ᵒC. Perlepasan Hg

melalui baru bara yang merupakan sumber utama pencemaran Hg.

(Handoyono et al. 2017)

B. Metode Pengurangan Logam Berat

Kandungan logam berat pada produk pangan dapat menimbulkan masalah

yang cukup serius, karena logam berat tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh

sehingga berpotensi sebagai racun yang dapat membahayakan tubuh manusia.

Cemaran losgam berat dapat dikurangi dengan berbagai metode, antara lain:

1. Metode Pengendapan

Metode ini secara kimia merupakan metode yang paling sederhana

dari seluruh metode yang ada dalam mengurangi cemaran logam

berat. Metode ini bisa dipakai pada hampir seluruh logam berat dan

biaya yang diperlukan tidak mahal. Metode ini mempunyai beberapa

kekurangan diantaranya lumpur yang mengandung logam berat

sebagai limbah hasil reaksi sangat banyak, sehingga dibutuhkan biaya

untuk membuat tempat penampungan buangan tersebut serta

perawatannya cukup mahal. Metode pengendapan secara kimia

umumnya digunakan untuk mengurangi cemaran logam pada perairan,

karena sampel yang cocok untuk metode ini adalah sampel yang

berbentuk cairan. (Siregar, 2009)


8

2. Metode Penukar Ion

Metode ini penggunaannya selektif hanya untuk logam-logam

tertentu, toleransi pH terbatas, dan perkembangannya cukup pesat.

Penggunaan metode penukar ion memerlukan biaya yang cukup besar

sebagai modal awal dan perawatan alat banyak digunakan untuk

perairan. Sampel harus dibuat dalam bentuk cairan agar dapat

dilewatkan pada kolom yang mengandung resin penukar ion (Siregar,

2009).

3. Metode Filtrasi Membran

Metode ini mempunyai kelebihan diantaranya menggunakan sedikit

bahan kimia, limbah padat yang dihasilkan sedikit, tempat yang

dibutuhkan kecil, dan memungkinkan untuk digunakan secara selektif

terhadap logam-logam tertentu. Kelemahannya adalah biaya yang

dibutuhkan untuk modal awal, perawatan alat, dan operasi alat cukup

besar. Kotoran yang mengendap pada membran juga akan

mengakibatkan laju alir menjadi lambat. Seperti halnya metode

penukar ion, metode filtrasi membran lebih cocok digunakan untuk

sampel yang berbentuk cair. (Siregar, 2009)

4. Metode Reduksi Elektrokimia

Metode ini tidak membutuhkan bahan kimia dalam

pengoperasiannya, juga dapat digunakan untuk padatan tersuspensi.

Kelemahannya adalah biaya untuk memproduksi H2 cukup besar,

juga membutuhkan proses filtrasi. Metode reduksi elektrokimia selain

dapat digunakan untuk perairan yang tercemar logam berat juga dapat
9

digunakan untuk produk/ biota tetapi produk/biota tersebut harus

dibuat dalam bentuk padatan tersuspensi. (Siregar, 2009)

5. Metode Pengurangan Logam Dengan Adsorbsi

Metode ini tergantung dengan adsoeben yang digunakan.

Keuntungan penggunaan metode ini adalah dapat dipakai untuk

berbagai macam target polutan, kapasitas besar, reaksi kinetik cepat,

dan cukup selektif tergantung pada pemilihan adsorben.

Kelemahannya adalah sangat tergantung pada pemilihan adsorben

serta membutuhkan modifikasi adsorben secara kimiawi untuk

meningkatkan kemampuan adsorbsi.

Penggunaan metode adsorbsi sangat luas, dapat digunakan untuk

sampel air dan sampel padat. Metode adsorbsi cocok digunakan untuk

mengurangi cemaran logam berat dalam produk perikanan tanpa harus

mengubah produk tersebut menjadi bentuk cairan terlebih dahulu.

Metode yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan

cemaran logam adalah dengan menaikkan pH lalu mengubah logam

berat dari bentuk terlarut menjadi bentuk tidak larut. Metode adsorbsi

merupakan metode yang cukup efektif dalam mengurangi cemaran

logam berat dari air limbah. Metode adsorbsi bisa bersifat reversibel

sehingga pengoperasiannya lebih ekonomis. (Siregar, 2009)

C. Adsorbsi

Metoda adsorpsi merupakan proses perpindahan massa dimana suatu zat

berpindah dari fase cair kepermukaan benda padat, dan menjadi terikat secara

fisik dan atau interaksi kimia. Metode ini merupakan metode yang relatif
10

sederhana dan dapat menggunakan adsorben bahan alam dari sisa-sisa biomasa

yang tidak terpakai (Widayatno et al,2017). Metoda ini menggunakan adsorben

sebagai penyerap cemaran logam berat. Adsorben yang digunakan diantaranya,

Kitosan, Zeolite, Clinoptilolite, Akrilamida, Calcined Phosphate, Zirconium

Phospate, Selulosa, Arang Aktif (Barakat, 2011).

Sumber utama pembuatan serbuk kitosan adalah kitin yang diisolasi dari

kepiting dan udang. Dalam proses penyerapan logam berat kitosan bersifat

polielektrolit kation yang dapat mengikat logam berat, sehingga dapat

berfungsi sebagai adsorben terhadap logam berat. Prinsip dasar dalam

mekanisme pengikatan antara kitosan dan logam berat adalah prinsip penukar

ion. Gugus amina khususnya nitrogen yang terdapat dalam kitosan akan beraksi

dan mengikat ion logam. Kitosan sebagai polimer kationik yang dapat

mengikat logam dimana gugus amino yang terdapat pada kitosan berikatan

dengan logam dapat membentuk ikatan kovalen. Gaya yang bekerja yaitu gaya

Van der Walls, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan ikatan kovalen.

Standarisasi penyerapan logam berat dengan kitosan sebesar ≥ 70 % (Vedy,

2015)

Metoda adsorbsi ini sangat bergantung pada adsorben yang digunakan

dengan sampel yang digunakan bisa berupa cair atau padat. Keuntungan dari

menggunakan metoda ini adalah dapat dipakai untuk berbagai macam target

cemaran logam dalam kapasitas besar, selain itu reaksi kinetiknya cepat, dan

cukup selektif tergantung pada pemilihan adsorben yang digunakan.

Kelemahannya adalah sangat tergantung pada adsorben yang digunakan


11

sehingga membutuhkan modifikasi adsorben secara kimiawi untuk

meningkatkan proses adsorbsi (Siregar, 2009).

C. Kentang

1. Klasifikasi Kentang

Kindom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta/Spermatophyta

Kelas : Magliopsida/Dycotyledonae (berkeping dua)

SubKelas : Asteridae

Ordo : Solanales/Tumbiflorae (Berumbi)

Famili : Solanaceae (Berbunga Teromper)

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum

Nama binomial: Solanum tuberosum L.

Gambar 1. Umbi kentang (Dokumentasi peneliti)

2. Morfologi Kentang

a. Daun

Daun pertama yang tumbuh merupakan daun tunggal dan pada


12

pertumbuhan selanjutnya akan tumbuh daun majemuk, yang berfungsi

untuk proses fotosintesis. Pada satu tangkai daun majemuk terdiri dari 8-

12 helai daun kecil. (Rochdjatun,ika.2011)

b. Batang

Panjangnya batang bervariasi tergantung pada varietasnya, pada

umumnya mencapai 40-100 cm. Didalam batang terdapat dua pembuluh

yaitu: (a) xylem yang berfungsi untuk membawa bahan nutrisi dan air

yang akan diserap oleh akar ke daun, (b) floem yang berfungsi untuk

menstranslokasikan karbohidrat hasil fotosintesis ke dalam umbi

kentang. (Rochdjatun,ika.2011)

c. Stolon

Merupakan semacam tunas yang keluar dari bonggol batang utama di

bawah permukaan tanah. Ujung stolon berbentuk seperti pengait dimana

titik tumbuhnya bengkok kesebelah dalam. Hal ini berfungsi untuk

melindungi titik tumbuh stolon pada saat tumbuh memanjang di dalam

tanah. (Rochdjatun,ika.2011)

d. Bunga

Tanaman kentang mulai berbunga umur 70-80 hari setelah masa

tanam dengan warna yang berbeda tergantung varetas nya, ada yang

putih, ungu, merah, keunguan, biru dan lain-lain. Bunga kentang

termasuk Gamopetatalous yang bermahkota lima helai kelopak bunga.

Terdapat lima buah benang sari dan pada bagian ujungnya mempunyai

dua ruang indung telur. (Rochdjatun,ika.2011)


13

e. Buah

Setelah terjadi penyerbukan pada bunga maka dalam 1 bulan

berikutnya akan menjadi buah. Bentuk buah bulat dengan diameter 1-2

cm, warna hijau muda, dengan ukuran lebih 1,5-2 mm.

(Rochdjatun,ika.2011)

3. Kandungan zat gizi pada kentang

Tabel 1. Komposisi zat gizi dalam 100 g (Putro.2010)

Komposisi Jumlah
Protein 2.00
Lemak (mg) 0.10
Karboidrat (mg 19.10
Kalsium (mg) 11.00
Fosfor (mg) 56.00
Serat (mg) 0.30
Zat besi (mg) 0.70
Vitamin B1 (mg) 0.90
Vitamin B2 (mg) 1.03
Vitamin C (mg) 16.00
Niasin (mg) 1.40
Energi (kal) 83.00

D. Pati

Pati merupakan karbohidrat alami yang disimpan didalam tumbuhan. Pati

banyak ditemukan pada banyak organ tumbuhn seperti biji, buah, umbi dan

akar yang berfungsi sebagai sumber energi. Pati terdiri dari amilosa dan

amilopektin. Umumnya pati mengandung 15-40% amilosa dan 70-85%

amiopektin. Dalam keadaan murni granula pati berwarna putih, mengkilat,

tidak berbau dan tidak berasa. Granul pati bervariasi dalam bentuk dan ukuran,

ada berbentuk bulat, oval, atau bentuk tak beraturan. Ukurannya mulai dari 1
14

mikron sampai 150 mikron tergantung jenis patinya (Koswara.2009)

1. Monografi Pati

Nama zat : Amylum, Starch

Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa

granul-granul kecil berbentuk sterik dan oval dengan

ukuran dn bentuk yang berbeda untuk setiap varietas

tanaman.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air

dingin. Amilum mengembang dalam air dengan

konsentrasi 5-10% pada 37ᵒC.

Stabilitas : Stabil tapi higroskopis

Inkompatibilitas : Inkompatiilitas dengan zat pengoksidasi kuat. Terbentuk

senyawa inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium.

Titik lebur/didih: Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia III,IV,V,

Handbook Of Pharmacutical Excipient

pKa/pKb : Tidak ditemukan di FI III, IV, V, Handbook Of

Pharmacutical Excipient.

Polimorfisme : Tidak ditemukan di FI III, IV, V, Handbook Of

Pharmacutical Excipient..

Bobot Jenis : 1,478g/cm³

Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan

kapsul; pengikat tablet. (Rowe.2009)


15

2. Karakteristik Pati

Pati merupakan hasil sintesis polisakarida paling berlimpah yang

dihasilkan dari tanaman hijau melalui proses fotosintesis yang tersusun

atas homopolimer glukosa dengan ikatan αglikosidik. Pada tumbuhan, pati

digunakan sebagai sumber karbon dan energi. Pati dapat diperoleh dari

gandum, sagu, ganyong, ubi kayu, jagung, kentang, ubi jalar, dan pisang.

Pemanfaatan pati masih sangat terbatas untuk digunakan secara luas,

sehingga perlu adanya peningkatan nilai guna pati melalui proses kimia

(Herawati, 2011).

Tabel 2. Karakteristik granula pati

Sumber Diameter
Kisaran (μm) Rata-rata (μm)
Jagung 21 - 96 15
Kentang 15 - 100 33
Ubi jalar 15 - 55 25 - 50
Tapioka 6 - 36 20
Gandum 2 - 38 20 - 22
Beras 3-9 5

Dalam bentuk aslinya secara alami pati berbentuk butiran kecil atau

granul. Pati memiliki bentuk dan ukuran granul yang berbeda tergantung

karakteristik jenis pati, sehingga hal ini digunakan untuk identifikasi.

Komponen utama penyusun pati yaitu amilosa 15-30%, amilopektin 70-

85%, dan material antara 5-10%. Dalam keadaan murni, pati berwarna

putih, mengkilat, tidak berbau, tidak berasa, dan halus. Secara mikroskopik
16

pati berbentuk bulat, oval, atau bentuk tak beraturan dengan ukuran kurang

dari 1 mikron sampai 150 mikron tergantung sumber patinya. Secara

fisika, butiran pati berupa semikristalin berbentuk amorf dan kristal

(Koswara,2009)

Didalam pati terdapat amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah rantai

linier homogililikan D-glukos pada ikatan α-(1,4). Sebenarnya Amilosa

dihidrolisa dengan β-amilase menjadi unit-unit residu glukosa dengan

memutus ikatan α-(1,4) dari rantai amilosa ujung non pereduksi yang

menghasilkan maltose. Biasanya setiap rantai mengandung 850 atau lebih

unit glukosa dan memeiliki satu titik cabang ikatan α-(1,6) glikosida. Bila

direaksikan dengan larutan iod, maka amilosa akan membentuk warna biru

tua.Struktur amilosa dapat dilihat pada Gambar 2 (Koswara, 2009)

Gambar 2. Struktur Amilosa (Restika E.P, 2012)

Amilopektin merupakan rantai lurus ikatan α-(1,4) dan ikatan β-(1,6)

pada titik percabangannya yang berjumlah sekitar 4 - 5% dari seluruh ikatan

amilopektin yang ada. Umumnya amilopektin mengandung 1000 atau lebih

unit molekul glukosa pada setiap rantai dengan sifat fisik yang berbeda.

Amilopektin lebih sukar larut didalam air dibandingkan amilosa. Bila

direaksikan dengan larutan iod, maka amilopektin akan membentuk warna

merah. Struktur kimia dari amilopektin dapat dilihat pada Gambar 3

(Koswara, 2009)
17

Gambar 3. Struktur Amilopektin (Restika Eria Putri, 2012)

4. Persyaratan Pati

Penggunaan pati sebagai eksipient harus mempunyai persyaratan tertentu

sehingga pati dapat memberikan kualitas yang baik pada sediaan farmasi.

Pati kentang mempunyai persyaratan tertentu, adapun spesifikasinya dapat

dilihat dalam Tabel 3. (SNI.2009)(Rowe.2009)(FI3)

Tabel 3. Spesifikasi dari pati kentang berdasarkan Pharmaceutcal


Grade dan Food grade

Pharmaceutcal
No Parameter Food Grade SNI
Grade
1. Bentuk Serbuk halus Serbuk halus Serbuk halus
2. Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
3. Warna Putih Putih Putih
4. Rasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
5. pH 5.0 – 8.0 6.0-8.0 6.0-8.0
6. Susut ≤ 20% - -
pengeringan
7. Cemaraan Pb: 1.0 mg/kg Pb: 1,0 mg/kg Pb: 1,0 mg/kg/
logam Cu: 10.0 mg/kg Cd: 0.05 mg/kg Cd: 0,4 mg/kg
Hg: 0.05 mg/kg Hg: 0,5 mg/kg Hg: 0,5 mg/kg
As: 0.5 mg/kg As: 0.5 mg/kg As: 0,5 mg/kg
8. Cemaran ALT 30ᵒC, 72 jam yaitu - -
mikroba 1 x 104
Escheria coli yaitu <3/g
Kapang yaitu 104
18

4. Pati Sebagai Eksipien

Eksipien adalah Zat selain obat atu prodrug yang ditambahkan pada saat

formulasi suatu sediaan untuk tujuan tertentu. Eksipient dalam sediaan obat

harus mempunyai syarat tertentu yaitu stabil secara kimia, bersifat inert,

tidak reaktif, dan tidak toksik. (Vardaro et al., 2016)

a. Macam-macam eksipient

1) Bahan pengikat (Binder)

Pengikat merupakan bahan eksipient dalam farmasi yang paling

umum digunakan untuk memberikan sifat kohesi. Pengikat baik

digunakan dalam bentuk sediaan padar ataupun cairan tergantung

pada.bahan dan metode persiapannya. Jumlah pengikat yang digunakn

juga mempengaruhi karakteristik dari sediaan (Hartesi et al 2016).

Pengikat biasanya dibedakan berdasarkan proses manufaktur yang

akan digunakan. Pengikat dibedakan menjadi pengikat kering dan

basah. Pengikat kering untuk pemadatan langsung yang harus

menunjukkan kekuatan kohesif dan perekat sehingga ketika

dipadatkan massa akan menjadi menggumpal. Pengikat untuk

granulasi basah bersifat hidrofiik dilarutkan dalam air membentuk

massa basah yang akan kemudian di granulasi (Hartesi et al 2016).

Pati dapat digunakan sebagai pengikat yang baik pada proses

pembuatan tablet dengan metode granulasi basah karena sifat pati

yang larut sebagian dalam air dingin. (Hartesi et al 2016).


19

2) Sebagai bahan penghancur (Disentegran)

Pati adalah salah satu disentegran yang paling umum digunakan

pada konsentrasi 3-15w/w. Namun, pati yang tidak dimodifikasi tidak

memampatkan dengan baik cenderung meningkatkan kerapuhan jika

digunakan dalam kosentrasi tinggi (Hartesi et al, 2016)

Disintegrasi menyebabkan pecahnya tablet menjadi butiran,

sehingga memperbesar luas permukaan tablet. Disentegran dapat

menghancurkan tablet pada medium air. Tablet hancur dalam belum

granul-granul sehingga meningkatkan luas permukan tablet pada

medium disolusi sehingga bahan aktif obat pun dapat keluar dari

tablet. (Widia I., marline A., 2018)

3) Sebagai bahan pengisi (Diluent)

Bahan pengisi digunakan untuk meningkatkan volume tablet dari

tablet atau kapsul. Dengan mencampurkan bahan bahan aktif dan

bahan pengisi , produk akan memiliki berat dan ukuran yang memadai

untuk proses produksi. (Widia I., marline A., 2018)

Bahan pengisi harus bersifat inert, kompatibel dengan zat obat atau

eksipient lainnya dan non-higroskopis sehingga formulasi tidak

menyerap kelembaban dalam jumlah signifikan. (Hartesi et al 2016).

E. Karakteristik Pati Alami

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik bertujuan untuk memastikan bahwa bahan yang

digunakan benar merupakan amilum dilihat dari ciri-ciri fisiknya yaitu

warna, bau, dan rasanya. Uji organoleptik dilakukan secara visual dan
20

dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau. (Astuti et al 2017)

2. Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada

temperatur 105ᵒC selama 60 menit, yang dinyatakan sebagai nilai persen

(%). Tujuan untuk memberikan batasan maksimum (rentang) tentang

besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut

pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 20%

(Oktavia,arifin.2015)

3. Uji pH

Pengujian pH dilakukan untuk megukut tingkat keasaman dan kebasaan

pada pati. Alat untuk mengukur pH yaitu pH meter. Menurut literatur, pati

kentang syarat untuk pH untuk pati kentang yaitu 5.0 - 8.0 (Angelia, 2017)

4. Pengujian derajat putih

Pada pati kentang umumnya menjadi salah satu parameter kualitas

dengan melihat warna dari permukaan suatu objek (Amanto, Manuhara,

Putri, 2015). Pengujian ini menggunakan alat Chromameter yang di

kalibrasi terlebih dahulu dengan standar warna putih pada alat tersebut.

Hasil pengujian dinyatakan dalam bentuk nilai berupa huruf L* (warna

putih), a* (warna merah), b*(warna kuning) (Kaemba, Suryanto, Mamuja F,

2017).

5. Uji Cemaran Logam Berat

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai cemaran logam pada

sampel. Uji cemaran logam dilakukan dengan alat AAS (Atomic Absorption

Spectrofometric).
21

Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menentukan unsur-unsur dalam suatu sampel atau cuplikan

yang berbentuk larutan. (Torowati, et al, 2008)

Prinsip Kerja Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) yaitu berprinsip

terhadap absorbsi cahaya oleh atom-atom. Atom-atom menyerap cahaya

tersebut pada panjang gelombang tertentu., tergantug sifat unsurnya.

Cahaya pada gelombang tersebut mempunyai cukup energi untuk

mengubah tingkat elektoron suatu atom. Adanya absorbsi energi, bearti

suatu atom pada keadaan dasar dinaikan pada keadaan eksitasi.

(khopkar,2008).

Tiap panjang gelombang menghasilkan hasil garis spektrum yang

tajam dengan intensitas maksimum yang biasanya disebut dengan garis

resonasi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum

yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya dapat berupa pita-

pita lebar. Keberhasilan analisis tergantung dari proses eksitasi dan cara

memperoleh garis resonansi yang tepat. (Khopkar,2008)

1) Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

a) Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim digunakan adalah lampu katoda

berongga (bollow cathoda lamp). Lampu ini terdiri atas tabung

kaca tertutup yang mengandung sutau katoda dan anoda. Tabung

logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon). Bila antar

anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt),

maka katoda akan memancarkan berkas lektron yang bergerak


22

menuju anoda dimana kecepatan dan energinya sangat tinggi.

Energi ini didalam perjalannya menuju anoda akan bertabrakan

dengan gas mulia yang diisikan tadi, akibat dari tabrakan tersebut

gas mulia akan kehilangan elektron dan bermuatan positif. Ion-ion

gas muia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke

katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi. Pada katoda

terdapat unsur-unsur yang akan dianalisis. Unsur-unsur tersebut

akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini,

unsur-unsur akan terlempar keluar dari permukaan katoda. Atom-

atom unsur dari katoda akan mengalami eksitasi ke tingkat energi

elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan sektrum

pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis.

(Rohman.2007)

b) Monokromator

Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih

panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam

monokromator terdapat chopper (pemecah sinar), sutau alat yang

berputar dengan frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu.

