Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Riau merupakan salah satu sentral produksi sawit di Indonesia.
Salah satu perusahaan yang mengelola kelapa sawit di daerah ini adalah PTPN V.
PT. Perkebunan Nusantara V merupakan BUMN yang difokuskan dalam usaha
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta perkebunan karet di Riau. PT.
Perkebunan Nusantara V merupakan penggabungan tiga PTP yaitu PTP II, IV,
dan V. PTPN V didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1996,
tanggal 11 Maret 1996, dan berkantor pusat di Pekanbaru. Pada tahun 2006,
PT.Perkebunan Nusantara V telah memiliki 12 pabrik kelapa sawit (PKS). PKS
yang ada di bawah PTPN V adalah Sei. Pagar, Sei. Galuh, Sei. garo, Tandan
Putih, Lubuk dalam, Sei. Buatan, Tanjung Medan, Sei. Rokan, Sei. Tapung,
Tarantam, Tandun, dan Sei. Intan.
PKS Sei Galuh berlokasi di Kabupaten Kampar, Kecamatan Tapung, Desa
Pantai Cermin, Propinsi Riau di bangun pada tahun 1990, dengan kapasitas 45
TBS/jam yang mengolah buah sawit dari kebun seluas 2.658 Ha. Lokasi PKS Sei
Galuh berjarak 22 Km dari Pekanbaru. Tandan Buah Segar (TBS) sebagai bahan
baku PKS Sei Galuh berasal dari Kebun inti, plasma dan dari pihak ketiga. Produk
dihasilkan oleh PKS Sei Galuh adalah Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
(Kernel).
Kelapa sawit merupakan tanaman pekebunan yang mengalami
pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan tanaman
perkebunan lainnya di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian
(2012), produksi kelapa sawit Indonesia sebesar 17,54 juta ton pada tahun 2008
menjadi 23,52 juta ton pada tahun 2012, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7
% per tahun pada periode 2008-2012.
2

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut :
1. Memahami proses yang terjadi selama pengolahan kelapa sawit dan
prinsip kerja alat yang digunakan.
2. Memahami penerapan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah secara
langsung di lapangan.
3. Menjalin hubungan baik antara Fakultas Teknik UNRI dengan PT.
Perkebunan Nusantara V.
4. Memenuhi persyaratan kurikulum Teknik Kimia yang harus ditempuh oleh
setiap mahasiswa.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja praktek ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh, PTP
Nusantara V. Kerja praktek ini berlangsung dari tanggal 1 Maret 2017 sampai 31
Maret 2017.

1.4 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan pada kerja praktek ini yaitu :
1. Cara langsung
Pengamatan dilakukan langsung di lapangan serta diskusi dengan
pembimbing kerja praktek ataupun pihak-pihak lain yang berpengalaman
di lapangan.

2. Cara tidak langsung


Mencari informasi dari literatur yang berhubungan dan mengumpulkan
data-data yang aktual.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (elaeis guineensis) merupakan tumbuhan yang
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi CPO dan inti sawit. Kelapa
sawit termasuk tanaman tahunan golongan palmae yang tumbuh didaerah tropis
(Naibaho, 1998). Tanaman ini berkembang biak dengan biji, tumbuh pada
ketinggian 0- 500 m di atas permukaan laut dan daerah yang memiliki
kelembaban yang tinggi dengan curah hujan yang tinggi yaitu sekitar 2000- 2500
mm setahun (Baharan, 2005).
Kelapa sawit mulai berbuah pada umur 3- 4 tahun dan buahnya menjadi
masak 5- 6 bulan setelah penyerbukan. Masaknya buah kelapa sawit dapat dilihat
dari perubahan warna kulit buahnya, dari warna hijau menjadi merah jingga. Pada
saat buah berwarna merah jingga buah disebut telah matang dan kandungan
minyaknya telah maksimal. Jika buah terlalu matang maka buah akan terlepas dari
tandannya dan hal ini dikenal dengan istilah membrondol.
Secara anatomi, bagian-bagian buah kelapa sawit dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut :
1. Perikarpium, terdiri dari:
a. Epikarpium, yaitu kulit buah yang keras dan licin
b. Mesokarpium, yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung
minyak dengan rendemen paling tinggi
2. Biji, mempunyai bagian:
a. Endokarpium (kulit biji/cangkang), berwarna hitam dan keras
b. Endosperma (kernel/daging biji), berwarna putih dan dari bagian ini akan
dihasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi.
4

Bagian-bagian buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Endokarpium/Cangkang Mesokarpium

Epikarpium Endosperma/Kernell

Gambar 2.1. Bagian-bagian buah kelapa sawit

Berdasarkan perbedaan penampang irisan buah kelapa sawit dibedakan


atas 3 jenis :

1. Dura
- Tempurung tebal (2-8 mm)
- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung.
- Daging buah relative tipis, yaitu 35-50 % terhadap buah
- Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah
- Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina

2. Pisifera
- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada
- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura
- Daging biji sangat tipis
- Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis lain dan dipakai sebagai
pohon induk jantan

3. Tenera
- Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera
- Tempurung tipis (0,5- 4 mm)
5

- Terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung


- Daging buah sangat tebal (60- 96 % dari buah)
- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relative lebih kecil
Karakteristik buah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik Tipe Buah Kelapa Sawit


Karakteristik
Tipe Cangkang, mm Mesokarp/ buah,% Inti/buah,%
Dura (D) 2-5 20-65 4-20

Tenera (T) 1-2.5 60-90 3-15


Psifera (P) Tidak ada 92-97 3-8
Sumber: Darnoko,dkk (2003)

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietes


kelapa sawit yang banyak digunakanpara petani dan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia diantaranya Dura, Psifera, Tenera ( Fauzi Y, 2008). Tanaman kelapa
sawit mulai produktif pada umur 24- 30 bulan. Buah pertama yang dihasilkan
masih dinyatakan dengan buah pasir dalam artian belum dapat diolah karena
mengandung minyak yang rendah.

Dalam satu tanaman kelapa sawit dijumpai bunga betina dan bunga jantan,
sehingga terjadinya penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar ( Darnoko,2003).
Sifat tanaman dan pengaruh lingkungan seperti penyinaran matahari, pemupukan
dan perlakuan lainnya merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah bunga betina
dan jantan. Umumnya buah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung
setelah terjadinya penyerbukan.
Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari
setelah penyerbukan dan berhenti setelah 180 hari. Minyak yang pada awalnya
terbentuk adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh.
Sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh baru terbentuk
setelah buah mendekati pematangan buah. Jika pembentukan minyak tidak terjadi
lagi dalam buah, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam
6

lemak bebas dan gliserol. Minyak akan berakhir pembentukannya jika dalam buah
telah memberondol secara normal (Naibaho, 1998).
2.2. Komposisi Minyak Sawit
Bagian terbesar dari minyak sawit adalah trigliserida, dengan komposisi
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Selain itu minyak sawit juga
mengandung asam lemak bebas. Hasil ekstraksi TBS terdiri dari campuran
trigliserida dan komponen minor. Komponen minor ini memiliki jumlah yang
relatif kecil tetapi memegang peranan dalam menentukan mutu minyak sawit
(Ketaren, 1986).
2.2.1. Komponen Gliserida
Gliserida merupakan campuran dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak
akan terikat pada gliserol, jika jumlah asam lemak yang terikat satu disebut
monogliserida, jika asam lemak yang terikat dua disebut digliserida sedangkan
jika asam lemak yang terikat tiga disebut trigliserida.
A. Monogliserida dan Digliserida
Komponen gliserida yang terkandung dalam minyak sawit adalah
monogliserida dan digliserida dan Trigliserida. Trigliserida merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Komposisi penyusun trigliserida terdiri
dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Trigliserida dapat berwujud
padat atau cair pada suhu kamar, hal ini dipengaruhi oleh asam lemak
penyusunnya. Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang disebabkan
komposisi asam lemak yang bervariasi sehingga titik lelehnya juga bervariasi
(Ketaren, 1986). Struktur monogliserida, digliserida dan trigliserida dapat dilihat
pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 struktur molekul monogliserida, digliserida dan trigliserida


7

Komposisi asam lemak penyusun minyak sawit dapat dilihat pada Tabel
2.2 berikut:

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit


Klasifikasi Rumus CPO (Crude Palm PKO (Palm Kernel
Asam Lemak Molekul Oil) (%) Oil) (%)
Asam Kaproat C5H11COOH - 3-7
Asam Kaprilat C7H15COOH - 3-4
Asam Laurat C11H23COOH - 46-52
Asam Miristat C13H27COOH 1,1-2,5 14-17
Asam Palmitat C15H31COOH 40-46 6,5-9
Asam Stearat C17H35COOH 3,6-4,7 1-2,5
Asam Oleat C17H33COOH 39-45 15-19
Asam Linoleat C17H31COOH 7-11 1,5-2
Sumber: Ketaren (1986)

Asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari :


1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh adalah asam yang berikatan tunggal yaitu semua atom
karbonnya tidak mempunyai ikatan rangkap dan sedikitnya berikatan dengan dua
atom hidrogen. Dengan adanya asam lemak jenuh ini akan menyebabkan minyak
berbentuk padat pada suhu kamar, semakin panjang rantai karbonnya maka titik
leleh semakin tinggi. Contoh asam lemak jenuh pada minyak sawit seperti asam
kaproat, kaprilat, laurat, miristat, palmitat, stearat. Asam lemak jenuh dapat
digambarkan sebagai berikut:

H H H

R C C C OOH

H H H
Gambar 2.3 Asam lemak jenuh
8

2. Asam lemak tidak jenuh


Asam lemak tidak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap baik dua maupun tiga ikatan. Derajat ketidakjenuhan tergantung jumlah
ikatan rangkapnya dan senyawa ini mempengaruhi bentuk fisiknya. Dengan
kandungan asam lemak tidak jenuh pada minyak sawit akan menyebabkan minyak
sawit berbentuk cair pada suhu kamar dengan titik cair yang lebih rendah,
semakin banyak ikatan rangkap maka makin besar ketidakjenuhannya dan makin
rendah titik leleh asam tersebut. Asam lemak tidak jenuh pada minyak sawit
terdiri dari asam oleat dan asam linolenat.

