Puji syukur kampi panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul “SERAT PANGAN :
PROBIOTIK DAN PREBIOTIK”. Makalah ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa
untuk memperoleh nilai pada mata kuliah Kimia Bahan Makanan, program studi Pendidikan
Kimia di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Kami menyedari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………….…………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..…...15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk pangan fungsional (functional food) telah berkembang dengan cepat pada
beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004, nilai perdagangan pangan fungsional,
nutraceutical, dan dietary fiber di kawasan Amerika sebesar 20,5 milyar dolar AS dan
diproyeksikan pada tahun 2009 nilai perdagangan ini mencapai 100 milyar dolar AS.
Pada industri ini dibutuhkan peran lembaga riset dalam studi eksplorasi manfaat dari
pangan fungsional ini dan tujuan dari pangan fungsional yang dijual ke masyarakat.
Pangan fungsional merupakan istilah yang dikembangkan oleh dunia industry
yang merupakan konvergensi antara industry farmasi dan pangan. Secara khsuus dapat
dikatakan bahwa pangan fungsional adalah bahan pangan yang berpengaruh positif
terhadap kesehatan seseorang, penampilan jasmani dan rohani selain kandungan gizi dan
cita rasa yang dimilikinya. Jadi dalam hal ini keberadaan factor khusus bagi kesehatan
yang diperoleh Karena adanya komponen aktif pada bahan pangan tersebut meruaka
“peluang ekonomi”. Ini terbukti semenjak pakar pangan Jepang meluncurkan konsep
yang dikenal dengan FOSHU (Food for Specified Health Use), bahan pangan untuk
pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan, pangan juga telah dilirik oleh industry pangan
dari sudut pandang kandungan bahan kimiawi bergizi dalam menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh.
Sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, pada awal
dekade 90-an berkembang istilah pangan fungsional. Pangan fungsional diartikan sebagai
bahan pangan yang tidak hanya mengandung zat gizi, tetapi juga mengandung zat zat non
gizi yang dikenal dengan istilah komponen bioaktif yang apabila dikonsumsi secara rutin
memberikan efek yang menyehatkan dan dapat mencegah penyakit tertentu. Salah satu
pangan yang dikategorikan sebagai pangan fungsional adalah suplemen probiotik.
Probiotik adalah suplemen makanan berupa bakteri hidup yang non patogen, tidak
toksik, tahan terhadap asam lambung dan dapat berkoloni pada usus besar (kolon). Jenis
3
bakteri probiotik yang paling dikenal adalah golongan bakteri asam laktat dan
bifidobacteria. Probiotik yang telah diproduksi secara komersial biasanya adalah
campuran lactobacillus dan bifidobacteria, walaupun kadang-kadang khamir, seperti
saccharomyces juga digunakan titik meski demikian bifidobacteria yang lebih diminati.
Bakteri dapat memecah karbohidrat yang tidak tercerna oleh saluran pencernaan manusia
dan langsung berinteraksi dengan metabolisme Inang. Bifidobacteria juga mensintesis
dan mensekresikan vitamin larut air. Bakteri ini terutama ditemukan pada usus besar bayi
yang diberi ASI, sebanyak 95% dapat dikulturkan. Bakteri ini melindungi Inang terhadap
infeksi titik-titik telah digunakan untuk mengobati dan mencegah diare dan untuk
memperbaiki gejala laktosa intoleran.
Prebiotik adalah olisakarida yang tidak tercerna oleh saluran pencernaan manusia
namun dapat merangsang secara selektif pertumbuhan bakteri probiotik. Dari pencernaan
pada saluran pencernaan bagian atas dan dapat mencapai usus besar untuk dapat di
fermentasi oleh bakteri probiotik. Bahan pangan yang memenuhi kriteria ini adalah
oligosakarida, seperti inulin dan turunannya (frukto oligosakarida), karbohidrat dengan
berat molekul rendah yang terdapat secara alami pada bawang bombay, chicory, bawang
putih, dan sebagainya. Oligosakarida yang lain, seperti rafinosa, stakiosa banyak terdapat
pada kacang-kacangan dan polong-polongan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan kriteria bahan pangan fungsional?
