Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT (HAND

SANITIZER)

Disusun Oleh:

Kelompok/Kelas : 7 / THP B ‘17


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang


mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.
Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting
sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia merupakan
negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia (statistik kelapa sawit
Indonesia,2017). Sampai dengan tahun 2010, luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mencapai 7,8 juta hektar. Terdiri dari 3,3 juta hektar perkebunan rakyat,
616 ribu hektar perkebunan negara 3,9 juta hektar perkebunan milik swasta
(prabowo, 2014).

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan


dalam identitifikasi secara ilmiah, Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini
dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan
sebagai berikut:

Divisi : Embryophtya siphonagma

Kelas : Angiosspermae
Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae ( dahulu disebut palmae )

Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. Elais Guinensis

2. Elais Olaifera (H.B.K ) Cortes

3. Elais Odora (Pahan, 2010)

Kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika selatan, Asia


Tenggara, Pasifik selatan serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil.
Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika selatan tepatnya
Brasilia( Pahan, I. 2007).

1.2 By Product Kelapa Sawit

Tanaman sawit merupakan tanaman serbaguna yang dapat diolah menjadi


berbagai macam produk yang dapat menunjang kehidupan manusia. Tanaman ini
awalnya hanya dimanfaatkan buahnya untuk diolah menjadi minyak goreng.
Pengolahan minyak dari sawit menjadi minyak goreng akan menghasilkan berbagai
jenis limbah. Limbah hasil pengolahan dari tanaman kelapa sawit ini biasa disebut
dengan produk samping atau “by product”. Hal ini dikarenakan limbah tersebut
masih dapat diolah kembali menjadi produk yang lain. Seiring dengan
berkembangnya teknologi, by product dari kelapa sawit diolah menjadi berbagai
produk baru yang memiliki nilai fungsional cukup tinggi. Produk olahan dari by
product pengolahan kelapa sawit ini biasa dikenal sebagai produk derivat. Produk
derivat adalah produk olahan yang memanfaatkan by product dari kelapa sawit
dengan maksud untuk meningkatkan nilai guna dan meningkatkan nilai ekonomis
dari produk samping pengolahan kelapa sawit.
Pada proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak ( crude palm
oil) akan dihasilkan limbah padat berupa cangkang dan tandan kosong. Sampai
dengan saat ini tandan kosong telah dimanfaatkan untuk energi dan kompos,
sementara untuk cangkangnya hanya digunakan untuk penutup/penimbun tanah.
Pabrik minyak kelapa sawit dengan kapasitas 100 ribu ton tandan buah segar (TBS)
pertahun akan menghasilkan limbah padat sekitar 6 ribu ton cangkang, 12 ribu ton
serabut dan 23 ribu ton tandan buah kosong (Marapaung, 2009).

Pabrik minyak kelapa sawit menghasilkan limbah cukup besar terutama


cangkang, bila dilakukan karbonisasi menghasilkan arang dan hasil samping
berupa asap dan bola dikondensasikan menghasilkan asap cair yang dapat
digunakan sebagai bahan antiseptik , bahan pengawet makanan dan penggumpal
latex.

Gambar 1. Limbah Sisa Pengolahan RBDPO


Sumber : Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, 2018.

1.3 Cangkang

Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah sisa pengolahan


minyak kelapa sawit mentah, jumlahnya mencapai 7% setiap ton tandan buah segar
yang diolah (Elizabeth dan Ginting, 2003). Cangkang kelapa sawit terdiri dari
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Hemiselulosa seperti pentosan (C3H2O4) dan
heksosan (C6H1005). Pentosan banyak terdapat pada kayu keras, sedangkan
heksosan terdapat pada kayu lunak. Pentosan yang mengalami pirolisis
menghasilkan furfural, furan, dan turunannya serta asam karboksilat. Heksosan
terdiri dari mannan dan galakton dengan unit dasar mannose dan galaktosa, apabila
mengalami pirolisis menghasilkan asam asetat dan homolognya.

Dari komposisi utama berupa selulosa, hemiselulosa dan lignin cangkang


kelapa sawit, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan baku
pembuatan asap cair. Proses pengolahan yang sesuai untuk mendapatkan asap cair
salah satunya adalah pirolisis. Proses pirolisis selulosa menghasilkan asam asetat
dan fenol walaupun dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan pirolisis lignin
menghasilkan aroma yang berperan dalam pengawetan. Senyawa aroma tersebut
adalah fenol dan eterfenolik seperti guaiakol (2-metoksi fenol), siringol
(1,6dimetoksifenol) dan derivatnya (Girard, 1992). Senyawa utama yang dihasilkan
dari asap cair yang digunakan dalam pembuatan hand sanitizer adalah asap cair
(metanol, asam asetat dan feno)l dengan penambahan triclosan, karbopol,
trietanolamin, natrium metabisulfit, dan aquadest.

