BAB 1
PENDAHULUAN
1
menghasilkan sejumlah besar limbah cair (55-67 persen), yang dapat
mencemari air karena mengandung 20.000 - 30.000 mg/l Biological
Oxygen Demand (BOD).
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pengolahan kelapa sawit
b. Untuk mengetahui sifat fisis dan kimia pada kelapa sawit
c. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam industri pengolahan
kelapa sawit dan manfaat minyak kelapa sawit.
d. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah pada industri kelapa sawit
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan
pada industri kelapa sawit sampai dengan pengolahan limbah industri
kelapa sawit.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat
menghasilkan minyak adalah kelapa sawit. Kelapa sawit dikenal terdiri
dari empat macam tipe atau varietas yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera,
dan Pisifera. Masing-masing dibedakan berdasarkan tebal tempurung.
Warna daging buah adalah putih kuning diwaktu masih muda dan
berwarna menjadi jingga setelah buah menjadi matang. Daerah penanaman
kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat, Lampung, Riau,
Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Minyak kelapa sawit dihasilkan
dari buah kelapa sawit yang dinamakan minyak kelapa sawit mentah (CPO)
dan inti sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (Palm kernel
Oil/PKO). (Ketaren, 1986)
3
Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu
rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti
sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit
mengandung lemak,protein, serat dan air.
Komponen Jumlah
Minyak 47 – 52
Air 6–8
Protein 7,5 – 9,0
Selulosa 5
Abu 2
2.2 Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM)
Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat
dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit
(Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit
(Palm Kernel Meal). Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas.
Minyak mentahya mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan
minyak yang telah dimurnikan, titik lebur dari minyak inti sawit ini adalah
berkisar antara 25℃ sampai dengan 30℃. (sitinjak K,1983).
Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus
asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung lemak
ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi (asam
4
kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan
asam linoleat). (Winarno,FG., 1984)
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan
sebagai makanan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air
dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan.
Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining lose,
plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan
bilangan penyabunan. Semua faktor- faktor ini perlu di analisis untuk
mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit
Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta muda dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak
berubah.
5
6
2.3 Pengamanan Bahan Produksi
Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari
tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan
tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah
tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah dalam
larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6.
7
Daging Buah 58 – 62 Buah sawit
Biji 37 – 43 Buah sawit
Daging Buah : Air 36 – 40 Daging buah
Minyak 46 – 50 Daging buah
Ampas 13 – 15 Daging buah
Minyak Kelapa Sawit (CPO) 77 – 82 Daging buah (berat kering)
Minyak Kelapa Sawit (CPO) 28,5 – 29,5 Berat buah matang segar
Air 27 Berat buah matang segar
Ampas (Serat) 8 Berat buah matang segar
Tempurung 30 Berat buah matang segar
Inti 6 Berat buah matang segar
Biji : Tempurung 78 – 82 Berat buah matang segar
Inti (Kernel) 17 – 23 Berat biji
Minyak Inti Sawit (PKO) 40 – 50 Berat biji
Bungkil Inti Sawit (PKM) 50 – 60 Berat inti
8
Indeks bias 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415
Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20
9
Bilangan Penyabunan 196 – 205 244 – 254
PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit adalah minyak
yang di hasilkan dari inti sawit. Inti sawit dihasilkan berdasarkan
perbedaan berat jenis.antara sawit dan tempurung.
Karakteristik PKO :
1. Mengandung 80%-90% lemak jenuh
2. Trigliserida minyak inti sawit (trilaurine, yaitu trigliserida dengan
tiga asam laurat sebagai ester asam lemaknya
10
3. PKO memiliki rasa dan bau yang khas
4. Minyak mentahnya mudah sekali menjadi tengik bila
dibandingkan dengan minyak yang telah dimurnikan
11
5. Mengandung asam laurat yang tinggi dengan kisaran titik leleh
yang rendah sedangkan minyak sawit mentah mengadung asam
laurat yang rendah dengan kisaran titik lelah yang tinggi
6. Bersifat semi pada hingga padat dalam suhu ruang
7. Titik lebur nya berkisar antara
kekurangan PKO:
12
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah
distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar). Pematangan buah
mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak
Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut : Kematangan buah
Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
13
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1
1. Perebusan
Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan
dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut
terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester.
Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat
yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum
14
thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan
yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB
(Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka
dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari
15
thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua
yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan
dimanfaatkan sebagai produk samping.
16
untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya
dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas
standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit
dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
17
2.5.2 Proses pengolahan PKO (Palm Kernel Oil)
Tahap-tahap proses pembuatan PKO
1. Weight bride
Buah kelapa sawit yang berasal dari tandan buah segar setelah tiba di
pabrik kemuadian do pindahkan ke lori-lori selanutnyna di timbang di
weight bride.
2. Penyortiran
a. Sterilizer
Lori yang telah di isi tandan buah segar dimasukan kedalam
sterilizer menggunakan capstand.
Tujuan perebusan :
1. Untuk mengurangi peningkatan asam lemak bebas
2. Mempermudah proses pembrodolan pada threser
3. Menurunkan kadar air
4. Melunakan daging buah, sehingga mudah lepas dengan biji
18
threshing.
c. Digesting
19
Setelah buah pisah dari janjangnya, makan buah dikirim ke digester
dengan cara buah dimasuka kedalan conveyer under threse yang
fungsinya untuk membawa buah ke fruit elevator yang fungsinya
mengangkat buah ke atas.
Fungsi digester :
1. Melumatkan daging buah
2. Memisahkan daging buah dengan biji
3. Mempersiapkan feeding press
4. Mempermudah proses di press
5. Menaikan temperature
d. Pengempaan (dressing)
Massa buah yang tercacah dan telah berbentuk bubur dimasukan
kedalam screw press (alat kempa). Alat ini terdiri dari dua buah worm
screw yang duduk dalam press cake dan dua buah cone yang dapat
bergerak maju mundur. Disebabkan putaran kedua worm screw
tersebut dan penekanan cone, minyak pangan dalam mesocarp itu akan
diperas dan keluar melalui lubang-lubang kecil pada press cake.
Sedangkan ampas press dan campuran fibred an nut akan keluar
melalui worm screw. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses yaitu
press harus kering. Maksudnya minyak pangan yang melekat pada
ampas press diusahan sedikit mungkin dan cukup rendah. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menekan cone,tetapi akibatnya akan menaikan
nut/ kernel yang pecah.
e. Pemecahan nut
Nut yang telah kering (dinyatakan oleh tes laboratorium) masuk
kedalam nut cracher. Dalam nut cracher ini nut akan dipecah menjadi
inti yang masih basah dan cangkang kernel. Inti dikirim untuk bahan
baker broiler dan diolah lebih lanjut menjadi palm kernel oil.
20
Ampas kelapa sawit yang terdiri dari biji dan fibre hasil olahan diatas
tadi dimasukan kedalam deprecicarper melalui cake breaker conveyor
yang dipanaskan dengan uap agar sebagian kandungan air dapat
diperkecil, sehingga press cake terurai dan mempermudah proses
pemisahan fibred dan biji.
21
Pemisahan terjadi akibat perbedaan dan daya hisap blower. Biji
ditampung pada nut silo yang dialiri udara panas 60-800C selama 10-
14 jam untuk mengurangi kadar air dari 21% menjadi 14%. Fibre
dialirkan ke boiler station sebagai bahan baker ketel uap.
a. Ripple mill
Sebelum biji masuk ke ripple mill, terlebih dahulu diproses dalam
nut grading fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan
ke ripple millsebagai alat pemecah. Massa biji yang pecah kemudia
dialirkan kedalam light dus separator dan fibrating grade untuk
memisahkan cangkang halus, biji utuh, cangkang dan inti.
b. Claybath
Massa cangkang bercampur inti dimasukan kedalam claybath
untuk memisahkan cangkang dengan inti. Cangkang dipakai
sebagai bahan baker ketel uap dan alat pengeras jalan. Sedangkan
inti dialirkan masuk kedalam kernel silo untuk proses pengeringan
sampai kadar air 7% dengan tingkat pengeringan 600C,700C,800C
dalam waktu 5-6 jam. Selanjutnya di proses untuk menghasilkan
palm kernel oil.
c. Extraction process
Kebanyakan ampas kelapa sawit disamakan dengan ampas kelapa.