2. Bagaimana klasifikasi serat pangan berdasarkan sifatnya?
3. Bagaimana efek fungsional dari serat pangan, probiotik, dan prebiotic?
4. Bagaimana hubungan antara prebiotic dengan probiotik?
5. Bagaimana hubungan antara prebiotic dengan serat pangan?
6. Apa saja contoh sumber serat pangan, probiotik, dan prebiotic dari bahan pangan
local?
7. Apa saja masalah-masalah akibat kekurangan serat pangan, prebiotic, dan probiotik?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
(FOSHU). Menurut para ilmuwan negeri matahari terbit itu, suatu produk pangan dapat
dikategorikan sebagai makanan fungsional bila memenuhi persyaratan:
Produk tersebut harus berupa produk pangan (bukan kapsul, tablet atau powder) yang
berasal dari bahan yang terdapat secara alami pada bahan pangan.
Produk tersebut dapat dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari.
Produk tersebut mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna serta memberikan
peranan tertentu dalam proses metabolisme di dalam tubuh, antara lain memperkuat
mekanisme pertahanan tubuh atau meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit,
mencegah timbulnya penyakit tertentu (contoh : penyakit jantung, kanker,
osteoporosis, dll), membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit, menjaga
kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan.
Kriteria yang harus dipenuhi agar menjadi pangan fungsional antara lain:
1. Sensory (warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang enak
2. Nutritional (bernilai gizi tinggi),
3. Physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh).
Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan dari pangan fungsional antara lain adalah:
Secara umum jenis-jenis makanan fungsional dibagi berdasarkan dua hal, yaitu
berdasarkan sumber makanan dan cara pengolahan.
6
1. Makanan fungsional nabati merupakan makanan fungsional yang bersumber dari
bahan tumbuhan. Contohnya kedelai, beras merah, tomat, bawang putih, brokoli,
jeruk, anggur, dan teh.
2. Makanan fungsional hewani merupakan makanan fungsional yang bersumber dari
bahan hewan. Contohnya ikan, daging sapi, serta susu dan produk-produk olahannya.
Makanan fungsional alami, yaitu : buah-buahan dan sayuran segar yang bisa langsung
dimakan.
Makanan fungsional tradisional, yaitu : tempe, dadih, yoghurt, beras merah, susu, dan
teh.
Makanan fungsional modern, yaitu:
7
4) Permen yang mengandung zat besi, vitamin, dan fruktooligosakarida;
5) Pasta yang diperkaya dietary fiber
8
dinding sel tanaman dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Sifatnya sama
dengan selulosa, yaitu mampu berikatan dengan air. Jenis ini banyak ditemukan
pada bahan makanan serealia, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
3. Lignin.
Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil propan.
Lignin bersama-sama holoselulosa (merupakan gabungan antara selulosa dan
hemiselulosa) berfungsi membentuk jaringan tanaman, terutama memperkuat sel-
sel kayu. Kandungan lignin tidak sama, tergantung jenis dan umur tanaman.
Serelia dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan sumber serat lignin.
b. Serat larut dalam air (Soluble Fiber)
Soluble fiber adalah serat yang dapat larut dalam air dan juga dalam saluran
pencernaan. Serat jenis ini akan membentuk gel sehingga isi lambung penuh dan
menyebabkan cepat kenyang karena volume makanan menjadi besar. Serat larut ini
juga berfungsi menurunkan kolesterol dan mengurangi risiko penyakit jantung
kororner. Serat larut dalam air terdiri dari:
1. Pektin.
Pektin terdapat dalam dinding sel primer tanaman dan berfungsi sebagai perekat
antara dinding sel tanaman. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi
metabolisme zat gizi. Kandungan pektin pada buah, selain memberikan ketebalan
pada kulit juga mempertahankan kadar air dalam buah. Semakin matang buah
maka kandungan pektin dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang.
2. Gum.
Komposisinya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis serat yang lain. Namun,
kegunaannya amat penting, yaitu sebagai penutup dan pelindung bagian tanaman
yang terluka. Oleh karena memiliki molekul hidrofilik yang berkombinasi dengan
air, menyebabkan gum mampu membentuk gel.
3. Musilase.
Stukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk dalam golongan
tersebut karena letak dan fungsinya berbeda. Musilase mampu mengikat air
sehingga kadar air dalam biji tanaman tetap bertahan. Selain itu, musilase juga
mampu membentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuh
9
C. Efek Fungsional Dari Serat Pangan, Probiotik, dan Prebiotik
1) Serat Pangan
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan
bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang
memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus
manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Jadi
serat pangan merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis
oleh enzim-enzim pencernaan. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan
sumber serat pangan yang sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan.
Meskipun tidak mengandung zat gizi, serat pangan menguntungkan bagi
kesehatan yaitu berfungsi mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas),
penanggulangan penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal, kanker
kolon, serta mengurangi tingkat kolesterol darah dan penyakit kardiovaskuler.
Meskipun serat pangan memberikan efek positif terhadap kesehatan, namun juga
memberikan efek negatif, sehingga serat pangan tidak boleh dikonsumsi secara
berlebihan, sebagai acuan kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/hari.
2) Probiotik
Tujuan utama dari fungsi probiotik adalah memperbaiki sistem pertahanan
usus baik dengan efek barier langsung ataupun melalui pengaturan imunitas
sehingga dapat dikatakan bahwa probiotik memiliki kemampuan untuk berkoloni
walaupun sementara waktu pada usus maupun lambung. Efek barier yang kuat ini
mampu melawan patogen atau menjaga kekebalan. Jika ini tercapai pencegahan
infeksi saluran pencernaan atau bahkan pencegahan penyakit kronis seperti
radang saluran pencernaan dapat memungkinkan dengan probiotik.
3) Prebiotik
Prebiotik pada umumnya merupakan karbohidrat yang tidak dapat dicerna
tetapi memiliki pengaruh baik terhadap ekosistem mikroflora probiotik dalam
usus sehingga dapat memberikan efek kesehatan pada manusia dan binatang. Di
dalam usus besar, bahan prebiotik akan di fermentasi oleh bakteri probiotik
terutama bifidobacteria dan lactobacillus dan menghasilkan asam lemak rantai
10
pendek dalam bentuk asam asetat, propionat, butirat, L-laktat juga karbondioksida
dan hidrogen. Oleh tubuh asam lemak rantai pendek tersebut digunakan sebagai
sumber energi.
11
E. Hubungan Prebiotik dengan Serat Pangan
Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak diserap,
biasanya dalam bentuk oligosakarida dan serat pangan. Banyak pangan dengan
oligosakarida atau polisakarida (termasuk serat pangan) yang diklaim mempunyai
aktivitas prebiotic, meskipun tidak semua karbohidrat pangan adalah prebiotic. Beberapa
prebiotic seperti inulin dan oligosakarida dapat diisolasi dari sumber alami seperti umi-
umbian. Umumnya umbi-umbian mengandung oliigosakarida dalam bentuk rafinosa
dalam jumlah yang tinggi.
Meningkatnya konsumsi prebiotik dipicu oleh beberapa hal, diantaranya :
a. Adanya kepercayaan bahwa di era modern ini manusia tidak cukup mengkonsumsi
bakteri asam laktat atau stimulant pertumbuhannya yaitu karbohidrat yang tidak
dicerna.
b. Adanya kepercayaan bahwa mikroba yang hidup dalam saluran pencernaan dpat
mempengaruhi kesehatan individu.
c. Adanya kepercayaan bahwa prebiotic yang dikonsumsi dapat mencegah
pertumbuhan mikroba pathogen dalam usus.
Selain itu dipercaya pula bahwa prebiotic dapat mengurangi transit sisa makanan
dalam usus besar, dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, memberikan respon
glisemik yang baik, meningkatkan kesehatan tulang, mengurangi konsumsi energy
(terutama berasal dari lemak), mengurangi gejala penyakit pada lambung, dan termasuk
menurunkan resiko timbulnya penyakit kanker usus besar.
a. Tahan terhadap asam lambung, tidak dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan dan
tidak diserap oleh usus halus.
b. Difermentasi oleh mikroflora usus besar.
c. Secara selektif menstimulir pertumbuhan atau aktivitas bakteri dalam usus besar
yang berkontribusi dalam kesehatan tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian sejauh ini diantara berbagai ingredient pangan, hanya
oligosakarida yang tidak dapat dicerna (yaitu oligosakarida yang tahan terhadao proses
12
hidrolisis pada bagian atas usus tetapi dpat dihidrolisis dan difermentasi pada usus besar),
yang memberikan efek prebiotic. Diantara oligosakarida tersebut hanya inulin dan
oligofruktosa yang benar-benar dapat digolongkan sebagai prebiotic,
galaktooligosakarida dan laktulosa meskipun digolongan sebagai prebiotic, tetapi masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Sedangkan oligosakarida lainnya seperti
isomaltooligosakarida, laktosukrosa, silooligosakarida, oligosakarida kedelai ( rafinosa,
stakiosa, dan verbaskosa) dan glukooligosakarida tidak dapat digolongkan sebagai
prebiotic karena beberapa persyaratan atau kriteria sebagai prebiotic tidak dapat
terpenuhi.
Peraturan mengenai standar jumlah prebiotic yng dikonsumsi belum ada karena
umumnya asupan perbiotik tergantung pada kebiasaan penduduk suatu Negara. Pada
umunya dosis konsumsi harian 5-8 gr/hari dari FOS (fructooligosakarida) atau GOS
(galaktooligosakarida) memberikan efek prebiotic pada orang dewasa. Tetapi, jumlah
konsumsi prebiotic yang efektif adalah 1-3 gr/hari untuk anak-anak dan 5-15 gr/hari
untuk orang dewasa.
13
juga mengatakan bahwa satu cangkir asinan kubis menyediakan sekitar 30 kalori
dan merupakan sumber vitamin A, C dan K yang sangat baik. Makanan ini juga
menyediakan serat dan zat besi. Makanan ini biasanya disajikan dengan hot dog.
Namun, karena makanan cepat saji tak baik bagi kesehatan, sebaiknya kita
mengonsumsinya dengan makanan lain seperti daging dada unggas dan
sejenisnya.
3. Tempe
Menurut Jamie Johnson dari Ingraining Nutrion, makanan yang terbuat
dari kedelai difermentasi ini mengandung sejumlah manfaat kesehatan, seperti
protein yang membantu membangun dan memperbaiki otot dan membuat kita
merasa kenyang. "Tempe bisa menjadi pengganti daging yang bagus untuk
hidangan apa saja. Ini sangat serbaguna dan cenderung cepat menyatu dengan rasa
lain yang disajikan bersamanya," ucapnya.
4. Bawang putih
Cara terbaik mengonsumsi bawang putih adaalah memakannya mentah.
Untuk menyerap kebaikan prebiotik dari makanan ini, Anda tidak perlu
memasaknya. Giling atau tumbuk bawang putih dan jadikan saus untuk salad atau
cocolan roti. Selain bawang putih, bawang merah dan daun bawang juga
mengandung prebiotic.
5. Kopi
Kopi yang terbuat dari biji kokoa, dapat menuntun produksi prebiotik
dalam tubuh. Selama proses pencernaan, kopi akan memproduksi flavanol dalam
usus yang membawa manfaat besar bagi prebiotik. Selain lima contoh diatas
tentunya ada banyak lagi yang merupakan sumber serat probiotik dan prebiotik .
Ada kacang kacangan, biji bijian dan buah buahan seperti apel dan pisang.
G. Masalah akibat kekurangan serat pangan, probiotik, dan prebiotik
Daya tahan tubuh yang kuat dapat membuat kamu sulit sakit. Artinya kamu dapat
selalu bebas beraktivitas tanpa khawatir kesehatan kamu akan terganggu. Nah probiotik
adalah salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh tetap dalam kondisi yang prima.
14
Namun selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh ada beberapa masalah kesehatan
yang bisa kamu rasakan jika kekurangan probiotik.
Umumnya, masalah kesehatan yang muncul adalah masalah pencernaan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Journal of Science and Medicine in Sport, ditemukan
bahwa atlet yang mengalami pilek dan masalah pencernaan jumlahnya 40 persen lebih
sedikit daripada yang tidak mengonsumsi probiotik. Probiotik dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dengan menyeimbangkan jumlah bakteri di dalam usus. Jadi semakin banyak
bakteri baik di dalam usus kamu maka daya tahan tubuh pun akan semakin tinggi.
Kekurangan probiotik juga akan mengakibatkan diare, gangguan peradangan usus dan
iritasi usus lalu bisa juga mengakibatkan sembelit
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa :
1. Pangan fungsional merupakan pangan dan bahan makanan yang dapat memberikan
manfaat selain fungsi nutrisi dasar makanan untuk sekelompok orang tertentu.
Kriteria yang harus dipenuhi agar menjadi pangan fungsional antara lain: Sensory
(warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang enak, Nutritional
(bernilai gizi tinggi), dan Physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang
menguntungkan bagi tubuh).
2. Adapun komponen serat pangan berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:
Serat tidak larut dalam air (Insoluble Fiber) dan Serat larut dalam air (Soluble Fiber)
3. Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian
dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki
sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Jadi serat pangan
merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis oleh enzim-enzim.
Tujuan utama dari fungsi probiotik adalah memperbaiki sistem pertahanan usus baik
dengan efek barier langsung ataupun melalui pengaturan imunitas sehingga dapat
dikatakan bahwa probiotik memiliki kemampuan untuk berkoloni walaupun
sementara waktu pada usus maupun lambung. Prebiotik didefinisikan sebagai suatu
bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang memberikan manfaat positif bagi
tubuh karena secara selektif menstimulir pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik
dalam usus besar
4. Probiotik adalah bakteri baik sedangkan prebiotic menjadi asupan mkanan untuk
penunjang pertumbuhan bakteri baik tersebut sehingga bakteri baik dapat
berkembang biak dan menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam penggunaanya,
16
konsumsi prebiotiksering dilakukan bersamaan dengan dan probiotic meskipun
sebenarnya di dalam tubuh sudah terdapat tprobiotik.
5. Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak diserap,
biasanya dalam bentuk oligosakarida dan serat pangan. Banyak pangan dengan
oligosakarida atau polisakarida (termasuk serat pangan) yang diklaim mempunyai
aktivitas prebiotic, meskipun tidak semua karbohidrat pangan adalah prebiotik.
6. Contoh makanan yang mengandung sumber serat probiotik dan prebiotik adalah
yogurt, asinan kubis, tempe, bawang putih, kopi.
7. Masalah akibat kekurangan serat pangan, probiotik, dan prebiotic adalah pilek,
mudah sakit, masalah pencernaan, daya tahan tubuh berkurang, diare, gangguan
peradangan usus dan iritasi usus lalu bisa juga mengakibatkan sembelit.
17
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. dan Kartawidjaja, F. 2007. Pangan Fungsional dan Minuman Energi. Bogor: M-
Brio Press.
18