pelagicus)
DI PT SUMBER MINA BAHARI
Oleh:
KHARIRATUN HORISAH
NPM. 17.03.3.1.1.1.00013
1.3 Manfaat
Praktik Kerja Lapang ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan,
pengalaman dan keterampilan mahasiswa mengenai proses pengendalian mutu
bahan baku pada pengalengan rajungan dengan memadukan teori yang telah
diterima dan praktik yang didapat di lapang. Selain itu, program ini diharapkan
dapat melatih mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
kerja yang nantinya akan digeluti.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rajungan
2.1.1 Morfologi Rajungan
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hewan laut yang memiliki
kemiripan dengan kepiting apabila dilihat dari segi morfologisnya. Sebagai jenis
hewan crustacea, rajungan juga disebut sebagai blue swimming crab atau
kepiting berenang dengan anatomi yang berbeda dari ikan. Habitat rajungan
berada pada pasir berlumpur atau perairan dekat mangrove dan biasanya muncul
pada malam hari ke permukaan untuk mencari makan. Karakteristik rajungan
meliputi daging yang terbungkus oleh lapisan kulit daging dan terletak di bawah
cangkang. Bentuk cangkang tersebut melebar kearah samping, kaki bercapit
panjang dan runcing (Sahubawa 2019).
2.2 Mutu
2.2.1 Definisi Mutu
Terdapat beberapa perspektif para ilmuwan mengenai mutu. Menurut Philip
B. Chrosby, mutu berarti kesesuaian suatu produk dengan persyaratan tertentu
yang telah diatur sebelumnya. Pendapat lain yaitu Wangsadinata (2013)
mengemukakan bahwa mutu merupakan nilai-nilai yang diinginkan pada suatu
material, produk atau jasa. Dalam aspek perikanan, terdapat beberapa aspek mutu,
antara lain:
1. Aspek Bio-tekno-ekonomis. Produk secara biologis mengandung nilai gizi
yang dimanfaatkan secara teknologi serta memperhatikan nilai ekonomis.
2. Aspek sanitasi dan higienis (kesehatan). Produk dapat menjamin gizi dan
kebersihan produk untuk mencapai standar kesehatan.
3. Aspek komersial. Nilai komersial perikanan yang dapat diubah-ubah
sesuai kebutuhan.
4. Aspek industrial. Nilai mutu produk dimanfaatkan untuk kegiatan
industrial, seperti pemanfaatan jenis minyak ikan untuk industri kosmetik.
5. Aspek hokum (legal). Nilai mutu produk dinilai yang ditinjau dari
perundang-undangan yang berlaku.
Mutu pada produk perikanan menunjukkan ukuran sebuah produk yang
ditentukan oleh indera manusia sebagai pengukur suatu produk dan keamanan
pangan (foot savety). Karakteristik mutu produk perikanan dibagi menjadi 2
faktor, yaitu:
(1) Karakteristik fisik atau tampak luar, antara lain warna, ukuran, bentuk,
cacat fisik, tekstur, kekentalan, konsistensi dan flavor.
(2) Karakteristik tersembunyi, yaitu karakteristik yang dinilai dari
perspektif nilai gizi dan keamanan mikro kimia.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Perikanan
Mutu suatu produk tidak terlepas dari adanya dampak yang ditimbulkan oleh
fakotor internal dan factor eksternal. Factor internal merupakan factor yang
berasal dari dalam, sedangkan factor eksternal berasal dari luar (lingkungan
sekitar). Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu produk khussnya
perikanan disajikan di bawah ini (Waluyo 2017):
1. Spesies produk perikanan
2. Ukuran produk perikanan
3. Jarak produk ke konsumen
4. Lokasi asal produk perikanan
5. Jenis kelamin dan masa perkawinan
6. Organisme parasite produk keimanan
7. Kandungan senyawa racun pada produk perikanan
8. Kandungan polutan produk perikanan
2.3 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu merupakan suatu aktivitas yang memadukan kegiatan
keteknikan dan manajemen dengan mengukur ciri-ciri produk, kualitas produk,
membandingkan dengan spesifikasi persyaratan, ataupun pengambil tindakan
kesehatan yang sesuai apabila terdapat suatu kondisi yang berbeda dari standar.
Tujuan pokok dari pengendalian mutu ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
suatu produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan stadar yang berlaku. Secara
garis besar, pengendalian mutu diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut:
a. Pengendalian mutu bahan baku
b. Pengendalian mutu proses produksi
c. Pengendalian mutu produk akhir
Hasil dari pengendalian mutu ini kemudian dijadikan sebagai pedoman atau
perbaikan sistem kerja, sehingga produk yang bersangkutan sesuai dengan
standar. Pelaksanaan pengawasan mutu ini harus dilakukan secara terus-menerus
untuk mengetahui kemungkinan terjadnya suatu penyimpangan dari standar
sehingga dapat segera diperbaiki (Risiana 2007).
III. METODE PELAKSANAAN
Mulai
Pelaksanaan PKL
Pengumpulan data:
1.Struktur Organisasi Perusahaan
2. Sejarah Perusahaan
3. Sumber Bahan Baku
4. Proses Kedatangan Bahan Baku
5. Penerimaan Bahan Baku
6. Penanganan
7. Penyimpanan
Penyusunan
laporan
Selesai
A. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
pengamatan secara langsung. Data primer yang diperoleh yaitu terkait proses
penanganan bahan di PT Sumber Mina Bahari Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah.
1. Metode Interview
Metode interview merupakan salah satu cara pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan secara lisan sesuai dengan
data yang dibutuhkan. Interview dilakukan kepada staff perusahaan yang
bertanggung jawab membimbing Praktik Kerja Lapang dan pihak yang terkait
di PT Sumber Mina Bahari Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
2. Metode Observasi
Metode observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang
dilakukan dengan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap obyek pelaksanaan yang berhubungan dengan proses penanganan
bahan baku di PT Sumber Mina Bahari Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
digunakan sebagai pelengkap, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi,
aliran proses penanganan bahan baku sekaligus permasalahan yang dihadapi
dalam penanganan bahan baku di PT Sumber Mina Bahari Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah.