2.2.2. Jahe
Jahe (Zingiber afficanate) merupakan salah satu jenis rempah-rempah
yang banyak digunakan sebagai bahan minuman, bumbu penyedap makanan, ramuan
obat-obatan dan lain-lain. Jahe memiliki beberapa kerabat yang termasuk kedalam
familli Zingiberaceace, seperti lempuyang wangi, bengle, benglai hantu, lempuyang dan
lengkuas (Farry dan Murhananto, 1995).
Adapun klasifikasi jahe adalah sebagai berikut:17
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tidak
menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak menguap atau minyak atsiri merupakan
komponen pemberi bau yang khas. Kandungan dari minyak atsiri pada jahe antara lain
α pinen, βphellandren, borneol, limonene, linalool, citral, nonylaldehyde, decylaldehyde,
methylepteno, 1,8 sineol, bisabelin, 1-α-curcumi, farnese, humulen, phenol, asetat dan
yang paling banyak adalah zingiberen dan zingiberol. Minyak yang tidak menguap atau
oleoresin memberikan rasa pedas dan pahit. Oleoresin terdiri atas gingerol dan
zingiberen, shagol, minyak atsiri dan resin. Rimpang pada jahe mengandung flavonoid,
10- dehydrogingerione, gingerdione, arginin, linolenic acid, aspartia acid, kanji, lipid,
kayu damar, asam amino, protein, vitamin A dan niacin serta mineral. Terdapat juga
asam-asam organik seperti asam malat, asam oksalat, vitamin A, B (Collin dan folat)
dan C, senyawa-senyawa flavonoid, polifenol, aseton, methanol, cineole dan arginine.
17 Gingerol memiliki efek sebagai antiinflamasi, antipiretik, gastroprotektif, kardiotonik,
hepatotoksik, antioksidan, anti kanker, antiangiogenesis dan anti arterosklerotik.
Gingerol dan zingerone dapat melindungi mukosa lambung dengan cara menghambat
H+ K+ ATPase sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Flavonoid yang
terkandung dalam jahe dapat meningkatkan prostaglandin yang merupakan faktor
defensif dari lambung. Aseton dan methanol dapat melindungi lambung dengan cara
menurunkan asam lambung dan mencegah iritasi pada mukosa lambung.17,19
2.2.3. Serai
Sereh (Cymbopogon nardus L) merupakan sejenis tumbuhan rumput‐
rumputan yang daunnya panjang seperti ilalang. Sereh mempunyai perawakan
berupa rumput‐rumputan tegak, menahun dan mempunyai perakaran yang
sangat dalam dan kuat. Batang sereh dapat tegak ataupun condong,
membentuk rumpun, pendek, masif, bulat dan sering kali di bawah buku‐
bukunya berlilin. Daun sereh berbentuk tunggal, lengkap, dan pelepah
daunnya silindris gundul. Susunan bunganya yaitu malai atau bulir
majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun pelindung nyata, biasanya
berwarna putih. Sereh (Cymbopogon nardus L) biasanya digunakan sebagai
bumbu dapur untuk mengharumkan makanan. Selain itu, sereh bermanfaat
sebagai anti radang, menghilangkan rasa sakit dan melancarkan sirkulasi
darah. Manfaat lain yaitu untuk meredakan sakit kepala, otot, batuk,
nyeri lambung, haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan. Akar
tanaman sereh digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat,
peluruh dahak, bahan untuk kumur, dan penghangat badan. Sedangkan minyak
sereh banyak digunakan sebagai bahan pewangi sabun, spray, disinfektan,
dan bahan pengkilap.
Sereh wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan
minyak atsiri. Saponin merupakan kelompok glikosida yang tersusun oleh
aglikon bukan gula yang berikatan dengan rantai gula. Sifat antimikroba
dari senyawa saponin disebabkan oleh kemampuan senyawa tersebut
berinteraksi dengan sterol pada membran sehingga menyebabkan kebocoran
protein dan enzim‐enzim tertentu.
Flavonoid terdiri dari flavon, flavonon, isoflavon, antosianin, dan
leukoantosianidin. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan
antimikroba. Antioksidan flavonoid dapat mencegah oksidasi lipid dengan
mengikat (mengkhelat) logam‐logam yang bersifat prooksidan. Senyawa
flavonoid lipofilik memiliki aktivitas antimikroba karena memiliki
kemampuan penetrasi dalam membran sel.
2.3. Pengujian Polifenol
2.4. Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam ekstraksi dan pengujian komponen bioaktif polifenol
sebagai antioksidan yaitu terdapat 2 macam bahan, diantaranya adalah bahan pangan
dan bahan kimia.
3.2 Alat
Pengecilan ukuran
Penyaringan
Gambar 1. Diagram Alir Ekstraksi Cascara
50 gram jahe
Pengecilan ukuran
Penyaringan
Ekstrak jahe
Gambar 3. Diagram Alir Ekstraksi Jahe
+200 ml air
Larutan gula
250 µL Sampel
+ 4,75 ml aquades
+ 0,5 ml follin-ciocalteau
Vortek
Pendiaman 5 menit
+ 1 ml Na2CO3 (7%)
Vortek
250 µL Sampel
+ 4,75 ml etanol
+ 3 ml DPPH
Vortek
Pendiaman 15 menit
Pemasukkan dalam
tabung reaksi
+ 0,5ml Folin
Ciocalteau
Vortex
Pendiaman 5 menit
+ 1 ml Na2CO3
Pendiaman 60 menit
dalam tempat gelap
Pengukuran nilai
absorbansi λ = 765 nm
Perhitungan polifenol
Penggunaan Asam galat dengan konsentrasi 5 mg/ml diambil sebanyak 0, 25, 50,
75, 100, 125, 150, 175, 200, 225 μl, berfungsi sebagai sebagai standar pengukuran
dikarenakan asam galat merupakan senyawa polifenol yang terdapat di hampir semua
tanaman. Kandungan fenol asam organik ini bersifat murni dan stabil (Kusumaningati
2009). Asam galat tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diencerkan
dengan cara ditera hingga mencapai 5 ml menggunakan akuades. Reagen Folin
Ciocalteu sebanyak 0,5 ml ditambahkan untuk mereduksi gugus hidroksi dari asam
galat. Inti aromatis pada senyawa polifenol, yang berupa gugus hidroksi polifenol, dapat
mereduksi fosfomolibdat dan fosfotungstat menjadi molibdenum yang berwarna biru.
Larutan kemudian divorteks untuk menghomogenkan larutan kemudian didiamkan
selama 5 menit dan ditambahkan 1 ml Na2CO3 untuk menciptakan suasana basa yang
dapat mendorong terjadinya reaksi antara senyawa polifenol dengan reagen Folin.
Larutan kemudian didiamkan selama 60 menit di tempat yang gelap agar polifenol tidak
mengalami oksidasi yang diakibatkan oleh cahaya. Setelah didiamkan, larutan
selanjutnya diukur nilai absorbansinya dengan panjang gelombang 765 nm. Dari nilai
absorbansi yang didapat, kemudian dibuat kurva standar asam galat.