Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya


terhadap nutrisi. Kebutuhan pakan ternak tidak hanya dicukupi dengan satu jenis
pakan saja. Untuk ternak ruminansia tidak cukup hanya dengan diberi rumput
saja, walaupun rumput merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia. Di
Indonesia umumnya memiliki kualitas rumput yang rendah. Ternak masih banyak
kekurangan nutrisi bila hanya di beri rumput saja. Untuk melengkapi kebutuhan
nutrisi kita perlu memberi kosentrat sebagai pakan tambahan. Konsentrat bisa
terdiri dari satu atau lebih bahan.

Semua ternak membutuhkan protein untuk bahan pembangun tubuhnya.


Protein merupakan salah satu nutrisi yang paling penting dan diutuhkan oleh
tubuh. Untuk mencukupi keutuhan protein bisa menambahkan bahan pakan
sumber protein, salah satunya adalah berasal dari bungkil kelapa. Bungkil kelapa
merupakan hasil dari ikutan pembuatan minyak kelapa kopra. Kandungan protein
dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu lebih dari 20% dari bahan kering bahan.

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk jenis tanaman palma yang
memiliki multi fungsi karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan. Tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan
penghasil kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budidaya
tanaman kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi
minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa
ampas kelapa. Pada proses pembuatan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil),
daging kelapa segar yang telah diparut kemudian dikeringkan dan dipres hingga
minyaknya terpisah. Hasil samping dari proses pembuatan minyak kelapa murni
ini adalah ampas kelapa. Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa
murni masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini
menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi
pakan.
Menurut DERRICK (2005), protein kasar yang terkandung pada ampas
kelapa mencapai 23%, dan kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan
suatu keuntungan tersendiri untuk menjadikan ampas kelapa sebagai bahan pakan
pedet (calf), terutama untuk menstimulasi rumen.
Oleh karena itu kami memuat makalah yang berjudul “Proses Pembuatan
Bungkil Kelapa”.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pemuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan menginformasikan pengolahan kelapa sampai menjadi bungkil kelapa seagai
by-product pembuatan minyak kelapa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kelapa

Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae. Ia adalah


satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan pohonnya mencapai ketinggian 30
m. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah pohon ini yang berkulit keras dan
berdaging warna putih. Pohon kelapa biasanya tumbuh di pinggir pantai.
Tanaman kelapa banyak terdapat di daerah beriklim tropis dan
diperkirakan dapat ditemukan di lebih dari 80 negara. Indonesia merupakan
negara agraris yang menempati posisi ketiga setelah Filipina dan India sebagai
penghasil kelapa terbesar di dunia.
Banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di Indonesia, khususnya di daerah
dekat pantai, menyebabkan Indonesia diberi julukan sebagai negeri nyiur
melambai. Secara tradisional, nenek moyang kita telah sangat bersahabat dengan
tanaman kelapa. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang
serbaguna baik untuk keperluan pangan maupun nonpangan.

Klasifikasi ilmiah Buah Kelapa

Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Upafamili: Arecoideae
Bangsa: Cocoeae
Genus: Cocos
Spesies: C. nucifera
Nama binomial Cocos nucifera L.
Buah Kelapa dalam satu pohon kelapa dapat berbuah mulai dari 10 hingga
13 kali dalam setahun. Buah kelapa tumbuh dalam rumpun, bisa mencapai 12
buah per rumpun. Daging buah kelapa merupakan bagian yang paling penting dari
komoditi asal pohon kelapa.

Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 35 persen
sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging buah, dan 25 persen air kelapa.
Daging buah tua merupakan bahan sumber minyak nabati (kandungan minyak 30
persen).

Perbedaan mendasar antara daging buah kelapa muda dan tua adalah
kandungan minyaknya. Kelapa muda memiliki rasio kadar air dan minyak yang
besar. Kelapa disebut tua jika rasio kadar air dan minyaknya optimum untuk
menghasilkan santan dalam jumlah terbanyak. Sebaliknya, bila buah kelapa terlalu
tua, kadar airnya akan semakin berkurang. Pada kondisi tersebut, hasil santan
yang diperoleh menjadi sedikit.

2.2 Kandungan Nutrisi Buah Kelapa

Adapun analisa nilai nutrisi daging buah kelapa umur 8 bulan adalah kadar
air 90,59%, kalori 437 kkal/100 g, minyak 26,67%, protein 10,67%, serat kasar
3,98%, total karbohidrat 38,45%, pati 13,53%, gula sebagai glukosa 24,92%.

Sementara komposisi asam amino daging buah kelapa adalah isoleusin 2,5
g/16 g N, leusin 4,9 g/16 g N, lisin 2,7 g/16 g N, metionin 1,5 g/16 g N, threosin
2,3 g/16 g N, tripthopan 0,6 g/16 g N dan valin 3,8 g/16 g. Mineral utama yang
terdapat pada daging buah kelapa adalah Fe (17 ppm), S (4,4 ppm), Cu (3,2), P
(2.4 ppm). Kan-dungan vitamin pada buah meliputi vitamin C (10 ppm), vitamin
B (15 IU), dan vitamin E (2 ppm).
BAB III

PEMBAHASAN

Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah
kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak pada
daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak
dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati
lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak
dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh.

3.1 Teknologi Pembuatan Minyak


Kopra adalah daging buah kelapa (endosperm) yang sudah dikeringkan.
Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara:
 Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying)
 pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api (smoke
curing or drying)
 Pengeringan dengan pemanasan tidak langsung (indirect drying)
 Pengeringan menggunakan solar system (tenaga panas matahari)

Proses ekstraksi minyak kelapa dengan dengan cara penggorengan dapat


dijelaskan dengan langkah-langkah berikut:
 pertama, daging kelapa segar dicuci bersih dan kemudian digiling atau
diparut dengan penggilingan atau parutan

Gambar 1. Mesin Giling


 Kedua, potongan-potongan daging kelapa yang digiling, kemudian
dimasukkan dalam wadah penggorengan yang telah berisi minyak goreng
panas pada suhu 110oC -120oC selama 15-40 menit. Proses ini tergantung
dari suhu dan rasio daging kelapa giling dan minyak kelapa yang
digunakan untuk menggoreng. Meningkatnya suhu dalam wadah
penggorengan akan menghasilkan uap air dari penggorengan daging
kelapa giling. Jika uap tersebut sudah tidak ada lagi berarti penggorengan
sudah selesai dan akan terlihat bahwa daging kelapa giling akan berubah
warnanya dari warna kekuning-kuningan menjadi kecoklatan

Gamar 2. Wajan Untuk penggorengan

 Ketiga, untuk mempercepat pemisahan butiran kelapa panas dengan unsur


minyak dapat dilakukan dengan cara mengaduk-aduknya. Butiran yang
sudah berpisah dari minyak kemudian dikeluarkan dari wadah
penggorengan, sementara minyak hasil penggorengan dibiarkan mengalir
terpisah ke tempat penampungan minyak.
 Keempat, butiran-butiran kelapa yang sudah dikeluarkan tadi masih
mengandung banyak minyak. Oleh karena itu butiran kelapa diperas
menggunakan mesin press. Minyak yang dihasilkan dari proses ini
kemudian ditampung. Dan ampasnya disebut bungkil kelapa.
Gambar 3. Mesin Peras

Gambar 4. Tangki pengendapan


Langkah-langkah tersebut bisa di gambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Penggilingan

Penggorengan

Pengepressan

Pengendapan Kethak/Bungkil

Gambar 5. Bagan pembuatan minyak

3.2 Bungkil Kelapa Sebagai Bahan Baku Pakan SNI 01-2904-1996/Rev.92

Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa.


Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%.

 Mudah didapat (perkebunan kelapa) ; ampas pembuatan minyak kelapa.


 Belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan
 Untuk pakan: tepung.

Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap penggunaan bungkil


kelapa sebagai bahan baku pakan, maka diperlukan suatu standar yang harus
dipenuhi untuk dapat dipergunakan oleh konsumen, produsen, pedagang dan
instansi yang memerlukan. Standar ini disusun untuk merubah dan
menyempurnakan SNI 01-2904-1992. Penerbitan standar ini dilakukan setelah
memperhatikan semua data dan masukan dari berbagai pihak. Sebagai acuan
utama dalam penyusunan ini adalah:

a. SNI 01-2904-1992 Bungkil kelapa


b. SNI 01-2326-1991 Cara Pengambilan Contoh
c. Metode Analisis Aflatoxin dari AOAC.26 Edisi 14-1984, Metode
TLC (Thin Layer Chromatograph)

1. Ruang Lingkup. Standar ini meliputi definisi, klasifikasi, persyaratan mutu,


cara pengemasan, cara pengambilan contoh dan metode analisis.
2. Definisi. Bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang didapat dari ekstraksi daging
buah kelapa segar/kering
3. Klasifikasi. Bungkil kelapa digolongkan dalam 2 (dua) tingkatan mutu
4. Persyaratan Mutu. Persyaratan mutu standar bungkil kelapa meliputi
kandungan nutrisi dan batas tolerasi aflatoxin. Persyaratan mutu standar
bungkil kelapa yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

Mutu I Mutu II

a. Kadar air (%) maksimum 12 12

b. Protein kasar (%) minimum 18 16

c. Serat kasar (%) maksimum 14 16

d. A b u (%) maksimum 7 9

e. Lemak (%) maksimum 12 15

f . Asam lemak bebas (% dari lemak) maks 7 9

g. Calsium (%) 0.05-0.30 0.05-0.30

h. Fosfor (%) 0.40-0.75 0.40-0.75

i. Aflatoxin (ppb) maksimum 100 100

Tabel 1. Perbandingan mutu bungkil kelapa kwalitas I dan Kualitas 2

5. Cara Pengemasan. Bungkil kelapa sebagai bahan baku pakan dikemas dalam
wadah yang tidak mempengaruhi isinya dan tertutup rapat. Pada label
dituliskan antara lain nama produk, berat bersih dan nama
produsen/perusahaan.
6. Cara Pengambilan Contoh. Sesuai SNI 01-2326-1991
7. Metode Analisis. Sesuai Metode Analisis Aflatoxin dari dari AOAC.26 Edisi
14-1984, Metode TLC (Thin Layer Chromatograph)

3.3 Kandungan Gizi Bungkil Kelapa

 Karbohidrat: 19 –35%
 Protein: 13 –21%
 Lemak: 11%
 Serat kasar: 8 –41%

AIR(%) ABU (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) P (%)

11,4 8,24 21,3 10,9 14,2 0,165 0,616

Tabel 2. Kandungan nutrisi ungkil kelapa berdasarkan bahan kering, sumber: Sutardi
(1983)
Gambar 6. MMacam-macam contoh bungkil kelapa

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah yang ami uat adalah :


 Bungkil kelapa merupakan by-product atau hasil ikutan dari pembuatan
minyak kopra
 Ungkil kelapa merupakan bahan pakan kelas 5 yaitu bahan pakan sumber
protein karena memiliki protein kasar lebih dari 20%
 Bungkil kelapa diperoleh dari pembuatan minyak sebagai berikut : daging
kelapa digiling atau diparut, kemudian daging kelapa tersebut diproses
dengan cara digoreng, kemudian di press akan menghasilkan minyak kasar
dan ampas minyak yang disebut bungkil kelapa.
 Kandungan nutrisi kelapa adalah Adapun analisa nilai nutrisi daging buah
kelapa umur 8 bulan adalah kadar air 90,59%, kalori 437 kkal/100 g,
minyak 26,67%, protein 10,67%, serat kasar 3,98%, total karbohidrat
38,45%, pati 13,53%, gula sebagai glukosa 24,92%.
 Kandungan nutrisi bungkil kelapa adalah Karbohidrat: 19 –35%, Protein:
13 –21%, Lemak: 11%. Serat kasar: 8 –41%

DAFTAR PUSTAKA

DERRICK. 2005. Protein in Calf Feed. http:/ / www. winslowfeeds. co. nz/ pdfs/
feedingcalvesarticle. pdf. (11 Oktober 2009).

MISKIYAH, IRA MULYAWATI dan WINDA HALIZA. 2006. PEMANFAATAN


AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA
MURNI MENJADI PAKAN. http://www. winslowfeeds. co. nz/ pdfs/
feedingcalvesarticle. pdf.(11 Oktober 2009)
_.2006. Teknologi Pembuatan Minyak Kelapa. http://www. Google. co. /teknologi
/pakan/pdf. (11 Oktober 2009)

PROSES PEMBUATAN BUNGKIL KELAPA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pakan Semester V

Oleh :
Rifani Aliskawati 200110070052
Azeisha Diena R. 200110070064
Arif Nur Rohman 200110070079
Galih Gustaman 200110070096
Hendri Cahyadi 200110070098
Creisa Ryan G.S 200110060069

Kelas : B
Kelompok 1

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2009

Anda mungkin juga menyukai