Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perguruan tinggi di Indonesia dituntut untuk mewujudkan cita-cita dalam


penciptaan sarjana yang intelektual, profesional, dan mampu berbicara secara
teoritis maupun Praktiknya. Universitas Tadulako sebagai salah satu perguruan
tinggi yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi merasa mempunyai
tanggung jawab besar untuk ikut mewujudkan dan menyukseskan pembangunan
nasional, terutama pembangunan di bidang kesejahteraan sosial dan pendidikan
serta pengembangan lembaga profesi yang menjadi konsentrasi pengembangan
Universitas Tadulako. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan cita-
cita ini yaitu dengan mengharuskan adanya mata kuliah yang mendukung kegiatan
Praktik kerja dimana mahasiswanya harus turut aktif terlibat di lapangan.

Sehubungan dengan kegiatan Praktik kerja yang diharuskan ada di Universitas


Tadulako khususnya Fakultas MIPA Jurusan Kimia, dipilihlah UPT.Pengujian
dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sulawesi Tengah sebagai tempat dilakukannya kegiatan Praktik kerja ini.
UPT.Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan dinas yang memiliki kualitas
yang baik dan kinerja profesional di bidangnya, sehingga dapat memberikan
pengetahuan dan bekal kerja secara nyata melalui kegiatan PKL ini.

Di UPT. PSMB ini, ada beberapa komoditi dan barang beredar yang diuji,
diantaranya yaitu beras, gabah, kopi, kakao, kopra, rumput laut, jagung, bawang
goreng dan Crude Palm Oil (CPO). Namun yang menjadi fokus dalam hal ini yaitu
sampel Crude Palm Oil (CPO). Sampel Crude Palm Oil (CPO) yang digunakan
berasal dari kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini dikarenakan,
kabupaten Morowali memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas

1
dan memiliki perusahaan yang memproduksi Crude Palm Oil (CPO) di Provinsi
Sulawesi Tengah.

Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak kelapa sawit yang berasal dari daging
buah kelapa sawit. Ciri-ciri fisik Crude Palm Oil (CPO) yaitu larutannya kental
dan berwarna kuning jingga kemerah-merahan. Crude Palm Oil (CPO) yang telah
dimurnikan mengandung asam lemak bebas sekitar 5% dan karoten atau pro-
vitamin E (800-900 ppm) ( Liang, 2009).

Crude Palm Oil (CPO) memiliki banyak kegunaan diantaranya yaitu sebagai
bahan dasar pembuatan minyak goreng kelapa sawit dan bahan dalam pembuatan
margarin, mie instan, sabun, detergen, coklat dan biodiesel. Khusus untuk
biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang akan
semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa
negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energy. Berdasarkan
uraian diatas, hal tersebutlah yang menjadi latar belakang dilakukannya pengujian
mutu sampel Crude Palm Oil (CPO) agar diketahui kualitas dari sampel yang
digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :
1. Bagaimana hasil uji visual dari sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab.
Morowali ?
2. Berapa kadar air dan kadar asam lemak bebas dari sampel Crude Palm Oil
(CPO) asal Kab. Morowali ?
3. Bagaimana kualitas sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab. Morowali ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian ini yaitu :
1. Mengetahui hasil uji visual sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab. Morowali.
2. Mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas dari sampel Crude Palm Oil
(CPO) asal Kab. Morowali.
3. Mengetahui kualitas sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab. Morowali.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Crude Palm Oil (CPO)

Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel
yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies
Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa
(Reeves,1979 dalam Wikipedia). Minyak sawit secara alami berwarna merah
karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang
sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan
dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti
sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak
jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%
dan minyak kelapa 86% (Harold McGee, 2004).

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit mentah
yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah
kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya digunakan
untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan industri
pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk bahan
pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao
dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan.
Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia
yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol dan metil ester serta
surfaktan (Ketaren, 2005).

3
2.2 Pengolahan Buah Sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO)

Menurut Basiron (2005), pengolahan buah sawit menjadi CPO dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu penerimaan tandan buah segar (TBS), perebusan,
perontokan, pelumatan, ekstraksi minyak dan klarifikasi. Berikut ini merupakan
penjelasan singkat mengenai tahap-tahap pengolahan buah sawit menjadi CPO.
1. Penerimaan Tandan Buah Segar
Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS ) di pabrik kelapa sawit banyak yang
menggunakan jembatan timbang. Hal ini sangat sederhana, sebagian besar
menggunakan sel-sel beban yang menyebabkan variasi pada sistem listrik yang
diukur. Jembatan timbang menggunakan sistem komputer untuk mengukur
berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan
timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan disortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang.
Selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima di pabrik. TBS
harus dikelola dengan baik untuk menghindari kerusakan pada buah yang dapat
menyebabkan rendahnya kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas buah yang
diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun
penerimaan TBS karena pematangan buah mempengaruhi rendemen minyak.

2. Perebusan (Sterilisasi)

Perebusan dilakukan menggunakan uap pada tekanan 3 kg/cm2 pada suhu


143℃ selama 1 jam. Proses ini dilakukan untuk mencegah naiknya jumlah
asam lemak bebas karena reaksi enzimatik, mempermudah perontokan buah,
dan mengkondisikan inti sawit untuk meminimalkan pecahnya inti sawit
selama pengolahan berikutnya.

3. Perontokan

Tujuan dari perontokan adalah memisahkan buah yang sudah direbus dari
tandannya. Perontokan dilakukan dengan dua cara yaitu penggoyangan dengan
cepat dan pemukulan.

4
4. Pelumatan

Pelumatan dilakukan untuk memanaskan buah kembali, memisahkan perikrap


dari inti, dan memecah sel minyak sebelum mengalami ekstraksi. Kondisi
terbaik pelumatan ada pada suhu 95–100℃ selama 20 menit.

5. Ekstraksi minyak

Ekstraksi minyak biasanya dilakukan dengan mesin pres yang akan


menghasilkan dua kelompok produk yaitu (1) campuran antara air, minyak, dan
padatan, (2) cake yang mengandung serat dan inti.

6. Klarifikasi

Minyak kasar hasil ekstraksi akan memiliki komposisi 66% minyak, 24% air,
dan 10% padatan bukan minyak (non oily solids, NOS). Apabila kandungan
padatannya cukup tinggi, maka perlu dilarutkan dengan air untuk mendapatkan
pengendapan yang diinginkan. Setelah dilarutkan, minyak kasar disaring untuk
memisahkan bahan berserat. Produk kemudian diendapkan untuk memisahkan
minyak dan endapan. Minyak pada bagian atas diambil dan dilewatkan pada
pemutar setrifugal yang diikuti oleh pengering vakum. Selanjutnya didinginkan
sebelum disimpan dalam tangki penyimpan.

Gambar 2.1 Alur Proses Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
(Basiron, 2005)

5
2.3 Kandungan Crude Palm Oil (CPO)

Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri atas
trigliserida, digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas, moisture, pengotor
dan komponen-komponen minor bukan minyak/lemak yang secara umum
disebut dengan senyawa yang tidak dapat disabunkan (sekjen deperindag,2007).
Asam lemak yang paling dominan pada minyak kelapa sawit adalah asam palmitat
(C16:0 asam lemak jenuh) dan asam oleat (C18:1 asam lemak tak jenuh) (May,
1994).

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) mengandung pigmen karotenoid dengan
kandungan beta karoten sekitar 500-700 ppm, yang dapat digunakan sebagai
sumber provitamin A yang dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan bahan pangan
sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu, CPO berwarna merah jingga.
Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak sawit ini diperoleh dari
mesokrap buah kelapa sawit melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta
serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada
suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut menyebabkan
minyak sawit kasar tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan
maupun non pangan (Ketaren, 2005).

Secara alami minyak sawit berwarna kemerahan karena kandungan karotena yang
tinggi, termasuk alfa-karotena, beta-karotena, dan likopen, nutrisi yang sama yang
memberikan warna merah pada tomat, wortel dan buah serta sayuran lainnya.
Minyak sawit murni mengandung setidaknya 10 jenis karotena, bersama dengan
tokoferol dan tokotrienol (anggota famili vitamin E), fitosterol dan glikolipid
(Ketaren, 2009).

6
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dari minyak kelapa sawit.
Asam Lemak Persen komposisi (%)
Asam Laurat 0,9
Asam Miristat 1,3
Asam Palmitat 43,9
Asam Stearat 4,9
Asam oleat 39
Asam Linoleat 9,5
Asam Linolenat 0,3
Sumber : Allen, 2009.

Disamping komponen utama penyusun minyak kelapa sawit berupa asam lemak
jenuh dan tak jenuh (stearin dan olein), ada pula komponen minor yang
terdapat pada minyak kelapa sawit dalam jumlah kecil. Minyak kelapa sawit
mengandung sekitar 1% komponen minor diantaranya: karoten, vitamin E
(tokoferol dan tokotrienol), sterol, posfolipid, glikolipid, terpen dan hidrokarbon
alifatik. Kegunaan yang terpenting dari karoten dan vitamin E adalah memberikan
kontribusi sifat fisiologis yang penting pada tubuh (May, 1994).

Tabel 2.2 Komponen Minor dari Minyak Kelapa Sawit


No. Senyawa Konsentrasi (ppm)
1. Karotenoid 500-700
2. Tokoferol dan Tokotrienol 600-1000
3. Sterol 326-527
4. Phospholipid 5-130
5. Triterpen Alkohol 40-80
6. Metil Sterol 40-80
7. Squalen 200-500
8. Alkohol Alifatik 100-200
9. Hidrokarbon Alifatik 50
Sumber : Tan, 1981.

7
2.4 Standar Mutu Sampel Crude Palm Oil (CPO)

Standar mutu minyak kelapa sawit mentah didasarkan pada SNI 01-2901-2006.
Adapun kriteria ujinya yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Kriteria Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu
Jingga kemerah-
1 Warna -
merahan
2 Kadar Air dan Kotoran % fraksi masa 0,5 maks
Asam Lemak Bebas
3 % fraksi masa 5 maks
(Sebagai Asam Palmintat)
4 Bilangan Yodium g Yodium/100 g 50-55
Sumber : BSNI, 2006

Persentase kadar Asam Lemak Bebas, hasilnya didasarkan pada berat contoh uji
yang ditimbang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Kadar Asam Lemak Bebas berdasarkan Berat contoh CPO
%Asam Lemak Bebas Berat Contoh ± 10 % (g)
<1,8 10 ± 0,02
1,8 – 6.9 5 ± 0,01
>6.9 2,5 ± 0,01
Sumber : BSNI, 2006

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak
bebas, bilangan peroksida, dan daya pemucatan. Faktor- faktor lain adalah titik
cair, kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity, spreadability, dan sifat
transparan. Semua faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti
kelapa sawit (Ketaren, 2005).

8
BAB III

METODE PRAKTIK KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di UPT Pengujian dan
Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sulawesi Tengah selama 1 bulan. Pelaksanaan kegiatan ini terhitung mulai tanggal
22 Januari s/d 22 Februari 2018. Sistem mengikuti jam kerja karyawan selama 5
hari, yaitu senin - jum’at pukul 07.30 – 16.00 WITA.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam Praktik kerja ini yaitu sampel Crude Palm Oil
(CPO) asal Kab. Morowali, Indikator Fenolftalein, Etanol 95% yang dinetralkan,
dan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,0999 N.

Alat yang digunakan dalam Praktik kerja ini yaitu neraca analitik, sendok zat,
pipet tetes, cawan aluminium, pecahan kaca, oven, erlenmeyer 125 mL, penangas
air, gelas kimia 250 dan 500 mL, gelas ukur 50 mL, buret 25 mL, penjepit krusibel,
desikator, statif dan klem.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini yaitu :


3.3.1 Uji Visual Penentuan Warna (SNI 01-2901-2006)
Sampel dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu diamati langsung. Catat
warna dari sampel tersebut.
3.3.2 Penentuan Kadar Air Metode Oven (SNI 01-2901-2006)
Cawan aluminium yang berisi sebuah potongan kaca dikeringkan dalam
oven pada suhu 103℃ selama 30 menit. Setelah itu, didinginkan dalam
desikator lalu ditimbang dan diperoleh berat kosong dari cawan aluminium.
Sampel CPO kemudian dilelehkan pada suhu 50℃ lalu ditimbang sebanyak

9
5 gr dan dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya.
Selanjutnya, wadah yang berisi sampel contoh tersebut dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 103℃ ± 2℃ selama 3 jam. Setelah di oven,
sampel tersebut didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang dan
diperoleh berat wadah beserta sampel uji setelah pemanasan. Diulangi
pemanasan selama 30 menit lalu didinginkan dan ditimbang kembali hingga
selisih berat antara 2 penimbangan berturut-turut tidak melebihi 0,02 % dari
berat contoh uji.
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
Keterangan :
M0 : Berat Cawan Kosong
M1 : Berat Cawan + Sampel sebelum pemanasan
M2 : Berat Cawan + Sampel setelah pemanasan
3.3.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (%FFA) (SNI 01-2901-2006)
Sampel CPO dipanaskan pada suhu 60℃ sambil diaduk hingga homogen.
Setelah itu, ditimbang sampel contoh ini sebanyak 5 ± 0,01 g di dalam
erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan 50 mL etanol 95% yang telah
dinetralkan. Sampel ini selanjutnya ditetesi dengan indikator pp sebanyak 2
tetes kemudian dititrasi dengan larutan NaOH hingga tercapai titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda yang
stabil minimal selama 3 detik. Dicatat volume larutan titar yang digunakan.
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
𝑊
Keterangan :
25,6 : Konstanta untuk menghitung kadar FFA sebagai asam palmintat
N : Normalitas larutan titar NaOH
V : Volume larutan titar yang digunakan (mL)
W : Berat contoh uji (g)

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Uji Visual Penentuan Warna


No Perlakuan Hasil

Larutan berwarna jingga


1. Sampel CPO dalam gelas kimia
kemerah-merahan

4.1.2 Penentuan Kadar Air

No M0 M1 BS M2 (1) M2 (2) KA KA
KC
(g) (g) (g) (g) 1 (%) 2 (%)
1. S 82,3620 87,4431 5,0811 87,4220 87,4211 0,4152 0,4329
2. D 82,1962 87,2171 5,0209 87,1977 87,1942 0,3863 0,4560
3. T 84,4162 89,4228 5,0066 89,4004 89,3997 0,4474 0,4613

Keterangan : KC = Kode Contoh (Simplo(S);Duplo(D);Triplo(T))


M = Massa
BS = Berat Sampel
KA = Kadar Air

4.1.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas


Kode Berat Sampel Konsentrasi Volume Kadar
No
Contoh Uji (g) NaOH (N) NaOH (mL) ALB (%)
1. Simplo 5,0046 0,0999 N 8,4 4,2925
2. Duplo 5,0045 0,0999 N 8,5 4,3437
3. Triplo 5,0041 0,0999 N 8,7 4,4462

11
4.2 Pembahasan
Minyak kelapa sawit mentah merupakan minyak kelapa sawit kasar yang
diperoleh dari proses ekstraksi atau pengempaan daging buah kelapa sawit.
Minyak sawit ini belum mengalami pemurnian sehingga harus diuji terlebih
dahulu agar diketahui mutunya mengingat pemanfaatan minyak sawit di beberapa
bidang cukup besar. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, hasil uji penentuan
warna menunjukkan warna sampel CPO yaitu jingga kemerahan. Menurut
Ketaren (2005), Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) mengandung pigmen
karotenoid yang tinggi dengan warna jingga kemerahan. Akibat pigmen ini yang
mendominasi, CPO menjadi berwarna serupa pigmen ini. Hal ini berarti hasil yang
diperoleh telah memenuhi standar mutu barang dengan mengacu pada SNI 01-
2901-2006 yang menyatakan bahwa sampel CPO yang memenuhi kategori mutu
memiliki warna jingga kemerah-merahan.

Pengujian selanjutnya yaitu penentuan kadar air sampel CPO. Kadar air sampel
CPO yang diperoleh beturut-turut untuk perlakuan simplo, duplo, triplo dengan 2
kali pemanasan yaitu 0,4152 % dan 0,4329; 0,3863% dan 0,4560; 0,4474 % dan
0,4613%. Berdasarkan acuan SNI 01-2901-2006, kadar air sampel CPO yang
memenuhi standar mutu barang maksimal 0,5%. Hal ini menunjukkan kadar air
sampel CPO telah memenuhi standar mutu barang yang digunakan meskipun
kadarnya cukup tinggi. Kemungkinan hal yang menyebabkan tingginya kadar air
ini yaitu tidak maksimalnya proses perebusan (sterilisasi) pada pembuatan CPO
sehingga air di dalam kelapa sawit tidak menguap sempurna. Pengujian ini
melibatkan proses pendinginan dalam desikator setelah dipanaskan agar cepat
diketahui kadar air yang hilang. Apabila waktu pendinginan untuk semua
perlakuan tidak sama dan cukup berbeda jauh, maka kadar air yang hilang pun
demikian. Semakin lama sampel diletakkan dalam desikator, maka uap air hasil
pemanasan dapat diserap dengan baik oleh silica gel yang berada di dalam
desikator. Dari kadar air yang diperoleh, dapat dilihat ada perbedaan yang cukup
mencolok pada persentasenya. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh perbedaan
waktu pengangkatan dari dalam desikator karena masing-masing sampel
ditimbang secara bergantian.

12
Pengujian berikutnya yaitu penentuan kadar asam lemak bebas. Hasil yang
diperoleh berturut-turut untuk perlakuan simplo, duplo dan triplo adalah 4,2925%,
4,3437% dan 4,4462%. Menurut SNI 01-2901-2006, kadar asam lemak bebas
maksimal untuk sampel CPO yaitu sebesar 5%. Hal ini menunjukkan hasil
pengujian telah memenuhi standar mutu barang yang digunakan namun nilai ini
sangat tinggi karena mendekati batas maksimal. Kemungkinan hal yang
mengakibatkan tingginya kadar ALB ini yaitu tidak maksimalnya proses
perebusan (sterilisasi) sehingga terjadi reaksi enzimatis pada sampel. Perbedaan
yang cukup signifikan pada ketiga perlakuan pada persentase asam lemak
bebasnya kemungkinan diakibatkan oleh perbedaan kondisi dari etanol netral
yang digunakan karena proses titrasi tidak berjalan bersamaan melainkan dititrasi
secara bergantian. Selain itu, kemungkinan terjadi pula ketidaktelitian dalam
mendeteksi perubahan warna yang terjadi secara cepat sehingga terjadi kelebihan
larutan penitrasi yang tidak disadari. Dari semua hasil pengujian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel CPO ini telah lulus uji syarat mutu
barang berstandar nasional Indonesia dan sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab.
Morowali memiliki kualitas yang baik.

13
14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu :


1. Sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab. Morowali telah memenuhi standar
mutu barang dimana pedomannya yaitu SNI 01-2901-2006.
2. Sampel Crude Palm Oil (CPO) asal Kab. Morowali memiliki kualitas yang
baik dan memiliki peluang untuk menjadi komoditi unggulan di Sulawesi
Tengah.

5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu sebaiknya beberapa pengujian terkait
standar mutu dilakukan semua agar hasil yang diinginkan dapat lebih baik karena
dalam pengujian ini, penentuan kadar kotoran dan bilangan yodium tidak
dilakukan akibat kerusakan alat pengujian dan tidak tersedianya bahan pendukung
yang dibutuhkan dalam pengujian.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Allen, C.A.W., K.C. Watts, R.G. Ackman, and M.J. Peg. (2009). Predicting of
viscosity of biodiesel fuel from their fatty acid ester composition. Fuel. 78: 1319-
1326.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2006). Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO)
SNI 01-2901-2006. Departemen Perdagangan. Jakarta.
Basiron, Y. (2005). Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. John Wiley and Sons, Inc.
New Jersey.
Ketaren, S. (2005). Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Ketaren, S. (2009). Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Liang, T. (2009). Seluk Beluk Kelapa Sawit- Bab VIII. Produk dan Standarisasi.
PT.Harapan Sawit Lestari Kab. Ketapang. Kalimantan Barat.
May, C. Y. (1994). Palm Oil Carotenoids Food and Nutrition. Bulletin 15 (2): 130-
136.
McGee, Harold. (2004). On Food and Cooking : The Science and Lore of The Kitchen.
Scribner. United States of America.
Reeves, JB. (1979). Compositions of Foods : Fats and Oils. Department of Agriculture,
Science and Education Administration. Washington D.C.
Tan B. K. (1981). Malaysian Palm Oil Chemical and Physical Characteristics. PORIM
Technology.
Wikipedia. (2017). Minyak Sawit. Http://id.m.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 10
Maret 2018 pukul 20.37 WITA. Palu.

17
18
LAMPIRAN

1. Bagan Alir
a. Penentuan Kadar Air CPO (Crude Palm Oil)
Sampel minyak
- Dilelehkan pada suhu 50℃ sampai
20℃
Sampel minyak yang dilelehkan
- Ditimbang 5 gr sampai 10 gr
- Dimasukkan dalam wadah
Sampel uji di dalam wadah
- Dimasukkan ke dalam desikator hingga
suhunya mencapai suhu ruang
- Ditimbang berat totalnya
Sampel uji di dalam wadah
- Dipanaskan dalam oven pada suhu
103℃ ± 2℃ selama 3 jam
- Dimasukkan ke dalam desikator selama
15 menit
- Ditimbang berat totalnya
Diulangi pemanasan dengan oven selama 30 menit, pendinginan dalam desikator
dan penimbangan beberapa kali sampai selisih berat antara 2 penimbangan
berturut-turut tidak melebihi 0,02% dari berat contoh uji.

19
b. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas CPO (Crude Palm Oil)
Sampel uji
- Dipanaskan pada suhu 60℃ sampai
70℃ sambil diaduk hingga homogen
- Ditimbang sesuai tabel uji (terlampir)
Sampel uji + 50 mL pelarut yang telah dinetralkan
- Dipanaskan pada penangas air dan atur
suhu pada 40℃ sampai minyak larut
semuanya
Sampel + Ind. Fenolftalein (1-2 tetes)

Dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi


perubahan warna menjadi merah muda yang stabil min selama 30 detik

Catat volume titar


Ctt. Lakukan analisa sekurang-kurangnya duplo, perbedaan antara kedua hasil
uji tidak boleh melebihi 0,05%

20
2. Dokumentasi Pengujian
a. Penentuan Kadar Air

b. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

21
22
3. Pembuatan NaOH 0,1 N dan Standarisasinya

Diketahui : N = 0,1 N
V Larutan = 500 mL
Mr NaOH = 40 g/mol
BE NaOH = Mr NaOH
Ditanya : Massa NaOH = ..... ?
Jawab :

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000


𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑉 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000


0,1 𝑁 = 𝑥
40 500

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚


Jadi massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat NaOH 0,1 N yaitu 2 ± 0,5 gram

Standarisasi Larutan
Diketahui : Berat Asam Oksalat (S) = 0,0642 gram
Berat Asam Oksalat (D) = 0,0642 gram
Berat Asam Oksalat (T) = 0,0701 gram
Volume Akuades untuk AO = 10 mL
BM Asam Oksalat = 126 gr/mol
BE Asam Oksalat = 63
Volume NaOH (S) = 10,45 mL
Volume NaOH (S) = 9,90 mL
Volume NaOH (S) = 11,2 mL

Ditanya : N Asam Oksalat (S) untuk standarisasi NaOH (S) = .....?


N Asam Oksalat (D) untuk standarisasi NaOH (D) = .....?
N Asam Oksalat (T) untuk standarisasi NaOH (T) = .....?

23
Jawab :
1. N Asam Oksalat (S) untuk standarisasi NaOH (S)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000


𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙 𝑎𝑘𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐴𝑂

0,0642 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000


𝑁= 𝑥
63 10 𝑚𝐿

𝑁 = 0,1019

Standarisasi Simplo
V NaOH x N NaOH = V Asam Oksalat x N Asam Oksalat
10,45 mL x N NaOH = 10 mL x 0,1019
N NaOH = 0,0975 N

2. N Asam Oksalat (D) untuk standarisasi NaOH (D)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000


𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙 𝑎𝑘𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐴𝑂

0,0642 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000


𝑁= 𝑥
63 10 𝑚𝐿

𝑁 = 0,1019

Standarisasi Duplo
V NaOH x N NaOH = V Asam Oksalat x N Asam Oksalat
9,90 mL x N NaOH = 10 mL x 0,1019 N
N NaOH = 0,1029 N

24
3. N Asam Oksalat (T) untuk standarisasi NaOH (T)

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000


𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙 𝑎𝑘𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐴𝑂

0,0701 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000


𝑁= 𝑥
63 10 𝑚𝐿

𝑁 = 0,1112

Standarisasi Triplo
V NaOH x N NaOH = V Asam Oksalat x N Asam Oksalat
11,2 mL x N NaOH = 10 mL x 0,1112 N
N NaOH = 0,0993 N

 N NaOH terstandarisasi = N NaOH (S) + N NaOH (D) + N NaOH (D)


= 0,0975 N + 0,1029 N + 0,0993 N
= 0,0999 N

25
26
4. Analisa Data
4.1 Penentuan Kadar Air
a. Simplo
1. M2 (1)
Diketahui : M0 = 82,3620 g
M1 = 87,4431 g
M2 = 87, 4220 g
Ditanyakan : % Kadar air = ........?
Jawab :
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
(87,4431 g − 87,4220 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(87,4431 g − 82,3620 g)
(0,0211 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(5,0811 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 0,4152 %

2. M2 (2)
Diketahui : M0 = 82,3620 g
M1 = 87,4431 g
M2 = 87,4211 g
Ditanyakan : % Kadar air = ........?
Jawab :
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
(87,4431 g − 87,4211 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(87,4431 g − 82,3620 g)
(0,0220 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(5,0811 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 0,4329 %

27
b. Duplo
1. M2 (1)
Diketahui : M0 = 82,1962 g
M1 = 87,2171 g
M2 = 87,1977 g
Ditanyakan : % Kadar air = ........?
Jawab :
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
(87,2171 g − 87,1977 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(87,2171 g − 82,1962 g)
(0,0194 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(5,0209 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 0,3863 %

2. M2 (2)
Diketahui : M0 = 82,1962 g
M1 = 87,2171 g
M2 = 87,1942 g
Ditanyakan : % Kadar air = ........?
Jawab :
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
(87,2171 g − 87,1942 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(87,2171 g − 82,1962 g)
(0,0229 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(5,0209 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 0,4560 %

28
c. Triplo
1. M2 (1)
Diketahui : M0 = 84,4162 g
M1 = 89,4228 g
M2 = 89,4004 g
Ditanyakan : % Kadar air = ........?
Jawab :
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
(89,4228 g − 89,4004 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(89,4228 g − 84,4162 g)
(0,0224 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(5,0066 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 0,4474 %

2. M2 (2)
Diketahui : M0 = 84,4162 g
M1 = 89,4228 g
M2 = 89,3997 g
Ditanyakan : % Kadar air = ........?
Jawab :
(𝑀1 − 𝑀2)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(𝑀1 − 𝑀0)
(89,4228 g − 89,3997 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(89,4228 g − 84,4162 g)
(0,0231 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑋 100 %
(5,0066 g)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 0,4613 %

29
4.2 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
a. Simplo
Diketahui : N = 0,0999 N
V = 8,4 mL
W = 5,0046 g
Ditanyakan : % Asam Lemak Bebas = .....?
Jawab :
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
𝑊
25,6 𝑥 0,0999 𝑁 𝑥 8,4 𝑚𝐿
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
5,0046 𝑔
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = 4,2925 %
b. Duplo
Diketahui : N = 0,0999 N
V = 8,5 mL
W = 5,0045 g
Ditanyakan : % Asam Lemak Bebas = .....?
Jawab :
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
𝑊
25,6 𝑥 0,0999 𝑁 𝑥 8,5 𝑚𝐿
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
5,0045 𝑔
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = 4,3437 %
c. Triplo
Diketahui : N = 0,0999 N
V = 8,7 mL
W = 5,0041 g
Ditanyakan : % Asam Lemak Bebas = .....?
Jawab :
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
𝑊
25,6 𝑥 0,0999 𝑁 𝑥 8,7 𝑚𝐿
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 =
5,0041 𝑔
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = 4,4462 %

30
PROFIL UPT PSMB (PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI MUTU BARANG)
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN SULAWESI TENGAH

Sejarah

Unit Pelaksana Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) merupakan
unit yang bernaung dalam Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi
Tengah, yang merupakan salah satu laboratorium milik Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah yang mempunyai tugas pokok pengujian mutu barang yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 64 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT).

UPT PSMB Palu telah mampu melakukan pelayanan publik berupa pelaksanaan
pengujian dan kalibrasi. Saat ini UPT PSMB Palu sedang dalam tahap
pengembangan Lembaga Sertifikasi Produk (LS-Pro). Terdapat dua jenis
laboratorium yang terdapat didalam UPT. PSMB yakni laboratorium kalibrasi dan
laboratorium pengujian yang telah terakreditasi oleh komite akreditasi nasional.

Laboratorium UPT PSMB dalam kegiatan pengujian mutu barang telah memenuhi
persyaratan SNI ISO/IEC 17025:2008 yang legalisasi mutu pelayanannya
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan sertifikat nomor LP-
534-IDN sejak tahun 2011 untuk komoditi biji kakao. Pada proses perjalanan UPT
PSMB mengajukan permohonan penambahan ruang lingkup pengujian untuk 5
komoditi yaitu kopra, beras, gabah, jagung, dan rumput laut yang kemudian
mendapatkan persetujuan akreditasi penambahan ruang lingkup pada bulan mei
tahun 2013.

Adapun pelayanan jasa yang dilaksanakan oleh UPT PSMB Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas dua jenis pelayanan utama
dan dukungan pelayanan yaitu:

31
1. Pelayanan Utama

a. Pelayanan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang

Kegiatan Pelayanan Teknis Pengujian Mutu Barang merupakan kegiatan


pelayanan yang dilaksanakan oleh UPT PSMB yang meliputi penjaminan
mutu barang, pengembangan pengujian, dan pengelolaan laboratorium
pengujian mutu barang. Lingkup pelayanan teknis pengujian mutu barang di
UPT PSMB menangani 8 (delapan) hasil komoditi unggulan daerah Provinsi
Sulawesi Tengah yang telah diakreditasi oleh KOMITE AKREDITASI
NASIONAL yaitu: beras, gabah, kopi, kopra, kakao, rumput laut, cengkeh,
dan jagung. Parameter uji komoditi tersebut terdiri atas :
 Biji kakao/kakao bubuk (visual, kadar kotoran, kadar air, kadar lemak
total, kadar asam lemak bebas, pH keping biji);
 Kopra (visual, kadar air, kadar minyak, kadar asam lemak bebas);
 Beras (visual, kadar air);
 Gabah (visual, kadar air);
 Cengkeh (visual, kadar air, minyak atsiri);
 Jagung (visual, kadar air);
 Rumput Laut (kadar air, kadar agar, kadar karagenan, kadar CAW);
 Kopi (visual, nilai cacat, kadar air).
Selain itu, laboratorium pengujian UPT PSMB Palu juga mampu melakukan
pengujian diluar lingkup Akreditasi, antara lain: Kakao Bubuk, Crude Palm
Oil, Minyak Nilam, Bawang Goreng, Minyak Goreng Sawit, Barang Listrik
dan Elektronika (kebocoran arus) dan Cemaran Logam (Besi, Nikel,
Kromium, Seng, Kalium, Timbal, Kadmium, Timah, Arsen, Merkuri).

b. Pelayanan Teknis Kalibrasi

Pelayanan teknis kalibrasi yang dilaksanakan oleh UPT PSMB melayani


kalibrasi alat-alat ukur teknis yang tersebar di masyarakat/industri/lembaga
kesehatan yang ada di wilayah provinsi Sulawesi Tengah. Ruang lingkup
pelayanan kalibrasi UPT PSMB Palu yang telah memperoleh akreditasi dari
KOMITE AKREDITASI NASIONAL yaitu besaran dimensi meliputi

32
kalibrasi mikrometer dan kaliper. Selain itu UPT PSMB Palu juga dapat
melaksanakan kalibrasi untuk besaran:
 Massa
 Anak Timbangan
 Timbangan Elektronik
 Mass Comparator
 Neraca
 Top/Bottom Loading

 Suhu
 Oven
 Temperatur Indikator
 Thermometer Digital
 Thermometer Gelas
 Refrigerator
 Waterbath
 Autoclave

 Volumetrik
 Labu Ukur
 Gelas Ukur
 Pipet Ukur
 Trap

 Besaran Lainnya
 Meter Kadar Air
 Thermohygrometer
 Density Hydrometer

33
2. Dukungan Pelayanan

a. Sarana
 Tenaga teknis pengujian 7 (tujuh) orang
 Petugas pengambil contoh (PPC) 9 (sembilan) orang
 Peralatan laboratorium penguji :
a. Uji visual
b. Uji fisika (kadar air)
c. Uji kimia
d. Kendaraan operasional.

b. Prasarana

Pelayanan pengujian mutu barang atau komoditi memberikan jaminan


kepastian mutu barang (komoditi) untuk kepentingan pengiriman antar pulau,
ekspor, pembinaan, maupun penelitian baik oleh instansi pemerintah, pihak
swasta, akademisi, dan masyarakat. Dalam pelayanan pengujian khususnya
untuk kepentingan pengiriman antar pulau dan ekspor komoditi yang
tergolong dalam pemakaian kekayaan daerah, UPT PSMB diatur dengan
Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah nomor 03 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan Gubernur nomor 29 Tahun 2012 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Atas 3 (Tiga) Perda Propinsi Sulawesi Tengah
Tentang Retribusi Daerah. Aturan yang ada menjadikan UPT PSMB bekerja
secara professional terutama dalam jaminan ketertelusuran pengujian melalui
metode uji. Untuk itu kami menawarkan pelayanan jasa pengujian mutu
dalam rangka menjamin mutu komoditi yang akan diperdagangkan.

Keberadaan UPT PSMB Palu perlu mendapatkan kajian lebih lanjut


sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12
tahun 2017 tentang pembentukan dan klasifikasi cabang Dinas dan UPTD
untuk mengetahui potensi UPT PSMB Palu dan pengembangannya. Kajian
ini akan meliputi analisis UPT PSMB dari segi pemenuhan kriteria dan beban
kerja yang dimiliki.

34
Sumber: UPT PSMB Palu

Visi dan Misi

1. Visi

“ Terwujudnya standarisasi pengujian/kalibrasi dan pengawasan mutu


barang di Sulawesi Tengah”.

2. Misi
a. Peningkatkan kemampuan laboratorium penguji terhadap barang/ produk
yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
b. Peningkatkan Kemampuan dan Kualitas sumber daya manusia laboratorium
sebagai tenaga yang profesional dibidangnya.
c. Peningkatan pengawasan dan pengendalian mutu barang.
d. Peningkatan pembinaan kepada dunia usaha dalam memenuhi standar
nasional dan standar internasional (SNI/ISO) untuk peningkatan daya saing.

35

Anda mungkin juga menyukai