Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

MEMPELAJARI ASPEK PRODUKSI DAN PENGAWASAN MUTU


PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO)
DI PTPN VIII PERKEBUNAN CIKASUNGKA

IHSAN NUR FAQIH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Revolusi industri pada akhir abad ke-19 menyebabkan permintaan

minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun tinggi, hal ini juga

menyebabkan kelapa sawit populer di Indonesia. Kelapa sawit termasuk

tanaman keras (tahunan) dengan tinggi 24 m dan berakar serabut yang

mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif 25 sampai 30

tahun (Agrianti 2012). Produk utama kelapa sawit adalah minyak sawit.

Minyak kelapa sawit menurut Lubis dan Widanarko (2012) tergolong

dalam minyak nabati yang dapat digunakan untuk beragam peruntukan

karena sifatnya yang tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mempunyai daya

melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang

kosmetik. Selain itu harga dari minyak sawit juga murah. Minyak kelapa sawit

dihasilkan dari buah kelapa sawit dan akan dihasilkan dua minyak, yaitu

crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO). CPO dihasilkan dari daging
kelapa sawit sementara PKO dihasilkan dari inti buah kelapa sawit.

CPO diproduksi dengan cara megekstrak minyak dari daging kelapa

sawit. CPO memegang peranan penting di Indonesia baik terhadap

Indonesia maupun dunia dalam hal sosio-ekonomi, berkat CPO banyak

sekali tenaga kerja lokal yang terserap (Basiron 2002). Sejak tahun 2000

hingga tahun 2014, ekspor CPO Indonesia meingkat terus dari 5 ton menjadi

22 ton, selain itu Indonesia juga sempat menjadi pengekspor terbesar CPO.

CPO merupakan produk antara yang nantinya akan menghasilkan

diantaranya adalah minyak goreng dan biodiesel (IEA 2011).

Mutu dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian suatu

produk dengan konsumen, dalam arti sempit mutu dapat diartikan sebagai

tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan


(Alisjahbana 2005), sementara menurut Montgomery (2009) menyatakan

bahwa mutu adalah salah satu atau beberapa karakteristik yang diinginkan

dari sebuah produk atau jasa, sementara mutu dalam artian modern adalah

penghindaran dari sebuah variabilitas. Mutu menjadi salah satu alasan

konsumen memutuskan untuk memilih suatu produk atau jasa diantara

produk dan jasa pesaing. Mutu dari sebuah produk dapat dideskripsikan dan

dievaluasi dengan berbagai macam cara. Maka penting untuk membedakan

dimensi-dimensi mutu. Menurut Garvin dalam Montgomery (2009) dimensi

Mutu terdiri dari 8, yaitu :

1. Performa (performance), berkaitan dengan aspek fungsional

dari produk dan merupakan karakteristik utama yang

dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.

2. Keistimewaan (feature), merupakan aspek kedua dari performansi

yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan

dan pengembangannya.

3. Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu

produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu

di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian, keandalan merupakan

karakteristik yang mereflesikan kemungkinan tingkat

keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.

4. Durability, berkaitan dengan lama produk bertahan dalam

penggunaan

5. Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik

yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan

akurasi perbaikan.

6. Estetika, berkaitan dengan penampilan visual produk.


7. Mutu yang dipersepsikan (preveived quality), bersifat subjektif

berkaitan dengan reputasi perusahaan (brand name-image).

8. Konformansi terhadap standar (conformance to standards),

berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi

yang ditetapkan berdasar keinginan pelanggan.

Pengawasan mutu menurut Prawirosentono dalam Annisa (2013)

adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan,

standar proses produksi, produk setengah jadi, dan produk akhir, sampai

standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar produk yang dihasilkan

sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan. Tujuan utama

pengawasan mutu adalah menghindari variabilitas dari sebuah produk yang

akan mengantarkan definisi ini kepada perbaikan mutu. Menurut

Montgomery (2009) perbaikan mutu adalah kegiatan mengurangi

variabilitas dari setiap proses dan produk. Kegiatan perbaikan mutu akan

didasari pada beberapa tahap, yaitu DMAIC (define, measure, analyze,

improve, control).
Praktik lapangan merupakan sebuah implementasi ilmu pengetahuan

sesuai bidang yang dipelajari selama proses pendidikan oleh mahasiswa.

Dengan melakukan praktik lapangan, mahasiswa dapat memperoleh

pengalaman di dunia kerja sekaligus melakukan pengkajian terhadap

penerapan keilmuan dan teori yang didapat selama proses perkuliahan

berlangsung. Dengan demikian, praktik lapang dapat menjadi penghubung

antara lembaga pendidikan tinggi dan industri yang membutuhkan ahli di

bidangnya. Praktik lapangan dilaksanakan oleh mahasiswa dibawah

bimbingan dosen akademik dan pembimbing lapangan dari instansi atau

perusahaan tempat praktik lapang dilaksanakan.


Kesuksesan sebuah perusahaan tentu tidak lepas dari kegiatan

pengawasan mutu pada produksi yang dilakukan pada setiap proses. PT

Perkebunan Nusantara VIII sebagai BUMN perkebunan merupakan salah

satu perusahaan representatif bagi mahasiswa Teknologi Industri Pertanian

untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai produksi dan

pengawasan mutu dan hal-hal yang berkaitan dengan tema tersebut. Dalam

jangka waktu panjang, diharapkan praktik lapangan ini dapat memberikan

wawasan dan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa mengenai kondisi

nyata yang terjadi pada sebuah industri.

1.2 Tujuan
Dalam Program Praktik Lapangan ini, secara umum tujuan

pelaksanaannya dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tujuan

instruksional dan tujuan institusional. Pencarian dari kedua kategori tujuan

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional dalam program Praktik Lapang ini ialah untuk :

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan mahasiswa

melalui pelatihan kerja nyata dan aplikasi ilmu yang telah

diperoleh sesuai dengan bidang keahliannya.

b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi,

merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan

bidang keahliannya di lapangan secara sistematis dan

interdisiplin.

2. Tujuan Instisusional

Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Fateta, dengan

masyarakat dan mendapatkan masukan bagi penyusunan kurikulum


dan peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan kemajuan

IPTEK dan kebutuhan masyarakat pengguna.

Secara khusus tujuan pelaksanakaan kegiatan Praktik Lapang ini adalah

sebagai berikut :

1. Memahami aspek produksi dan pengawasan mutu produk Crude

Palm Oil di PT Perkebunan Nusantara VIII Cikasungka, Kabupaten


Bogor Barat.

2. Menganalisis, melakukan observasi, dan memberikan solusi

terhadap permasalahan yang ada di PT Perkebunan Nusantara VIII

Cikasungka, Kabupaten Bogor Barat berdasarkan disiplin ilmu yang

telah dipelajari.

3. Memperoleh pengalaman kerja yang sesuai dengan profesi dan

pengetahuan yang diterima di bangku kuliah, terutama sesuai

dengan topik yang diangkat.

4. Menjalin hubungan yang baik antara mahasiswa dengan pihak

industri.
1.3 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Praktik lapangan dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VIII, unit Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) II Cikasungka yang meliputi kegiatan wawancara,
pengumpulan data dan informasi, serta observasi langsung di dalam perusahaan
yang berlokasi di Cigudeg, Kabupaten Bogor, 16660 yang dilakukan mulai 9 Juli
2018 sampai dengan 20 Agustus 2018.
2 METODOLOGI
2.1 Prosedur Praktik Lapangan

2.2 Pengumpulan Data

3 KONDISI UMUM PERUSAHAAN


3.1 Profil Perusahaan

3.2 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

3.3 Sistem Manajemen PTPN VIII Unit Pengolahan Cikasungka


3.3.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3.3.2 Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Manajemen Lingkungan

3.3.3 Roundtable on Sustainable Palm Oil

3.3.4 Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

4 PROSES BUDIDAYA KELAPA SAWIT

5 PROSES PENGOLAHAN TANDAN BUAH SEGAR MENJADI CRUDE


PALM OIL (CPO) DAN KERNEL
PT Perkebunan Nusantara VIII dalam hal ini unit pengolahan kelapa sawit
Cikasungka mengolah tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan
kernel. CPO dan kernel didapatkan dari proses ekstraksi dan pemisahan tandan
buah segar. CPO didapatkan dari daging buah bagian mesocarp sementara kernel
didapatkan dari biji sawit. Unit pengolahan kelapa sawit cikasungka mampu
memproduksi 30 ton/jam tandan buah segar (TBS), namun karena beberapa kendala
yang terjadi kapasitas produksi di atur maksimal 23-25 ton tbs/jam. Pengolahan
tandan buah segar menjadi CPO dan kernel sebagai produk akhir melibatkan
beberapa proses diantaranya, transportasi dari kebun ke unit pengolahan,
penimbangan TBS, penyortasian TBS yang akan memisahkan TBS ke dalam
beberapa fraksi, TBS yang lolos sortasi dimasukan kedalam 12 pintu loading ramp,
setelah dimuat dalam loading ramp TBS direbus dalam stasiun sterilizer dan
dipisahkan menggunakan threser drum. Tandan buah kosong kelapa sawit (TKKS)
akan dihantarkan oleh conveyor ke area komposting, sementara buah sawit akan
masuk kedalam digester untuk dilumat dan diekstrak menggunakan screw press.
Ekstraksi akan menghasilkan CPO dan cake yang terdiri atas fiber dan biji sawit,
CPO akan dihantarkan menuju stasiun pemurnian sementara cake akan masuk ke
dalam stasiun pengolahan kernel. Berikut adalah diagram alir proses pengolahan
TBS menjadi CPO dan kernel.
FLOW PROCESS PKS 2 CIKASUNGKA 3 PHASE
Timbangan

Bunch Press

Loading Ramp
Vertical Sterillizer
Thresher Drum Thresher Drum
Bunch Press
Area Komposting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Land Aplication

Fruit

1 2 3
Hot Vacuum
Water Dryer
Tank
Hot Water
Digester Tank
Balance Tank

Continuous Oil Sludge Storage


Settling Tank Tank Tank
Screw Press Tank
Blow Up/Down Condensat Decanter
Dispat
Tank
Sand Trap Crude Oil Vibrating Screen Desander Sand
Cyclone 4000 T
Desander Tank
Crude Oil Tank Light Heavy
Separator Purifier
Phase Tank Phase Tank

Land Aplication
Fatfit
Pump

Cake Brake Conveyor


Fatpit Efluent
Fatfit
Tank
Recycle
Oil

Steam
Cyclone Cyclone
LTDS 2 LTDS 1
Kernel Kernel Kernel
Cyclone Silo Silo Silo
Boiler Depericarper
Shell Bin Kernel
Elevator
1 2 3
Nut
Hopper LTDS 1
Depericarper
LTDS 2
Ripell Mill
Blower Clay Bath
Blower Blower Depericarper
Polishing
LTDS 2 LTDS1
Drum

Water

Main Switch Bord


Clalirifier
Tower Tower
Tank Tank
2 1

Feed Tank
Water
Boiller Reverse Osmosis Intake
Diesel Clalirifier Domestic
UF
Cummins UF
Permeate ` System
Office
Turbin 220 KVA & 750 KVA Ro Stage 1 & 2
Carbon Tank
Filter
Sand Procces (RO)
BPV Catridge
Filter
Filter Reservoir
Water Basin

5.1 Stasiun Timbangan


Stasiun timbangan merupakan stasiun awal tempat diterimanya TBS sebelum
disortasi terlebih dahulu. Stasiun tumbangan terdiri atas beberapa komponen, yaitu
neraca, jembatan timbang, dan pos timbang. Stasiun timbangan menggunakan
prinsip selisih bobot truk yang masuk dengan TBS dan bobot truk yang keluar
setelah bongkar muat TBS untuk mendapatkan jumlah TBS yang masuk. Data dari
stasiun timbangan akan digunakan dalam memperhitungkan rendemen CPO
(nisbah antara jumlah CPO yang diproduksi perhari dengan jumlah TBS yang
masuk). Terdapat dua jenis timbangan di stasiun timbang, yaitu : digital dan
konvensional. Sistem digital dibantu menggunakan komputer yang terkoneksi
dengan sensor yang berada di bawah jembatan timbang dan bobot yang ditimbang
akan otomatis ditampilkan dalam layar komputer, sementara timbangan manual
dioperasikan secara manual oleh operator. Penggunaan timbangan digital lebih
sering digunakan karena kepraktisan dan kemudahannya, namun jika sedang hujan
dan ada petir, maka timbangan digital akan dimatikan untuk menghindari sambaran
petir ke jembatan timbang.
Gambar stasiun timbang

5.2 Stasiun Loading Ramp


Setelah melewati stasiun penimbangan TBS selanjutnya dibawa menuju
stasiun loading ramp. Loading ramp merupakan tempat untuk menyimpan
sementara TBS sekaligus tempat pemisahan TBS menjadi beberapa derajat
kematangan (fraksi). Berikut adalah pengelompokan derajat kematangan yang
dijadikan standar untuk sortasi TBS di PT Perkebunan Nusantara VIII, unit Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) II Cikasungka :
Derajat Buah yang Lepas/ Warna Buah Keterangan
Kematangan Membrondol dari
Tandan
Fraksi 00 Tidak ada yang Hitam/Hijau Sangat mentah
lepas Kehitaman
Fraksi 0 0 hingga 12,5% Hitam/Hitam Mentah
(buah bagian luar) kecoklatan
Fraksi 1 12,5% hingga Orange Agak matang
25% (buah bagian
luar)
Fraksi 2 25% hingga 50% Orange Matang 1
(buah bagian luar)
Fraksi 3 50% hingga 75 % Orange Matang II
(buah bagian luar) kemerahan
Fraksi 4 75% hingga 100% Merah Lewat matang
Fraksi 5 Buah bagian - Agak busuk
tengah ikut lepas
(membrondol)
Fraksi 6 Buah bagian - Busuk
dalam sudah lepas
atau Tandan
Kosong Sawit
TBS yang telah disortasi dikelompokan menjadi beberapa fraksi. fraksi 00,
fraksi 5, dan fraksi 6 merupakan buah yang tidak layak olah. Buah yang tidak layak
olah dari pihak ketiga akan dikembalikan, sementara TBS yang tidak layak olah
dari afdeling akan tetap diolah namun dikenakan denda.
TBS yang lolos sortasi kemudian dimasukan kedalam 12 pintu loading ramp.
Loading ramp terdiri dari bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas yang
merupakan tempat TBS dijatuhkan dari truk sementara bagian bawah adalah pintu
dan scraverbar yang kelak membawa TBS ke stasiun sterilizer. Untuk
memudahkan penurunan TBS, bagian atas dibuat dengan menggunakan plat baja
dengan kemiringan 30o terhadap bidang datar sehingga buah yang dijatuhkan
langsung tertahan oleh pintu-pintu loading ramp. Selanjutnya jika buah sudah
dijatuhkan semua dari truk, ada operator yang siaga di bawah untuk membuka
pintu-pintu loading ramp. Pintu-pintu tersebut merupakan pintu hidraulik yang
menggunakan dua pompa berdaya 7,5 HP, 1 pompa mengontrol 6 pintu, dan
disetiap pintu tersedia tuas untuk membuka dan menutup.

5.3 Stasiun Sterilizer (Perebusan)


Stasiun perebusan adalah tempat untuk TBS yang telah melewati proses
sortasi direbus, sistem rebusan yang digunakan adalah sistem rebusan vertikal
(vertical sterilizer). Sterilizer merupakan bejana uap bertekanan yang digunakan
untuk merebus dengan tujuan, menghentikan peningkatan FFA, mempermudah
penebahan, melunakan mesocarp untuk mempermudah proses ekstraksi CPO, dan
mematikan enzim-enzim pada TBS. PKS II Cikasungka memiliki 3 buah sterilizer
dengan kapasitas terpasang 30 ton/jam, namun karena beberapa kendala kapasitas
yang digunakan dalam satu jam adalah 23-25 ton TBS/jam. Sterilizer dilengkapi
dengan beberapa alat ukur, diantaranya adalah termometer dan manometer untuk
mempermudah pemeriksaan tekanan kerja dan pengaturan suhu perebusan. Dalam
pengoperasiannya sterilizer menggunakan dua pintu, pintu atas untuk memasukan
TBS, dan pintu bawah yang digunakan untuk mengeluarkan TBS yang telah
direbus. Stasiun sterilizer dikontrol dari control room untuk mengendalikan uap
yang masuk, pembuangan kondensat, flushing (penggunaan uap untuk mendorong
TBS keluar), dan pembuangan uap (exhaust), semuanya dikontrol secara elektrik di
dalam control room, sementara untuk pintu atas dan pintu bawah menggunakan
masing-masing sebuah pompa berdaya 7,5 HP yang juga dikendalikan dari dalam
control room.
Proses perebusan dimulai dengan deaerasi (pembuangan uap sisa) pada
sterilizer, deaerasi membutuhkan waktu 5 menit, dilanjutkan dengan pengisian TBS
dan penutupan pintu, pembukaan main inlet steam menandakan dimulainya proses
perebusan. Waktu siklus yang digunakan dalam sekali perebusan  75 menit dengan
kebutuhan uap rebusan 600 kg uap/ton TBS melalui sistem perebusan tiga puncak
akibat dari tindakan pemasukan uap, penahanan, dan pembuangan uap selama
proses satu siklus. Puncak pertama berlangsung selama 12 menit yang berguna
untuk memberikan kejutan pada buah, tahap awal dilakukan dengan membuka main
inlet selama 10 menit hingga tekanan mencapai 1,5 bar, dilanjutkan dengan
pembuangan kondensat selama 2 menit hingga tekanan mencapai 0,5 bar, dan
diakhiri dengan penutupan katup kondensat. Puncak kedua berlangsung selama 12
menit yang berguna untuk pelunakan dan pematangan buah, dilakukan dengan cara
membuka main inlet selama 10 menit untuk menaikan tekanan dari 0,5 bar menjadi
2,5 bar, dilanjutkan dengan pembuangan kondensat selama 2 menit dan
menurunkan teknan dari 2,5 bar menjadi 1,5 bar lalu diakhiri dengan penutupan
katup kondensat. Puncak ketiga berlangsung selama 36 menit yang bertujuan untuk
penyempurnaan pelunakan buah dan kondisi awal pelekangan biji dan inti biji,
diawali dengan pembukaan main inlet untuk menaikan tekanan dari 1,5 bar menjadi
3,1 bar, dilanjutkan dengan penutupan main inlet dan penahanan tekanan selama 27
menit tanpa pembuangan kondensat, setelah itu puncak ketiga diakhiri dengan
pembukaan katup exhaust dan katup kondensat untuk membuang uap dan
kondensat selama 10 menit dilanjutkan dengan pembukaan pintu bawah dan
pengeluaran TBS yang telah direbus.

Grafik Tekanan vs Waktu (Stasiun Boiler)


3.5

2.5

1.5

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60 70
5.4 Stasiun Threser (Penebahan)
Stasiun threser berfungsi memisahkan brondol dari tandan. TBS yang telah
direbus akan dihantarkan oleh scrapper bar menuju threser drum. Threser drum
adalah alat pemisah berbentuk silinder dengan panjang 5,8 m dan diameter 2,3 m
dengan dinding berupa kisi-kisi dengan jarak ... mm. Kisi tersebut dilengkapi
dengan siku pengarah dan cakar untuk mencabik-cabik tandan agar brondolan yang
berada di dalam ikut membrondol. TBS akan diputar dan dibanting dalam threser
drum dengan kecepatan ... rpm, sehingga brondol terpisah dan akan menuju stasiun
presser (kempa), sementara tandan kosong akan dibawa oleh scraper bar conveyor
ke stasiun penampungan tandan kosong.

5.5 Stasiun Hopper Tandan Buah Kosong


Tandan buah kosong selanjutnya akan dibawa oleh empty bunch conveyor
yang berfungsi sebagai alat angkut dari stasiun penebah.. Prinsip kerjanya adalah
tandan buah kosong akan terdorong keluar dari threser dan masuk ke dalam
scrapper bar conveyor. Pada stasiun ini truk-truk akan mengantri dibawah hopper
dan truk akan diisi dengan tandan buah kosong, untuk selanjutnya dibawa ke area
komposting atau ke afdeling untuk digunakan sebagai pupuk.

5.6 Stasiun Kempa


Buah sawit yang telah ditebah akan masuk ke stasiun kempa. Terdapat dua
buah tahapan, digestion dan pressing. Buah pada mulanya masuk kedalam digester,
fungsi digester adalah melumat dan melepaskan daging buah dari biji dengan cara
menekan brondolan menggunakan pisau pengaduk yang berputar yang berjumlah 6
pisau dalam bentuk 3 tingkat pisau dan satu tingkat pisau dibawah untuk pelempar,
dalam pengoperasiannya suhu dalam digester dijaga pada suhu 90oC. Kapasitas
digester PKS II Cikasungka adalah 8 ton brondol pada setiap unit, terdapat 3 unit,
2 unit yang digunakan dan sebuah unit siaga. Digester akan dijaga kapasitasnya
sebanyak 75% dari kapasitas terpasang, hal ini bertujuan untuk mempermudah
pelumatan, jika terlalu sedikit pelumatan tidak akan efektif, sementara jika terlalu
penuh pisau-pisau pelumat akan sulit berputar. Sumber tenaga yang digunakan
untuk perputaran pisau-pisau pelumat adalah motor listrik berkekuatan 7,5 HP.
Proses pengempaan adalah proses pemisahan (crude oil) dari massa adukan
dengan cara mengempa pada tekanan 40 bar menggunakan screw press yang
berbentuk dua batang baja spiral dengan susunan horizontal dan berputar
berlawanan arah, dengan penambahan air sebanyak 25% dari buah yang diolah.
Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan kemudian masuk ke stasiun
pemurnian sementara cake akan dibawa oleh cake breaker conveyor untuk diolah
di stasiun biji.

Anda mungkin juga menyukai