1. Pendahuluan ➢ Sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya diawali pada sumber daya alam yang ada di sekitar.
➢ Saat ini ada kecenderungan orang mengonsumsi makanan tidak
hanya semata-mata mempertimbangkan segi gizi dan rasanya, tetapi juga pengaruh makanan tersebut pada kesehatan tubuhnya
➢ Makanan yang dikonsumsi harus diusahakan juga dapat menjaga
kesehatan dan kebugaran, serta menurunkan efek negatif bagi tubuh pengonsumsinya (Muchtadi dan Wijaya, 1996) Lanj.. • Kemajuan iptek pangan dan farmasi yang pesat telah memberikan bukti ilmiah bahwa sebagian besar jenis-jenis pangan yang diyakini nenek moyang kita bermanfaat untuk peningkatan kesehatan dan pengobatan. • Sebagain besar zat-zat bioaktif bahan-bahan tersebut juga telah dapat diidentifikasi dan diisolasi. → Kemajuan ini mendorong lahirnya berbagai produk pangan fungsional dengan berbagai klaim khasiat dan manfaatnya. 2. Definisi • Makanan yang selain bergizi juga mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan seseorang, karena di dalam makanan tersebut terkandung komponen atau zat-zat tertentu yang mempunyai aktivitas fisiologis yang sangat baik untuk kesehatan tubuh → dikenal dengan istilah makanan kesehatan.
• Definisi pangan fungsional menurut Badan POM adalah
pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian- kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Serta dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen. Lanj.. • Pangan fungsional, dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen. • Tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberi efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya. • Terdapat golongan senyawa yang dianggap punya nilai fungsional adalah serat pangan (deitary fiber), Oligosakarida, gula alkohol (polyol), asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids = PUFA), peptida dan protein tertentu, glikosida dan isoprenoid, polifenol dan isoflavon, kolin dan lesitin, kolin dan lesitin, phytosterol, vitamin dan mineral Lanj.. ✓ Menurut Tapsell, 2009 → makanan fungsional didefinisikan sebagai makanan yang mempunyai fungsi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dasar bagi tubuh, tetapi juga memiliki fungsi lainnya ✓ Konsep makanan fungsional mula-mula berasal dari filosofi Hipropcates yaitu, “Let your food be your medicine and let your medicine be your food” (jadikanlah makananmu sebagai obatmu dan obatmu sebagai makananmu). Makanan fungsional ini sering disebut juga dengan makanan yang mempunyai fungsi kesehatan, khususnya untuk pencegahan (prevention) penyakit. ✓ Konsep makanan fungsional ini berasal dari Jepang pada tahun 1980-an untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat di sana secara keseluruhan. 2. Syarat • Syarat Pangan fungsional →Syarat umum Jepang merupakan negara pertama yang mengembangkan makanan fungsional serta membuat peraturan dan prosedur registrasi terhadap Foods for Specified Health Use (FOSHU) →Menurut para ilmuwan Jepang tersebut bahwa suatu produk pangan dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional bila memenuhi persyaratan: 1. Produk tersebut harus berupa produk pangan (bukan kapsul, tablet atau powder) yang berasal dari bahan yang terdapat secara alami pada bahan pangan. 2. Produk tersebut dapat dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari. Lanj.. 3. Produk tersebut mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna serta memberikan peranan tertentu dalam proses metabolisme di dalam tubuh, antara lain : ✓ memperkuat mekanisme pertahanan tubuh atau ✓ meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit, ✓ mencegah timbulnya penyakit tertentu (contoh : penyakit jantung, kanker, osteoporosis, dll), ✓ membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit, ✓ menjaga kondisi fisik dan mental, ✓ serta memperlambat proses penuaan Lanj.. • Syarat di Jepang Di Jepang, Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan menyatakan bahwa suatu pangan bisa disebut sebagai pangan fungsional jika memiliki kriteria sebagai berikut : 1.Pangan tersebut harus dapat meningkatkan fungsi diet dan kesehatan. 2.Nilai positif gizi dan kesehatan harus terbukti kuat dengan hasil penelitian secara empiris. 