Ekstraksi merupakan proses untuk mendapatkan minyak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Minyak atau lemak yang diekstraksi dari
tumbuh-tumbuhan disebut sebagai minyak nabati, seperti yang berasal dari biji-
bijian, contohnya buah sawit, kacang atnah dan biji karet. Screw press merupakan
metode yang cocok digunakan untuk mengekstrak biji-bijian. Metode yang
dilakukan dalam percobaan ini yaitu alat screw press yang dirangkai terlebih
dahulu dan bahan yang telah dikecilkan dan ditimbang dimasukkan ke tempat
pengumpanan, lalu alat dioperasikan dengan handle diputar searah jarum jam
hingga diperoleh minyak, kemudian minyak ditimbang, disaring dan ditimbang
kembali, terakhir dilakukan perhitungan yield. Yield yang diperoleh berbeda pada
setiap bahannya, yield tertinggi, yaitu pada bahan buah sawit dengan perlakuan
dipanaskan dan duplo mencapai 31,96 % sebelum disaring dan 16,64% setelah
disaring.
Kata kunci :
BAB I
PENDAHULUAN
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : Havea Brasiliensis
Karet merupakan kormofita berbiji yakni tumbuhan yang menggunakan biji
sebagai pembiakan generatif. Biji karet tertutup, tidak dapat dilihat dari luar, biji
karet tersebut terbungkus oleh buah karet. Tiap buah karet terdapat tiga biji karet.
Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan berwarna kecoklatan diselingi
putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna putih dan berbelah dua (Yusuf and
Sulaiman, 1982).
Buah karet berbentuk kotak tiga atau empat. Setelah berumur enam bulan
buah akan masak dan pecah sehingga biji karet terlepas dari batoknya. Biji karet
mempunyai bentuk ellipsoidal, dengan panjang 2,5-3 cm, yang mempunyai berat
2-4 gram/biji. Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet. Biji
karet terdiri dari ± 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana
variasi proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Biji karet
yang segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan air yang rendah.
Akan tetapi biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air
yang tinggi sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji
segar terdiri dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet
yang telah dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak
dan 35,1% bahan kering. Biji karet mengandung 40% sampai 50% minyak yang
terdiri dari 17% sampai dengan 22% asam lemak jenuh dan 77% sampai dengan
82% asam lemak tak jenuh (Swern, 1964). Komposisi asam lemak dalam minyak
biji karet dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Biji Karet
Komposisi Persentase (%-berat)
Asam palmitat 13,11
Asam stearat 12,66
Asam arachidat 0,54
Asam oleat 39,45
Asam linoleat 33,12
Asam lemak lainnya 1,12
Sumber : Setyawardhani, et al., (2010)
2.2 Ekstraksi
Menurut Ketaren (2008), ekstraksi merupakan suatu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry
rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.
2.2.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan-
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang relatif
tinggi dengan menggunakan proses pemanasan. Cara ini sering dipakai untuk
mengekstrak lemak atau minyak hewan yang dilakukan dengan pemanasan
jaringan. Penggunaan panas dalam proses ini merupakan suatu hal yang spesifik,
yaitu bertujuan untuk menggumpalkan protein yang terdapat pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Metode rendering dibedakan
menjadi dua yaitu wet rendering dan dry rendering (Winarno, 1980).
a. Wet rendering
Proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya
proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan
uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi
ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk kemudian air
ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 18-50°C
sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas dan kemudian
dipisahkan (Ketaren, 2008).
Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang
begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan
temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air, dipergunakan untuk
menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang
digunakan adalah autoclave atau digester. Dalam metode ini air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40
sampai 60 pound selama 4-6 jam. Pada proses ini suhu yang digunakan harus
diatas titik didih air. Karena pemanasan bahan, minyak atau lemak akan terpisah
atau mengapung pada permukaan air. Dengan demikian minyak atau lemak dapat
dipisahkan (Ketaren, 2008).
b. Dry Rendering
Dry rendering merupakan proses ekstraksi cara pemanasan tanpa adanya
penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel
yang terbuka dan dilengkapi steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan dalam ketel tanpa
penambahan air. Bahan tersebut dipanaskan sambil diaduk . Pemanasan dilakukan
dengan suhu 2200- 2300 oF. Ampas dari bahan yang telah diambil minyaknya
akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan
dari ampas dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Ketaren,
2008).
Edison, et al. 1982. Hawley’s Condinsed Chemical Dictionary. 8th edition. New
York : Van Nostraond.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I., dan Hartono, R. 2004. Kelapa
Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hadi, M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Heruhadi. B. 2008. Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan Jarak Pagar
(Pure Jatropha Oil) Kapasitas 6 Ton Biji/Hari. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol 10(3). 189-196.
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Maesen, L. J. G. van der and S. Somaatmadja. 1993. Prosea Sumber Daya Nabati
Asia Tenggara I, Kacang Tanah. Penerjemah: S.Danimihardja. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mangoensoekarjo, S., and Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurhayati. 2014. Teknologi Pemrosesan Biodiesel. Bandung : PPPPTK BMTI
Kemendikbud
PT. Agro Media Pustaka, Jakarta
Savoire, R., Lanoiselle J., Vorobiev E. 2013. Mechanical Continous Oil
Expression from Oilseeds : A Review. Food Bioprocess Technology 6. 1-
16
Sawitri, I.., Ainun R., Sulastri P. 2014. Uji Alat Pengepres Minyak (Oil Press)
pada Beberapa Komoditi. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 2(24).
102-109
Setiawan, D.H. and Angsono, A., 2005, “ Petunjuk Lengkap Budidaya Karet “,
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta : Penerbit Kasinus
Setyawardani, Ardianan D., Distantina S. 2010. Pembuatan Biodiesel dari Asam
Lemak Jenuh Minyak Biji Karet. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Soehardiyono, L. 1998. Tanaman Kelapa Sawit. Jakarta : Kanisius
Sujadi, Hasrul A.H., Meta R., Abdul R. P. 2016. Kadar dan Komposisi Minyak
Pada Bagian –Bagian Buah Kelapa Sawit dari Delapan Varietas PPKS.
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 24(2). 67-76
Swern.D. 1994. Industrial Oil and Fat Production . Interscience Publ. NewYork.
Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Departemen Teknik
Kimia USU.
Winarno, F. G. 1992.Kimia Gizi dan Pangan. Gramedia Putaka Utama Jakarta.
Yusuf and Sulaiman, Y., 1982, Penyulingan Lembaran Karet Menjadi Bahan
Bakar Minyak Karet (BBMK) “, CV Genep Jaya Baru, Jakarta
Zulchi, T. and Husni P. 2017. Keragaman Morfologi dan Kandungan Protein
Kacang Tanah. Plasma Nutfah 23(9) : 91-100