(Rohman.2007)

c) Detektor

Detektor digunakan utuk mengukur intensitas cahaya yang

melalui tempat pengatoman. (Underwood.2002)


23

d) Recorder

Recorder merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga

diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pencatatan dapat berupa

angka atau berupa kurva yang mengambarkan absorbansi atau

intesitas emisi. (Rohman.2007)

6. Uji Cemaran Mikroba

a. Uji Angka Lempeng Total

Uji Angka Lempeng Total merupakan metode untuk perhitungan

angka pencemaran bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam sampel

dengan cara tuang (pour plate) pada media padat dan diinkubasi selama

24-48 jam pada suhu 35-38ᵒC. Cara yang digunakan antara lain dengan

cara tuang, cara tetes dan cara sebar. Prinsip pengujian yaitu

pertumbuhan koloni aerob mesofil dengan setelah cuplikan di

inokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan dinkubasi

pada suhu yang sesuai (Tivani,inur.2018).

b. Uji E-coli

Bakteri Escherichia coli merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh

dimedia manapun. Bakteri ini termasuk golongan Enterobacteriaceae

yang sifatnya anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk pertumbuhan

E.coli yang patogen yaitu 35ᵒC-37ᵒC dan akan motil pada suhu tersebut.

Akan tetapi rentang suhu pertumbuhan dapat mencapai 7C untuk suhu

terendah dan 44C untuk suhu tertinggi. Bakteri ini juga optimum pada

kisaran pH 4,4-8,5 dan relatif sensitif terhadap panas.


24

Isolasi bakteri pada media spesifik seperti EMB (Eosin Methyn Blue)

dan MAC agar yang mengandung satu atau lebih karbohidrat seperti

sukrosa dan laktosa. Pada media MAC bakteri akan membentuk koloni

berwarna pink yang menandakan bahwa bakteri akan meragi laktosa.

Sedangkan pada media EMB bakteri akan membentuk koloni berwarna

hijau metalik yang menandakan bahwa bakteri ini akan meragi glukosa,

laktosa, trehalosa serta xylosa. Pada uji biokimia lainnya bakteri ini

mampu memproduksi indol dari triptofan positif pada uji Methyl red

(Mahon,CR.2011)

c. Uji Kapang/Khamir

Angka kapang/khamir merupakan jumlah koloni kapang/khamir yang

tumbuh dari cupikan yang diinokulasikan pada media yang sesuai setelah

diinkubasi selama 3-5 hari dalam suhu 25-25ᵒC. Tujuan dilakukannya AKK

adalah memberikan jaminan bahwa sediaan tidak mengandung cemaran

fungi yang melebihi batas yang ditetapkan karena mempengaruhi stabilitas

dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan. Prinsip uji AKK yaitu

pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media

yang sesuai dan dinikubasi pada suhu 25-25ᵒC dan diamati. Media yang

digunakan yaitu Sabaround Dextrose Agar (SDA) dan Potati Dextrose Agar

(PDA). Setelah diinkubasi dihitung koloni yang tumbuh dengan colony

counter. Dan dinyatakan dalam colony/ml. (Atma,yoni.2016)

7. Uji Morfologi dan Kandungan Unsur

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai cemaran logam pada

sampel. Uji ini dilakukan dengan alat AAS (Atomic Absorption


25

Spectrofometric).

Scanning Electron Microscope-Energy Dispensive X-Ray Spectroscopy

(SEM-EDS) Merupakan metode karakterisasi yang dapat memberikan

informasi tentang susunan atom, molekul atau ion dalam bentuk padat/

kristal. Analisis berdasarkan kepada pengukuran transmisi dan difraksi dari

sinar X yang dilewatkan pada sampel padat. Difraksi sinar-X suatu teknik

yang digunakan untuk menentukan sistem Kristal, kualitas Kristal, dan

identifikasi campuran dan analisis kimia. (Tutu et al 2015)

Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS atau EDX atau EDAX)

adalah salah satu teknik analisis untuk menganalisis unsur atau karakteristik

kimia dari spesimen. (Wijayanto et al,2013)

Prinsip Kerja SEM-EDS yaitu ketika electron gun menghasilkan

electron beam dari filamen. filamen akan berfungsi sebagai katoda. Pada

filamen tersebut akan terjadi tegangan yang mengakibatkan proses

pemanasan. Katoda kemudian menarik elektron ke anoda. Kemudian

electron lens akan memfokuskan elektron menuju kesuatu titik pada

permukaan sampel. Selanjutnya, sinar elektron yang terfokuskan akan

menscan seluruh permukaan sampel yang diarahkan oleh koil pemindai.

Ketika elektron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan elektron

menjadi elektron sekunder atau backscattered electron dari permukaan

sampel dan akan dideteksi oleh detector, Sehingga signal dari detector

dikuatkan oleh amplifier dan dimunculkan dalam bentuk gambar ke dalam

monitor CRT. (Sari et al 2014)


26

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium

Teknologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi yang

akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 – April 2020.

B. Rancangan Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda eksperimental di

laboratorium. Tahap kerja yang dilakukan meliputi pengumpulan kentang,

isolasi pati kentang, pemeriksaan karakteristik (rendemen pati, organoleptis,

penetapan kadar amilosa & amilopektin, derajat putih, cemaran mikroba, dan

cemaran logam berat), pemeriksaan logam berat dengan AAS, penurunan

cemaran logam berat dengan metoda adsorbsi, pemeriksaan instrumen

meliputi, analisis cemaran logam dengan AAS (atomic absorption

spectrophotometry).

C. Bahan dan Alat

1. Alat

Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer, Chromameter, Plastik

bening, pH meter, AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry),

Inkubator, Electronic Moisture Balance, Labu ukur, Timbangan Digital

analitik, Kertas saring, Forced Air Drying Oven, Stopwatch, Desikator,

Granule Sieve, dan alat-alat gelas yang umum terdapat di laboratorium.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah pati kentang, aquadest, Kitosan, PbSO4


27

D. Cara Kerja

1. Pengambilan Bahan

Pada penelitian ini pengambilan bahan yang akan digunakan adalah

menggunakan kentang yang berasal dari Desa Kresik Tuo, Kecamatan

Kayu Ayu Aro, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

2. Determinasi Bahan

Determinasi bahan dilakukan di Laboatorium Taksonomi Tumbuhan

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran.

3. Isolasi Pati Kentang Alami

Kentang sebanyak 20 kg yang telah dikupas dan dicuci bersih

kemudian dipotong dadu dan diblender untuk mempermudah proses.

Bubur kentang yang diperoleh kemudian diektraksi dengan aquadest

dengan perbandingan kentang dan air (1 : 0,5) yaitu 20 kg dan 10 Liter

aquadest kemudian diaduk. Selanjutnya disaring menggunakan kain saring

(flanel) sehingga pati lolos dari saringan. Suspensi pati didiamkan

mengendap didalam wadah selama 6 jam disimpan pada suhu ruangan.

Selanjutnya pati disaring dengan menggunakan kertas saring untuk

memisahkan pati dengan cairan. Endapan pati dikeringkan menggunakan

oven dengan suhu 400 C dengan lama pengeringan 5 jam. Setelah proses

pengeringan selesai maka pati kentang dilakukan pengayakan

menggunakan mesh 80.(Martunis, 2012)


28

4. Penurunan Cemaran Logam Berat

a. Pembuatan Larutan Standar Logam Pb

Pada percobaan ini digunakan Pb SO4 dengan konsentrasi 1000

ppm yang dilarutkan dengan aquadest sebanyak 1000 mL untuk

dijadikan sebagai larutan standar dan diukur nilai absorbansinya untuk

mengetahui panjang gelombang yang didapat (Darmawan et al, 2019).

b. Adsorbsi Logam Berat dalam Sampel Larutan Pati Kentang oleh

Kitosan

Kemampuan adsorbsi terhadap cemaran logam yang terdapat

didalam pati kentang dilakukan dengan kitosan. Kitosan ditambahkan

pada larutan pati kentang yang tercemar logam berat dengan

perbandingan sesuai Tabel 3 antara kitosan dengan larutan pati kentang.

Kemudian campuran diaduk, lalu disaring dengan menggunakan kertas

saring. Filtratnya kemudin dikeringkan dan diukur dengan metoda

Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) (Darmawan et al, 2019).

Tabel 3. Konsentrasi perbandingan kitosan dan pati

No Perbandingan Kitosan (g) Pati (g)

1 0.5 : 150 0.5 150

2 1 : 150 1 150

3 1.5 : 150 1.5 150


29

c. Proses Pengeringan Filtrat

Filtrat dikeringkan di oven dengan suhu 70°C selama 30 menit

setelah itu dihancurkan dan diayak dengan ayakan 60 mesh hingga

diperoleh serbuk halus dan diukur kadar logam beratnya dengan

menggunakan Atomic Absorption Spectrofotomectic (AAS), (Ni Made et

al. 2016)

5. Pemeriksaan Karakteristik Pati Kentang Alami dan Pati Alami Setelah

Penurunan Logam Timbal (Pb)

a. Rendemen Pati (Indriyani et al, 2013)

Berat pati alami (g)


Rendemen = 𝑥 100 %
berat kentang (g)

b. Uji Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan secara visual yang diamati bentuk, warna ,

bau dan rasa. (Arisanti et al.2016)

c. Uji pH

Ditimbang 1 g pati dan didispersikan di dalam 10 mL aquadest, ukur

menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih

dahulu menggunakan buffer pH 4, pH 7, pH 10 yang telah dibilas

dengan menggunakan aquadest dan dikeringkan. Pati memiliki rentang

pH 5.00 – 8.00 (Lenny et al 2015)(Mitte.2011)

d. Susut Pengeringan

Ditimbang 1 g pati dimasukkan kedalam alat moisture balance

dengan suhu 1050 C selama 60 menit. Kemudian ditunggu hingga

waktu selesai. Hasil % penyusutan dapat dilihat pada alat moisture


30

balance. Susut pengeringan pada pati kentang tidak lebih dari 20%

(Hartesi, et al 2016)(Depkes.2014)

e. Kadar Amilosa dan Amilopektin

Pengujian menggunakan metode Luff schroll. membuat kurva standar

amilosa dan membandingkan dengan pati yang telah dibuat dan dikur

dengan menggunakan spektrofotometri uv vis. Analisis kadar

amilopektin dalam sampel ditentukan berdasarkan hasil pengurangan

kadar pati dengan amilosa.

% Amilopektin = 100 % - % amilosa

Analisis penetapan kadar amilosa dan amilopektin dilakukan dengan

mengirim sampel ke Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri

Pertanian, Universitas Padjadjaran.

f. Derajat Putih

Pengukuran derajat putih diukur yang dilakukan dengan alat

Chromameter. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sampel pada

wadah yang berukuran seragam (misalnya plastik bening). Kemudian

dilakukan pengukuran nilai L* (warna putih), a* (warna merah), b *

(warna kuning) terhadap sampel (Indriyani et al 2013).

Analisis Derajat putih ini dilakukan dengan mengirim sampel ke

Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Universitas Padjadjaran.
31

g. Uji Cemaran Mikroba

1) Angka Lempeng Total

Angka lempeng total dilakukan untuk menujukkan jumlah

mikroba yang terdapat dalam suatu produk dengan cara menghitung

koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media agar. Angka lempeng

total secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan pangan

namun bermanfaat dalam menunjukkan kualitas, masa simpan,

kontaminasi dan status hiegenis pada saat produksi (SNI.2008)

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran angka pada

lempeng total yaitu maksimal 106 koloni/gram (SNI.1995)

2) Uji E-coli

Pengujian dilakukan dengan uji pendugaan, isolasi identifikasi

melaui uji bikoimia indole, methyl red, Voges-Proskamer dan curate

(IMViC). (SNI. 2008). Berdasarkan syarat SNI kadar cemaran

E.Coli yaitu maksimal negatif/gram (SNI.1995)

3) Uji Kapang

Pertumbuhan kapang dan khamir diinkuasi dalam media agar pada

suhu 25ᵒC selama 5 hari. Penentuan kapang dan khamir dapat

dilakukan dua metode yaitu cawan agar tuang (pour plate) dan

cawan agar sebar (Spread Plate) (SNI.2015). Berdasarkan syarat

SNI kadar cemaran kapang/kamir maksimal 104 koloni (SNI.1995)

Analisis cemaran mikroba ini dilakukan dengan mengirim sampel

ke Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Universitas Padjadjaran.
32

h. Uji Cemaran Logam Berat

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer

serapan atom (Atomic Absorption Spectrophotometry) yang memiliki

prinsip kerja dari cemaran logam berat adalah Atom-atom unsur logam

berinteraksi dengan sinar lampu dari logam yang terdapat didalam

sampel. Interaksi berupa serapan sinar yang besarnya dapat dilihat dari

monitor spektrofotometer serapan atom (Atomic Absorption

Spectrophotometry). Berdasarkan syarat SNI dan Pharmaceutical grade

kadar cemaran logam berat pada timbal yaitu 1,0mg/kg (SNI 2354.5,

2011). Analisis cemaran logam berat ini dilakukan dengan mengirim

sampel ke Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Universitas Padjadjaran.

i. Uji Morfologi Dan Kandungan Unsur

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Scanning Electron

Microscope-Energy Dispensive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS)

Pengujian dilkukan dengan mengirim sampel ke Laboratorium Sentral

Universitas Padjadjaran.

E. Analisis Data

Dalam analisa data, peneliti memilih untuk menggunakan statistik

deskriptif yaitu ukuran simpangan dan pengukuran simpangan yang digunakan

adalah simpangan baku (standar deviasi). Simpangan baku dirumuskan sebagai

berikut :

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆=√
𝑛−1
33

F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan Ke-
No Kegiatan 1 2 3 4 5

1 Persiapan dan
pelaksanaan penelitian
2 Pengelolahan data

2 Penulisan skripsi/makalah seminar

4 Persiapan seminar hasil

5 Penyempurnaan skripsi dan persiapan ujian akhir

6 Ujian akhir
34

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Abernethy, D. R., Destefano, A. J., Cecil, T. L., Zaidi, K., & Williams, R. L.
(2010). Metal Impurities In Food And Drugs. Pharmaceutical Research,
27(5), 750–755. Https://Doi.Org/10.1007/S11095-010-0080-
Almawaty Kaemba, Edi Suryanto, C. F. M. (2017). Program Studi Ilmu Pangan,
Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi,
Manado 1). J. Ilmu Dan Teknologi Pangan, 5(1).
Angelia, I. O. (2017). Kandungan Ph, Total Asam Tertitrasi, Padatan Terlarut Dan
Vitamin C Pada Beberapa Komoditas Hortikultura. Journal Of Agritech
Science, 1(2), 68–74.
Ani Puji Lestari, Pri Iswati Utami, W. S. R. (2010). Identifikasi Cemaran Timbal
Pada Wortel (Dautus Carota L.) Organik Dan Anorganik Dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom. Pharmacy, 7(3), 84–92.
arisanti, Dewi, P. (2016). Pengaruh Rasio Amilum:Air Terhadap Spesifikasi
Amilum Singkong (Manihot Esculenta Crantz) Fully Pregelatinized. Jurnal
Farmasi Udayan, Vol III No II.
Astuti, D. P., Husni, P., & Hartono, K. (2017). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula
Angustifolia Miller). Jurnal Farmaka, 15(1), 176–184
Atma, Y. (2016). Angka Lempeng Total (Alt), Angka Paling Mungkin (Apm)
Dan Total Kapang Khamir Sebagai Metode Analisis Sederhana Untuk
Menentukan Standar Mikrobiologi Pangan Olahan Posdaya. Jurnal
Teknologi, 8(2), 77. https://doi.org/10.24853/jurtek.8.2.77-83
Barakat, M. A. (2011). New Trends In Removing Heavy Metals From Industrial
Wastewater. Arabian Journal Of Chemistry, 4(4), 361–377.
Day,R.A. And A.L.,Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta:Erlangga
Darmono.2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran (Hubungannya Dengan
Toksikologi Senyawa Logam). Penerbit: Ub Press
Eko,Handayono,Yulia Nuaraini, Nurul Maddarsna, Netty Syam, Amrullah. 2017.
Fitoremediasi Dan Phytimining Logam Berat Pencemar Tanah. Malang:Ub
Press.
Elysabeth, T., Jufrodi, & Hudaeni. (2015). Adsorbsi Logam Berat Besi Dan
Timbal Menggunakan Zeolit Alam Bayah Teraktivasi. Jurnal Chemtech,
1(1), 1–4.
Festri Istarani Dan Ellina S. Pandebesie. (2014). Studi Dampak Arsen ( As ) Dan
35

Kadmium ( Cd ). Jurnal Teknik Pomits, 3(1), 1–6.


Handayani, F. W., & Muhtadi, A. (2013). Isolasi, Karakterisasi Sifat Fisikokimia,
Dan Aplikasi Pati Jagung Dalam Bidang Farmasetik. Farmaka, 4, 1–15.
Hartesi, B., Sriwidodo, Abdassah, M., & Chaerunisaa, A. Y. (2016). Starch As
Pharmaceutical Excipient. International Journal Of Pharmaceutical Sciences
Review And Research, 41(2), 59–64.
Herawati, H. (2011). Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1), 31–39.
Indriyani, F., Suyanto, A., & Nurhidajah. (2013). Variasi Lama Pengeringan
Physical , Chemical And Organoleptic Characteristics Of Brown Rice Flour
Based On The Variation Of Drying Time. 4(8), 27–34.
Khopkar,S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Anaitik.. Jakarta: Ui Press
Koswara,S.2009. Teknologi Modifikasi Pati. Ebook Pangan.Com
M. Manurung, Y. Setyo, Dan N. P. N. R. S. (2018). Akumulasi Logam Berat
Krom(Cr) Pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.)Akibat
Pemberian Pestisida, Pupuk Organik Dan Kombinasinya M. Jurnal Kimia,
12(2), 165–172.
Martunis. (2012). Pati Kentang Varietas Granola Effect Of Drying Temperature
And Time To Quantity And Quality Of Potato. Jurnal Teknologi Dan
Industri Pertanian Indonesia, 4(3), 26–30.
Ni Made Heni Epriyanti, Bambang Admadi Harsojuwono, I. W. A. (2016).
Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik Komposit
Plastik Biodegradable Dari Pati Kulit Singkong Dan Kitosan. Jurnal
Rekayasa Dan Managemen Agroindustri, 4(1), 21–30.
Oktavia, S., Arifin, H., & Irawati, R. (2015). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun
Kemangi ( Ocimum Sanctum L.) Terhadap Ph Dan Tukak Lambung Pada
Tikus Putih Jantan. Jurnal Farmasi Higea, 7(2).
Prasasti, C. I., Mukono, J., & Sudarmaji, S. (2006). Toksikologi Logam Berat B3
Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Unair,
2(2), 129–143.
Rifki, F., Darmawan, P., Nurentama, F., & Susilowati, T. (2019). Adsorbsi Logam
Berat Tembaga ( Cu ) Dengan Kitosan. Jurnal Teknik Kimia, 1(1), 16–21.
Rohdjatun,Ika. 2011. Tanaman Kentang Dan Pengendalian Hama Penyakitnya.
Malang: Ub Press.
Restika, E. P., & Husni, P. (2012). Potensi Pati Asal Tanaman Waluh (Sechium
Edule ) Sebagai Alternatif Eksipien Farmasi. Farmaka, 15, 42–52.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Owen, S. C. (2006). Handbook Of Pharmaceutical
36

Excipient (5th Ed.). London: Pharmaceutical Press.


Sanjaya Okky Wijayanto, A. . B. (2013). Analisis Kegagalan Material Pipa
Ferrule Nickel Alloy N06025 Pada Waste Heat Boiler Akibat Suhu Tinggi
Berdasarkan Pengujian : Mikrografi Dan Kekerasan. Jurnal Teknik Mesin
Undip, 1(4), 33–39.
Sari, T. A., Hamdi, & Mufit, F. (2014). Identifikasi Mineral Magnetik Pada
Guano Di Gua Bau-Bau Kalimantan Timur Menggunakan Scanning Electron
Microscope (Sem). 1(April), 97–104.
Siregar, T. H. (2009). Pengurangan Cemaran Logam Berat Pada Perairan Dan
Produk Perikanan Dengan Metode Adsorbsi. Squalen Bulletin Of Marine And
Fisheries Postharvest And Biotechnology, 4(1), 24.
Https://Doi.Org/10.15578/Squalen.V4i1.153
Supriyantini, E., & Soenardjo, N. (2016). Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)
Dan Tembaga (Cu) Pada Akar Dan Buah Mangrove Avicennia Marina Di
Perairan Tanjung Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis, 18(2), 98–106.
Https://Doi.Org/10.14710/Jkt.V18i2.520
Torowati, Asminar, & Rahmiati. (2008). Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam
Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar
Nuklir. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – Batan Abstrak, 1–6.
Tutu, R., Subaer, & Usman. (2015). Studi Analisis Karakterisasi Dan
Mikrostruktur Mineral Sedimen Sumber Air Panas Sulili Di Kabupaten
Pinrang. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika, 2, 192–201.
Vardaro, M. J., Systems, H. I. T., Ag, H. T (2016). Karakteristik Fisikokimia
Eksipien Tablet Dari Pati Sukun (Artocarpus Communis). Prosiding Seminar
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Ke-50, 2002(1), 35–40.
Victor, S., Andhika, B., & Syauqiah, I. (2016). Pemanfaatan Kitosan Dari Limbah
Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Adsorben Logam Berat Seng
(Zn). Jurnal Konversi, 5(1), 22–26.
Vedy, H. I. (2015). Efektifitas Kitosan Sebagai Absorben Logam Berat Pada
Gambaran Anatomi Ginjal Mencit (Mus Musculus L) Yang Dinduksi
Plumbum Asetat. Jurnal Majority, 4(7), 77–80.
Widia I., Marline A., A. Y. C. Dan Taufik R. (2018). Potensi Pati Asal Tanaman
Waluh (Sechium Edule ) Sebagai Alternatif Eksipien Farmasi. Farmaka,
16(2), 42–52.
37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Penelitian

Pengambilan sampel kentang

Determinasi Sampel

Isolasi pati kentang

Pati Alami

Uji Karekteristik pati alami

Penurunan Cemaran Logam dengan


kitosan. Dengan perbandingan
kitosan (g) : pati (g) yaitu
0.5:150 ; 1:150 ; 1,1:150

Uji Karekteristik pati yang


logam nya telah diturunkan

Analisis Data

Gambar 2. Skema Penelitian


38

Anda mungkin juga menyukai