Gambar 2.4 Asam lemak tidak jenuh

Tingkat jenuh atau tidak suatu asam lemak ditentukan oleh bilangan
iodine. Bilangan iodine adalah angka yang menunjukkan jumlah asam lemak tak
jenuh dalam minyak atau lemak. Semakin tinggi bilangan iodine menunjukkan
asam lemak tak jenuh semakin banyak.

2.2.2. Komponen Minor


Beberapa komponen minor yang terkandung dalam minyak sawit adalah
sebagai berikut:
A. Sterol dan Alkohol
Sterol adalah alkohol siklik sederhana yang jumlahnya sedikit dalam
minyak sawit sedangkan alkohol merupakan senyawa karbon yang mudah
menguap.
9

B. Trace Logam
Logam yang terdapat dalam minyak sawit adalah Cu dan Fe, terdapat
dalam jumlah sedikit dan dapat mempercepat proses oksidasi sehingga perlu
dihilangkan dengan absorbsi.
C. Karoten
Senyawa yang menimbulkan warna merah pada minyak sawit (CPO)
adalah karoten. Fraksi karoten yang paling banyak terdapat pada minyak sawit
adalah -karoten, dimana pada proses absorbsi senyawa ini dapat dihilangkan
dengan bantuan pemucat bleaching earth (tanah pemucat).
D. Tokoferol
Tokoferol atau vitamin E dalam minyak dikenal sebagai antioksidan alami
sehingga senyawa ini dijaga tetap ada dalam minyak.

2.3. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Sawit


2.3.1. Sifat Fisika Minyak Sawit
A. Titik Leleh (Melting Point)
Titik leleh adalah suatu keadaan dimana suatu asam lemak meleleh dan
menjadi cairan berwarna bening. Titik leleh asam lemak akan bertambah besar
dengan bertambah panjangnya rantai karbon.
B. Titik Didih (Boiling Point)
Titik didih minyak akan meningkat dengan bertambah panjangnya rantai
karbon asam lemak.
C. Viskositas
Viskositas minyak akan naik dengan naiknya berat molekul dan turun
dengan peningkatan ketidak jenuhan serta kenaikan temperatur.
D. Kelarutan
Sifat kelarutan dari minyak sawit digunakan sebagai dasar untuk
mengekstraksi minyak dari bahan yang mengandung minyak. Umumnya minyak
sawit larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Asam- asam lemak
tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organik dibandingkan dengan asam-
asam lemak jenuh.
10

2.3.2. Sifat Kimia Minyak Sawit


Sifat kimia yang mempengaruhi mutu CPO adalah sebagai berikut:
A. Hidrolisa
Hidrolisa merupakan suatu reaksi kimia yang kecepatan reaksinya
dipengaruhi oleh kadar air dalam minyak. Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan
dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas dalam minyak
menimbulkan bau tengik sehingga berpengaruh terhadap kualitas minyak tersebut.
Reaksi hidrolisa minyak sawit adalah sebagai berikut:
H2C O CO2R1 H2C OH

HC O CO2R2 + 3 HOH 3 RCOOH + HC OH

H2C O CO2R3 H2C OH


Trigliserida Air Asam Lemak Bebas Gliserol

Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisis Trigliserida Untuk Membentuk ALB

B. Oksidasi
Kecepatan reaksi oksidasi dipengaruhi oleh aerasi, metal, peroksida lain
dan suhu. Proses oksidasi akan terjadi bila minyak atau lemak dikontakkan
dengan oksigen. Terjadinya reaksi ini dapat menyebabkan minyak menjadi tengik.

Gambar 2.6 Reaksi Oksidasi Minyak Sawit


11

C. Safonifikasi
Minyak sawit dapat bereaksi dengan larutan basa seperti NaOH dan KOH
menghasilkan sabun dan gliserol. Reaksi safonifikasi minyak sawit adalah sebagai
berikut:
H2C O CO2R H2C OH

HC O CO2R + 3 KOH 3 RCOOK + HC OH

H2C O CO2R H2C OH


Trigliserida Basa Sabun Gliserol
Gambar 2.7 Reaksi Safonikasi Minyak Sawit

2.4. Kualitas Minyak Sawit


Minyak sawit dan minyak inti sawit harus memiliki standar mutu, hal ini
diperlukan agar dapat mengetahui seberapa jauh mutu dari minyak sawit yang
dikelola. Selain itu dengan adanya standar mutu akan lebih mudah menentukan
harga dan nilai komoditasnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi standar mutu/kualitas minyak sawit:
1. Kadar Air
Kadar air pada minyak sawit tergantung pada efektifitas pengolahan
minyak tersebut dan juga tingkat kematangan buah yang dipanen. Buah yang
terlalu matang mengandung jumlah air yang tinggi. Kadar air berperan dalam
proses oksidasi maupun hidrolisis minyak yang akirnya dapat menyebabkan
ketengikan. Semakin tinggi kadar air, minyak akan semakin cepat mengalami
tengik.
2. Asam Lemak Bebas (ALB)
Kualitas minyak sawit ditentukan oleh kandungan asam lemak bebas yang
ada. Asam lemak bebas dengan konsentrasi tinggi pada minyak sawit akan
mengakibatkan rendemen turun, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi hidrolisa
pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa adalah gliserol dan asam lemak bebas.
Beberapa Faktor yang menyebabkan meningkatnya ALB sebagai berikut :
- Pemanasan buah kelapa sawit yang terlalu lama
- Terjadinya proses hidrolisa yang tinggi selama pengolahan
12

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah serta


penumpukan buah yang terlalu lama.
3. Warna
Warna minyak ditentukan oleh kandungan karoten yang larut dalam
minyak. Karoten akan menyebabkan warna merah dan kuning pada minyak sawit.
Oleh karena itu pada minyak sawit akan dilakukan pemucatan jika digunakan
sebagai bahan baku untuk produk pangan.
4. DOBI (Deterioration of Bleachability Index)
DOBI merupakan angka indeks hasil bagi absorben 446 nm dengan 269
nm yang merupakan angka petunjuk kerusakan minyak atau lemak yang juga
menggambarkan daya pemucatan minyak atau lemak.

2.5. Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit dan Limbah


2.5.1. Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit
A. Minyak Sawit untuk Industri Pangan
Minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
minyak goreng, krimer, es krim dan lain sebagainya. Penggunaan minyak sawit
sebagai minyak goreng cukup menguntungkan, karena minyak sawit mempunyai
kandungan asam linoleat dan linolenat yang rendah sehingga tidak mudah
teroksidasi. Selain itu minyak sawit mengandung kolesterol yang rendah (
Penebar Swadaya, 1996).
B. Minyak Sawit untuk Industri Non-Pangan
Minyak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi dan
bahan baku oleokimia seperti asam lemak, metil ester, lemak alkohol, lemak
amina, gliserin dan sabun.
2.5.2. Pemanfaatan Limbah
A. Sebagai Makanan Ternak
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk bahan makanan ternak
adalah bungkil inti sawit. Bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
campuran pakan ternak karena didalamnya masih mengandung zat- zat makanan
yang masih berguna.
13

B. Sebagai Bahan Bakar dan Industri


a. Cangkang (tempurung), dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Baik
secara langsung (bahan bakar boiler) atau diolah lebih lanjut menjadi
karbon aktif maupun asap cair.
b. Serat (fibre), sebagai bahan bakar.
c. Tandan kosong, dimanfaatkan sebagai pupuk.
d. Limbah cair dimanfaatkan sebagai pupuk, biogas dan biodiesel.
14

BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1. Deskripsi Proses
Perlakuan terhadap tandan buah segar (TBS), mulai di lapangan,
transportasi dan proses pengolahan di pabrik sangat menentukan kualitas minyak
yang dihasilkan. Target yang harus dicapai pada proses pengolahan adalah
mengolah bahan baku TBS dengan kriteria matang panen yang baik, sehingga
memperoleh hasil produksi CPO dan inti sawit yang memenuhi persyaratan mutu
sesuai keinginan pasar dengan harga jual yang tinggi dan biaya pengolahan
seminimal mungkin serta mengendalikan limbah sebagai produk samping.
Pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel melalui beberapa stasiun
pengolahan (Aliran proses pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel terdapat
pada lampiran A), meliputi:
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
2. Stasiun Penimbunan Sementara (Loading Ramp)
3. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
4. Stasiun Penebahan (Threshing Station)
5. Stasiun Pengempaan (Press Station)
6. Stasiun Pemurnian (Clarification Station)
7. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)
8. Stasiun Penyimpanan (Storage Station)
9. Stasiun Perlakuan Air (Water Treatment)
10. Stasiun Pembangkit Listrik (Power Plant)
15

Blok diagram pengolahan tandan buah segar menjadi kernel dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
TBS

Weight Bridge

LoadingRamp

Lori

Sterilizer

Tankos
Thresser Incenerator

Digester

Screw Press

Oil Nut + Fiber

Sand Trap Tank Cake Breaker Conveyor

Vibro Double Deck Depericarper

Crude Oil Tank


Polishing Drum Fiber Cyclone

CST
Nut Hopper Fiber Cyclone
Oil Sludge
Conveyor

Oil Tank Sludge Tank Ripple Mill


Boiler

Oil Purifier Vibro Single Deck LTDS I

Float Tank Sand Cyclone LTDS II Shell Hopper

Vacuum Drier Buffer Tank Hydrocyclone

Storage Tank Sludge Separator Kernel Silo

Kernel Storage
Sludge Drain Tank
(Reclaimed Oil Tank)

Bak Penampungan
Kotoran

Fat Fit

Unit Pengolahan
Limbah

Gambar 3.1 Diagram Blok Pengolahan TBS Menjadi CPO dan Kernel
16

3.1.1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)


Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS dari
kebun. Pada stasiun ini dapat diketahui jumlah produksi TBS setiap harinya. Mutu
TBS harus benar-benar diperhatikan sebelum TBS diolah pada tahapan berikutnya
untuk menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas yang diinginkan.
Sumber buah sawit Sei Galuh saat ini berasal dari:
1. Kebun inti (Afdeling inti).
2. Kebun plasma (Afdeling plasma) Sei Galuh.
Stasiun penerimaan buah meliputi :
A. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Weight bridge (jembatan timbang) berfungsi untuk menimbang berapa
banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik. Setiap truk yang membawa TBS
terlebih dahulu harus ditimbang pada jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong
yang keluar dari lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah TBS
yang masuk ke pabrik dapat diketahui beratnya. Selain itu, jembatan timbang juga
berfungsi untuk menimbang minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit, dan cangkang
yang dipasarkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Jembatan Timbang


B. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk mengontrol mutu TBS yang akan diolah dan
mengetahui sejauh mana kualitas buah dari TBS yang dihasilkan oleh pihak
kebun. Adapun kriteria sortasi adalah sebagai berikut:
17

Tabel 3.1. Spesifikasi Sortasi TBS di PTPN V Sei Galuh


Fraksi Buah Luar Warna Derajat Komposisi
Membrondol (%) Buah Kematangan (%)
00 0 Hitam Sangat Mentah 0
0 1-12,5 Merah Jingga Mentah 0
1 12,5-25 Merah Hati Kurang Matang 15
2 25-50 Merah Hati Matang
70
3 50-75 Merah Hati Matang
4 75-100 Merah Hati Sangat Matang 10
5 Buah Dalam Telah Merah Hati Lewat Matang 5
Mambrondol
6 Semua Lapisan Merah Hati Mulai Busuk
Dalam 0
Membrondol
Sumber: SPED No.01 SPED/05.D1/05.01/IX/2001

3.1.2. Stasiun Penimbunan Sementara (Loading Ramp)


Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum
TBS masuk ke tangki perebusan. Loading ramp dilengkapi dengan peron sebagai
tempat pemindahan TBS ke dalam lori rebusan, dapat dilihat pada Gambar 3.3.
TBS yang datang sebaiknya langsung diolah agar kualitas minyak yang dihasilkan
terjaga.
Lori merupakan wadah untuk meletakkan TBS yang akan direbus di tangki
sterilizer. Lori diisi penuh dengan kapasitas 2,5 ton sebanyak 10 lori dalam satu
sterilizer.. Lori berbentuk tabung horizontal dengan bagian atas terbuka yang
berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air
kondensat yang terdapat diantara buah. Pengisian lori yang berlebihan akan
mengakibatkan jatuhnya buah dalam sterilizer. Jika pengisian lori tidak penuh
akan menurunkan kapasitas olah pabrik.
18

Gambar 3.3 Stasiun Loading Ramp

3.1.3. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

TBS yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam lori, dengan


bantuan capstand ditarik dan dimasukkan kedalam sterilizer. Sterilizer merupakan
bejana uap dengan perebusan TBS pada suhu 130-135 dan bertekanan antara
2,8 sampai 3,0 kg/cm2 selama 90-100 menit yang dilengkapi dengan pipa uap
masuk (inlet pipe), pipa uap keluar (exhaust pipe), pipa kondensat, plat pembagi
uap (weir plate), dan safety valve. PKS Sei Galuh memiliki 4 (empat) unit
sterilizer. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari back pressure
vessel (BPV) ke inletpipe. Sistem perebusan yang dilakukan adalah sistem
perebusan tiga puncak (SPTP). Hal ini dilakukan agar buah sawit yang berada
pada tandan bagian dalam dapat terpipil dengan sempurna.
A. Proses Sterilisasi meliputi :
1. Lori yang berisi TBS dimasukkan ke dalam bejana rebusan dan pintu
ditutup rapat. Satu unit sterilizer dapat memuat 10 (sepuluh) lori.
2. Steam dimasukan melalui inlet pipe.
3. Perebusan menggunakan sistem 3 puncak (triple peak) selama 95 menit
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Steam dimasukkan dengan tekanan 1,5 kg/cm2, lalu steam dibuang habis
sampai mencapai tekanan nol.
b. Steam dimasukkan kembali sampai mencapai 2 kg/cm2. Steam dibuang
kembali melalui pipa kondensat /blow up sampai nol .
c. Steam dimasukkan kembali sampai tekanan mencapai 2,8-3 kg/cm2 dan
ditahan selama 40-45 menit. Setelah masak inlet pipe ditutup dan buang
air melalui pipa kondensat.
19

B. Tujuan dari sterilisasi buah sawit adalah :


1. Inaktivasi enzim
Di dalam buah yang telah dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang
dapat mempengaruhi kenaikan asam lemak bebas. Enzim-enzim tersebut tetap
bekerja pada buah sebelum dinonaktifkan aktifitasnya, yaitu dengan pemanasan
pada temperatur 55 oC karena pada temperatur ini enzim tersebut tidak aktif.
2. Menurunkan kadar air
Pemanasan buah dapat menurunkan kadar air buah dan inti dengan cara
penguapan pada saat perebusan. Penurunan kadar air pada buah menyebabkan
penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada mesocarp yang
akan memudahkan proses pengempaan. Air yang terkandung pada inti akan
menguap sehingga kernel akan susut dan proses pemisahan buah akan mudah.
3. Melepaskan serat dari biji
Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan serat
mesocarp dan biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis.
4. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air hingga 12%, sehingga
akan menyebabkan inti susut, sedang tempurung tetap, maka terjadilah inti yang
lepas dari cangkang.
5. Melunakkan daging buah
Perebusan akan menyebabkan daging buah melunak sehingga akan
mempermudah dalam proses di digester.
6. Melepaskan buah dari tandan
Dengan adanya pemanasan maka buah akan terlepas dari tandan. Tetapi
tidak semua buah terlepas sehingga harus dilanjutkan dengan proses penebahan
(threshing).
20

Gambar 3.4 Stasiun Perebusan

Pada Gambar 3.4 unit sterilizer yang digunakan berupa sterilizer horizontal
dengan keuntungan sebagai berikut :
1. Kapasitas rebusan untuk 1 sterilizer adalah 10 lori dengan total berat 2,5 ton
2. Pengoperasian alat mudah dan praktis.
3. Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding sterilizer.
4. Pengisian uap masuk dan pembuangan kondensat lebih mudah dilakukan,
karena letak atau susunan pipa dan kran relatif lebih sederhana.

3.1.4. Stasiun Penebahan (Threshing Station)


Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan
brondolan buah dari tandan. Adapun peralatan yang digunakan pada Stasiun
Penebah, yaitu:
A. Hoisting Crane
Sebelum lori diangkat, lori berisi buah masak ditarik dari sterilizer dan
ditempatkan di bawah jalur hoisting crane menggunakan capstand. Housting
crane adalah alat yang digunakan untuk memindahkan lori berisi buah masak dari
lantai bawah ke hopper dengan mengangkat lori dan menuangkan ke dalam
hopper, kemudian lori diturunkan ke posisi semula.
B. Auto Feeder
Untuk menuangkan buah masak ke dalam stripper drum secara perlahan-
lahan yang dapat diatur secara otomatis digunakan auto feeder.
C. Thresher
Thresher pada PKS Sei Galuh ada 3 unit. Thresher bisa menampung 2,5- 3
ton/jam tandan buah rebus (TBR). Thresher merupakan alat yang digunakan untuk
21

memisahkan brondolan buah dari tandannya. Thresher bekerja dengan cara


berputar-putar dengan putaran 23- 24 rpm yang menyebabkan tandan buah rebus
(TBR) terbanting pada dinding thresher. Gambar thresher dapat dilihat pada
gambar 3.6. Buah yang telah lepas jatuh ke fruit under thresher conveyor dan
diangkut dengan fruit elevator untuk selanjutnya diolah di digester. Sedangkan
tandan kosongnya diangkut dengan empty bunch conveyor yang dikirim ke tempat
penumpukan tandan kosong untuk digunakan sebagai pupuk kompos.

Gambar 3.5 Thresher

D. Conveyor
Buah yang telah membrondol jatuh diantara batangan-batangan ke
conveyor under thressing, kemudian brondolan dikirim ke digester menggunakan
fruit elevator dan distributing conveyor. Untuk brondolan yang tidak tertampung
di digester, brondolan dikirim kembali ke fruit elevator menggunakan recycling
conveyor yang berbentuk ulir. Sedangkan tandan kosong yang keluar/jatuh dari
stripper drum terdiri dari dua arah yaitu ada 50% dikirim ke incenerator untuk
proses pembakaran melalui inclined empty bunch conveyor dan dikirim ke
afdelling yang digunakan sebagai pupuk dan yang 50% tandan kosong sawit
langsung digunakan untuk pupuk.

3.1.5. Stasiun Pengempaan (Pressing Station)

Berondolan yang terpisah dari tandan selanjutnya akan diproses pada


stasiun pengempaan (pressing station). Tujuan utama proses pengempaan adalah
untuk mengeluarkan minyak dari buah. Alat utama yang digunakan pada stasiun
ini meliputi:
22

A. Digester
Digester merupakan alat berbentuk bejana vertikal yang dilengkapi dengan
pisau-pisau pengaduk yang berputar untuk melumatkan buah sehingga terpisah
dari biji. Di dalam digester buah akan dirajang dan diaduk sehingga lumat,
bertujuan untuk mempermudah proses pengempaan dalam screw press. Untuk
mempermudah pelumatan, diinjeksikan steam agar suhu berkisar 90-95oC dan
o
tidak boleh > 100 C untuk menghindari terjadinya emulsi yang dapat
menyulitkan pemisahan pada klarifikasi.
B. Screw Press
Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari
fibre dan nut (biji). Screw press terdiri dari silinder yang berlubang-lubang dan
didalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang bergerak berlawanan arah.
Tekanan pengempaan diatur oleh dua buah cone yang berada di ujung
pengempaan yang dapat digerakkan maju mundur. Untuk mencegah banyaknya
nut yang pecah, tekanan diset sekitar 38 kg/cm2. Apabila tekanan tidak cukup
akan menyebabkan proses ekstraksi kurang sempurna sehingga losses pada ampas
press tinggi. Untuk membantu proses ekstraksi, ditambahkan air panas dengan
suhu 90-95oC sebanyak 7% (maksimal) dari banyaknya TBS olah.
Minyak kasar (crude oil) hasil pengempaan akan jatuh melalui lubang-
lubang silinder screw dan ditampung ke dalam crude oil pipe. Dan secara gravitasi
minyak dialirkan kedalam sand trap tank (STT), sedangkan ampas dan biji akan
keluar melalui depan press cake dan jatuh di cake breaker conveyor. Screw press
dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut.

