Anda di halaman 1dari 11

Makanan

fungsional sebagai
asupan nutrisi
Frida Febrianti
Pendahuluan
Makanan dikenal mempunyai fungsi primer sebagai zat gizi dan fungsi sekunder sebagai
pemuas selera.Zat gizi dalam makanan merupakan faktor yang sangat penting dan perlu
dipertimbangkan dalam memilih makanan. Namun, kebanyakan masyarakat masih
mengutamakan faktor sensoris sehingga pemilihan makanan lebih ditekankan untuk
pemenuhan selera dan kenikmatan.Ilmuan Jepang ini menemukan bahwa salah satu faktor
yang menentukan adalah kebiasaan makan dimana dengan mengkonsumsi makanan sehat
seperti ikan, kedelai, sayuran hijau dan lainnya dapat memperpanjang hidup sehingga jumlah
penduduk lanjut usia meningkat di Jepang.Konsep makanan fungsional juga di publish kan
dalan jourbal Nature yang berjudul "Japan ExploreThe Between Food and Medicine". Pada
prinsipnya, makanan fungsional di perkenalkan sebagai makanan yang di rancang dengan
memanfaatkan senyawa bioaktif tertentu yang mempunyai fungsi untuk mencegah penyakit
tertentu. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang menyebutkan bahwa makanan
fungsional dikategorikan sebagai Foods for Specified.
Pengertian makanan Fungsional

Menurut Arai (1997), makanan fungsional adalah makanan


yang mempunyai fungsi yang berkaitan pada pencegahan suatu
penyakit dengan cara memodulasi sistem kekebalan, endokrin,
sistem saraf,sistem peredaran darah, sistem pencernaan dan
sistem seluler. Menurut Tangkeallo dan Widyahningsih (2014),
makanan fungsional adalah golongan makanan yang
mengandung bahan-bahan guna meningkatkan status
kesehatan ata dapat mencegah penyakit tertentu.
Kriteria dan Fungsi Makanan Fungsional Menurut
Foods for Specified Health Use (FOSHU), terdapat 3
kriteria :

1) Kriteria untuk Mendapatkan Logo FOSHU di Jepang


 Keefektifan makanan sudah terbukti secara nyata pada tubuh manusia.
 Tidak terdapat hal khusus mengenai keamanan makana (adanya tes toksisitas
hewan untuk pemberitahuan efek samping jika dikonsumsi secara berlebihan).
 Menggunakan ingredien makanan yang sesuai (seperti tidak berlebihan dalam
menggunakan garam).
 Terdapat jaminan sesuai dengan spesifikasi produk yang tertulis pada saat
dikonsumsi.
 Terdapat metode kontrol kualitas, seperti spesifikasi produk dan ingredien,
proses, serta metode analisis.
2) Kriterian Umum Makanan Fungsional

 Merupakan makanan (bukan kapsul,


tablet, atau serbuk) yang mengandung
senyawa bioaktif tertentu yang berasal dari
bahan alami.

 Merupakan bahan yang dikonsumsi dari


bagian diet sehari-hari.

 Memiliki fungsi tertentu setelah


dikonsumsi, seperti meningkatkan
mekanisme pertahanan biologis, mencegah
dan memulihkan penyakit tertentu,
mengontrol fisik dan mental, serta
memperlambat proses penuaan dini.
3) Kriteria makanan fungsional di jepang

Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan di Jepang menyatakan bahwa suatu makanan dapat
dikatakan yaitu(Ichikawa, 1999):

o makanan harus dapat meningkatkan fungsi diet dan kesehatan.

o Nilai positif gizi dan kesehatan harus terbukti kuat dengan hasil penelitian secara empiris.

o Anjuran konsumsi dari makanan harus mendapatkan persetujuan dari ahli gizi dan kesehatan

o Makanan dan komponen ingredien yang terkandung di dalamnya harus aman sesuai dengan diet
seimbang.

o Ingredien makanan yang terdapat didalamnya harus terkarakterisasi secara jelas dalam hal sifat fisik
dan kimia.

o Ingredien makanan yang terdapat didalamnya tidak boleh menurunkan nilai gizi dari makanan
tersebut.

o Makanan harus dikonsumsi sesuai dengan asupan dan cara yang normal.

o Makanan tidak boleh dalam bentuk tablet, kapsul, atau serbuk.

o Ingredien makanan yang terdapat didalamnya harus berasal dari komponen alami.
Jenis makanan fungsional
Berdasarkan sumber makanan = Makanan fungsional dikelompokkan menjadi dua, yaitu ada makanan fungsional
sayuran yang merupakan makanan fungsional yang berasal dari bahan tanaman (misalnya : anggur, kedelai, beras
merah, tomat, bawang putih) dan makanan fungsional hewani adalah makanan fungsional yang berasal dari bahan
hewan (misalnya daging, ikan dan susu).Cara pengolahan = Makanan fungsional dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yakni :

1. Makanan fungsional alami makanan fungsional yang sudah tersedia di alam dan tidak diperlukan pengolahan
sama sekali, misalnya buah dan sayuran segar yang sudah tersedia di alam, bisa langsung dikonsumsi atau di
makan
2. Makanan fungsional tradisional adalah makanan fungsional yang diproses dengan cara tradisional mengikuti cara
pengolahan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contoh pangan tradisional Indonesia yang
memenuhi persyaratan pangan fungsional adalah: minuman kunyit asam, jamu, tempe, dan tahu
3. Makanan fungsional modern adalah makanan fungsional yang dibuat dengan resep khusus dengan resep baru.
contoh makanan fungsional modern antara lain: sarapan sereal dan biskuit yang diperkuat serat; mi instan
dilengkapi dengan berbagai vitamin dan mineral; minuman yang di dalamnya terkandung suplemen serat
makanan, mineral dan vitamin; teh yang mengandung kalsium.
Produk pangan fungsional :
Probiotik = Probiotik didefinisikan sebagai jumlah mikroorganisme, dikonsumsi dalam jumlah yang memadai
memberikan manfaat kesehatan.

Prebiotik = Prebiotik adalah bahan yang tidak mudah dicerna yang diuntungkan dengan merangsang Pertumbuhan
dan atau aktivitas satu atau lebih bakteri dalam usus besar, yang dapat meningkatkan kesehatan.

Minuman fungsional = Jenis minuman fungsional termasuk minuman rendah kolesterol (omega-3 dan kedelai),
minuman kesehatan yang diperkaya lutein, minuman kesehatan-tulang diperkaya dengan kalsium dan inulin. Di
Indonesia antara lain ada sirup buah belimbing, jus wortel.

Sereal fungsional = Sereal sebagai oat dan barley, menawarkan alternatif lain untuk produksi makanan fungsional,
komponen seperti beta-glukan, diterapkan pada industri susu dan roti. Banyak jenis bahan baku yang bisa diolah
menjadi sereal misalnya zea mays atau jagung, termasuk salah satu makanan fungsional tanaman lokal
Indonesia.

Daging fungsional = Daging secara khusus terdiri dari sumber asam lemak omega-3, vitamin B12, protein dan zat besi
yang sangat bioavailable.

Produk beras analog = Beras analog termasuk kategori makanan fungsional. Beras analog adalah tiruan beras yang
berasal dari bahan baku non-beras yang bentuk maupun komposisi gizi yang terkandung di dalamnya mendekati
atau melebihi beras.
Menurut BPOM (2015) komponen
makanan fungsional terdapat dua
kategori :
● Komponen zat gizi = adalah komponen makanan fungsional yang
mengandung unsur guna memberikan manfaat bagi kesehatan
manusia. Contohnya : Asam amino dan beberapa jenis protein,asam
lemak tidak jenuh ganda, vitamin, mineral dan lainya.
● Komponen non gizi = komponen makanan fungsional yang unsurnya
tidak berpengaruh bagi kesehatan manusia. Contohnya serat
pangan, prebiotik, probiotik, fitoestrogen, fitosterol, dan fitostanol,
poliphenol dan isoflavon, gula alkohol, bakteri asam laktat dan
lainya.ebihi beras.
Daftar Pustaka
Astawan, M. 2011. Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal. Fakultas Teknologi Pertanian IPB,
Bogor
Charalampopoulos, D., Wang, R., Pandiella, S., & Webb, C. 2002. Application of cereals and cereal
components in functional foods: A review. Int. J. Food Microbiol. 79:131–141
Charalampopoulos, D., Pandiella, S. S., & Webb, C. 2003. Evaluation of the effect of malt, wheat and barley
extra cts on the viability of potentially probiotic lactic acid bacteria under acidic conditions.
International Int. J. Food Microbiol. 82:133–141.
Keller, C. 2006. Trends in beverages and “Measurable Health’’. In Proceedings of the third functional food net
meeting.
Brennan, C. S., & Cleary, L.J. 2005. The potential use of cereal (1!3,1!4)-b-Dglucans as functional food
ingredients. J. Cereal Sci.42:1–13.
Ricondo, Z., & Ayo, J. 2007. Tomato fibre as a new source of functional fibre for a meat application type
sausage. Developments in science & health claims, ILSI international symposium on functional foods in
Europe.
Machmur, M., Dharulsyah, Sawit, M.H., Subagyo, A. & Rachman, B. 2011. Diversifikasi Pangan Solusi Tepat
Membangun Ketahanan Pangan Nasiona. Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian 2011.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai