Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CRUDE PALM OIL

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Akbar (2114040004)
Nisrina (2114040003)
Jurusan : Teknik Kimia

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah proses industri kimia I, dengan judul:
“CRUDE PALM OIL”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Crude Palm Oil (CPO) atau sering disebut minyak kelapa sawit merupakan
produk olahan yang berasal dari perebusan dan pemerasan daging buah kelapa sawit.
CPO banyak dipakai sebagai bahan baku dari proses produksi minyak goreng. Hal ini
dikarenakan kelapa sawit merupakan bahan baku paling utama pada minyak goreng
dan minyak goreng adalah bahan yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memiliki andil
yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Indonesia saat ini merupakan negara
penghasil CPO terbesar di dunia. Manfaat Crude palm oil (CPO) dan Palm Kernel
(PK) sangatlah banyak. CPO banyak digunakan sebagai bahan baku untuk industri
seperti mentega, sabun, kosmetik, tekstil, biodiesel, dan lain – lain. Jika melihat
kebutuhan minyak kelapa sawit di dunia maka sudah barang tentu permintaan setiap
tahunnya akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia.
Prospek pengembangan kelapa sawit di Indonesia umumnya dan Propinsi jambi
khususnya sangatlah baik. Diperkirakan permintaan terhadap produk kelapa sawit
akan tetap tinggi di masa-masa mendatang. Peluang bisnis pertanian kelapa sawit dan
produk turunannya sangatlah menjanjikan untuk pengembangan lahan pertanian dan
pembangunan pabrik kelapa sawit. Iklim tropis dan curah hujan yang cukup
memungkinkan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia.
Pabrik kelapa sawit (PKS) mengelola buah sawit menjadi produk minyak kelapa sawit
Crude Palm Oil (CPO) dan Inti sawit (Palm Kernel). Proses pengolahan Tandan Buah
Sawit (TBS) berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat.
Dimana tiap tahap proses pengolahan Tandan Buah Sawit mempengaruhi pada tahap
proses berikutnya.
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dapat menghasilkan
minyak nabati disamping tanaman kacang-kacangan dan jagung. Pengolahan terhadap
buah sawit akan diperoleh produk utama berupa CPO (Crude Palm Oil), PK (Palm
Kernel) dan produk sampingannya berupa tempurung, ampas, dan tandan kosong.
CPO dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri minyak goreng, mentega,
dan sabun (Setyamidjaja, 2006).
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit hasil utama yang dapat diperoleh ialah
minyak sawit mentah CPO (Crude Palm Oil), minyak inti sawit / PKO (Palm Kernel
Oil), serabut, cangkang, dan tandan kosong sawit. Produksi CPO memiliki kaitan erat
dengan luas areal perkebunan yang produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang
mempengaruhi seperti kondisi tanah ataupun iklimnya. Sementara itu rata-rata
produksi per hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia berbedabeda sesuai dengan
pola pengusahaannya atau pola pengelolaannya (Ekaprasetya, 2006).
Proses produksi kelapa sawit (PKS) dimulai dengan mengelolah bahan baku
sampai menjadi produk. yang bahan bakunya adalah tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit. Proses pengolahan TBS kelapa sawit di setiap pabrik umumnya bertujuan untuk
memperoleh minyak dengan kualitas yang baik. Tingkat keasaman yang rendah, dan
minyak yang mudah dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang dan memerlukan
kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari tempat
pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingan lainnya
seperti inti sawit (palm kernel) (Hersandi, 2009).
Pabrik pengolahan kelapa sawit terdiri dari unit-unit pengolahan yang saling
erat hubunganya satu dengan yang lain dan pengolahan dilakukan secara bertahap.
apabila salah satu dari unit-unit mengalami masalah, maka unit pengolahan lainnya
juga mengalami masalah. Peristiwa ini disebut dengan stagnasi, yang mengakibatkan
kapasitas pabrik tidak tercapai. Salah satu faktor utama yang menimbulkan stagnasi
pabrik pengolahan kelapa sawit adalah uap (steam).
Palm Kernel atau inti sawit adalah biji yang merupakan Endosperma
(cangkang pelindung inti) dan Embrio (inti) dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi. Kernel ini dihasilkan dari pemisahan daging buah selama proses
pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit. Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua
macam yaitu dari daging buah mesocarp yang dikeluarkan melalui perebusan dan
pemerasan dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau CPO dan minyak yang bersal
dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).
Komposisi minyak inti sawit ini hampir sama dengan minyak yang dihasilkan dari
kelapa. Dari keduanya dapat dibuat berbagai jenis produk lainnya. Pabrik
pengolahannya disebut refineri dan akstraksi.
Bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya diekspor. Perdagangan
dunia menghendaki mutu yang baik, oleh karena itu diperlukan standar dan
pengawasan mutu terhadap produksi minyak sawit dan bungkil inti kelapa sawit untuk
memberikan jaminan mutu pada konsumen. Dalam proses pengolahan buah sawit,
mutu hasil olah sangat ditentukan oleh bahan bakunya. Pengolahan minyak kelapa
sawit menghendaki mutu yang baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Produksi
minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai aspek kualitas yang
berhubungan dengan kadar asam lemak, kadar air dan kadar zat pengotor. karena itu
keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak kelapa sawit 3 sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐
faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen,
pengangkutan dan kesalahan selama pemprosesan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 CRUDE PALM OIL
Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu jenis minyak nabati yang paling
banyak dikomsumsi oleh masyarakat dunia yakni sekitar 40% dari seluruh jenis
minyak nabati. Pemanfaatan minyak ini sangat beragam, terutama sebagai bahan
pangan, industri kosmetik kimia, industri pakan ternak, dan lain lain.Seperti namanya,
Crude Palm Oil merupakan minyak kelapa sawit mentah. Produk ini diperoleh dari
hasil ektraksi atau proses pengempaan daging buah (mesocarp) kelapa sawit
umumnya dari spesies Elaeis guineensis dan belum mengalami permurnian.
Minyak kelapa sawit mentah berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm
kernel oil) sekalipun keduanya dihasilkan oleh buah yang sama. Selain itu, minyak
kelapa sawit mentah juga berbeda dengan miyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah
kelapa (cocos nuifcera). Perbedaan ini terletak pada kandungan yang dimiliki oleh
masing masing jenis minyak. CPO pada dasarnya mempunyai warna kemerahan
karena adanya kandungan beta-karoten yang tinggi. Beta Karoten sendiri merupakan
awalan vitamin A yang juga merupakan pigmen berwarna dominan merah-jingga
yang secara alami ada pada tumbuhan termasuk buah buahan.
Sementara itu, inti minyak kelapa sawit tidak memiliki kandungan beta-
karoten sehingga dari komposisi warnanya pun berbeda. Adapun perbedaan
kandungan lemak jenuh diantara minyak kelapa sawit mentah, minyak inti kelapa, dan
minyak kelapa cukup signifikan, yakni berturut turut 41%, 81%, 86%.
2.2 Komponen Penyusun Crude Palm Oil
Komponen penyusun crude palm oil meliputi kandungan senyawa, komposisi
asam lemak, dan sifat fisika dan kimia.
Sebagai catatan, sifat fisika maupun kimia dalam minyak kelapa sawit mentah
dapat berubah-ubah sesuai dengan kemurnian dan mutu dari minyak tersebut. Adapun
yang dimaksud dengan sifat fisika dan kimia dalam minyak kelapa sawit mentah
mencakup warna, bau, rasa, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih, titik
nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan penyabunan.
Berikut adalah daftar komponen penyusun minyak kelapa sawit mentah.
Kandungan Senyawa Umum Minyak Kelapa Sawit Mentah.
TRIGLISERIDA 95,62 %
ASAM LEMAK BEBAS 4%
AIR 0,20 %
PHOSPHATIDA 0,07 %
ALDEHID 0,07 %
KAROTEN 0,03 %
2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Mentah
OLEAT (C18:2) 27-52 %
PALMITAT (C16:0) 32-59 %
LINOLEAT (C18:2) 5,0-14 %
STEARAT (18:0) 1,5-8 %
LINOLENAT (C18:3) <1,5%
LAURAT (C12:0)      <1,2%
PALMITOLEAT (C16:1) <0,6%
MIRISTAT (C14:0)       0,5 – 5,9%