3.Anjuran konsumsi dari pangan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari ahli gizi dan kesehatan. 4.Pangan dan komponen ingredien yang terkandung di dalamnya harus aman sesuai dengan diet seimbang. Lanj.. 5. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus terkarakterisasi secara jelas dalam hal sifat fisik dan kimia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (metode yang digunakan untuk menganalisa dari sifat tersebut harus disertakan dengan jelas) 6. Komposisi pangan yang terdapat didalamnya tidak boleh menurunkan nilai gizi dari pangan tersebut. 7. Pangan tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan asupan dan cara yang normal. 8. Pangan tersebut tidak boleh dalam bentuk tablet, kapsul, atau serbuk. 9. Komposisi pangan yang terdapat didalamnya harus berasal dari komponen alami. 2. Syarat Umum • Syarat Pangan fungsional secara umum 1. Merupakan makanan yang mengandung senyawa bioaktif tertentu yang berasal dari bahan alami 2. Produk tersebut dapat dikonsumsi dari bagian makanan sehari-hari. 3. Produk tersebut mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna serta memberikan peranan tertentu dalam proses metabolisme di dalam tubuh, antara lain memperkuat mekanisme pertahanan tubuh atau meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit, mencegah timbulnya penyakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan. 2. Kriteria • Kriteria yang harus dipenuhi agar menjadi pangan fungsional antara lain: 1. Sensory (warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang enak) 2. Nutritional (bernilai gizi tinggi), dan 3. Physiological (memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh). 3. Komponen ➢ Komponen makanan fungsional dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Zat gizi berupa zat gizi makro yang mempunyai efek fisiologis (contoh : resistant starch atau asam lemak omega 3) atau zat gizi mikro yang jumlah konsumsinya melebihi rekomendasi konsumsi per hari.
2. Non gizi contohnya adalah mikroorganisme atau bagian kimia dari tumbuhan.
➢ Komponen bioaktif dari makanan fungsional adalah:
a. Zat gizi: asam amino, beberapa jenis protein, asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) (polyunsaturated fatty acids), vitamin, mineral, dsb. b. Non gizi : serat pangan, prebiotik, probiotik, fitoestrogen, fitosterol dan fitostanol, poliphenol dan isoflavon, gula alkohol, bakteri asam laktat, dsb. 3. Fungsi ➢ Fungsi fisiologis yang diharapkan dari pangan fungsional antara lain adalah : 1. Pencegahan dari timbulnya penyakit, 2. Meningkatnya daya tahan tubuh, 3. Regulasi kondisi ritme fisik tubuh, 4. Memperlambat proses penuaan, dan 5. Menyehatkan kembali (recovery). 6. Mengurangi resiko kanker dan kardiovaskuler 7. Mengontrol obesitas 8. Mengontrol fungsi imun 4. Jenis pangan fungsional ✓ Jenis-Jenis Makanan Fungsional Secara umum, jenis-jenis makanan fungsional dibagi berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan : 1.Berdasarkan Sumber Makanan Berdasarkan sumbernya, makanan fungsional digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Makanan fungsional nabati dan → merupakan makanan fungsional yang bersumber dari bahan tumbuhan. Contohnya kedelai, beras merah, tomat, bawang putih, brokoli, jeruk, anggur, dan teh. b. Makanan fungsional hewani. → merupakan makanan fungsional yang bersumber dari bahan hewan. Contohnya ikan, daging sapi, serta susu dan produk olahannya. Lanj.. 2. Berdasarkan Cara Pengolahannya, makanan fungsional digolongkan menjadi : a. alami →Makanan fungsional alami merupakan makanan fungsional yang sudah tersedia di alam tanpa perlu pengolahan sama sekali. Contohnya buah-buahan dan sayuran segar yang bisa langsung dimakan. →Contoh : 1. Katekin pada teh hitam dan teh hijau : mengurangi resiko kanker 2. Sulfoeapan pada brokoli : mengurangi resiko kanker 3. Buah-buahan dan sayuran yang mengandung berbagai komponen fitokimia : mengurangi resiko kanker dan jantung 4. Bawang putih yang mengandung komponen sulfur : mengurangi resiko kanker dan jantung 5. Komponen polifenol pada juice anggur ungu : memperbaiki fungsi jantung 6. Protein kedelai : mengurangi kolesterol 7. Likopen pada tomat dan produk tomat : mengurangi resiko kanker Lanj.. b. Tradisional → merupakan makanan fungsional yang diolah secara tradisional mengikuti cara pengolahan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contohnya tempe, dadih, yoghurt, beras merah, susu, dan teh. Yogurt dan produk susu fermentasi lainnya : meningkatkan kesehatan pencernaan c. Modern → makanan fungsional yang dibuat khusus menggunakan resep-resep baru. Contohnya produk- produk makanan yang ditujukan khusus untuk diabetesi seperti Diabetasol dan Diabetamil. → Contoh : pangan tanpa lemak, rendah kolesterol dan rendah trigliserida; breakfast cereals dan biskuit yang diperkaya serat pangan; mi instan yang diperkaya dengan berbagai vitamin dan mineral; permen yang mengandung zat besi, vitamin, dan fruktooligosakarida; pasta yang diperkaya dietary fiber; sosis yang diperkaya dengan oligosakarida, serat atau kalsium kulit telur; minuman yang mengandung suplemen dietary fiber, mineral dan vitamin, cola rendah kalori dan cola tanpa kafein; sport drink yang diperkaya protein, minuman isotonic dengan keseimbangan mineral; 11. minuman untuk pencernaan, minuman pemulih energi secara kilat, teh yang diperkaya dengan kalsium, dan lain-lain. Lanj.. ➢ Terdapat dua jenis makanan fungsional, yakni: 1. Makanan fungsional konvensial adalah makanan utuh yang sudah mengandung berbagai nutrisi penting, seperti serat, lemak sehat, vitamin, mineral, dan antioksidan, dalam jumlah yang cukup. → Contoh : • Buah-buahan, seperti kiwi, pir, apel, pisang, dan jeruk • Sayur-sayuran, seperti brokoli, kembang kol, bayam, dan kangkung • Kacang-kacangan, seperti almond, mete, pistachio, macadamia, dan kacang Brazil • Biji-bijian, seperti biji labu, biji rami, dan biji chia • Legume, seperti kacang hitam, buncis, dan lentil • Biji-bijian utuh, seperti oat, barley, buckwheat, dan beras merah • Makanan laut, seperti ikan salmon, ikan sarden, ikan teri, dan ikan makerel • Makanan fermentasi, seperti tempe, kimchi, kefir, dan kombucha • Rempah-rempah, seperti kunyit, kayu manis, jahe, dan cabai • Minuman, seperti kopi, teh hijau, dan teh hitam Lanj.. 2. Makanan fungsional modifikasi →makanan yang telah diolah dan diperkaya dengan nutrisi tambahan, seperti vitamin, mineral, serat, atau probiotik, untuk menambah manfaat makanan tersebut bagi kesehatan. →Contoh : • Susu yang diperkaya dengan kalsium • Yogurt yang diperkaya dengan vitamin D • Jus kemasan yang diperkaya dengan vitamin C • Susu almond, susu kacang mete, atau susu beras yang diperkaya dengan vitamin D dan kalsium • Roti dan pasta yang diperkaya dengan zat besi • Sereal dan granola yang diperkaya dengan vitamin B12 Lanj.. ➢ Produk makanan dapat dibuat menjadi fungsional dengan menggunakan beberapa pendekatan (Agustina dan Surono, 2009) : 1. Menghilangkan komponen yang diketahui atau diidentifikasi menyebabkan efek merugikan saat dikonsumsi. 2. Meningkatkan konsentrasi komponen yang secara alami terdapat dalam bahan makanan sampai pada kadar dimana dapat menghasilkan fungsi yang diinginkan (contoh: fortifikasi dengan zat gizi mikro untuk mencapai konsumsi harian yang lebih tinggi dari rekomendasi asupan yang dianjurkan namun sesuai dengan anjuran pedoman diet untuk mengurangi resiko penyakit) atau meningkatkan konsentrasi komponen non gizi pada tingkat yang diketahui dapat meningkatkan manfaat yang diinginkan. Lanj.. ➢ Produk makanan dapat dibuat menjadi fungsional dengan menggunakan beberapa pendekatan (Agustina dan Surono, 2009) : 3. Menambahkan komponen yang tidak umum terdapat pada sebagian besar bahan makanan, tidak selalu berupa zat gizi makro atau zat gizi mikro namun mempunyai efek yang telah terbukti menguntungkan (contoh: vitamin non antioksidan, atau prebiotik fruktan). 4. Mengganti komponen, biasanya komponen zat gizi makro (contoh: lemak), yang umumnya dikonsumsi secara berlebih sehingga dapat menyebabkan efek yang merugikan, diganti dengan komponen yang mempunyai efek menguntungkan bagi kesehatan [contoh: chicory inulin seperti Rafticream (ORAFTI, Tienen, Belgium)]. 5. Meningkatkan bioavibilitas atau stabilitas dari komponen yang diketahui dapat menghasilkan efek fungsional atau menurunkan resiko yang merugikan dari bahan makanan. Lanj..
➢ Makanan fungsional dapat berupa (Agustina dan Surono, 2009) :
– Bahan makanan alami, tanpa mengalami proses pengolahan atau modifikasi – Bahan makanan yang salah satu komponennya ditingkatkan melalui kondisi khusus, perkembangbiakan atau secara bioteknologi – Penambahan komponen untuk menghasilkan potensi menguntungkan dari bahan makanan – Menghilangkan komponen dalam bahan makanan dengan menggunakan teknologi atau bioteknologi untuk menghasilkan potensi yang menguntungkan yang sebelumnya tidak tersedia – Mengganti komponen dalam bahan makanan dengan komponen lain yang lebih menguntungkan – Memodifikasi komponen dalam bahan makanan secara enzimatis, kimiawi atau teknologi tertentu untuk menghasilkan potensi yang menguntungkan – Memodifikasi bioavalibilitas komponen makanan – Kombinasi dari teknik-teknik di atas 5. Manfaat 1. Mencegah kekurangan nutrisi → makanan fungsional mengandung berbagai nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Dengan mengonsumsi makanan fungsional, Anda bisa mendapat nutrisi yang terkandung di dalamnya, sehingga terhindar dari kekurangan nutrisi yang pada akhirnya bisa menyebabkan penyakit. → contoh dengan memilih roti atau pasta yang diperkaya dengan zat besi dibandingkan dengan yang terbuat dari tepung terigu biasa, dapat terhindar dari anemia defisiensi zat besi. Lanj.. 2. Melindungi diri dari penyakit → Makanan fungsional juga bisa melindungi Anda dari berbagai penyakit. → Misalnya, kandungan antioksidan dalam makanan fungsional mampu menetralkan radikal bebas yang berpotensi merusak sel-sel dalam tubuh. Hal ini bisa menurunkan risiko Anda mengalami berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak
→ Tidak hanya bermanfaat bagi orang dewasa, kandungan nutrisi pada makanan fungsional juga baik untuk mendukung tumbuh kembang anak. → Misalnya, kandungan asam lemak omega-3 mampu meningkatkan perkembangan dan fungsi otak anak, lalu kandungan kalsium dan vitamin B12 dapat mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak. → Meski mengandung berbagai nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan, konsumsi makanan fungsional juga harus disertai dengan gaya hidup yang sehat, seperti minum banyak air putih, rutin berolahraga, dan beristirahat yang cukup. Lanj.. ✓ Senyawa-senyawa fungsional, sumber dan fungsinya Lanj.. Lanj.. Lanj.. Lanj.. Lanj.. 5. Lain-lain ➢ CARA MEMBUAT MAKANAN AGAR LEBIH FUNGSIONAL
1. Mensubtitusi bahan penyebab masalah kesehatan (misal:
minyak yangdiganti dengan minyak yang tidak tercerna yaitu olestra), mencampur bahan awal dengan bahan yang lebih menyehatkan. 2. Mengurangi komponen yang membahayakan misal: penggunaan garam, bahan tambahan makanan maupun lemak. 3. Memperkaya dengan komponen gizi yang diperlukan oleh tubuh tapiterdapat dalam jumlah minimal dalam produk tersebut.