1) Asap Cair

Asap cair merupakan hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin,
selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya yang melibatkan reaksi
dekomposisi karena pengaruh panas, polimerisasi dan kondensasi (Girarld , 1992).
Asap cair mengandung kelompok senyawa fungsional (asam, fenol dan
alkohol(metanol)) yang mempunyai peranan penting dalam pengendalian aroma,
mikroorganisme, pengobatan dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur.

a) Metanol

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan
bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan
yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun
dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan
sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif
bagi etanol industri (Anonim, 2019). Rumus kimia metanol :

b) Asam Asetat

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka[10] adalah senyawa


kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi
rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3–
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat pekat (disebut asam asetat
glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C.
Asam asetat adalah komponen utama cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa
asam dan berbau menyengat. Selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah
tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain
seperti polivinil asetat dan selulosa asetat (Anonim, 2019)

c) Fenol

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari
gugus hidroksilnya.
Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat
dilarutkan dalam air. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang
digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol
merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal
sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,


pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis
senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat)
banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang
lain (Anonim, 2019).

2) Triclosan

Triclosan merupakan salah satu zat antibakteri yang banyak digunakan


karena efektif menghambat hingga membunuh berbagai bakteri gram positif dan
gram negatif. Triclosan banyak digunakan sebagai zat aktif antibakteri pada
berbagai macam obat luka luar, sabun mandi hingga sabun cuci tangan. Dengan
konsentrasi triclosan yang rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri
dengan sangat baik. Menurut Kristiyana (2013) triclosan efektif dipakai dengan
kadar konsentrasi 0,2% sampai 2% karena memiliki aktivitas antimikrobia yang
efektif menghambat pertumbuhan bakteri dengan baik.
3) Karbopol

Karbopol merupakan sebuah memiliki sifat asam dengan sedikit memiliki


aroma khas, dan memiliki bentuk serbuk putih halus yang bersifat higroskopis
sehingga diperlukan penyimpanan di dalam sebuah wadah yang dengan tertutup
rapat. Karbopol larut dalam air hangat, etanol, dan gliserin Karbopol dapat
membentuk gel yang kuat pada konsentrasi yakni sekitar 0,5 – 2,0%. Karbopol
dapat bersifat hidrogel dalam larutan alkal atau air karena adanya hidrasi gugus
karboksil ada strukturnya (Rowe et al., 2009).

4) Trietanolamin

Trietanolamin merupakan cairan kental tidak berwarna hingga memiliki


warna kuning pucat memiliki aroma hampir mirip dengan amoniak dan bersifat
higroskopik, mudah larut dalam air dan pada etanol. Trietanolamin biasa
digunakan untuk membentuk emulsi pada konsentrasi 2-4%. Trietanolamin biasa
digunakan untuk membentuk emulsi dengan konsentrasi 2-4% pada air (m/a) dan
pada asam lemak yaitu -5 kalinya (Dirjen POM, 1979: 612, Rowe, 2009: 754).

5) Natrium metabisulfit

Natrium metabsulfit adalah suatu bahan kimia yang dapat menghambat


pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir pada konsentrasi 200 ppm. Bahan ini
memiliki bentuk serbuk, berwarna putih, larut didalam air, sedikit larut dalam
alkohol memiliki bau khas mirip dengan gas sulfur dioksida serta memiliki rasa
asin dan asam. Sulfur dioksida yang biasanya sering digunakan yaitu pada
konsentrasi sekitar 500-1000 ppm tergantung pada jenis makanan dan tujuan
penambahannya (Siagian, 2002).

6) Aquadest
Aquadest merupakan pelarut yang bersifat netral dan tidak berbahaya sehingga
aman bila digunakan dalam bahan pangan. Aquades atau air yang telah disuling
memiliki kadar mineral sangat minim. Kelemahan dari aquadest adalah hanya
pada proses evaporasi ( penguapan ) yang lebih lama karena titik didihnya lebih
tinggi dibandingkan dengan pelarut lainnya (Guenter, 1987).

1.4 Hand Sanitizer

Pengertian Hand sanitizer

Antiseptik merupakan produk yang dapat di bawa kemana mana tanpa


harus mencuci tangan dalam penggunaannya yang sekarang ini beredar di pasaran
adalah hand sanitizer. Hand sanitizer merupakan produk cair yang berbentuk gel
yang mengandung zat antiseptik dan bahan antibacterial berupa alkohol dan
tryclosan atau glyserol yang digunakan untuk mencegah atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme. Cara pemakaiannya dengan diteteskan pada
telapak tangan, kemudian diratakan pada permukaan tangan tanpa dibilas dengan
menggunakan air (Ramadhan, 2013).

Sifat Hand sanitizer

Hand sanitizer umumnya mengandung zat antiseptik dan bahan


antibacterial. Bahan antiseptik yang digunakan adalah alkohol jenis etanol dan
bahan antibacterial yang digunakan tryclosan. Alkohol dapat digunakan pada
pembuatan hand sanitizer karena alkohol banyak digunakan sebagai antiseptik
untuk disinfeksi permukaan kulit yang bersih dan alkohol juga sebagai disinfektan
yang mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri,
tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Selain alkohol salah satu bahan aktif yang
sering digunakan di dalam hand sanitizer yang bersifat bakteriostatik adalah
triclosan. Menurut Ramadhan (2013) triclosan efektif dipakai dengan kadar
konsentrasi 0,2% sampai 2% karena memiliki aktivitas antimikrobia yang luas
(broad spectrum), biasanya bersifat bakteriostatik.

Fungsi Hand sanitizer

Hand sanitizer yang berdedar dipasaran dibuat untuk pemenuhan


kebutuhan masyarakat yang sekarang ini membutuhkan bahan yang bisa
melindungi tangan dari adanya bakteri atau jamur yang setiap waktu menempel
tanpa harus mencuci tangan ataupun membilasya dengan air terlebih dahulu.
Penggunaannya cukup dengan meneteskan pada telapak tangan, kemudian
diratakan pada permukaan tangan.

BAB II. METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan untuk membuat hand sanitizer daun kelapa sawit
meliputi timbangan, pisau, beaker glass, gelas ukur, pipet volume, pengaduk,
penangas air, ko,por, kain saring, loyang, baskom.
2. Bahan

Bahan yang digunakan pada proses pembuatan hand sanitizer meliputi


asap cair cangkang kelapa, Carbopol 940, trietanolamin, natrium metabisulfit,
triklosan, minyak lavender dan aquadest.

2.2. Proses Pembuatan

1. Proses Pembuatan Asap Cair


Cangkang sawit sebanyak 25 kg dimasukkan ke dalam tungku pembakaran
dilakukan pemanasan pada suhu 200°C-300 °C selama : 6,5 jam dengan suhu
konstan pada temperatur 300°C 20°C ,asap yang timbul dari pembakaran
dialirkan melalui pipa pendingin sehingga terjadi kondensasi dan mencair
dihasilkan asap cair. Cangkang sawit dipanaskan pada tungku secara destilasi
kering./proses pirolisis dan asap yang timbul akibat pembakaran dialirkan
melalui pipa pendingin sehingga terjadi kondensasi dan akan mencair yang
disebut dengan asap cair.

Cangkang Sawit

Penyusunan Dalam Reaktor


Penutupan Reaktor

Pemasangan Alat Pendingin

Pemanasan/ Pembakaran

Arang

Asap Cair

Gambar 2. Skema Diagram Alir Produksi Asap Cair

2. Pembuatan Gel Hand Sanitizer


Carbopol dicampur ke dalam air panas terlebih dahulu, kemudian diaduk
sampai larut. Setelah itu menyiapkan asap cair dan dicampurkan dengan bahan
kimia lain yang telah ditimbang lalu diaduk sampai rata. Kemudian dilakukan
pencampuran carbopol yang telah larut dengan asap cair yang telah dicampur
dengan bahan kimia sampai homogen. Setelah itu ditambahkan dengan
aquades sampai volume yang diinginkan. Dan tambahkan TEA sedikit demi
sedikit sambil diaduk perlahan hingga membentuk gel yang jernih.