2.4 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Mentah


WARNA JINGGA KEMERAHAN
BILANGAN ASAM 6,9 MG KOH/G
BILANGAN IOD 50 – 55 G I/100 G
BILANGAN PENYABUNAN  224 – 249 MG KOH/G
TITIK LELEH 21 – 24˚ C
INDEKS REFRAKSI (40˚C 36,0 – 37,5

2.5 Perbandingan Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Mentah Sebelum dan
Sesudah Mengalami Permunian
TITIK CAIR AWAL 21 – 24 à 29,4
TITIK CAIR AKHIR 26 – 29 à 40,0
BILANGAN IOD 14,5 – 19,0 à 46 – 52
INDEKS BIAS 40˚C 14,5 – 19,0 à 46 – 52

2.6 Kegunaan Crude Palm Oil


Sebagai catatan, Indonesia sendiri merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit tertinggi
di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan crude palm
oil dunia hingga 85%.
Hal ini pun mendorong makin banyaknya studi yang dilakukan terkait inovasi yang
dapat dilakukan terhadap olahan minyak sawit mentah. Tujuannya tak lain adalah
meningkatkan nilai dari crude palm oil dan mempertahankan industri sawit yang ada
saat ini.
Untuk pemanfaatan turunan dari produk pengolahan CPO, berikut adalah beberapa
contohnya yang paling umum.
1. Campuran Biodiesel

Pemerintah Indonesia telah gencar mendorong dilakukannya peningkatan


dalam pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif dalam hal ini
adalah biodiesel. Minyak sawit dapat menjadi bahan campuran yang
dikombinasikan dengan solar dalam takaran tertentu maupun menjadi 100
persen bahan bakar nabati (BBN).

Gagasan tersebut pun akhirnya terlihat makin nyata pada 2020.

PT Pertamina (persero) berhasil memproduksi bahan bakar yang 100 persen


bahannya berasal dari minyak nabati alias D-100. Adapun dalam
implementasinya, sejauh ini baru sebesar 30 persen biodiesel yang digunakan.

Meski begitu, hal ini tetap merupakan kabar gembira. Produksi BBN dalam
negeri akan mengurangi ketergantungan Indonesia selama ini dalam
melakukan impor minyak mentah.

Terlebih lagi dengan fakta bahwa Indonesia merupakan penghasil minyak


sawit terbesar di dunia, kebijakan pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan
bakar pun dapat lebih mudah diterapkan.

2. Bahan Baku Minyak Goreng


Salah satu pemanfaatan dari minyak nabati hasil pengolahan CPO yang paling
umum adalah sebagai bahan baku minyak goreng. Minyak goreng sendiri
merupakan salah satu kebutuhan harian mendasar rumah tangga, terutama di
Indonesia.

Terlepas dari kontroversi yang menyebut bahwa minyak kelapa sawit


berbahaya bagi kesehatan, nyatanya masyarakat masih menggunakan produk
ini untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Walau sebagian besar fungsi minyak goreng adalah untuk keperluan dapur
baik skala rumahan hingga restoran dan industri makanan berskala besar
nyatanya dapat pula dimanfaatkan untuk beberapa keperluan lain.

Minyak goreng juga bisa digunakan sebagai pelumas alat rumah tangga,
menghilangkan noda cat dari tangan, pelindung furnitur dan alat masak,
hingga pembersih mobil.

3. Bahan Baku Produk Makanan

Di samping minyak goreng, minyak nabati dari crude palm oil juga menjadi
bahan baku margarin. Seperti minyak goreng pula, margarin diperlukan untuk
keperluan memasak mulai dari rumahan hingga industri makanan berskala
besar sekalipun.

Margarin pun masih bisa menghasilkan produk olahan lainnya, sebut saja
seperti cokelat, es krim, selai kacang, krimer, hingga biskuit dan berbagai kue
kering.
4. Bahan Baku Kosmetik

Sekitar 70% produk kosmetik yang terdistribusi di seluruh dunia memiliki


kandungan kelapa sawit di dalamnya. Pasalnya, minyak sawit memiliki
kegunaan untuk memberi kelembapan dan tekstur yang dibutuhkan oleh
produk kecantikan. Selain itu, harga CPO yang juga lebih murah dibandingkan
beberapa bahan dengan manfaat serupa lainnya menjadi alasan mengapa
minyak sawit lebih banyak dipilih.

Kendati belum ada data kuantitatif pasti yang menyebut jumlah seluruh
produk kecantikan di seluruh dunia, dapat diamati bahwa industri kecantikan
baru dengan berbagai produk yang ditawarkan terus bermunculan setiap
waktunya. Kondisi ini tentunya membuat industri kelapa sawit makin tak
kehilangan pasar.

5. Lain Lain
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) juga telah
melakukan beberapa inovasi teknologi terhadap CPO melalui Program
Penelitian dan Pengembangan yang menghasilkan beberapa penemuan berikut.

 Menghasilkan bensin nabati RON 110 dan sedang mengembangkan


pilot plant bensin nabati kapasitas 10 liter/hari.
 Menghasilkan diesel hijau sawit dengan angka setana 53,18 dan sedang
mengembangkan pabrik percobaan berkapasitas 20 liter/hari.
 Mengembangkan surfactant Metil Ester Sulfonat (MES) untuk
meningkatkan produktivitas minyak di sumur tua.
 Mengembangkan foaming agent dari CPO untuk aplikasi bahan
pemadam.
 Mengembangkan proses sintesis Emulsifier Mono-diasiligliserol
(MDAG) sebagai bahan tambahan pangan.
2.7 Proses Pengolahan & Produksi Crude Palm Oil

a) Proses Pengolahan CPO


Pengolahan Kelapa Sawit ini mejadi CPO pada intinya melalui 4 proses
utama, yaitu :
 Pemisahan brondolan dari janjangan
 Pencacahan dan pelumatan daging
 Pengepresan
 Pemurnian minyak

b) Proses Produksi
Berikut dibawah ini adalah merupakan proses produksi :
 Pemilihan bahan baku
Bahan baku sesuai kriteria panen (tandan matang panen) untuk
memperoleh hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang lebih baik
dengan rendemen minyak yang tinggi.
 Stasium Timbangan
 Stasium Sortasi
Penyortian tingkat kematangan buah menurut fraksinya
 Stasium Perebusan
Perebusan bertujuan untuk memudahkan ekstrasi minyak pada proses
pengempalan, perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti
sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang sawit

 Stasiun Pengepresan berfungsi untuk memastikan minyak kasar (Crude


Oil) dari daging buah
 Stasiun Pengutipan/ Pemurnian Minyak (Clarification Station)
 Stasiun Pengumpul Janjangan Kosong (Empty Bunch Hopper Station)
 Stasiun Tangki Penimbunan Minyak (Storage Tank Station)
 Stasiun Pengutipan Inti (Kernel Plant Station)
 Stasiun Pemurnian Air (Water Treatment Station)
 Stasiun Pembangkit Tenaga (Power Plant Station)
 Stasiun Ketel Uap (Steam Boiler Station)
 Stasiun Air Limbah (Effluent Treatment Station)
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas industri
yang sangat strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian (agro-
based industry) yang banyak sekali berkembang cukup baik di negara-negara
yang mempunyai iklim yang tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Hasil industri dari komoditas Crude Palm Oil (CPO) bukan hanya sekedar
minyak goreng saja, akan tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan baku untuk
kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat dan juga dapat digunakan sebagai
bahan dasar industri lainnya seperti makanan, kosmetika, sabun, bahan bakar
dan bahan kimia. Proses perkembangan komoditas Crude Palm Oil (CPO) saat
ini telah berkembang sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah
produksi kelapa sawit seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup
masyarakat sehari-hari. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan,
tentunya hal ini telah memiliki dampak yang sangat positif bagi perekonomian
serta pembangunan di Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap
pendapatan kas negara, maupun munculnya besarnya permintaan ketenaga
kerjaan yang terserap disektor kelapa sawit, sektor ini juga mampu
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan
kelapa sawit. Dimana presentase penduduk misikin nasional berada diangka
yang cukup tinggi. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat
diharapkan menjadi pionir pertumbuhan perekonomian nasional.
Dengan melihat perkembangan perdagangan Crude Palm Oil (CPO)
Indonesia dan Pakistan yang belum terlalu optimal, perlu diupayakan kegiatan
promosi yang terus menerus untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa
pasar produk Indonesia di pasar Pakistan. Pakistan sendiri merupakan salah
satu negara dengan konsumsi CPO terbesar di Asia Delatan setelah India,
dimana pada saat ini Indonesia telah menguasai ekspor CPO ke India,
sementara ekspor CPO ke Pakistan sempat dikuasai oleh Malaysia, dimana
Malaysia muncul sebagai negara pesaing CPO Indonesia. Dalam mengatasi
hambatan ekspor CPO, sangat dibutuhkan peran antar pemerintah yang
bersangkutan, hal ini lah yang pada akhirnya dilakukan oleh pemerintah
Indonesia untuk mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Pakistan,
khusunya ekspor non migas-nya yaitu Crude Palm Oil (CPO). Hambatan tarif
ini lah yang membuat Indonesia memutuskan untuk bergerak cepat melakukan
system preferensi perdagangan dengan Pakistan. Akhirnya pada tanggal 16
Febuari 2012, Duta Besar Republik Indonesia untuk Pakistan telah
melaksanakanperjamuan makan malam dalam rangka mensyukuri atas telah
ditanda tanganinya Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Pakistan di
Jakarta pada tanggal 3 Febuari 2012 bertempat di Aula Budaya Nusantara
KBRI Islamabad. Dengan ditandatanganinya perjanjian perdagangan
preferensial dengan Pakistan berarti menandakan Indonesia telah mampu
untuk turut serta dalam hal-hal yang berkaitan dengan perjanjian tersebut,
komoditas unggulan Indonesia yaitu CPO mendapat penurunan tarif bea
masuk hingga setara dengan fasilitas yang diberikan oleh Pakistan terhadap
Malaysia sebagai negara pesaing CPO Indonesia memiliki keringanan bea
masuk ekspor CPO ke Pakistan. Selain ingin dari mengurangi ketergantungan
GSP yang datang dari negara maju, dapat disimpulkan bahwa
penandatanganan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia dengan
Pakistan dikarenakan banyaknya kesamaan yang dimiliki oleh kedua negara,
sehingga mempermudah dalam meningkatkan kerjasama, adanya peluang
dalam peningkatan ekspor-ekspor unggulan lainnya, produk- produk dari
Indonesia dapat bersaing dengan negara lain baik di Pakistan, Indonesia
sendiri pun dapat meningkatkan hubungan bilateral kedua negara khususnya
dalam sektor ekonomi dan juga tentunya sebagai akses untuk menuju bentuk
perdagangan yang lebih luas diantara kedua negara, yaitu perdagangan bebas
(free trade).
Pembangunan kelapa sawit merupakan salah satu bagian dari
pembangunan perkebunan dan industri pengolahan pertanian nasional. Sasaran
pembangunan kelapa sawit merupakan bagian dari sasaran makro
pembangunan perkebunan dan industri pengolahan pertanian. Pada level
industri pengolahan minyak sawit, visi yang ditetapkan adalah pengembangan
industri CPO dan pengembangan industri turunannya untuk menjadi
peningkatan nilai tambah melalui pendekatan klaster. Saat ini, strategi dan
kebijakan pembangunan kelapa sawit tertuang dalam Road Map Minyak
Kelapa Sawit. Pendapatan petani dari kelapa sawit rata-rata mencapai empat
juta per bulan per hektar, ini merupakan keunggulan ekonomis komoditas ini
dibandingkan komoditas lain, Keunggulan semacam inilah, kata dia, yang
menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas yang dapat meningkatkan
kesejahteraan petani Indonesia. Ini harus tetap kita jaga, agar terjadi
perimbangan luas lahan dengan tanaman pertanian lain, atau pengembangan
kelapa sawit hanya dilakukan di wilayah- wilayah yang benar-benar potensial
untuk komoditas ini. Industri kelapa sawit berpotensi menghasilkan
perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di Indonesia.
Kelapa sawit merupakan produk pertanian paling sukses kedua di
Indonesia setelah padi, dan merupakan ekspor pertanian terbesar. Industri ini
menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah
besar masyarakat miskin di pedesaan Indonesia. Industri kelapa sawit
Indonesia diperkirakan akan terus berkembang pesat dalam jangka menengah;
tetapi, daya saingnya akan terpukul oleh agenda antiminyak sawit. Pasar
minyak sawit dunia mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa dasawarsa
terakhir dengan produksi minyak sawit saat ini diperkirakan lebih dari 45 juta
ton. Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir minyak sawit
terbesar di dunia, dengan produksi lebih dari 18 juta ton minyak sawit per
tahun. Dengan lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di daerah
pedesaan—dan lebih dari 20 persen di antaranya hidup di bawah garis
kemiskinan—industri kelapa sawit menyediakan sarana pengentasan
kemiskinan yang tidak terbandingi. Pembatasan konversi hutan untuk
pertanian atau kelapa sawit menutup peluang peningkatan standar hidup dan
manfaat ekonomi yang cukup prospektif bagi warga pedesaan, membenamkan
mereka ke standar kehidupan yang kian rendah.

4.2 Saran
Saran yang akan penulis berikan terhadap kebijakan pemerintah dalam
upaya-nya untu mengoptimalkan ekspor komoditas Crude Palm Oil (CPO)
adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan intensitas promosi dan advokasi yang terintegrasi dalam


menghadapi kampanye negative terhadap kelapa sawit, antara lain melalui
kegiatan Green Campaign ke negara-negara konsumen kelapa sawit Indonesia
yang bertujuan untuk meluruskan berbagai presepsi yang salah terhadap
kelapa sawit.
b. Bentuk dari kegiatan ini adalah workshop, seminar,diskusi, dan berbagai
kegiatan promosi dan advokasi yang lain dengan melibatkan seluruh
stakeholder perkelapasawitan nasional bersama dengan perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri.
c. Menggunakan Indonesian Sustainbel Palm Oil (ISPO) sebagai alat produksi,
advokasi dan kampanye public untuk memperkuat posisi tawar kelapa sawit di
Indonesia.
d. Penguatan penelitian dan pengembangan kelapa sawit melalui peningkatan
penelitian dan pengembangan antara pemerintah swasta dan lembaga
penelitian termasuk melibatkan perguruan tinggi serta mempublikasikan
penilitian tersebut dalam jurnal dan media asing.
e. Melibatkan media komunikasi cetak maupun elektronik dalam advokasi dan
promosi minyak kelapa sawit Indonesia terutama yang ada di negara- negara
yang akan menjadi tujuan ekspor minyak sawit Indonesia dan tentunya melalui
jalur diplomasi, forum bsinis, dan forum pertemuan ilmiah.
f. Pihak pengusaha dan petani harus punya perjanjian yang jelas sejak awal,
manfaat apa yang akan diterima petani, berapa lama waktunya, tanggung
jawab sosial seperti apa yang harus dipenuhi pengusaha, dan pemerintah harus
mengawasi itu, jangan dibiarkan petaninya begitu saja, menjalin komunikasi
dengan pengusaha dan petani, mengawasi dan mengawal proses kemitraan
antara pengusaha dan petani, karena tanpa dukungan dan mediasi pemerintah,
maka pihak petani sangat rawan dirugikan.
g. Adanya peran aktif pemerintah dalam mengawasi perjanjian yang telah
dibentuk dengan Pakistan yaitu Preferential Trade Agreement (PTA) agar
dikemudian hari tidak terjadi lagi indikasi kecurangan yang nantinya akan
merugikan perekonomian Indonesia dan juga menciptakan suasana tegang
antara pihak yang menjalin kerjasama yaitu Pakistan. h. Perlu dibentuknya
suatu badan kepemerintahan yang focus hanya menangani masalah perkelapa
sawitan, jangan dipecah menjadi sub badan yang dari satu kementerian ke
kementerian yang lain yang akhirnya akan memperlambat negosiasi dalam
pengambilan keputusan terkait ketimpangan tari lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cwe.ac.id/berita/mengenal-apa-itu-crude-palm-oil-cpo
https://mutuinstitute.com/post/crude-palm-oil/
https://tunasharapansawit.com/id/proses-pengolahan-produksi
https://repository.unja.ac.id/25030/4/Karya%20Ilmiah%20Rara%20Jannety%20Putri
%20%28F0A018004%29-halaman-14-16.pdf
https://repository.upnvj.ac.id/3531/6/BAB%20IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai