Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SUPLEMEN DAN PANGAN FUNGSIONAL

‘’ Suplemen dan Pangan Fungsional’’

OLEH

ARSITA MUTIARA

Q1A119028

ITP 019

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah dengan mengucapkan rasa syukur segala puji bagi


Allah SWT penguasa alam dan seisinya yang telah memberikan
hidayahnya kepada penulis sehingga makalah dengan judul “Suplemen dan
Pangan Fungsional” ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya, dan tidak lupa sholawat dan salam semoga tercurahkan
atas utusan Allah sebagai Rahmat bagi alam semesta.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak


yang telah membantu atau membimbing penulis dalam penyusunan
Makalah ini rekan- rekan seperjuangan serta kedua orang tua kami.
Penulis menyadari di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan
oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini, mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat untuk kita semua Aamiin.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Suplemen
B. Pengertian Pangan Fungsional
C. Persamaan Supelemen dan Pangan Fungsional
D. Perbedaan Suplemen dan Pangan Fungsional
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kesejahteraan penduduk telah menyebabkan perubahan pola
makan yang pada kenyataannya berdampak negative terhadap tumbuhnya
berbagai jenis penyakit degeneratif. Menyadari hubungan besar antara makanan
dan potensi penyakit telah mengubah pandangan bahwa makanan bukan hanya
untuk sekedar mengeyangkan dan sebagai sumber zat gizi, tetapi juga untuk
kesehatan. Perhatiaan secara global mengenai fungsi khusus makanan dalam
kesehatan baru sgnifikan dalam dua dasa warsa terakhir ini dengan munculnya
istilah ‘’makanan fungsional atau pangan fungsional’’.
Penggunaan pangan fungsional saat ini merupakan gaya hidup
masyarakat modern dan selain nutrisi dari pangan yang diperoleh bahan aktifnya
juga dikonsumsi secara tidak langsung. Seiring dengan kemajuan teknologi
masyarakat lebih memilih dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan higienis.
Beberapa definisi pangan fungsional adalah makanan olahan dalam bentuk
apapun dan disebut sebagai pangan fungsional jika disediakan dalam jumlah
yang benar dan dapat memberikan manfaat kesehatan.
Kesadaran masyarakat akan kesehatan yang sudah tinggi mendorong
meningkatnya tuntutan akan produk-produk bermanfaat bagi kesehatan. Resultan
dari dua kecenderungan yang kuat ini melahirkan munculnya industri-industri
gizi nutrasetikal, serta industry pangan suplemen. The Foundation For
Innovation in Medicine pada tahun 2001 telah meramalkan bahwa akan semakin
banyak industri-industri gizi atau nutrasetikal dan pangan suplemen.
Di Indonesia, aneka pangansuplemen ini telah mulai terlihat tumbuh.
Sebagaimana pangan fungsional, Indonesia juga mempunyai potensi besar untuk
mengembangkan pangan suplemen. Untuk mengembangkan pangan suplemen
khas Indonesia (pangan suplemen local/indogenous) yang diperlukan adalah
kegiatan R&D di bidang ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
a. Pengertian suplemen.
b. Pengertian pangan fungsional.
c. Perbedaan suplemen dan pangan fungsional.
d. Persamaan suplemen dan pangan fungsional.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
a. Mahasiswa dapat mengetahui pergertian suplemen.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pangan fungsional.
c. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan suplemen dan pangan fungsional.
d. Mahasiswa dapat mengetahui persamaan suplemen dan pangan
fungsional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Suplemen
Suplemen merupakan produk yang mengandung satu atau lebih vitamin,
mineral asam amino, asam lemak dan serat serta bahan yang digunakan untuk
meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Atau kombinasi dari beberapa
bahan sebagaimana tercantum dalam butir sebelumnya. Suplemen bukan
pengganti makanan sepenuhnya tetapi kita tetap perlu mengkonsumsi berbagai
macam makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suplemen tidak
seperti obat, suplemen tidak ditunjukan untuk mengatasi, mendiagnosis,
mencegah atau menyembuhkan penyakit. Bahkan, beberpa suplemen
mengandung bahan aktif yang memiliki efek biologic dalam tububh sehingga
dapat membahayakan jika tidak digunakan secara tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan
suoplemen atau vitamin pertama adalah memastikan apakah benar-benar perlu
dikonsumsi atau membutuhkan suplemen. Hindari mengonsumsi suplemen
untuk tujuan pengobatan tertentu., konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
atau apoteker sebelum menggunakan suplemen untuk memastikan kandungan
suplemen sesuai yang diperlukan karena setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi
berbeda-beda.
Di Indonesia, suplemen makanan dimasukan dalam kategori makanan
atau didaftar sebagai obat tradisional. Produk-produk suplemen makanan, sesuai
dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) No. HK 00.063.02360, semula dikenal sebagai produk yang digunakan
untuk melengkapi makanan. Saat ini ada sekitar 3500 jenis produk suplemen
yang diizinkan eredar di Indonesia. Tidak sembarang produk suplemen boleh
beredar di Indonesia, hanya produk suplemen yang diproduksi oleh perusahaan
farmasi yang memenuhi syarat Good Manufacturing Process (GMP) saja yang
diperbolehkan untuk beredar. Suplemen makanan harus diproduksi dengan
menggunakan bahna yang memenuhi standar mutu sesuai dengan Farmakope
Indonesia, Meteria Medika Indonesia atau standar lain yang diakui (BPOM RI,
2005). Komponen suplemen makanan menyebutkan susunan kualitatif dan
kuantitatif bahan utama, sedangkan dalam Peraturan Perundang-undangan
Dibidang Suplemen Makanan dari BPOM RI (2005) tercantum daftar batas
maksimum per hari untuk penggunaan vitamin, mineral, asam amino dan bahan
lain serta bahan (tumbuhan, hewan, mineral) yang dilarang dalam suplemen
makanan.
Dietary Supplement Health and Education Act (DSHEA) tahun 1994
yang menyatakan bahwa produk berlabel suplemen makanan tidak dapat
diwakili oleh makan berbentuk konvensional. Kategori terakhir, yaitu makanan
medis, dibedakan dari makanan fungsional dan suplemen makanan dengan
persyaratan bahwa makanan medis memenuhi ‘’kebutuhan gizi khas dari suatu
penyakit atau kondisi’’. Berdasarkan Undang-Undang Obat US Orphan,
makanan medis harus menjadi makanan untuk oral atau tube feeding, diberi label
untuk pengelolaan diet tertentu medis gangguanpenyakit, atau kondisi yang ada
ditetapkan kebutuhan nutrisi, dan dimaksudkanuntuk digunakan di bawah
pengawasan medis.
Peraturan Perundang-undnagan Dibidang Suplemen Makanan menurut
BPOM RI (2005) menyebutkan bahwa suplemen makanan harus memiliki
kriteria sebagai berikut :
 Menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan
keamanan serta standar dan persyaratan yang ditetapkan
 Manfaat yang dinilai dari komposisi dan atau didukung oleh data pembuktian
 Diproduksi dengan menetapkan cara pembuatan yang baik
 Penandaan yang harus mencantumkan informasi yang lengkap, obyektif,
benar dan tidak menyesatkan
 Dalam bentuk sediaan pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, setengah padat dan
cairan yang tidak dimaksudkan untuk pangan.
B. Pengertian Pangan Fungsional
Pangan fungsional adalah makanan yang mempunyai fungsi tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi tubuh, tetapi juga memiliki fungsi lainnya
(fungsi kesehatan) (tapasell,2009). Pangan yang secara alamiah maupun telah
melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-
kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang
bermanfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional juga tidak memberikan
kontraindikasi dan tidak memberikan efek samping pada jumlah pengunaan yang
dianjurkan terhadap metabolism zat gizi lainnya. (Badan BPOM).
Istilah dari pangan fungsional dikembangkan dari kesepakatan antara
industry farmasi dan pangan, bahan pangan yang berpengaruh positif terhadap
kesehatan, penampilan jasmani dan rohani selain memiliki cita rasa dan
kandungan gizi yang baik. Adanya komponen atau senyawa aktif pada bahan
pangan inilah menjadi faktor atau penambahan fungsi bagi kesehatan dan juga
dapat menjadi pelung ekonomi untuk dikembangkan. Bahan pangan maupun
pangan olahan tidak lagi hanya sebagai sumber zat kimiawi bergizi untuk
memenuhi kebutuhan pangan dasar namun semakin diirik oleh industry pangan
(howlett, 2008).
Konsep tentang makanan fungsional dan istilah makanan fungsional
pertama kali dikembangkan oleh orang-orang jepang. Pada prinsipnya , makanan
fungsional atau physiologically functionalfoods atau disingkat functional foods
merupakan makanan yang dirancang dengan memanfaatkan senyawa bioaktif
tertentu yang mempunyai fungsi untuk mencegah penyakit tertentu. Makanan
fungsional ini menempati posisi diantara makanan konvensional dan obat, serta
digunakan untuk pencegahan penyakit pada tingkat awal, bukan sebagai usaha
penyembuhan penyakit pada tingkat lanjut.
Pengaturan mengenai pangan fungsional di Indonesia pernah diterapkan
dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK
00.05.52.0685 tahun 2005 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan
Fungsional, kemudia dicabut dan digantikan oleh peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011 tentang Pengawasan Klain Dalam Label
dan Iklan Pangan. Peraturan ini juga telah di cabut dan digantikan oleh peraturan
Kepala BPOM Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim Pada Label
Dan Iklan Pangan Olahan. Kemudia BPOM juga mengeluarkan peraturan
Nomor 1 tahun 2018 tentang Pengawasam Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi
Khusus. Kebijakan yang silih berganti dan berkembangnya pangan fungsional di
Indonesia memerlukan kajian kebijakan terkait pangan fungsional.
BPOM RI telah membagi pangan fungsional yang ada di Indonesia ke
dalam Sembilan kelompok besar yaitu, 1) tepung dan produk tepung, 2) susu dan
produk susu, 3) makanan ringan, 4) confectionary, 5) serealia, 6) minuman
kesehatan, 7) minuman ringan, 8) ikan dan produk ikan, 9) jeli. Jumlah produk
dari kesembilan kelompok tersebut adalah 66 buah. Dari data tersebut, dapat
dilihat bahwa potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia belum
dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Di samping itu,
potensi yang telah dimanfaatkan juga belum diteliti hingga belum diketahui
khasiatnya secara ilmiah pada tingkat seluler (BPOM,2005)
Howlet tmenjelaskan bahwa berdasarkan sudut pandang praktis pangan
fungsional dapat berupa:
 suatu bahan makanan alami atau yang belum dimodifikasi;
 suatu bahan makanan yang salah satu komponennya telah ditingkatkan
melalui perlakuan dan pertumbuhan kondisi tertentu,
misalnyahasilpersilangan atau dengan bantuan bioteknologi;
 suatu bahan makanan yang salah satu komponennya ditambahkan untuk
meningkatkan kegunaannya.
 suatu bahanmakanan yang salah satu komponennyatelah digan- tikan dengan
komponen alternatif lain dengan sifat-sifat yang diinginkan;
 suatu bahan makanan dengan kandungan komponen alamiah yang telah
dimodifikasi
 kombinasi dari beberapa aspek sebelumnya.
Pengelompokan senyawa di dalam pangan fungsional dianggap
mempunyai fungsi fisiologis tertentu adalah senyawa-senyawa alami, tetapi
bukan merupakan zat gizi utama (seperti karbohidrat, lemak, protein) serta zat
gizi mikro (vitamin dan mineral). Walapun demikian pada prinsipnya pola
pendekatan pangan fungsional juga tetap mengacu pada zat gizi utama tersebut.
Kelompok pangan tersebut, adalah:
 Karbohidrat, seperti : serat makanan (dietary fiber), gula alkohol dan
prebiotic
 Lemak, seperti : asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids
= PUFA), probiotik.
 Protein, seperti : peptida bioaktif, fitosterol, isoflavon 4. Vitamin dan
mineral, seperti : kolin, antioksidan
C. Perbedaan suplemen dan Pangan Fungsional
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan berdasarkan
penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Bila fungsi obat terhadap
penyakit yang berisfat kuratif, maka pangan fungsional lebih bersifat
pencegahan terhadap penyakit. Yang membedakan kedua jenis pangan tersebut
ialah bentuknya. Pangan suplemen bentuknya seperti obat-obatan (tablet, pil,
kapsul dan sebagainya). Sedangkan pangan funsional memiliki bentuk dan rupa
yang dapat diterima dan dirasakan atau dinimati seperti layaknya makanan atau
minuman oleh para konsumen.
Suplemen makanan mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam
jumlah terkonsentrasi, sedangkan pangan fungsional tidak. Suplemen makanan
dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi sedangkan pangan fungsional
diperuntukkan sebagai makanan. Suplemen makanan berupa sediaan berbentuk
pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, setengah padat dan cairan. Sedangkan pangan
fungsional berbentuk pangan olahan. Pangan fungsional lebih bersifat
pencegahan terhadap penyakit tentu yang memiliki komponen aktif yang
memberikan sifat fungsional tertentu terhadap pangan fungsional itu sendiri.
Pangan fungsional dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman,
mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna tekstur dan cita rasa
yang dapat diterima oleh konsumen, serta tidak memberikan kontraindikasi dan
efek samping terhadap metabolism zat gizi lainnya jika digunakan dalam jumlah
yang dianjurkan. Meskipun mengandung senyawa yang bermanfaat bagi
kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk yang
berasal dari senyawa alami.
Berikut beberapa perbedaan suplemen dan pangan fungsional :
1. Menurut David pasaribu, 2017
- Suplemen makanan mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam
jumlah terkonsentrasi, sedangkan pangan fungsional tidak.
- Suplemen makanan dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi
sedangkan pangan fungsional diperuntukan sebagai makanan.
- Suplemen makanan berupa sediaan berbentuk pil, tablet, kapsul, serbuk,
granul, setengah padat, dan cairan, sedangkan pangan fungsional
berbentuk pangan olahan.

2. Menurut handayani, 2020


- Mengatakan bahwa pangan fungsional itu memiliki perbedaan dengan
suplemen makanan karena bisa dikonsumsi tanpa dosis tertentu dan
menjadikan pangan fungsional seagai makanan sehari-hari akan
berdampak sangat baik bagi tubuh dan menjadi pilihan terbaik untuk
dikonsumsi seluruh anggota keluarga.
3. Menurut Annisa Rizkitania, S.Gz, 2021
- Pangan fungsional dan suplemen adalah jenis pangan kesehatan yang
berfungsi untuk ememlihara kesehatan tubuh dan dapat pula mencegah
penyakit, bukan untuk tujuan menyembuhkan penyakit. Perbedaan kedua
jenis pangan tersebut ialah dari bentuknya. Suplemen bentuknya seperti
obat-obatan (tablet,pill, kapsul dan sebagainya). Sedangkan pangan
fungsional memiliki bentuk dan rupa yang dapat diterima dan dirasakan
atau dinikmati seperti layaknya makananatau minuman oleh para
konsumen.
4. Menurut redaksi dokter sehat,2018
- Suplemen memiliki kandungan gizi yang umumnya merupakan vitamin
dan mineral. Komposisi dan manfaat suplemen adalah kandungan gizi
yang memang sudah ada didalamnya. Misalnya, vitamin C yang
berfungsi untuk imunitas tubuh. Sedangkan, pangan fungsional memiliki
kandungan gizi yang kita rasakan jika dikonsumsi dalam bentuk segar,
bukan ekstrak. Umumnya kandungan gizi dalam pangan fungsional
mampu mendukung fungsi organ dan system tubuh, misalnya bawang
putih untuk antibakteri atau kandungan likopen pada tomat yang
berfungsi sebgai anti kanker, yang manfaatnya telah terbukti mampu
mendukung kondisi kesehatan tubuh.
D. Persamaan Suplemen dan Pangan Fungsional
Pangan fungsional dan suplemen pangan yaitu berasal dari bahan-bahan
alami yang terdapat dialam, memberikan efek kesehatan bagi tubuh, sama0sama
meberikan efek kesehatan pada pengguna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Suplemen bukan pengganti makanan sepenuhnya tetapi kita tetap perlu
mengkonsumsi berbagai macam makanan sehat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Suplemen tidak seperti obat, suplemen tidak
ditunjukan untuk mengatasi, mendiagnosis, mencegah atau
menyembuhkan penyakit.
2. Pangan fungsional mempunyai fungsi tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar bagi tubuh, tetapi juga memiliki fungsi lainnya (fungsi
kesehatan). Pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses,
mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian
ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang
bermanfaat bagi kesehatan.
3. Suplemen makanan mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam
jumlah terkonsentrasi, sedangkan pangan fungsional tidak. Suplemen
makanan dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi sedangkan
pangan fungsional diperuntukkan sebagai makanan.
4. Pangan fungsional dan suplemen pangan yaitu berasal dari bahan-bahan
alami yang terdapat dialam, memberikan efek kesehatan bagi tubuh,
sama0sama meberikan efek kesehatan pada pengguna.
B. Saran
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
masih terdapat banyak keslahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan
makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. 2015. Nutraceutical, Definisi Produk dan Aplikasinya Pada
Sumber Daya Laut. Oseana. XI (3)
Astuti, M. Makanan Fungsional, Konsep dan Peraturannya. Agritech. 17(4)
Kusuma, P.T.W.W., Kurniawati, W., Putera, P.B., Gustina, A., dan Hastanto,
W.Y. 2017. Studi Perbandingan Kebijakan Pangan Fungsional Di
Indonesia Dan Beberapa Negara Lainnya. Inovasi.17(1)
Lidia, K., Setianingrum, E.L.S., Folamauk, C., Riwu, M, dan Amat, A.L.S.
‘’Peningkatan Kesehatan degan Suplemen dan Gizi Seimbang di Era
Pandemi Covid-19’’. Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana.
Ramadani, M. 2007. Konsumsi Suplemen Makanan dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Pada Remaja SMA ISLAM AL-AZHAR 3 JAKARTA
SELATA TAHUN 2005. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2)

Anda mungkin juga menyukai