3. Mekanisme Pembuatan Hand sanitizer


Pada proses pembuatan gel pada hand sanitizer dilakukan dengan
memanaskan aquades terlebih dahulu lalu dicampurkan dengan carbopol
sampai larut untuk kemudian dicampurkan dengan campuran asap cair,
triklosan dan metabisulfit. Setelah itu, kedua campuran tersebut dicampur jadi
satu diaduk sampai homogen. Mekanisme dari pembentukan gel dari
penggunaan karbopol yaitu karbopol memiliki struktur kimia COOH dan
memiliki sifat asam sekitar 2,5-3,0 apabila terdispersi didalam air. Karbopol
memiliki bentuk higroskopis yang mampu mengembang apabila dicampur
kedalam air dan asam karena karbopol memiliki sifat tidak larut tetapi dapat
mengembang. Mekanisme pembentukan gel dapat terjadi ketika struktur dari
polimer karbopol terikat dengan pelarut kemudian terjadi ikatan silang pada
polimer-polimer sehingga molekul dari pelarut akan terperangkap didalamnya
lalu terjadi immobilisasi molekul dari pelarut dan terbentuklah struktur kaku
dan tegar yang akan tahan pada gaya ataupun tekanan tertentu (Prastianto,
2016). Triklosan dan natrium metabisulfit berfungsi sebagai pengawet dalam
proses pembuatan hand sanitizer karena triklosan dan natrium metabisulfit
bersifat anti mikroorganisme, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Selain itu aquadest memiliki fungsi sebagai pelarut di dalam
pembuatan hand sanitizer. Penambahan trietanolamin pada pembuatan hand
sanitizer berfungsi sebagai penetralisir karbopol yang memiliki sifat asam dan
penambahan minyak lavender bertujuan untuk memberi aroma lavender pada
hand sanitizer dengan cara diteteskan sampai hand sanitizer mengeluarkan
aroma lavender yang dirasa cukup.
Pemanasan aquadest Pemanasan ekstrak tanin daun kelapa
sawit

+ Triclosan dan Natrium


Penambahan metabisulfit
Karbopol

Campuran bahan A Pengadukan

Campuran B

Aquadest
Pencampuran semua baham

+ Trietanolamin

+ minyak lavender

Sediaan gel hand sanitizer

Gambar 3. Skema Diagram Alir Produksi Gel Hand Sanitizer

BAB III. KARAKTERISTIK


3.1. SNI Hand Sanitizer

Hand sanitizer atau gel pembersih tangan ini juga dikenal dengan detergen
sintetik cair pembersih tangan yang merupakan sediaan pembersih yang dibuat dari
bahan aktif detergen sintetik dengan atau tanpa penambahan zat lain yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit (SNI, 1992). Di Negara berkembang, detergen
sintetik telah menggantikan sabun sebagai bahan kebersihan. Di Indonesia, syarat
mutu detergen sintetik cair pembersih tangan diatur berdasarkan
SNI-06-2588-1992 yang dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut ini:

Tabel 1. Standar Mutu Detergen Sintetik Tangan


No. Jenis Persyaratan
1 Kadar Zat Aktif Min 5,0%
2 pH 4,5 - 8,0
3 Emulsi Cairan Stabil
4 Zat Tambahan Sesuai Aturan Yang Berlaku
Sumber : SNI-06-2588-1992

Efektivitas hand sanitizer ini dipengaruhi oleh faktor fisik kimia seperti waktu
kontak, suhu, konsentrasi, pH, kebersihan peralatan, kesadahan air, dan serangan
bakteri (Marriot, 1999). Sanitizer yang ideal menurut Marriot (1999), harus
memiliki beberapa hal seperti dibawah ini :

1. Memiliki sifat menghancurkan mikroba, aktivitas spektrum melawan fase


vegetatif bakteri, kapang, dan khamir
2. Tahan terhadap lingkungan (efektif pada lingkungan yang mengandung bahan
organik, deterjen, sisa sabun, kesadahan air, dan perbedaan pH).
3. Mampu membersihkan dengan baik.
4. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
5. Larut dalam air dalam berbagai konsentrasi.
6. Bau dapat diterima.
7. Konsentrasi stabil.
8. Mudah digunakan.
9. Tidak mahal.
10. Mudah pengukurannya jika digunakan dalam larutan.

Sedangkan menurut (Rowe et al, 2005) sifat yang harus dimiliki gel pembersih
tangan yaitu :

1. Memiliki viskositas dan daya lekat yang tinggi da tidak mudah mengalir pada
permukaan kulit
2. Memiliki sifat tixotropi, sehingga mudah merata pada saat dioleskan
3. Memiliki derajat kejernihan yang tinggi (nilai estetika)
4. Tidak meniggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti film pada saat
dipakai
5. Mudah tercuci air
6. Daya lubrikasi yang tinggi
7. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat dipakai

3.2. Aplikasi Pada Bidang Pangan

Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik


dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk makanan; pembersihan
dan sanitasi pabrik serta ingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Kegiatan yang
berhubungan dengan produk makanan meliputi pengawasan mutu bahan mentah,
penyimpanan bahan mentah, perlengkapan suplai air yang baik, pencegahan
kontaminasi makanan pada semua tahap- tahap selama pengolahan dari peralatan
personalia, dan terhadap hama, serta pengkemasan dan penggudangan produk
akhir. untuk mengontrol pertumbuhan mikroba pada produk makanan dan di
pabrik pengolahan makanan adalah program higiene dan sanitasi yang efektif.
Salah satu program sanitasi yaitu dengan pemakaian antiseptik sebelum kontak
langsung dengan bahan pangan.

Hand sanitizer merupakan cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol


yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dengan cara pemakaian tanpa
dibilas dengan air. Cairan dengan berbagai kandungan yang sangat cepat
membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan (Benjamin, 2010). Hand
sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu kurang lebih 30 detik (Benjamin,
2010). Selain itu Hand sanitizer atau biasa disebut gel pembersih tangan merupakan
gel yang memiliki antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri
(Retnosari, 2006).
KESIMPULAN

Tangan merupakan salah satu sumber kontaminasi yang kontak langsung


dengan bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan adanya kontaminasi silang
pada bahan pangan itu sendiri. Hand sanitizer atau biasa disebut gel pembersih
tangan merupakan gel yang memiliki antibakteri dalam menghambat hingga
membunuh bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Asam Asetat. https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat. (08


September 2019).

Anonim. 2019. Fenol. https://id.wikipedia.org/wiki/Fenol. (08 September 2019).

Anonim. 2019. Metanol. https://id.wikipedia.org/wiki/Metanol. (08 September


2019).

Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit. 2018. Potensi Limbah Kelapa Sawit
Indonesia.https://www.bpdp.or.id/id/sawit-berkelanjutan/potensi-limbah-
kelapa-sawit-indonesia/. (07 September 2019).

Benjamin, DT, 2010. introduction to handsanitizers.

Girard, JP. 1992. Smoking dalam Technology of Meat and Meat Product". Ellis
Horwood New York.

Habibullah m. 2018. statistik kelapa sawit Indonesia. Jakarta : Badan Pusat


Statistik.

Hariana. 2012.Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Emulgator Dalam Sediaan Krim


Minyak Umbi Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Aktivitasnya
Pada Bakteri Penyebab Jerawat.skripsi.Universitas Islam Negeri
Alauddin.

Hildayati, R. 2005. Pengaruh Lama Perendaman Natrium Metabisulfit (Na2S2O5)


Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Sukun (Artocarpus
communis).skripsi.Universitas Sumatera Utara.
Khasanah, N. 2016. Optimasi Penambahan Ekstrak Etanol Daun Kemangi
Sebagai Pengganti Triclosan Dalam Menghambat Staphylococcus Aureus
Dan Eschericia Coli Pada Produk Sabun Cuci Tangan Cair.skripsi.Uin
Syarif Hidayatullah.

Kristiyana, R. 2013. Optimasi Penambahan Ekstrak Etanol Daun Kemangi


Sebagai Pengganti Triclosan Dalam Menghambat Staphylococcus Aureus
Dan Eschericia Coli Pada Produk Sabun Cuci Tangan
Cair.skripsi.Universitas Pakuan.

Marpaung, DS. 2009. Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai


Pembangkit Listrik. http:// Dedy Suhendra Marpaung. Blok.spot.com,
Oktober, 2009.

Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya.
Yogyakarta.

Prastianto, B. A. 2016. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun
sirih (Piper betle Linn.).skripsi.Universitas Sanata Dharma.

Prabowo P. A. 2014, Kelapa Sawit Indonesia Departemen Agri Bisnis, Fakultas


Ekonomi Dan Manajemen IPB.

Ramadhan, I. 2013. Efek Antiseptik Berbagai Merk Hand Sanitizer Terhadap


Bakteri Staphylococcus aureus.skripsi.Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Retnosari, Dewi Isadiartuti, 2006. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tangan
ekstrak daun sirih (Piper betle Linn). Majalah Farmasi Indonesia, 17(4),
163-169.

Rowe R.C., Sbeskey P.J., and Owen S.C., 2006. Handbook Of Pharmaceutical
Exipients. Pharmaceutical Press, American Pharmaceutical Association,
5th edition.
Sari, R dan Isadiartuti, D. 2006. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik
tanganekstrak daun sirih (Piper betle Linn.).Dalam Majalah Formasi
Indonesia. Hal 3.

Sibuea, F. S. 2015. Ekstraksi Tanin Dari Kluwak (Pangium Edule R.)


Menggunakaan Pelarut Etanol Dan Aquades Dan Aplikasinya Sebagai
Pewarna Makanan.skripsi.Universitas Negeri Semarang

SNI 2588:1992. Sabun Cair Pembersih Tangan. Badan Standardisasi Nasional.


ICS 71.100.70

Anda mungkin juga menyukai