Gambar 3.6 Screw Press


23

3.1.6. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)


Stasiun klarifikasi merupakan stasiun terakhir pengolahan minyak. Di
stasiun ini minyak kasar dipisahkan dari zat-zat pengotornya. Proses pemisahan
dilakukan dengan cara pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Beberapa
peralatan utama yang dipergunakan pada unit pemurnian adalah:
A. Sand Trap Tank (STT)
Sand trap tank berfungsi untuk menampung minyak yang keluar dari
digester dan screwpress yang bertujuan untuk mengurangi jumlah pasir dalam
minyak yang akan dialirkan ke ayakan getar. Hal ini dilakukan agar ayakan
terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan.
B. Vibro Double Deck
Vibro double deck adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan NOS
yang berukuran besar, yang tidak dapat mengendap dalam sand trap tank. Vibro
double deck merupakan ayakan dua tingkat dengan ukuran masing-masing 20 dan
30 mesh. Minyak hasil saringan dialirkan ke crude oil tank (COT).
C. Crude Oil Tank (COT)
Crude oil tank merupakan tempat pengendapan partikel-partikel yang
lebih halus dan lolos pada ayakan getar.Dalam crude oil tank ditambahkan steam
untuk mempertahankan suhu pada kisaran 90- 95oC. Perbandingan kadar minyak,
air dan kotoran (NOS) dalam tangki ini 40:40:20, dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.7 Crude Oil Tank


24

D. Vertical Continious Tank (VCT)


Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tank dipompakan ke vertical
continious tank. Tangki ini untuk mengendapkan kotoran yang masih terdapat
dalam minyak. Pada Gambar 3.9, dapat dilihat Vertical Continious Tank, yang
mana proses pengendapan diikuti sentrifusi dan pengadukan. Temperatur tangki
dipertahankan pada 90-95oC.
Proses pemisahan dibantu dengan pengadukan 3-5 rpm untuk
mempermudah naiknya emulsi minyak dalam sludge didasar tangki. Kecepatan
pengadukan tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan turbulensi
sehingga mempersulit proses pemisahan.

Gambar 3.8 Vertical Continious Tank (VCT)

Pada bagian atas dari vertical continious tank terdapat minyak yang jika
overflow melalui skimmer akan mengalir ke oil tank, sedangkan bagian bawahnya
yang merupakan sludge dialirkan menuju sludge separator.
E. Oil Tank
Oil tank adalah tempat penampungan minyak yang berasal dari vertical
continious tank. Pada tangki ini dilakukan pemanasan dengan dialirkan steam
untuk mempertahankan suhu 90-95 oC.
25

Gambar 3.9 Oil Tank

F. Float Thank
Minyak yang dihasilkan dari oil thank masuk ke float tank secara kontinu.
Fungsi tangki ini adalah mengatur jumlah minyak yang dialirkan ke tahap proses
berikutnya yaitu vacuum dryer agar merata dan konstan
G. Vacuum Dryer
Minyak yang keluar dari float tank masih mengandung air, maka perlu
dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standard hingga
0,15%. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan
steam injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak
hingga 600-700 mmHg. Pengisian minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan
dengan bantuan pompa, akan tetapi masuknya minyak didasarkan pada
kevacuuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan
tekanan uap memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan
mutu minyak produksi.
H. Storage Tank
Storage tank adalah tempat penimbunan sementara sebelum dikirim ke
konsumen. Temperatur storage tank dijaga sekitar 45- 55 oC dengan pemanasan
system coil supaya minyak tidak membeku.
I. Vibro Single Deck
Sludge dari vertical continous tank yang masih mengandung 8- 14%
minyak dialirkan ke vibro single deck dengan ukuran saringan 30 mesh. Minyak
hasil saringan dialirkan kebuffer tank, kemudian dipompakan ke sludge separator.
26

J. Buffer Tank
Buffer tank merupakan tempat penampungan sementara minyak dari vibro
single deck sebelum dialirkan ke sludge separator. Pada alat ini diberikan
pemanasan dengan sistem injeksi steam langsung, dengan suhu sekitar 90-95 oC
dan tekanan 3 kg/cm2.
K. Sludge Separator
Sludge separator berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih
terkandung dalam sludge secara sentrifugasi. Sludge separator terdiri dari bowl
disc yang berputar dengan kecepatan sekitar 5000-6000 rpm, maka terpisahlah
minyak dengan lumpur, dimana minyak akan mendekati titik pusat dan keluar
melalui sudut-sudut kemudian dialirkan ke crude oil tank. Selanjutnya minyak
diproses kembali kedalam VCT. Lumpur dan kotoran lainnya yang memiliki berat
jenis yang lebih besar dari minyak terdorong ke dinding bowl dan keluar melalui
nozzle dibuang.
L. Recovery Tank
Alat ini berfungsi untuk menampung sisa-sisa kondensat perebusan. Disini
terjadi pemisahan secara gravitasi. Untuk mempermudah pemisahan diinjeksikan
steam agar suhu tetap 90-95oC kemudian Minyak dikembalikan ke fat fit.

Gambar 3.10 Recovery Tank


M. Fat Pit
Fat Pit berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak terakhir yang
berbentuk tangki bersekat. Campuran dalam fat pit dipanaskan dengan
menggunakan injeksi uap bertekanan 3 kg/cm2. Pengutipan minyak berasal dari
27

fat pit dilakukan berdasarkan system over flow (aliran limpah) yang mengalir pada
suatu tempat kemudian dipompakan kembali ke VCT. Kotoran dialirkan ke bak
kondensat yang kemudian dipompakan ke unit pengolahan limbah.
3.1.7. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Station)
Unit ini bertujuan untuk memisahkan campuran antara cangkang, fiber dan
inti sawit yang keluar dari screw press. Selain itu tujuan stasiun kernel adalah:
1. Tujuan utamanya adalah mengekstrasikan inti (kernel) dari nut.
2. Sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut :
a. Kehilangan/losses yang minimum pada semua tingkatan pemisahan.
b. Kualitas kernel yang dapat diterima di pasar.
c. Kapasitas stasiun yang dapat dicapai.
d. Minimum biaya pengolahan.
e. Pengoperasian yang fleksibel dan perawatan, serta kontrol yang mudah
dilakukan.
f. Kebutuhan daya yang lebih rendah.
g. Pemakaian air dan produksi limbah yang minimal.
h. Kebersihan lingkungan kerja.
Campuran ampas (fibre) dan biji (nut) yang keluar dari screw press
diproses kembali di stasiun kernel. Adapun mesin/alat yang digunakan di stasiun
pengolahan biji adalah:
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Ampas kempa (cake) dari stasiun press akan langsung jatuh ke cake breaker
conveyor yang berfungsi untuk memecahkan gumpalan cake dari pressan agar
mudah dalam pemisahan fibre dan nut. Fibre akan terhisap oleh depericarper
untuk selanjutnya di bawa ke fibre hopper sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan
nut akan jatuh menuju nut polishing drum. PKS Sei Galuh memiliki 2 unit cake
breaker conveyor.
Cake Breaker Conveyor yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh
dapat dilihat pada Gambar 3.12 dibawah ini:
28

Gambar 3.11 Cake Breaker Conveyor


2. Depericarper
Depericarper adalah alat yang terdiri dari separatingcoulum, nut polishing
drum, dan fibre cyclone
a. Separating Coulum
Alat ini berfungsi untuk menghisap fibre dengan nut. Pemisahan dilakukan
dengan hisapan dari fibre cyclone dengan pengaturan dari air lock. Penghisapan
dilakukan dengan prinsip perbedaan berat jenis dimana berat jenis paling ringan
fibre (serabut) akan terhisap ke air lock. Serabut yang terhisap langsung dibawa
menuju fibre cyclone sebagai tempat penampungan fibre sementara sebelum
dibawa oleh conveyor menjadi bahan bakar boiler. Nut dengan berat jenis yang
berat akan jatuh ke bawah dan akan langsung masuk ke polishing drum. Di PKS
Sei Galuh memiliki 2 unit separating coulum. Separating Coulum yang digunakan
di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.13 dibawah ini:
29

Gambar 3.12 Separating Coulum

b. Nut Polishing Drum


Nut polishing drum berfungsi untuk membersihkan nut dari kotoran dan fibre
yang masih terikut. Nut polishing drum berputar 23 rpm. Dalam nut polishing
drum terdapat sudu-sudu yang bersudut 20o yang digunakan untuk membawa nut
berjalan ke ujung dari nut polishing drum. Di ujung nut polishing drum terdapat
lubang-lubang yang berfungsi sebagai tempat masuknya nut yang sudah
dipisahkan dengan kotoran dan fibre. Di PKS Sei Galuh memiliki 2 unit nut
polishing drum. Nut Polishing Drum yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei
Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.14 dibawah ini:

Gambar 3.13 Nut Polishing Drum


30

c. Fibre Cyclone
Fibre cyclone adalah alat berbentuk cyclone sebagai tempat
menghisap/menampung fibre yang terpisah dari biji akibat hisapan blower/fan di
separating coulum. Dilengkapi dengan air lock. Di PKS Sei Galuh memiliki 2
unit fibre cyclone seperti terlihat pada Gambar 3.15 dibawah ini:

Gambar 3.14 Fibre Cyclone


3. Nut Transport
Nut yang telah diproses di polishing drum akan dihisap oleh nut transport
dengan sistem berat jenis sehingga nut akan terhisap masuk ke nut hopper
sementara benda-benda yang lebih berat daripada nut akan jatuh ke bawah. Di
PKS Sei Galuh memiliki 1 unit nut transport seperti terlihat pada Gambar 3.16
dibawah ini:

Gambar 3.15 Nut Transport


31

4. Nut Hopper
Nut hasil polishing drum dibawa melalui nut transport menuju nut hopper
yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dan sebagai tempat
pengaturan nut umpan menuju ke ripple mill agar nut yang terolah sesuai dengan
aturan FIFO. Di PKS Sei Galuh memiliki 1 unit nut hopper seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.17 dibawah ini:

Gambar 3.16 Nut Hopper

5. Ripple Mill
Ripple mill berfungsi untuk memecah nut. Nut dari hopper akan masuk ke
ripplemill dengan cara rotor yang berputar sehingga nut akan terpecah menjadi
cangkang, inti bulat, inti pecah, dan cangkang halus. Pengukuran jarak rotorbar
dalam ripple mill dilakukan berdasarkan bahan baku yang akan diolah dengan
tujuan nut dapat dipecah dengan sempurna (secara keseluruhan) dan akan diputar
oleh rotorbar terhadap ripple plate. PKS Sei Galuh memiliki 2 unit ripple mill.
Ripple Mill yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh ditunjukkan
pada Gambar 3.18 dibawah ini:
32

Gambar 3.17 Ripple Mill

6. Light Tenera Dust Separator I (LTDS I)


LTDS I berfungsi untuk menghisap cangkang halus dan debu yang akan
dibawa ke shell hopper yang selanjutnya untuk bahan bakar boiler.Hisapan LTDS
dihasilkan oleh air lock yang bekerja dengan blower. Di PKS Sei Galuh memiliki
1 unit LTDS I seperti ditunjukkan pada Gambar 3.19 dibawah ini:

Gambar 3.18 Light Tenera Dust Separator I (LTDS I)


7. Light Tenera Dust Separator II (LTDS II)
LTDS II berfungsi untuk memisahkan inti dan cangkang yang tidak terpisah di
LTDS I. Inti utuh jatuh ke bawah dan diteruskan ke kernel silo. Sedangkan inti
kecil, inti pecah dan cangkang masuk melalui corong air lock ke hydrocyclone. Di
PKS Sei Galuh memiliki 1 unit LTDS II. LTDS II yang digunakan pada Pabrik
Kelapa Sawit Sei Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.20 dibawah ini:
33

Gambar 3.19 Light Tenera Dust Separator II (LTDS II)


8. Hydrocyclone
Hydrocyclone adalah alat untuk memisahkan kembali inti yang terikut
cangkang dengan sistem basah yaitu dengan bantuan media air. Inti dan cangkang
dari LTDS I akan masuk ke hydrocyclone melalui corong dari air lock.
Cara kerja alat ini adalah dimana inti dan cangkang masuk melalui rumah
cone yang didalamnya sudah dipompakan air. Air akan dihembuskan dari sisi pipa
dan akan membuat air berputar. Inti dan cangkang akan masuk akibat putaran
tersebut terjadi pemisahan dengan perbedaan berat jenis. Di PKS Sei Galuh
memiliki 1 unit hydrocyclone.

Gambar 3.20 hydrocyclone.


9. Kernel Silo
Kernel dari hydrocyclone dan LTDS masuk ke distribution conveyor yang
membawa/membagi kernel ke kernel silo I, II, III, dan IV. Kapasitas setiap kernel
silo 15 ton/unit. Kernel silo dipanaskan dengan menggunakan uap bertujuan untuk
mempercepat proses pengeringan kernel. Pada kernel silo terdapat heater fan yang
34

berfungsi supaya panas dapat merata di kernel silo. Retentiontime kernel silo
sekitar 5-8 jam. Kernel akan masuk ke kernel silo dan dibawa ke bulk silo
menggunakan wet kernel elevator. Temperatur dalam kernel silo terbagi 3
tingkatan yaitu bagian atas 60OC, tengah 70OC, dan bawah 50OC. PKS Sei Galuh
menggunakan 4 unit kernel silo.

Gambar 3.21 kernel silo


10. Bulk Silo
Bulk silo adalah tempat penampungan inti produksi sebelum dikirim. Inti dari
kernel silo diangkut ke bulk silo menggunakan screw conveyor dan pneumatic
conveyor.Di PKS Sei Galuh memiliki 2 unit bulk silo. Bulk Silo yang digunakan
di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh ditunjukkan pada Gambar 3.23 dibawah ini:

Gambar 3.22 Bulk Silo


35

3.1.8. Stasiun Perlakuan Air ( Water Treatment)


Water treatment station pada pabrik minyak kelapa sawit merupakan
stasiun proses perlakuan air untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat
yang tidak diperlukan yang terdapat dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi
yang diinginkan. Adapun tahapan pengolahan air sebagai berikut :
1. Clarifier Tank
Clarifier tank merupakan tangki yang berbentuk silinder atau kerucut, yang
digunakan sebagai tempat penampungan air yang dipompakan dari waduk.
Clarifier Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang tidak larut
seperti Lumpur. Alat ini bekerja memisahkan partikel berat dengan aliran
berputar. Partikel dengan berat jenis < 1 akan bergerak menuju permukaan air
sedangkan partikel dengan berat jenis > 1 akan mengendap kedasar clarifier.
Sebelum masuk ke clarifier tank, air terlebih dahulu diinjeksi tawas
(Al2(SO4)318H2O) dan soda ash (Na2CO3) dengan menggunakan pompa bahan
kimia, yang bertujuan untuk menjernihkan dan menaikkan pH air.
2. Sediment Tank
Sediment tank adalah tempat penampungan air dari clarifier tank. Sediment
tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang masih terbawa dari clarifier
tank. Pengendapan kotoran terjadi secara gravitasi.
3. Sand Filter
Sand filter merupakan saringan yang digunakan untuk memisahkan padatan
yang tersuspensi yang terdapat pada air dengan melewati media penyaring berupa
pasir. Proses penyaringan terjadi karena adanya tekanan pada saringan. Selama
operasi zat-zat yang tersuspensi tertahan didalam medium penyaring. Lama
kelamaan tekanan akan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan
penyumbatan pada penyaring. Oleh karena itu harus dilakukan back wash untuk
membersihkan sand filter. Air hasil saringan yang bebas dari padatan selanjutnya
dialirkan ke water tower dengan bantuan water treated pump.
4. Water Tower
Water tower merupakan tangki persediaan air untuk keperluan boiler,
pengolahan, pendingin mesin dan kebutuhan domestik. Khusus untuk boiler, air
harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut.
36

3.1.9 Stasiun Pembangkit Listrik (Power Plant)


Stasiun ini bertujuan menghasilkan steam yang digunakan untuk
membangkitkan panas dan tenaga listrik yang dibutuhkan pada proses
pengolahan, utilitas dan penerangan. Dimana unit penghasil uap dan tenaga listrik
ini terdiri dari:
A. Boiler
Boiler merupakan serangkaian alat yang berfungsi menghasilkan steam.
Steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap sebagai
pembangkit tenaga listrik di pabrik. Tekanan yang dihasilkan 20 kg/cm2 dengan
suhu 290-295 oC. Bahan bakar boiler adalah cangkang dan fiber berasal dari
shellcyclone dan fibre cyclone.
B. Turbin Uap (Steam Turbine)
Pada Gambar 4.1, dapat dilihat salah satu alat penghasil tenaga listrik yang
utama di pabrik yaitu turbin. Turbin uap adalah suatu alat yang berfungsi merubah
energi uap menjadi energi listrik dan kemudian menjadi energi mekanik (energi
gerak) dimana turbin memanfaatkan uap sebagai fluida kerja. Energi mekanik
yang digunakan menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Tekanan dijaga 3,2 kg/cm3
C. Diesel Genset
Diesel genset merupakan alat yang digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik selain turbin. Alat ini menggunakan solar atau biodiesel sebagai bahan
bakar sehingga diesel hanya digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik
alternatif jika turbin tidak beroperasi.
D. BPV (Back Pressure Vessel)
Alat ini berfungsi pengumpulan uap dari turbin dan juga untuk membagikan
uap pada setiap peralatan proses yang sesuai kebutuhan seperti pada stasiun
perebusan. Alat ini dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) dan katup
pembagi steam. Tekanan di BPV dijaga 3,2 kg/cm2 dan temperatur 145oC.
37

BAB IV
SISTEM UTILITAS
Untuk membantu pelaksanaan dan operasi pabrik kelapa sawit maka harus
dilengkapi dengan unit pendukung yaitu unit utilitas. Unit utilitas pabrik kelapa
sawit meliputi:
1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)
2. Unit Pengolahan Air Umpan Boiler
3. Unit Penghasil Uap (steam) dan Tenaga Listrik
4. Unit Pengolahan Limbah

4.1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)


Pada pabrik pengolahan kelapa sawit, air merupakan kebutuhan yang
sangat penting, antara lain digunakan untuk:
a. Penyediaan air untuk kebutuhan ketel uap (boiler).
b. Pengolahan dan pengenceran pada stasiun press dan klarifikasi.
c. Pendingin mesin-mesin.
d. Membersihkan pabrik dan kebutuhan domestik.
Pada umumnya air yang digunakan berasal dari sungai. Untuk PKS Sei
Galuh PT. Perkebunan Nusantara V, air yang digunakan diperoleh dari waduk.
Tetapi air tersebut belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Untuk itu
dibutuhkan suatu stasiun pengolahan air (water treatment station).
Water treatment station pada pabrik minyak kelapa sawit merupakan
stasiun proses perlakuan air untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat
yang tidak diperlukan yang terdapat dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi
yang diinginkan. Adapun tahapan pengolahan air sebagai berikut :
1. Clarifier Tank
Clarifier tank merupakan tangki yang berbentuk silinder atau kerucut,
yang digunakan sebagai tempat penampungan air yang dipompakan dari waduk.
Clarifier Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang tidak larut
seperti Lumpur. Alat ini bekerja memisahkan partikel berat dengan aliran
berputar. Partikel dengan berat jenis < 1 akan bergerak menuju permukaan air
sedangkan partikel dengan berat jenis > 1 akan mengendap kedasar clarifier.
38

Sebelum masuk ke clarifier tank, air terlebih dahulu diinjeksi tawas


(Al2(SO4)318H2O) dan soda ash (Na2CO3) dengan menggunakan pompa bahan
kimia, yang bertujuan untuk menjernihkan dan menaikkan pH air.
2. Sediment Tank
Sediment tank adalah tempat penampungan air dari clarifier tank. Sediment
tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang masih terbawa dari clarifier
tank. Pengendapan kotoran terjadi secara gravitasi.
3. Sand Filter
Sand filter merupakan saringan yang digunakan untuk memisahkan padatan
yang tersuspensi yang terdapat pada air dengan melewati media penyaring berupa
pasir. Proses penyaringan terjadi karena adanya tekanan pada saringan.
Selama operasi zat-zat yang tersuspensi tertahan didalam medium
penyaring. Lama kelamaan tekanan akan semakin tinggi, sehingga akan
menyebabkan penyumbatan pada penyaring. Oleh karena itu harus dilakukan back
wash untuk membersihkan sand filter. Air hasil saringan yang bebas dari padatan
selanjutnya dialirkan ke water tower dengan bantuan water treated pump.
4. Water Tower
Water tower merupakan tangki persediaan air untuk keperluan boiler,
pengolahan, pendingin mesin dan kebutuhan domestik. Khusus untuk boiler, air
harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut.

4.2. Unit Pengolahan Air Umpan Boiler


Air hasil unit pengolahan air tidak secara langsung dipergunakan sebagai
air umpan boiler dan harus adanya proses lain yang harus dilakukan agar air
tersebut dapat digunakan pada boiler. Hal ini dikarenakan air tersebut masih
mengandung zat-zat terlarut yang dapat menyebabkan kerusakan pada pipa.
Adapun proses pengolahan air umpan boiler terdiri dari:
A. Demint Plant
Demint plant merupakan pertukaran kation dan anion yang banyak
digunakan pada sumber air yang tidak memenuhi baku mutu air industri. Demint
plant terdiri dari dua jenis yaitu:
39

a. Anion Exchange
Alat ini berfungsi untuk menukar anion yang terdapat didalam air. Bahan
dasarnya adalah resin sebagai tempat pertukaran ion seperti R-NH3+, R-NH2-R+
dan R-H+ dengan reaksi sebagai berikut :

R-H+ + Cl- RH-Cl

RNH3+ + SiO3= RH3-SiO3-NH3R

Apabila resin telah jenuh, maka perlu dilakukan regenerasi dengan


penambahan Na++ sehingga resin aktif kembali sebagai penukar ion.
Regenerasi hendak dilakukan secara teratur dengan regenerant yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat. Suatu hal yang perlu diperhatikan yaitu
pemberian regenerant yang terlalu tinggi konsentrasinya dapat menyebabkan
kerusakan resin, terutama dari kehomogenannya. Pencucian secara terjadwal
hendak dilakukan dengan baik agar aktifitas resin tetap optimum, karena lumpur
yang masuk kedalam tabung akan menyebabkan permukaan resin (active site)
tidak berfungsi.
b. Cation Exchange
Unit penukar kation mengandung asamkuat dan basa lemah yang terikat
dengan resin sebagai bahan dasar, seperti: R-SO3-, R-PO3- dan R-C6H5O-.
perlakuan regenerasi dan pencucian ulang tidak berbeda dengan perlakuan pada
penukar anion.
B. Feed Tank
Feed tank merupakan tangki persediaan air yang telah dilunakkan di
softener untuk air suplai ke boiler. Pada tangki ini telah dilakukan pemanasan
awal dengan suhu 60-80 oC. Pemanasan awal bertujuan untuk mengurangi beban
pemanasan pada deaerator.
C. Deaerator
Deaerator berfungsi untuk mengurangi oksigen dan CO2 pada air yang
akan dapat mengakibatkan terjadinya korosi pada pipa boiler. Suhu pada
deaerator dipertahankan pada 85-95 oC, hal ini dilakukan agar mempercepat
proses pembentukan uap pada boiler.
40

Komposisi air umpan pada boiler yang ditunjukkan pada tabel 5.1.
merupakan syarat-syarat air yang akan masuk pada boiler. Jika keadaan air yang
akan masuk memiliki nilai yang berada dibawah atau diatas nilai yang telah
ditentukan maka steam yang dihasilkan dari boiler tidak optimal dan efektif. Jika
hal ini terjadi akan menyebabkan injeksi steam untuk setiap stasiun tidak
maksimum dan akan mempengaruhi mutu dari CPO yang akan dihasilkan.

Tabel 4.1. Komposisi Air Boiler


No. Parameter Nilai

1. pH 10,5-11,5

2. Total dissolved solids <2500 ppm

3. Sulphite 30-80 ppm

4. Caustic alkalinity 300-600 ppm

5. Total hardness Trace

6. Phosphate 20-60 ppm

7. Silica <120 ppm

8. Iron <5 ppm

Sumber: Laboratorium PKS Sei Galuh

4.3. Unit Penghasil Uap (Steam) dan Tenaga Listrik


Unit ini bertujuan menghasilkan steam yang digunakan untuk
membangkitkanpanas dan tenaga listrik yang dibutuhkan pada proses pengolahan,
utilitas dan penerangan. Dimana unit penghasil uap dan tenaga listrik ini terdiri
dari:
A. Boiler
Boiler merupakan serangkaian alat yang berfungsi menghasilkan steam.
Steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap sebagai
pembangkit tenaga listrik di pabrik. Tekanan yang dihasilkan 20 kg/cm2 dengan
41

suhu 290-295 oC. Bahan bakar boiler adalah cangkang dan fiber berasal dari
shellcyclone dan fibrecyclone.
B. Turbin Uap (Steam Turbine)
Pada Gambar 4.1, dapat dilihat salah satu alat penghasil tenaga listrik yang
utama di pabrik yaitu turbin. Turbin uap adalah suatu alat yang berfungsi merubah
energi uap menjadi energi listrik dan kemudian menjadi energi mekanik (energi
gerak) dimana turbin memanfaatkan uap sebagai fluida kerja. Energi mekanik
yang digunakan menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Tekanan dijaga 3,2 kg/cm3

Gambar 4.1 Kamar Mesin

C. Diesel Genset
Diesel genset merupakan alat yang digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik selain turbin. Alat ini menggunakan solar atau biodiesel sebagai bahan
bakar sehingga diesel hanya digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik
alternatif jika turbin tidak beroperasi.
D. BPV (Back Pressure Vessel)
Alat ini berfungsi pengumpulan uap dari turbin dan juga untuk membagikan
uap pada setiap peralatan proses yang sesuai kebutuhan seperti pada stasiun
perebusan. Alat ini dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) dan katup
pembagi steam. Tekanan di BPV dijaga 3,2 kg/cm2 dan temperatur 145oC.
42

4.4. Unit Pengolahan Limbah


Dalam setiap proses pengolahan dari bahan baku menjadi produk pada
suatu pabrik selain menghasilkan produk yang bernilai jual, terdapat juga produk
samping yang berupa limbah baik padat, cair maupun udara. Limbah-limbah ini
jika tidak dilakukan proses penetralisasi akan menyebabkan pencemaran
lingkungan yang sangat berbahaya.
4.4.1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair PKS Sei Galuh PTP. Nusantara V bersumber dari 4 (empat)
bagian pengolahan yaitu :
a. Air buangan kondensat dari stasiun perebusan
b. Air buangan dari stasiun klarifikasi
c. Air buangan hydrocyclone dari stasiun pengolahan inti
d. Air buangan pencucian.
Parameter yang dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah cair
adalah pH, BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand), TDS (Total Disolved Solid), temperatur, minyak dan lemak. PKS Sei
Galuh PTP. Nusantara V menggunakan sistem land application untuk
memanfaatkan limbah cair yang dihasilkan.
Tabel 4.2 Parameter Limbah Cair
Parameter Batas
Input
Temperatur 70C
Kadar Minyak 5000-7000mg/l
pH 4-5
Output
BOD 100 mg/l
COD 350 mg/l
TSS 245 mg/l
NH3N 50 mg/l
pH 6-9
Minyak dan Lemak 6,5 mg/l
3
6 m /ton produk
Debit Limbah
Sumber: Laboratorium PKS Sei Galuh (2003)
43

Pengolahan limbah cair pada PKS Sei Galuh dilakukan dengan cara:
A. Primary Anaerobic Pond
Pada kolam ini terjadi reaksi mikrobiologis yang bertujuan untuk
merombak senyawa bahan organik yang komplek menjadi senyawa asam organik
yang lebih sederhana yang mudah menguap. Proses ini ditandai dengan adanya
gelembug gas metana dan CO2 sebagai hasil dari proses fermentasi secara
anaerob. BOD air limbah yang diharapkan setelah proses ini adalah < 5000 ppm.
Pada PKS Sei. Galuh terdapat 2 kolam anaerobic primer.

B. Secondary Anaerobic Pond


Kolam ini berfungsi menguraikan senyawa-senyawa sederhana menjadi
senyawa terlarut. Pada proses ini gelembung gas metana dan CO2 sudah
berkurang. Kedalaman kolam ini 6,5 m. PKS Sei. Galuh juga mempunyai 2 kolam
anaerobic sekunder.

C. Aeration Pond
Proses aerasi yaitu penambahan oksigen terlarut kedalam air limbah,
sehingga BOD diharapkan turun menjadi <100 ppm. Kolam aerasi dilengkapi
dengan aerator yang dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air,
dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik. Pada PKS
Sei.Galuh juga terdapat 2 kolam aerasi.

D. Sedimentation Pond
Sedimentationpond berfungsi sebagai pembersih limbah secara
keseluruhan dengan cara mengendapkan lumpur. Kolam ini adalah kolam yang
terakhir dan air limbah telah dapat dialirkan ke land application ke Afdeling II.

4.4.2. Pengolahan Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan TBS dapat diolah lagi
sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. Adapun limbah padat
dan kegunaannya adalah sebagai berikut:

Tandan kosong
44

Tandan kosong yang dihasilkan sekitar 23-25% dari TBS yang diolah,
sehingga jumlahnya sangat besar. Ada tiga cara dalam memanfaatkan tandan
kosong:

- Digunakan sebagai mulsa, diserakkan di gawangan mati dengan rotasi


sekali setahun dan dosis 35 ton/ha.
- Tandan kosong dibakar di incenerator, abu hasil pembakaran
digunakan sabagai pengganti pupuk.
- Membuat areal pengomposan seluas 16 ha untuk satu pabrik dengan
bahan baku tandan kosong, solid, dan disiram dengan limbah cair.
Cangkang dan serabut dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Serabut
biasanya terbakar habis, sementara cangkang tidak. Sebagian cangkang
digunakan sebagai pengeras jalan.

4.4.3. Pengolahan Limbah Udara


Limbah yang berupa gas dari PKS Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V
hanya berasal dari pembakaran tandan kosong di incenerator, asap genset dan
pembakaran cangkang serta serabut pada boiler. Untuk mengurangi polusi udara,
chimney (cerobong) boiler dan insenerator dibuat lebih dari 18 m tingginya dan
chimney boiler dilengkapi dengan cyclone sebagai penangkap debu. Emisi asap
boiler, genset dan incenerator diukur setiap 6 bulan oleh Sucofindo dan masih
dalam batas standar yang telah ditentukan.
Ambien ruangan bersumber dari kegiatan gudang bahan kimia, gudang
BBM oli, gudang limbah B3. Gudang tersebut harus dirancang kedap air,
berventilasi, ada penerangan, ada peralatan tanggap darurat dan sebagainya.
Karyawan yang bekerja disini diwajibkan memakai alat pelindung diri, seperti
masker, kaca mata pelindung, sarung tangan. Kebauan bersumber dari pengolahan
limbah cair (IPAL) dan land application.
Kebisingan bersumber dari kegiatan stasiun genset dan stasiun lainnya.
Getaran bersumber dari kegiatan stasiun press di pabrik. Beroperasinya unit-unit
mesin pabrik mempengaruhi temperatur di dalam pabrik.
45

BAB V
ORGANISASI PERUSAHAAN
5.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik pada suatu perusahaan diperlukan untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Struktur ini dapat menentukan
kelancaran aktivitas perusahaan sehari-hari dalam mencapai keuntungan yang
maksimal, dapat berproduksi secara kontinu dan berkembang pesat. Struktur
organisasi perusahaan menggambarkan hubungan antar unit dalam perusahaan
tersebut, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit.
Struktur organisasi yang dipakai pada PKS Sei Galuh PT. Perkebunan
Nusantara V adalah struktur organisasi garis dan staf. Pimpinan tertinggi dipegang
oleh seorang Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi. Dalam
tugasnya manager dibantu oleh staf-stafnya yaitu Asisten Teknik, Asisten
Pengolahan, Asisten Administrasi Pabrik, Asisten Pengendalian Mutu dan Perwira
Pengaman yang masing-masing dibantu oleh Karyawan Pelaksana dibawahnya.
Untuk menjalankan semua kegiatan baik itu di kantor maupun di bagian
pengolahan secara optimal maka PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh
menetapkan beberapa karyawan sebagai berikut :
a. Karyawan Pimpinan
Manager : 1 orang
Asisten Pengendalian Mutu : 1 orang
Asisten Pengolahan : 2 orang
Asisten Teknik : 1 orang
Asisten Administrasi : 1 orang
b. Karyawan Pelaksana
Karyawan Pelaksana meliputi bagian administrasi, laboratorium, bengkel,
dan pengolahan
46

Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit dapat dilihat pada Gambar 5.1 :

MANAGER PKS

Eisyen Firdausman . ST

ASISTEN PENGOLAHAN ASISTEN TEKNIK ASISTEN ASISTEN PA.PAM


SHIFT I DAN II PABRIK PENGENDALIAN ADMI/UMUM ( KEBUN SEI
MUTU GALUH )
Khairil Azmi. ST Melki Harmine Richa
Richard Rp. Sinaga. ST Harahap. ST Riduan Saputra. ST Susilawati Peltu Surahmad

SINAGA
Gambar 5.1. Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh
KHAIRUL AZMI

5.2 Sistem Kerja Perusahaan


PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh membuat suatu peraturan kerja
agar terjadinya disiplin kerja. Peraturan yang berlaku antara lain tentang hari dan
jam kerja yang disesuaikan dengan peraturan dari Departemen Tenaga Kerja.
Peraturan mengenai hari kerja yaitu, untuk karyawan dengan enam hari kerja
dalam satu minggu serta tujuh jam dalam satu hari. Tetapi pada waktu-waktu
tertentu hari dan jam kerja dapat ditambah apabila ada pekerjaan yang sangat
penting demi kelancaran perusahaan. Penambahan hari dan jam kerja pada waktu
tertentu tersebut akan diberikan upah lembur yang sesuai.
Perusahaan membagi karyawan dalam dua kelompok yaitu kelompok shift
dan non shift. Kelompok karyawan non shift memiliki hari dan jam kerja mulai
dari senin sampai sabtu dari pukul 07.00 s.d 16.00 WIB dengan dua kali istirahat
pada pukul 09.00 s.d 09.30 WIB dan 12.00 s.d 14.00 WIB. Karyawan non shift ini
terdiri dari karyawan kantor, timbangan, gudang dan bengkel. Sedangkan
karyawan shift terdiri dari karyawan pada bagian proses pengolahan, laboratorium
dan keamanan.
47

Pembagian waktu shift untuk karyawan bagian proses pengolahan dan


laboratorium :
Shift Pagi : 07.00 s.d 18.00 WIB
Shift Malam: 18.00 s.d 07.00 WIB

5.3 Sistem Penggajian Karyawan


Sistem penggajian diberikan sesuai dengan jabatan dalam struktur
organisasi perusahaan. Pembayaran upah kerja (gaji) karyawan terdiri dari gaji
pokok, tunjangan tetap, premi dan upah lembur. Terdapat juga tunjangan untuk
anak dan istri yang berupa beras dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk karyawan atau karyawati : 15 Kg/bulan
2. Untuk Istri karyawan : 9 Kg/bulan
3. Untuk setiap anak karyawan (maksimal 3 orang) : 7,5 Kg/bulan

5.4 Sistem Keselamatan dan Kesejahteraan Karyawan


5.4.1 Sistem Keselamatan Karyawan
Sistem keselamatan yang ditetapkan pada PT. Perkebunan Nusantara V
pada karyawan-karyawan sebagai berikut :
a. Perusahaan memiliki SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) yang melindungi keselamatan karyawan pada saat
bekerja.
b. Setiap karyawan diwajibkan memakai alat perlindungan diri selama bekerja.
c. Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program jaminan
sosial tenaga kerja yang meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian dan jaminan hari tua.
5.4.2 Sistem Kesejahteraan Karyawan
Kesejahteraan merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk
mencapai hasil kerja yang optimum. Fasilitas-fasilitas yang diberikan PT.
Perkebunan Nusantara V kepada karyawan antara lain:
a. Perusahaan menyediakan perumahan untuk karyawan pimpinan dan
karyawan pelaksana yang terletak disekitar lokasi pabrik.
48

b. Tersedia poliklinik yang memberikan pelayanan seperti pertolongan


pertama saat terjadi kecelakaan kerja, fasilitas keluarga berencana serta
pengobatan.
c. Terdapat rumah ibadah seperti mesjid dan mushola yang berada disekitar
perumahan karyawan.
Tersedia sekolah yang didirikan perusahaan seperti TK dan peminjaman lahan
untuk pembangunan SD yang berada disekitar perumahaan karyawan.
49

BAB VI
TUGAS KHUSUS
ANALISA OIL LOSSES PADA UNIT STERILIZER DI PABRIK KELAPA
SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V PKS SEI GALUH

6.1. Latar Belakang


Sterilizer adalah salah satu alat yang digunakan untuk merebus buah sawit.
Sterilizer merupakan jantung pada stasiun perebusan. Pada proses perebusan
menggunanakan uap dan air untuk merebusnya. Uap yang digunakan berasal dari
boiler. Pada unit sterilizer terdapat oil losses yang terbawa pada air rebusan. Oil
losses pada unit sterilizer dapat mempengaruhi mutu minyak sawit yang
dihasilkan.
Kehilangan minyak (oil losses) selalu terjadi dalam setiap proses produksi
CPO dan merupakan hal yang biasa jika oil losses tersebut masih dalam batas
standart yang ditentukan pabrik. Salah satu stasiun yang mengalami kehilangan
minyak adalah stasiun perebusan yaitu pada air rebusan. Dimana oil losses pada
stasiun ini teradi pada air rebusan yang dikeluarkan dari unit sterilizer selama
proses perebusan buah sawit.
Persentase oil losses adalah perbandingan antara minyak yang didapat dari
hasil ekstraksi (% minyak yang didapat) dengan berat sampel basah (air rebusan
yang diambil dan dikeringkan dengan oven). PT. Perkebunan Nusantara V PKS
Sei Galuh mempunyai 4 unit sterilizer, tetapi hanya 3 unit yang digunakan. Oil
losses yang boleh terdapat didalam air rebusan adalah sebesar 0,8%. Persamaan
yang digunakan dalam menghitung Oil losses adalah sebagai berikut :

Oil Losses = 100% ...6.1-1

6.2. Tinjauan Pustaka


TBS yang telah diisi kedalam lori kemudian dimasukkan dan dibawa
kedalam sterilizer untuk direbus. Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang
digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Keberhasilan proses
pengolahan disebabkan oleh 70% diproses rebusan.
50

Fungsi dari perebusan ini adalah :


a. Menonaktifkan enzim
b. Menurunkan kadar air
c. Pemecahan emulsi
d. Melunakkan daging buah sehingga mudah lepas dari biji dalam digester.
e. Memudahkan melepaskan inti dari cangkang.
f. Memudahkan melepaskan brondolan dari tandan

Prinsip kerja stasiun rebusan adalah menggunakan triple peak system


(sistem tiga puncak). Dengan waktu perebusan sekitar 90-95 menit. Target yang
harus dicapai waktu merebus (masa tahan) adalah harus mampu mendapatkan
tekanan 2,8-3,0 kg/cm2 dengan suhu 130-135C. Dengan losses minyak pada air
kondensat sebesar 0,8%. Setiap siklus perebusan proses yang terjadi ditampilkan
pada tabel 6.1 berikut ini :

Tabel 6.1 Siklus Perebusan dengan Sistem Triple Peak


Valve
Step Waktu Tekanan In Keterangan
Cond Exst
I 5 0 B B T Buang udara
II 6 1,5 B T T Puncak pertama
Menurunkan tekanan
III 2 0 T B B
puncak pertama
IV 9 2,0 B T T Puncak kedua
Menurunkan tekanan
V 2 0 T B B
puncak kedua
VI 12 3,0 B T T Puncak ketiga
VII 45 3 T T T Masa tahan
VIII 4 2,0 T B T Buang kondensat
IX 5 0 T B B Buang steam
Ket :
B : Buka
T : Tutup
51

Untuk mendapatkan hasil yang bagus, prosedur perebusan harus


dijalankan dengan baik tanpa melanggar norma yang telah ditetapkan, beberapa
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses perebusan seperti berikut ini :
1. Pembuangan Udara (Deaerasi)
Udara adalah penghantar panas yang buruk sehingga akan menurunkan
tekanan dan menghambat steam masuk kedalam buah.
2. Pembuangan Air Kondensat
Uap air terkondensasi berada di dasar bejana rebusan merupakan
penghambat dalam proses perebusan dan mengakibatkan jumlah air
bertambah namun tidak diimbangi dengan pengeluaran sehingga
memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.
3. Pembuangan uap (Exhaust)
Uap dibuang melalui pipa exhaust dan cerobong atas. Pembuangan uap
sebelum akhir perebusan pada triple peak dilakukan bersamaan dengan
pembuangan air kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan
dapat berlangsung dengan cepat.
4. Waktu perebusan
Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat buah
menjadi lembek dan lewat matang, minyak akan keluar dari buah dan
terikut oleh kondensat (losses). Waktu perebusan yang efektif adalah
90-95 menit.

6.3. Prosedur Tugas Khusus


Dalam melakukan penelitian ini dapat diperoleh berdasarkan percobaan
yang dilakukan di laboratorium PTPN V PKS Sei Galuh. Pengambilan sampel
dilakukan oleh petugas laboratorium dan penulis, yaitu langsung dari stasiun
perebusan. Pengambilan sampel dilakukan pada saat proses produksi sedang
berlangsung pada bak penampungan air rebusan dengan menggunakan wadah
kecil sebagai tempat sampel.
52

6.3.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
1. Timbangan Analitik
2. Labu didih
3. Soklet
4. Cawan Porselin
5. Oven
6. Kapas dan Timbel
7. Gelas kimia
Bahan yang digunakan :
1. Normal Heksan
2. Sampel dari air rebusan.

6.3.2 Prosedur Perhitungan Oil Losses pada unit sterilizer


1. Sampel diambil dari bak penampung sementara menggunakan gayung
kecil yang telah disediakan.
2. Timbang cawan porselin kosong serta diberi tanda.
3. Sampel dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah diberi tanda.
4. Sampel dimasukkan sebanyak 20 gram pada masing-masing cawan
porselin.
5. Sampel dipanaskan kedalam oven pada suhu 105C selama 1,5 jam
untuk menguapkan air yang terkandung pada sampel.
6. Sampel yang telah kering didinginkan pada udara terbuka dan
ditimbang beratnya.
7. Sampel dikeluarkan dari cawan porselin dan dibalut dengan kapas
kemudian dimasukkan ke dalam timbel.
8. Sampel tersebut dimasukkan kedalam alat ekstraksi.
9. Kemudian sampel diekstraksi selama 2 jam untuk mengekstrak minyak
dengan menggunakan pelarut heksan.
10. Hasil dari ekstraksi selanjutnya didestilasi untuk menguapkan pelarut
heksan dan mendapatkan minyak murni.
11. Minyak hasil destilasi kemudian ditimbang.
53

6.4 Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan selama 5 hari berturut-turut
dan dilakukan perhitungan terhadap data-data tersebut menggunakan persamaan
6.1-1 maka didapatkan data yang disajikan pada tabel 6.2 berikut ini :
Tabel 6.2 Data hasil Perhitungan oil losses pada air rebusan

No. Hari/tanggal Shift Oil Losses (%)

I 0,65
1. Senin/15 mei 2017
II 0,79
I 0,67
2. Selasa/16 mei 2017
II 0,54
I 0,54
3. Kamis/18 mei 2017
II 0,52
I 0.53
4. Sabtu/20 mei 2017
II -
I 0,72
5. Senin/22 mei 2017
II 0,70
I 0,79
6. Rabu/24 mei 2017
II -
I 0,78
7. Jumat/26 mei 2017
II 0,72

Berdasarkan data pada tabel 6.2 diatas dapat dilihat bahwa kehilangan
minyak pada unit sterilizer masih berada dibawah batas maksimal pada setiap
harinya. PKS Sei Galuh memberi batas maksimal oil losses pada air rebusan
adalah sebesar 0,8%. Berdasakan data pada tabel 6.2 tersebut dapat dilhat bahwa
oil losses tertingi terjadi pada tanggal 10 Maret 2017 yaitu sebesar 0,68%.
Tingginya oil losses dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekanan
dan waktu perebusan.
Jika saat perebusan tekanan yang digunakan terlalu tinggi mengakibatkan
tandan buah segar terlalu lunak dan akan banyak minyak yang terbawa pada air
rebusan. Waktu perebusan yang terlalu lama menyebabkan peningkatan oil losses
54

pada air rebusan unit sterilizer. Apabila waktu perebusan terlalu singkat maka
akan menyulitkan kerja pada unit theresing sehingga rendemen minyak yang
didapat akan berkurang.

Selain itu tingkat kematangan buah juga menyebabkan oil losses menjadi
tinggi serta perlakuan saat sortasi buah. Saat melakukan penurunan buah dari truk
ke loading ramp buah mengalami kerusakan. Hal ini juga menjadi penyebab
kenaikan oil losses pada air rebusan.
55

Analisa
No Tgl shift Berat Berat Kadar Oil losses Kadar
sampel (gr) minyak (gr) NOS (%) (%) air (%)

1 15/5 I 20,2160 0,1314 4,02 0,65 95,33


II 20,5720 0,1625 3,40 0,79 95,81
2 16/5 I 20,2130 0,1354 3,08 0,67 95,35
II 20,6710 0,1115 3,32 0,54 96,14
3 17/5 I - - - - -
II - - - - -
4 18/5 I 20,2160 0,1092 3,74 0,54 95,72
II 20,7710 0,1080 3,67 0,52 95,81
5 19/5 I - - - - -
II - - - - -
6 20/5 I 20,9010 0,1108 3,02 0,53 96,45
II - - - - -
7 21/5 I - - - - -
II - - - - -
8 22/5 I 15,7770 0,1135 4,65 0,72 94,63
II 20,2107 0,1415 4,47 0,7 94,83
9 23/5 I - - - - -
II - - - - -
10 24/5 I 20,4010 0,1620 3,06 0,79 96,14
II - - - - -
11 25/5 I - - - - -
II - - - - -
12 26/5 I 20,7310 0,1620 4,00 0,78 95,22
II 20,2108 0,1455 3,91 0,72 95,37

No. Hari/tanggal Shif Oil Losses (%)

I 0,56
1. Jumat/10 maret 2017
II 0,68
I 0,57
2. Senin/13 maret 2017
II 0,60
I 0,54
3. Selasa/14 maret 2017
II 0,62
I -
4. Rabu/15 maret 2017
II 0,65
56

I 0,56
5. Kamis/16 maret 2017
II 0,60

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa :
1. PKS Sei Galuh mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
menggunakan 3 unit sterilizer dalam 1 unit sterilizer dapat menampung 10
lori dan setiap lori menampung sekitar 2,5 ton TBS sehingga pabrik
memiliki kapasitas produksi 45 ton TBS/jam.
2. Oil losses pada unit sterilizer terbesar adalah 0,68% tidak melebihi norma
yang ditetapkan yaitu sebesar 0,8%..
3. Tingginya oil losses disebabkan karena tekanan yang tinggi, waktu
perebusan yang lama, tingkat kematangan buah dan kerusakan buah pada
proses sortasi.

7.2. Saran
1. Untuk mengurangi oil losses pada unit sterilizer lakukan sistem FIFO (firts
in first out), minimalkan penggunaan loader untuk memindahakan buah
dan penurunan buah secara lanngsung menuju ram.
2. Operator yang menangani unit sterilizer harus lebih memperhatikan
kondisi proses seperti kenaikan tekanan yang berlebih dan waktu
perebusan sesuai dengan kondisi buah yang akan di proses.
3. Lakukan pengecekan dan pembersihan alat secara berkala.
57

DAFTAR PUSTAKA

Baharan, A,. S. 2005. BeritaSawit.http://www.bharian.com.my/m/Bharian/


Saturday/BeritaSawit/20050506161040/article/html, 1 februari 2017.

Darnoko, dkk., 2003, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit Dan Produk


Turunannya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Fauzi, Yan., 2008, Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah
Analisa Usaha Dan Pemasaran, Penebar Swadaya, Jakarta.

Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas
Indonesia, Jakarta.

Laboratorium Sei Galuh. 2013. Laporan Dafar Penilikan Pabrik, PTP.Nusantara


VSei Galuh. Jambi

Lukman, 2005, Tempurung Kelapa Sawit, Jurnal Info Ristek, Vol. 3, No. 1, Hal 1.

Naibaho, P., 1998, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan.

Penebar Swadaya, 1996, Kelapa Sawit, Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran , Penebar Swadaya , Jakarta.

Sumadi., 2009, Pengendalian TBS untuk Memperoleh Hasil Produksi yang


Optimal baik Kualitas maupun Kuantitas, Pekanbaru.

Suwono, A., 2003, Indonesias Potential Contribution of Biomass in Sustainable


Energy Development, Thermodynamics Laboratory. IURC for
Engineering Sciences, Bandung Institute of Tecnology, Bandung,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai