PANGAN FUNGSIONAL
Disusun oleh:
Rizki Amellia : 13211160001
Dosen :
DAFTAR ISI...............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
LATAR BELAKANG..................................................................................................2
RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
TUJUAN MASALAH.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
1. Apa pengertian pangan fungsional ...................................................................3
2. Apa saja syarat pangan fungsional....................................................................7
3. Apa saja fungsi fisiologi pangan fungsional.....................................................8
4. Apa saja jenis-jenis pangan fungsional............................................................14
5. Bagaimana prospek pengembangan pangan fungsional .................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
3
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Goldberg (1994) pangan fungsional adalah makanan (bukan kapsul, pil
atau tepung) berasal dari ingredient alami. Dapat dan harus dikonsumsi sebagai
bagian dari diet harian dan memiliki fungsi tertentu bila dicerna, membantu
mempercepat proses tertentu dalam tubuh seperti : meningkatkan mekanisme pertahanan
secara biologis, mencegah penyakit tertentu, penyembuhan dari penyakit spesifik,
mengendalikan kondisi fisik dan mental, dan menghambat proses penuaan. The
International Food Information mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang
memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat dasar.
4
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapatlah dikatakan bahwa pada
dasarnya pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya
diluar kandungan zat gizinya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, merupakan
bagian dari diet sehari-hari dan memiliki sifat sensoris yang dapat diterima.
Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan dari pangan fungsional antara lain adalah:
1. Pencegahan dari timbulnya penyakit,
2. Meningkatnya daya tahan tubuh,
3. Regulasi kondisi ritme fisik tubuh,
4. Memperlambat proses penuaan, dan
5. Menyehatkan kembali (recovery).
5
Serat Pangan dan Pati Resisten.
Serat pangan merupakan bagian dari tanaman yang tidak bisa dicerna oleh ensim
pencernaan dalam usus halus manusia sehat terutama terdiri dari polisakarida bukan pati
dan lignin (Trowel, 1972 dalam Marsono, 2007).
Sifat ini dapat mengurangi absorpsi glukosa dan kolesterol,sehingga konsumsi
serat pangan yang tinggi dapat mencegah diabetes maupun hiperkolesterol.
PUFA
PUFA merupakan komponen bioaktif yang banyak terdapat pada bahan pangan
hewan, PUFA khususnya asam lemak omega 3 , banyak terdapat dalam salmon, tuna ,
minyak ikan, kenari dan rami berpotensi untuk mengurangi resiko penyakit jantung
6
koroner, dan memabantu memperbaiki kesehatan mental dan fungsi penglihatan
(Marsono, 2007; Subroto, 2008)
Probiotik, Prebiotik dan Sinbiotik
Jenis-jenis pangan fungsional secara umum dibagi berdasarkan dua hal, yaitu
berdasarkan sumber pangan dan cara pengolahannya (Subroto,2008)
7
Pangan fungsional tradisional merupakan pangan fungsional yang diolah secara
tradisional mengikuti cara pengolahan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Menurut Astawan (2011) beberapa contoh pangan tradisional Indonesia yang
memenuhi persyaratan pangan fungsional adalah: minuman beras kencur, temulawak,
kunyit-asam, dadih (fermentasi susu khas Sumatera Barat), dali (fermentasi susu kerbau
khas Sumatera Utara), sekoteng atau bandrek, tempe, tape dan jamu.
8
7. Susu kedalai.
8. Susu dengan penambahan suplemen/vitamin.
9. Susu rendah lemak.
10. Roti dengan penambahan suplemen/vitamin.
11. Biji-bijian utuh dan produk-produk tinggi serat.
12. Serealia dengan penambahan folat.
13. Jus buah dengan penambahan suplemen/vitamin.
14. Garam dapur dengan penambahan yodium.
15. Garam dapur dengan pengurangan natrium dan penambahan kalium dan
magnesium.
16. Nutrisi untuk makanan bagi diabetes.
17. Bumbu masak dari herbal pengganti MSG (Monosodium glutamat).
Pangan fungsional modern yang sengaja dibuat dengan tujuan khusus umumnya
diproduksi melalui salah satu atau lebih pendekatan sebagai berikut (Subroto, 2008):
1. Menghilangkan komponen yang diketahui menyebabkan efek buruk jika
dikonsumsi, misalnya protein alergan (protein penyebab alergi).
2. Meningkatkan konsentrasi komponen yang memiliki efek baik terhadap
kesehatan, baik berupa komponen nutrisi maupun komponen non-nutrisi
(phytochemicals) yang secara alami sudah terdapat dalam makanan tersebut.
3. Menambahkan suatu komponen yang memiliki efek baik terhadap kesehatan
yang sebelumnya tidak terdapat pada makanan tersebut.
4. Mengganti suatu komponen dalam makanan yang diketahui memiliki efek buruk
terhadap kesehatan dengan komponen lain yang memiliki efek menguntungkan.
5. Meningkatkan ketersediaan atau stabilitas komponen suatu makanan yang
diketahui mempunyai efek baik terhadap kesehatan.
Contoh komponen zat gizi yang sering ditambahkan ke dalam bahan makanan adalah
(Astawan, 2011) :
1. Vitamin A, vitamin E, beta-karoten, flavonoid, selenium, dan seng (zinc) yang
telah diketahui peranannya sebagai antioksidan untuk mengatasi serangan radikal
bebas yang menjurus kepada timbulnya berbagai penyakit kanker;
2. Asam lemak omega-3 dari minyak ikan laut untuk menurunkan kolesterol dan
meningkatkan kecerdasan otak, terutama pada bayi dan anak balita;
9
3. Kalsium untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, mencegah osteoporosis
(kerapuhan tulang) dan tekanan darah tinggi;
4. Asam folat untuk mencegah anemia dan kerusakan syaraf;
5. Zat besi untuk mencegah anemia gizi;
6. Iodium untuk mencegah gondok dan kretinisme (kekerdilan);
7. Oligosakarida untuk membantu pertumbuhan mikroflora yang dibutuhkan usus
(Bifido bacteria).
Di banyak negara pangan fungsional telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut
dilandasi oleh beberapa alasan yaitu: (i) meningkatnya kesadaran akan pentingnya
makanan dalam pencegahan atau penyembuhan penyakit (ii) tuntutan konsumen akan
adanya makanan yang memiliki sifat lebih, yaitu memiliki kandungan ingridien
fungsional, (iii) pengalaman masyarakat mengenai alternative medicine, (iv) studi
epidemiologi mengenai prevalensi penyakit tertentu yang ternyata dipengaruhi oleh
kebiasaan makan dan bahan yang dimakan oleh suatu populasi (Marsono, 2007).
Berdasarkan jenis-jenis penyakit degeneratif (obesitas, diabetes, jantung koroner,
hypertensi dan kanker) yang prevalensinya meningkat saat ini dan keinginan masyarakat
untuk hidup lebih sehat dan bugar melalui pengaturan pola makan, maka permintaan
terhadap pangan fungsional diprediksi akan meningkat. Dengan demikian peranan
pangan fungsional menjadi sangat penting.
Pangan fungsional yang akan berkembang pesat dimasa mendatang adalah yang
erat kaitannya dengan pangan yang mampu menghambat proses penuaan, meningkatkan
daya immunitas tubuh, meningkatkan kebugaran, kecantikan wajah dan penampilan,
mendukung relaxasi tidur dan istirahat, serta “good for mood” (Suter, 2011)
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adanya masalah keragu-raguan konsumen terhadap keamanan makanan dan
minuman tertentu yang masih beredar dipasaran saat ini dan peningkatan prevalensi
penyakit degeneratif serta besarnya biaya perawatan sakit merupakan faktor yang sangat
mendukung dikembangkannya pangan fungsional. Sifat fungsional dari pangan
fungsional ditentukan oleh komponen bioaktif yang ada di dalamnya. Indonesia kaya
akan sumber bahan pangan dengan kandungan komponen bioaktif yang potensial untuk
dikembangkan. Teknologi pangan dan penelitian-penelitian yang terkait dengan pangan
fungsional sudah dikembangkan. Hal ini semua menjadi modal dasar untuk
mengembangkan pangan fungsional. Pangan fungsional yang akan berkembang pesat
dimasa mendatang adalah yang erat kaitannya dengan pangan yang mampu menghambat
proses penuaan, meningkatkan daya immunitas tubuh, meningkatkan kebugaran,
kecantikan wajah dan penampilan, mendukung relaxasi tidur dan istirahat, serta “good for
mood”. Dengan demikian, industri pengolahan pangan fungsional di Indonesia sangat
Prosketif. Pengembangan industri pangan fungsional tidak hanya menguntungkan bagi
industri , tapi juga masyarakat dan pemerintah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Blasa M, Gennari L, Angelino D and Ninfali P. 2010. Fruit and Vegetable Antioxidants
in Health. In :Watson RR and Freedy VR. (Ed.). Bioactive Foods in Promoting
Health. Fruit and Vegetables. Elsevier Inc. New York.
Kusharto CM. 2006. Serat Makanan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan
Pangan. 1 (2) : 45-54
Lattimer JM and Haub MD. 2010. Effects of Dietary Fiber and Its Components on
Metabolic Health. Nutrients, 2 : 1266-1289.
Muchtadi D. 2001. Sayuran Sebagai Sumber Serat Pangan Untuk Mencegah Timbulnya
Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 12 (1) : 61-71
Raghuver C and Tandon RV. 2009. Consumtion of Functional Food and Our Concerns.
Review Article. Pak J Physiol . 5(1) : 76-83
Santosa A. 2011. Serat Pangan (Dietary fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Magistra.
75 : 35 - 40
12
Sekhon BS and Jairath S. 2010. Prebiotics, Probiotics and Synbiotics : An Overview. J
Pharm Educ Res. 1 (2) : 13 - 28
Subroto MA. 2008. Real Food, True Health. Makanan Sehat Untuk Hidup Lebih
Sehat.PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Suter IK. 2011. Pangan Fungsional dalam Kesehatan Ayurveda. Makalah disajikan pada
Seminar Sehari dalam rangka Hari Ibu di Universitas Hindu Indonesia.
Winarno FG, Puspitasari NL dan Kusnandar F.. 1995. Prosiding Widyakarya Nasional
Khasiat Makanan Tradisional, Kantor Menteri Negara Urusan Pangan RI, Jakarta.
13