Padaha dalam kenyataanya berbeda. Ampas kelapa sawit adalah
hasil akhir dari pengolahan palm kernel oil dan biasanya sering
digunakan sebagai bahan pembuatan makana ternak diberbagai
Negara misalnya brazil. Secara umum ada 2 cara yang digunakan
untum membuat palm kernel oil
1. Kernel pretreatment
- Cleaning (pembersihan) : pemisahan seluruh zat-zat asing
sperti pasir, kandungan logam yang dapat menyebabkan
kerusakan pada mesin. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan magnetic separator dab fibrating secreen.
- Flaking : dilakukan dengan cara memecahkan kernel
22
menjadi butiran kecil dengan menggunakan swinging
hammer dan breaker boiler. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah proses pemecahan dan pengepresan.
23
- Cooking
2. Oil extraction
- Screw pressing and oil crarification
Meal yang telah di proses diatas tadi dilanjutkan dengan
pressing dengan menggunakan remolving worm. Oleh
karena itu maka hilanglah minyak pangan pada meal,
sehingga kadar minyak pangan yang tersisa sekitar 6-10%
(toleransi). Expelled oil mengandung kotaran yang harus
dihilangkan. Untuk expelled oil dapat dilakukan dengan
proses dekantasi dan filtrasi yang kemudian disimpan.
Expelled cake yang telah terbebas dari minyak pangan tadi
kemudian dibungkus untuk kemudian disimpan. Beberapa
industry mengolah palm kernel expeller tanpa pretreatment
process. Dalam hal ini pengepressan ganda sangat
diperlukan demi keefisienan ekstraksi minyak pangan.
Namun bagaimanapun kapasitas hasil pengepresan selalu
lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan
pretreatment process. Biasanya pretreatment process yang
lengkap digunakan pada perusahaan besar, karena mesin
mesinnya telah modern yang telah di impor dari eropa.
- Solvent extraction
PKE yang telah dipanaskan tadi di ekstraksi dengan
menggunakan N-hexan pada alat ekstraksi. Boleh juga
dilakukan dengan proses perendaman dan penyaringan.
Penyaringan hexan di pompakan pada meal dan selanjutnya
disaring dengan menggunakan kertas saring.
Perendaman kernel meal di masukan kedalam ekstraktor,
lalu hexan dialirkan dengan elevator tersebut. Biarkan
hingga keseluruhan minyak pangan dalam kernel meal
larut.
Solvent recovery from meal hexan dihilangkan dari
24
deffated meal dalam toaster. Setelah seluruh hexan
menguap, maka akan didapat pellet yang baik dan terbebas
dari hexan yang dikenal dengan palm kernel expeller yang
selanjutnya dapat disimpan dan siap untuk dipasarkan.
Hexan yang telah digunakan tadi dalpat diperoleh
25
kembali dengan cara memurnikannya dengan proes
ekstraksi pada tekanan rendah dengan temperature yang
berangsur angsur nai. Lalu hexan kondensat tadi dapat
dipergunakan lagi selanjutnya.
Setelah melewati proses proses diatas tadi, palm kernel oil
dimurnikan dan di proses ke tahap yang selanjutnya yaitu
degumming, bleaching, deodorizing, fraksinasi sehingga
diperoleh hasil yaitu RBD palm kernel oil, RBD palm
kernel stearin, crude palm kernel olein, RBD palm kernel
olein serta produk lainnya. Dalam proses pemurnian dan
fraksinasi metode dan prinsip pengerjaannya sama seperti
pada proses palm oil.
26
5. Kosmetik : sabun, detergent, lotion, minyak rambut.
27
rumit. Limbah tersebut dapat digunakan
28
sebagai bahan bakar, pakan ternak, pupuk, dan juga bisa dijual untuk
mengahsilkan pendapatan tambahan.
Serat, cangkang,dan tandan kosong bisa digunakan sebagai bahan
bakar. Abu boiler dapaat diaplikasikan langsung sebagai sumber pupuk
kalium, tandan kosong sebagai pupuk dengan cara menjadikan mulsan
dan pengomposan. Ampas inti digunakan sebagai pkan ternak.
2. Limbah gas
Terdapat 2 sumber pencemaran gas yang keluar dari PKS yaitu boiler
yang menggunakan serat dan cangkang sebagai bahan bakar dan juga
incenarator yang membakar tandan kosong untuk mendapatkan abu
kalium. Pada saat ini incenarator sudah mulai ditinggalkan.
3. Pengolahan Limbah Cair
Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang
lebih dikenal dengan POME (Palm Oil Mill Effluent). POME ialah air
buangan yang dihasilakan oleh PKS utamanya berasal dari kondensat
rebusan, air hidroksiklon, dan sludge separator. Setiap ton TBS yang
diolah akan terbentuk sekitar 0.6 – 1 m 3 POME. POME kaya akan
kabron orgaik dengan nilai COD lebih 40g/L dan kandungan N sekitar
0.2-0.5 g/L. sebagai nitrogen ammonia dan total nitrogen.
Teknologi pengolahan POME umumnya dengan menggunakan
teknologi kolam terbuka yang terdiri dari kolan anaerobic, fakultafir,
dan aerobic dengan total waktu retensi sekitar 90-120 hari. Teknologi
kolam terbuka ini memerlukan lahan yang luas (5-7ha). Biaya
pemeliharaan yang cukup besar dan menghasilkan emisi gas metana
keudara bebas. Tetapi teknologi ini dianggap kurang efisien.Teknologi
yang baru yaitu dengan menggunakan membrane dan elektrokoagulasi.
2.7.1 Boiler
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel uap (Boiler) merupakan jantung
29
dari sebuah pabrik kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi
sumber tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa
sawit.
30
Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air
menjadi Uap dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk
penguapan diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel
uap.
Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada
semua peralatan yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama
turbin. Turbin disini adalah turbin uap dimana sumber penggerak
generatornya adalah uap yang dihasilkan dari ketel uap. selain turbin alat
lain di pabrik kelapa sawit yang membutuhkan uap seperti di sterilizer
(Alat untuk memasak TBS) dan distasiun pemurnian minyak (Klarifikasi).
oleh karena itu kualitas uap yang dihasilkan harus sesuai dengan
kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit tersebut. karena jika tidak akan
mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa sawit.
Boiler atau ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit
biasanya adalah boiler dengan kapasitas uap 20.000 Kg uap/jam dan
dengan tekanan 20 kg/cm2. dimana dibutuhkan 2 unit boiler untuk pabrik
kelapa sawit dengan kapasitas olah 45 ton TBS/jam.
Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit
adalah ketel uap yang menghasilkan uap superheated, dimana uap ini
digunakan pertama kali untuk memutar turbin sebagai pembangkit tenaga
listrik kemudian sisa uap dari pembangkit tersebut digunakan sebagai
pemanasan TBS pada sterilizer.
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu : ketel pipa air
dan ketel pipa api. ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah
ketel pipa air. maksudnya adalah air berada didalam pipa dipanaskan oleh
api yang berada diluar pipa air.
Untuk menghitung kapasitau uapa pada ketel uap yang dibutuhkan adalah
dengan : kebutuhan uap pada pabrik kelapa sawit adalah 0.6 ton
uap/ton TBS Jadi, untuk pabrik 45 ton membutuhkan boiler = 45 ton x
0.6 = 27 ton uap/jam. Maka dari itu dibutuhkan 2 unit ketel uap dengan
kapasita uap 20 ton uap/jam pada masing-masing ketel uap. Biasanya
31
bolier yang digunakan di pabrik kelapa sawit memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
32
4. Temperatur air umpan : 90 C
5. Effisiensi Ketel Uap : 75 %
6. Pemakaian bahan bakar : 75% serabut
dan 25% cangkang.
2.7.2 Sterilizer
Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau
sterilisasi yang dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser) dengan
menggunakan uap air jenuh (saturated steam). Penggunaan uap jenuh
memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air di
dalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit
buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan
dapat juga mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan
kualitas steam yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi
sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna. Proses
perebusan TBS dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menghentikan aktifitas enzim lipase yang dapat menjadi katalisator
dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya untuk
menjadi Asam Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim akan berhenti jika
diberikan suhu minimum 50oC, pada proses perebusan temperatur di
dalam steriliser mencapai 120oC dengan tekanan 2,8 bar.
2. Melepaskan buah dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan
pektin yang terdapat di pangkal buah, dengan demikian akan
mempermudahkan brondolan lepas dari tandannya pada saat proses
penebahan dan juga akan mempermudah proses ekstraksi pengutipan
minyak dan inti sawit.
3. Melunakkan daging buah sehingga mudah diaduk dan memudahkan
pemisahan minyak dan cake ketika dikempa.
4. Pengurangan kadar air dalam buah dan inti, sehingga memudahkan
pemisahan partikel–partikel minyak dari pericarp dan serat-serat dari
33
biji selama pengadukan ataupun saat proses pemisahan serat dengan biji
serta pengeringan inti (dehidrasi) di dalam notten akan mempermudah
lepasnya (lekang) inti dari cangkang saat poses pemecahan biji.
34
5. Memecah emulsi di dalam pericarp dengan pemanasan yang mampu
menyusup sampai ke dalam daging buah sehingga memudahkan
pemisahan minyak dan air pada CST.
2.7.3 Digester
Fungsi dari digester adalah : a) Untuk melepaskan daging buah dari
nut (biji
) b) Untuk melumatkan buah agar efisien dalam proses pengempaannya c)
Untuk menaikkan temperature buah d) Untuk melepaskan sel-sel minyak
dari sel daging buah e) Untuk mengalirkan sebagian minyak yang
terbentuk di digester sehingga mengurangi volume pengempaan . Digester
merupakan sebuah tabung silinder vertical yang didalam nya dipasang
pisau-pisau pengaduk. Dalam digester terdapat beberapa tingkat pisau
yang terikat pada poros dan di gerakkan oleh motor listrik. Pisau bagian
atas digunakan untuk mencacah/melumat borondolan, dan pisau bagian
bawah (Stirring arm bottom) digunakan untuk mendorong massa keluar
dari ketel adukan menuju screw press Untuk memudahkan
pencacahan/pelumatan diperlukan panas 90-95oC, yang menggunakan
tekanan uap langsung sebesar 3 kg/cm2. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi pengadukan, yaitu : a) Kematangan buah yang direbus, jika
buah mentah maka daging buah sulit dilepas dari nut dan sulit dilumat. b)
Volume digester minimal ¾ penuh c) Waktu pengadukan pada digester
yang baik adalah ±20 menit. d) Temperature yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan minyak sulit dipress karena kekentalan minyak rendah.
35
yang keluar dari ketel adukan melalui feed screw (sebagian minyak keluar)
masuk ke dalam main screw lalu ditampung dalam talang minyak oil
gutter. Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feed
screw dilakukan injeksi uap pada digester dan penambahan air panas pada
temperatur 90-95oC. Ampas akan diolah untuk mendapatkan inti
36
(kernel). Pelumatan pada screw press memakai air pengencer yang
berfungsi untuk mempermudah pemerasan minyak pada fibre, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya pengentalan (emulsi). Hal – hal
yang perlu diperhatikan dalam pengempaan : 1) Pada pengempaan
dilakukan injeksi uap dan air panas pada temperature 90-95oC. 2)
Penekanan harus dilakukan berangsur – angsur dari tekanan rendah ke
tekanan tinggi ±40 bar. Tekanan kempa yang terlalu tinggi menyebabkan :
1) Jumlah biji pecah bertambah 2) Jumlah serat – serat halus yang terikut
minyak bertambah sehingga mempersulit prosess selanjutnya. Tekanan
kempa yang rendah menyebabkan : 1) Cake basah, kerugian minyak pada
ampas dan biji tinggi. 2) Pemisahan biji dan ampas tidak sempurna. 3)
Ampas menjadi basah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan baku
ketel uap. 4) Jumlah air pengencer, air pengencer yang terlalu berlebihan
dapat mempengaruhi kandungan air cake yang tinggi, sehingga pemecahan
cake akan lebih sulit pada CBC (Cake Breaker Conveyor) 5) Pemberian air
dilakukakn dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian
tengah atau di chute screw press.
37
2.7.6 Pengeringan Minyak (vacum dryer)
Vacum dryer adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari
minyak dengan cara penguapan dalam kondisi hampa udara. Hasil yang
diharapkan dari
38
proses ini adalah minyak dengan kadar air 0,1 – 0,15% dan kadar kotoran
0,013 – 0,015%. Melalui tangki apung (float tank) inilah yang mengatur
jumlah minyak, pertama minyak dialirkan ke vacum drayer. Minyak
terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (nozzle) karena adanya
hampa udara dan minyak terpencar kedalam tabung hampa. Uap air dari
tabung hampa terhisap oleh ejector 1, masuk kedalam kondensor 1, sisa
uap kondensor 1 terhisap oleh ejector 2, masuk kedalam kondensor 2, sisa
uap terakhir dihisap oleh ejector 3 dan dibuang ke atmosper atau udara.
Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2 langsung dibuang. Minyak
ditampung di Tangki Minyak produksi (oil transfer tank )dan selanjutnya
dipompakan ketangki timbun
39
3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit
Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk
oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing,
Metal Processing, Lubricants,
40
Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical
Products dan Food Protective Coatings.
4. Produk Turunan dari Limbah Kelapa Sawit
Dalam produksi pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa
sawit,tentunya melalui berbagai proses industri skala besar. Pada proses
industri pengolahan kelapa sawit tersebut,selain menghasilkan minyak
kelapa sawit nantinya juga akan dihasilkan berbagai limbah buangan, baik
itu yang berupa limbah cair ataupun limbah padat. Dalam
perkembangannya kedua jenis limbah kelapa sawit tersebut dapat
dimanfaatkan menjadi hasil produksi sampingan kelapa sawit yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan.
4.1 Limbah cair kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar alternatif berupa biogas. Hal ini dikarenakan limbah cair
kelapa sawit memiliki kandungan gas methan dan karbon dioksida
yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas. Potensi
produsi dari pemanfaatan limbah cair kelapa sawit menjadi
biogas ini sendiri mencapai 1075 juta meter kubik. Jumlah ini
setara dengan 516.000 ton gas LPG, 559 juta liter solar, 666.5 juta
liter minyak tanah, dan 5052.5 MWh listrik. Selain itu pembuatan
biogas dari limbah minyak kelapa sawit memiliki beberapa
keunggulan, antara lain menghindari pencemaran limbah terhadap
air tanah dan sungai, Transfer Pricing karena penggunaan biogas
berbahan baku limbah minyak kelapa sawit ini akan menekan
pokok produksi minyak kelapa sawit, memperoleh mekanisme
pembangunan yang baik dan bersih, dan dapat di bangun
terintegrasi dengan pabrik minyak kelapa sawit karena berfungsi
sebagai pengolah limbah.
1.1 Limbah padat kelapa sawit terdiri dari tandan kosong kelapa
sawit, serat, cangkang, batang, dan pelepah. Dari berbagai limbah
padat tersebut, hampir semuanya dapat diolah kembali menjadi
hasil produksi yang memiliki nilai ekonomis. Tandan kosong
41
kelapa sawit pada awalnya biasa digunakan sebagai kompos namun
sejalan dengan penelitian yang dilakukan, tandan kosong kelapa
sawit dapat pula dimanfaatkan menjadi bahan bakar generator
listrik. Serat kelapa sawit dapat menjadi bahan selulosa yang dapat
diolah menjadi kertas. Cangkang kelapa sawit dapat diolah
menjadi
42
beberapa produk yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif,
fenol, asap cair, tepung tempurung dan briket arang. Batang kelapa
sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan dan
furnitur,serta dapat menjadi sumber biomassa. Pelepah kelapa
sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki
kandungan nutrisi yang baik.
43
3. Pakan Crusher atau Penyacah pelepah kelapa sawit
ternak hidrolyc mills menjadi lebih halus
Mengaktivasi pakan ternak dengan
Fermentor mikroorganisme setelah ditambah
molase
44
4. Buah Dodos / egrek Memotong /memanen buah kelapa
kelapa sawit dari pohon
sawit Kereta sorong Mengangkut buah kelapa sawit dari
kebun ketempat penimbangan
45
BAB 3
KESIM
PULAN
46
DAFTAR PUSTAKA
47
https://www.academia.edu/10031430/
INDUSTRI_MINYAK_KELAPA_S
AWIT [Diakses 20 Desember 2017]
https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C
%93&q=pengola
han+limbah+kelapa+sawit [Diakses 20 Desember 2017]
https://www.academia.edu/9192802/PENGOLAHAN_LIMBAH_
CAIR_
DI_PABRIK_KELAPA_SAWIT [Diakses 20 Desember 2017]
48
https://www.academia.edu/19528766/
INDUSTRI_KELAPA_SAWIT_LI
MBAH_CAIR_DAN_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN [Diakses 20
Desember 2017]
49