SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIANBOGOR
2005
KARAKTERISTIK INDUSTRI PENGOLAHAN KULIT DAN
DAMPAK LIMBAH TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
(Studi Kasus Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut
Jawa Barat)
Oleh :
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar pada Magister Sains
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIANBOGOR
2005
Hak Cipta milik AGUS HIKMAT SYAF tahun 2005
Hak Cipta Dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari IPB sebagian atau
seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, foto kopi, microfilm dan sebagainya.
PERNYATAAN
Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Sentra Industri Kulit
Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat)” merupakan hasil karya saya sendiri
dan belum pernah dipublikasikan dimanapun. Semua sumber data dan informasi
kebenarannya.
NRP : P.025010041
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi. Ir. Said Rusli, MA.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc
Tesis dengan judul: ”Karakteristik Industri Pengolahan Kulit dan Dampak Limbah
Sudah barang tentu dalam proses penyelesaian tesis ini banyak fihak yang
1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si, dan Ir. Said Rusli, MA selaku dosen
3. Kepala UPTD Kulit Sukaregang Garut yang telah membantu di lapangan dan
4. Kepala Desa Kota Wetan, Desa Sukaresmi, Desa Suci, dan Desa Karang
6. Istriku; Fenti Hikmawati dan anak-anak Fanida, Fariz dan Adika yang
7. Semua fihak yang telah membantu penulis baik moril maupun materil
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan. Disamping
itu penulis berharap Tesis ini ada guna dan manfaatnya. Amiin.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung lulus tahun 1988. Pada tahun 2001
Jurusan MIPA Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung
tiga orang anak yaitu: Fanida Firdausi Fauziyyah (SMA), Muhammad Fariz
Halaman
Prakata………..………………………………………………………………………… i
Riwayat Hidup…………………………………………………………………………. ii
Daftar Tabel……………………………………………………………………………. vi
Daftar Gambar…………………………………………………………………………. x
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Penelitian………………..……………………………………… 5
1.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 6
1.4 Perumusan Masalah…………………………………………………… 7
1.6 Manfaat Penelitian……………..……………………………………… 9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Industri Kecil…………………………………………….. 10
2.2 Karakteristik Industri Kulit……………………………………………… 11
2.3 Karakteristik Limbah Industri Kulit……………………………………. 12
2.3.1 Pengertian Limbah Industri Kulit……………………………... 14
2.3.2 Jenis Limbah Industri Kulit……………………………………. 15
2.3.3 Sifat-sifat Limbah………………………………………………. 18
2.4 Dampak Limbah Industri Kulit terhadap Lingkungan………………. 23
2.5 Sistem Pengolahan Limbah Industri Kulit……………………………. 26
2.6 Baku Mutu Limbah……………………………………………………... 32
2.7 Aspek Ekonomi Pengolahan Limbah………………………………… 34
2.8 Persepsi…………………………………………………………………. 35
2.8.1 Pengertian Persepsi…………………………………………… 36
2.8.2 Proses Pembentukan Persepsi………………………………. 37
2.8.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi……………….. 39
iv
Halaman
4.3 Karakteristik Masyarakat Hulu dan Masyarakat Hilir ...................... 100
4.3.1 Karakteristik Masyarakat Hulu............................................. 100
4.3.1.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin. ....................100
4.3.1.2 Karakteristik Berdasarkan Usia............................. 100
4.3.1.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan.................. 101
4.3.1.4 Karakteristik Berdasarkan Kependudukan............ 102
4.3.1.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan.................... 102
4.3.2 Karakteristik Masyarakat Hilir. ....................................................103
4.3.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin. ....................103
4.3.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia............................. 103
4.3.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan.................. 104
4.3.2.4 Karakteristik Berdasarkan Kependudukan............ 104
4.3.2.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan.................... 104
v
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Sifat Dan Karakteristik Limbah Cair Penyamakan Kulit Menurut Jenis Tahapan 16
Prosesnya............................................................................................................
2. Sumber Gas Buang dan Partikel Debu Yang Dihasilkan Industri Penyamakan 17
Kulit ...................................................................................................................
3. Limbah Industri Kulit y ang Bisa Dimanfaaatkan Berdasarkan Tahapan Proses 18
Produksi y ang dilakukan....................................................................................
4. Jenis Kegiatan dan Tujuan Pengolahan Air Limbah........................................... 27
5. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………………. 44
6. Kategori Skala Likert Dihubungkan dengan Kualitas Persepsi................................... 46
7. Batas Wilayah: Kabupaten Garut……………………………………………………… 50
8. Potensi Industri Kecil yang Menjadi Unggulan Kabupaten Garut Tahun 51
2003....................................................................................................................... .....
9. Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Garut Kota dan Kecamatan 52
Karangpawitan.
10. Lokasi Perusahaan Kerajinan dan Penyamakan Kulit di Kecamatan Garut Kota 53
dan Kecamatan Karangpawitan.................................................................................
11. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Garut Kota dan 54
Kecarnatan Karangpawitan, Tahun 2000....................................................................
12. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Garut Kota dan 55
Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut............................................................
13. Luas Wilayah dan Luas Pemukiman Dihubungkan dengan Jumlah Rukun Warga 55
(Rw), Rukun Tetangga (Rt) dan Kepala Keluarga (Kk) di Kelurahan Sukamentri,
Suci, Karang Mulya, dan Kota Wetan Tahun 2003. ...................................................
14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Kota Wetan, 56
Sukamentri, Karang Mulya, dan Suci yang Termasuk Kecamatan Garut Kota dan
Karangpawitan........................................................................................... .................
15. Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja dan Bekerja y ang Terlibat Pada 57
Kegiatan Industri Penyamakan dan Kerajinan Barang-Barang dari Kulit Garut
Tahun 2000......................................................................... ........................................
16. Batas Wilayah Sentra Industri Penyamakan Kulit di Wilayah Sukaregang. 60
Kabupaten Garut .......................................................................................................
17. Volume Air Limbah dan Lumpur Sentra Industri Penyamakan Kulit di Wilayah 61
Sukaregang. Kabupaten Garut ..................................................................................
18. Unit Pengolahan Air Limbah Terpadu di Wilayah Sukaregang Garut ........................ 62
19. Daftar Jumlah Unit Usaha Industri Penyamakan Kulit di Kabupat Garut Tahun 64
2003.................................................................................................................
20. Jumlah Unit Usaha Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Rukun Warga 65
(RW) y ang Termasuk Wilayah Sukaregang Garut..............................................
21. Karakteristik Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Jumlah Pegawai dan 65
Peralatan y ang Dimiliki di Sentra Sukaregang Garut Tahun 2003......................
22. Karakteristik Industri Penyamakan Kulit Berdasarkan Jumlah Pegawai di 66
Sentra Sukaregang Garut .................................................................................
23. Asal Bahan Baku Kulit yang Didatangkan Ke Sentra Sukaregang Kabupaten Garut 67
No Halaman
24. Harga rata-rata bahan baku kulit mentah di wilayah Sukaregang Garut ................ 68
25. Jumlah rata-rata Bahan Kimia yang digunakan dalapm proses penyamakan di 69
wilayah Sukaregang Kabupaten Garut setiap bulan...................................................
26. Urutan Proses Produksi Penyamakan Kulit di wilayah Sukaregang Garut .......... 70
27. Daftar harga jasa layanan mesin di wilayah Sukaregang Kabupaten Garut s.d 30 73
Desember 2004..........................................................................................................
28. Jumlah Unit Mesin / Peralatan yang terdapat di wilayah Sukaregang Garut....... 74
29. Jumlah kulit tersamak yang dieksport dari Kabupaten Garut tahun 2003................. 76
30. Daftar harga kulit tersamak di wilayah Sukaregang Kabupaten Garut s.d 30 76
Desember 2004..........................................................................................................
31. Kapasitas dan Nilai Produksi Barang -barang Kulit Sentra Sukaregang Garut 77
dalam satu bulan..............................................................................................
32. Daftar Jenis Hasil Produksi Kerajinan Barang Kulit di Kabupat Garut tahun 77
2003.................................................................................................................
33. Persentase jumlah unit usaha kerajinan produk kulit pada masing-masing 78
Kelurahan/Desa di Wilayah Sukaregang Garut .................................................
34. Karakteristik Industri Kerajinan kerajinan produk kulit berdasarkan Jumlah 79
Pegawai di Wilayah Sukaregang Garut .............................................................
35. Karakteristik Industri Kerajinan produk kulit berdasarkan Jumlah Pegawai 80
pada masing-masing Kelurahan/Desa di Wilayah Sukaregang Garut................
36. Karakteristik Industri produk kulit berdasarkan Jumlah Jenis Komoditi, 81
Pegawai dan Peralatan yang dimiliki tahun 2003.............................................
37. Jumlah komoditi industri barang-barang yang terbuat dari kulit yang dieksport 82
dari Kabupaten Garut tahun 2003.............................................................................
38. Daftar nama perusahaan Industri penyamakan kulit berdasarkan lamanya jadi 84
penghuni dan tahun berdiri di Wilayah Sukaregang...................................................
39. Rata-rata Jumlah Kulit yang disamak dalam satu hari di Sentra Sukaregang 86
Garut tahun 2005..............................................................................................
40. Jumlah Pegawai dan Mesin Jahit yang dimiliki Empat Kelurahan/Desa di 91
Wilayah Sukaregang tahun 2003......................................................................
41. Proses Penyamakan Kulit di Wilayah Sukaregang Garut.......................................... 92
42. Jenis Limbah yang memiliki nilai Ekonomis di Wilayah Sukaregang Garut............... 94
43. Jumlah bahan pembantu penyamakan kulit dalam satu bulan di wilayah 95
Sukaregang Garut ............................................................................................
44. Volume limbah pada proses Penyamakan Kulit (tiap proses 1 ton bahan baku) di 95
wilayah Sukaregang Garut.........................................................................................
45. Keadaan Umum Pengelolaan Limbah di wilayah Sukaregang Garut........................ 96
46. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Manfaat 106
Langsung..................................................................................................... ...............
47. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 106
Menunjang Ekonomi..................................................................................................
48. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 107
Kesejahteraan................................................................................................ ............
vii
No Halaman
49. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 108
Keuntungan Ekonomi.................................................................................................
50. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 109
Keterlibatan dalam Pekerjaan....................................................................................
51. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Aspek Ekonomi ........................ 110
52. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 112
mengenai Lama Tinggal.............................................................................................
53. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 113
mengenai Air Sumur...................................................................................................
54. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Te rhadap Aspek Sosial 114
Mengenai Kualitas Air Sekitar Pabrik Kulit.................................................................
55. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 114
Mengenai Penggunaan air sungai..............................................................................
56. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 115
Mengenai Kesehatan.................................................................................................
57. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Aspek Sosial ............................. 116
58. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Manfaat 118
Langsung ..................................................................................................................
59. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Menunjang 119
Ekonomi. ..................................................................................................................
60. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 120
Kesejahteraan. .........................................................................................................
61. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 121
Keuntungan Ekonomi.................................................................................................
62. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek 121
Keterlibatan dalam Pekerjaan....................................................................................
63. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Aspek Ekonomi........................... 122
64. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 124
mengenai Lama Tinggal.............................................................................................
65. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 125
mengenai Air Sumur...................................................................................................
66. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 126
Mengenai Kualitas Air Sekitar Pabrik Kulit.................................................................
67. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 126
Mengenai Penggunaan air sungai..............................................................................
68. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Industri Terhadap Aspek Sosial 127
Mengenai Kesehatan.................................................................................................
69. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Aspek Sosial .............................. 128
70. Hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dengan persepsi mereka mengenai 130
aspek ekonomi ..........................................................................................................
71. Hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dengan persepsi mereka mengenai 132
aspek Sosial ..............................................................................................................
72. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah........................... 134
viii
No Halaman
73. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Upaya Pengelolaan Limbah............................ 135
74. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Hasil Pengelolaan Limbah.............................. 135
75. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Limbah terhadap Kualitas Perairan.. 136
76. Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Limbah Terhadap Kondisi Air Sungai 137
77. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Dampak Limbah ....................... 137
78. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah..................... 140
79. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Upaya Pengelolaan Limbah............................. 141
80. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Hasil Pengelolaan Limbah............................... 142
81. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Limbah terhadap Kualitas Perairan... 143
82. Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Limbah Terhadap Kondisi Air Sungai. 144
83. Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Dampak Limbah ........................ 144
84. Hubungan antara masyarakat hulu dan hilir dengan persepsi mereka mengenai 147
aspek Limbah ............................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran............................................................................................... 7
2. Sketsa tahapan proses dalam mengubah kulit mentah menjadi kulit siap samak......... 12
3. Beberapa alternatif pilihan pengolahan air limbah untuk setiap fase pengolahan......... 29
4. Aerasi dengan memasukkan udara kedalam limbah..................................................... 31
5. Aerasi dengan menggunakan baling baling .................................................................. 31
6. Proses pembentukan persepsi model Litterrer. ............................................................ 38
7. Persentase jumlah penduduk yang terlibat pada kegiatan industri kulit di Kabupaten 58
Garut tahun 2000
8. Persentase jumlah penduduk berdasarkan angkatan kerja dan yang bekerja di 59
Kabupaten Garut tahun 2000
9. Persentase Status Penduduk Pengusaha Pabrik.......................................................... 63
10. Persentase Penggunaan Jenis Bahan Baku Kulit Samak............................................. 69
11. Proses pengeringan kulit di Wilayah Sukaregang Garut............................................... 71
12. Proses penyamakan kulit di Wilayah Sukaregang Garut. ............................................. 72
13. Persentase Kontinuitas Proses Produksi Penyamakan kulit di Wilayah Sukaregang 74
Garut...................................................................................................................... ........
14. Persentase Sebaran Umur Pengusaha Industri Kulit.................................................... 85
15. Prosentase Sebaran Status Pendidikan Pengusaha Industri Kulit................................ 85
16. Kegitan Pekerja dalam Proses Penyamakan Kulit........................................................ 87
17. Proses produksi barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. .................................... 89
18. Persentase status pekerjaan pengrajin barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. 90
19. Jenis Limbah Padat di Wilayah Sukaregang Garut....................................................... 93
20. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dengan sistem yang dikelola secara 97
individu..............................................................................................................
21. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dengan sistem terpadu............................. 98
22. Kondisi Limbah penyamakan kulit di kali yang berada di kp. Jangkurang 99
Kelurahan Sukamentri Kecamatan Garut Kota. ....................................................
23. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Jenis Kelamin............................. 100
24. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Usia ................................................... 101
25. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Status Pendidikan....................... 101
26. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Status Kependudukan ..................... 102
27. Persentase Sebaran Masyarakat Hulu Berdasarkan Pekerjaan .......................................... 102
28. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 103
29. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Usia.............................................. 103
30. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Status Pendidikan........................ 104
31. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Status Kependudukan.................. 104
32. Persentase Sebaran Masyarakat Hilir Berdasarkan Pekerjaan..................................... 105
33. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Manfaat Langsung Dari Industri kulit 110
x
No Halaman
34. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Dapat Menunjang 110
Ekonomi......................................................................................................... ................
35. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit kehidupan menjadi 111
sejahtera......................................................................................................................
Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Menguntungkan 111
Secara Ekonomi.................................................................... .....................................
36. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Lamanya Tinggal............................................ 116
37. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Kondisi Air Sumur.......................................... 116
38. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai kualitas air disekitar pabrik industri kulit.. 117
39. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai menggunakan air sungai................................ 117
40. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai keluhan kesehatan akibat limbah............ 117
41. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Manfaat Langsung Dari Industri Kulit 122
42. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Dapat Menunjang 122
Ekonomi.........................................................................................................................
43. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit kehidupan menjadi 123
sejahtera............................................................................................................
44. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Adanya Industri Kulit Menguntungngkan 123
Secara Ekonomi................................................................................................
45. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Lamanya Tinggal .................................................. 128
46. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai Kondisi Air Sumur ................................................. 128
47. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai kualitas air disekitar pabrik industri kulit.. 129
48. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai menggunakan air sungai ...................................... 129
49. Persentase Masyarakat Hulu Mengenai keluhan kesehatan akibat limbah............ 129
50. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah..... 138
51. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Upaya Pengusaha Industri Kulit 138
Dalam Mengola Limbah..............................................................................................
52. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Hasil Pengolahan Limbah Industri 139
Kulit........................................................................................................... ....................
53. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Kualitas Air Disekitar Pabrik 139
Industri Kulit...................................................................................................................
54. Persentase Persepsi Masyarakat Hulu Mengenai Kondisi Air Sungai........................... 139
55. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah...... 145
56. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Upaya Pengusaha Industri Kulit 145
Dalam Mengola Limbah..............................................................................................
57. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Hasil Pengolahan Limbah Industri 145
Kulit. .............................................................................................................................
58. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Kualitas Air Disekitar Pabrik Industri 146
Kulit................................................................................................................................
59. Persentase Persepsi Masyarakat Hilir Mengenai Kondisi Air Sungai. ......................... 146
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
xii
I. PENDAHULUAN
mudah.
berkelanjutan.
kebijakan, dan n
i stitusi pendukungnya. Kondisi tersebut menjadi lebih krusial
lagi pada tingkat regional yang baru saja berotonomi. Sumberdaya manusia yang
ada tidak saja terbatas dalam segi pengetahuan dan keterampilan, namun juga
dipersulit oleh besarnya jumlah populasi yang harus dikelola untuk mendukung
sebagai suatu tanggungjawab politis belaka, melainkan suatu kewajiban yang perlu
(Djajadiningrat, 2001).
menimbulkan kerugian.
2
Setiap usaha pembangunan sangatlah penting untuk selalu
digolongkan menjadi faktor ekonomi dan non ekonomi (seperti sistem hukum,
lingkungan hidup pada tingkat nasional menjadi kebijakan dan aturan yang sesuai
diri dalam Industri kecil dan menengah, khususnya industri rumahan, Wilayah ini
adalah merupakan sentra yang memiliki nilai ekologi dan ekonomi penting; tidak
hanya bagi Kabupaten Garut tapi juga bagi berbagai kabupaten dan Kota lain
yang berwawasan lingkungan yang tepat dan konsisten, maka berbagai proses
3
penduduk dengan perubahan lingkungan disekitarnya, maka perubahan
lingkungan menjadi hal yang sangat serius untuk diperhatikan dan dipecahkan di
Kabupaten Garut.
Sebagian perubahan itu telah direncanakan dan dikehendaki, sebagian lagi terjadi
pembangunan.
Pada lingkup yang lebih spesifik di Kabupaten Garut pada saat sekarang
tersebut paling banyak terdapat unit usaha kerajinan barang kulit dan sejenisnya .
Kecamatan Garut Kota, dan Karang Pawitan Kabupaten Garut ini perlu diketahui
sekitarnya.
terdapat sejumlah industri rumahan pengolahan kulit baik Industri kecil maupun
pembangunan industri pengolahan kulit ini antara lain adanya perubahan pada
dengan kesiapan secara mental bagi para pelakunya, sehingga dampak negatif
4
Adanya proyek-proyek pembangunan pada umumnya akan menimbulkan
perubahan pada lingkungan, tak terkecuali industri pengolahan kulit yang ada di
Kabupaten Garut akan memunculkan persoalan baik pada lingkungan fisik, kimia,
biologi, maupun sosial ekonomi dan sosial budaya bagi masyarakat sekitar
berbagai aspek akan berdampak saling kait mengkait satu dengan lainnya.
Atas dasar itulah peneliti ingin melakukan kajian mengenai dampak limbah
berada di sekitar industri tersebut yang ada di wilayah Kabupaten Garut. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut peneliti mengambil sebuah topik yang dituangkan
penelitian adalah:
Kabupaten Garut
Kabupaten Garut
5
3. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap dampak industri pengolahan
kulit
Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang karakteristik pelaku ekonomi dan
bahan kimia yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan secara umum,
pengolahan kulit bisa berbeda. Hal tersebut bisa dilihat tidak hanya dari aspek
kerja secara operasional tetapi juga akan terlihat dari sikap mereka dalam
6
Pengaruh dari Industri pengolahan kulit di Kabupaten Garut terhadap
lingkungan sosial ekonomi dan lingkungan Biofisik bagi masyarakat yang ada
disekitarnya akan ada, terlepas apakah pengaruh itu positif atau negatif. Kalau
akan merugikan tidak saja bagi pelakuku ekonomi secara khusus tetapi bagi
masyarakat secara umum. Hanya seberapa besar dampak tersebut muncul tentu
hal inilah yang menjadi tujuan dalam penelitian ini selain faktor-faktor yang
pengembangan industri yang dilakukan Sub Dinas Industri Kabupaten Garut tahun
2003, diketahui bahwa pada tahun 2002 terdapat 11.136 jumlah unit usaha yang
menyerap tenaga kerja 52.693 orang dengan investasi yang tertanam sebesar
7
Produk yang dihasilkan memiliki peluang pemasaran yang paling baik adalah
barang kulit (jaket, sarung tangan, jok kursi, sepatu, tas, topi ikat pinggang, dll.)
kain sutera, batik tulis, makanan, minyak akar wangi, dan kerajinan akar wangi.
terdapat tidak kurang 71 unit usaha kerajinan barang kulit dan sejenisnya yang
pertimbangan. Terdapat 4 desa yang secara kuantitatif paling banyak unit usaha
tersebut adalah Desa Kota Wetan, Sukaresmi, Suci, dan, Karang Mulya
sangat besar terhadap pencemaran lingkungan sekitar, karena tidak sedikit para
dikelola dengan baik tersebut. Air sungai menjadi keruh, berbusa dan
menimbulkan bau. Hal ini menganggu terhadap kesehatan baik rasa bau yang
sangat menyengat atau timbulnya gatal-gatal di kulit akibat dari penggunaaan air
sungai secara langsung oleh masyarakat terutama bagi para petani yang
menggunakannya untuk pengairan kolam air tawar atau lahan pertanian. Air tidak
8
Akibat dari adanya pencemaran yang secara langsung berdampak negatif
bagi masyarakat sekitar tidak jarang terjadi konflik antara masyarakat dengan
merasa dirugikan.
Kabupaten Garut ?
secara spesifik, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada bagaimana
terkait.
keputusan dalam rangka early warning system. dapat juga digunakan sebagai
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2) Industri sandang dan kulit, yang meliputi industri pertenunan, industri batik,
3) Industri kimia dan serat, yang meliputi industri minyak atsiri, industri
komponen karet, industri vulkanisir ban, industri peti kemas dan kayu.
4) Industri barang logam, alat angkut dan jasa, yang meliputi industri
sebagai berikut :
6) Kegiatan usaha bersifat informal, pola kegiatannya tidak teratur, baik dari
didominasi oleh (1) proses produksi yang sangat padat karya sehingga dapat
yang lebih cocok dengan kondisi ekonomi, sosial, serta fisik daerah pedesaan,
(3) penggunaan dana yang relatif kecil dengan sumber dana berupa uang atau
Industri kulit meliputi industri penyamakan kulit , industri sepatu/ alas, dan
industri barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. Industri penyamakan kulit
adalah industri yang mengolah bahan mentah (hides dan atau skins) menjadi
kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak
kulit jadi menjadi barang-barang untuk keperluan manusia meliputi tas, koper,
11
ikat pinggang, sarung tangan, jaket kulit wayang kulit, serta hasil tatah dan ukir
diharapkan taraf hidup masyarakat akan dapat meningkat pula. Akan tetapi, di
sampingnya yang berupa limbah. Misal, timbulnya limbah padat (solid wastes)
limbah cair (liquid wastes) maupun limbah gas (gaseous wastes). Ketiga jenis
limbah ini ada kalanya keluar sekaligus dalam tahapan proses industri atau satu
proses mengubah kulit mentah menjadi kulit siap samak tentunya akan
menghasilkan limbah juga, yang apabila tidak dikelola dengan cara-cara baik
12
Menurut Mahida (1993) limbah adalah buangan cair yang berasal dari
dengan komponen utamanya adalah air yang telah digunakan. Limbah cair
industri kecil.
dan anorganik. Bahan organik pada limbah umumnya terdiri dari senyawa-
berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah tersebut ada yang dihasilkan dari
akibat selama tahapan proses penyamakan kulit, ada pula limbah yang
dihasilkan setelah selesai proses penyamakan kulit. Khusus untuk limbah yang
limbah yang berbeda macam dan komposisinya. Limbah yang ditimbulkan akibat
dari proses penyamakan kulit bersumber dari kelebihan bahan kimia yang
Limbah lain yang dihasilkan selama proses pengolahan kulit jadi atau
bahan mentah bisa berupa rambut dan wool, protein non kolagen dan kolagen,
kulit berasal dari perendaman, dan pengapuran, pembuangan bulu atau rambut,
Secara umum bahwa sifat-sifat limbah industri pengolahan kulit; total padatan
tinggi keras, penggaraman, sulfida, kromium, pH, endapan kapur, dan BOD
13
sedangkan cara pengolahannya melalui perataan, sedimentasi, dan perlakuan
biologi
cair terutama ketika proses pengolahan kulit di rumah basah (beam house) pada
pengasaman. Limbah cair dari rumah basah berupa limbah pada saat proses
pencucian dimana kadar garam yang digunakan pada proses ini biasanya sangat
tinggi, di samping itu limbah cair yang bersifat asam dan limbah cair yang bersifat
hari maupun diantara tahapan proses (Winter, 1984). Kualitas dan macam bahan
mentah dan macam produk akhir juga berpengaruh terhadap karakteristik limbah
bahan yang dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses -
proses alam dan tidak, atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
yang negatif karena penanganan limbah memerlukan biaya yang cukup besar, di
sebabkan oleh adanya limbah tersebut timbul apabila lingkungan sudah tidak
mampu lagi untuk menetralisir pengaruhnya. Sementara itu Henry dan Heinke
(1989) dan Mahida (1992) menyatakan bahwa limbah adalah buangan cairan
dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah
digunakan dengan minimal 0,1 % bagian berupa zat padat yang terdiri dari
14
senyawa organik dan anorganik. Selanjutnya Partoatmodjo (1991) dan
Kustaman (1991) membagi limbah menjadi tiga yaitu: limbah yang berbentuk
padat (limbah padat), limbah yang berbentuk cair (limbah cair) dan limbah yang
penyakit, namun kandungan bahan organik yang tinggi dapat merupakan sumber
(1998) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi; limbah padatan dan
lumpur, cair, dan gas (bau). Limbah industri penyamakan kulit juga ditentukan
oleh penggunaan bahan bakunya baik kulit besar maupun kulit kecil, bahan
tahapan proses, kapasitas sampai kepada jenis produk yang dihasilkan. Sumber
Limbah tersebut selain berada dalam bentuk padatan, cairan dan gas juga
Waste Water).
15
2.3.2.1 Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit.
penyamakan kulit yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Sifat dan
Tabel 1 Sifat dan karakteristik limbah cair penyamakan kulit menurut jenis
tahapan prosesnya
Input Proses Limbah
Kulit mentah kering, 200-1000 % air, Perendaman (Soaking) Sisa daging, darah, bulu,
1 g/l obat pembasah dan antiseptik garam, mineral, debu dan
(tepol,molescal,cysmolan), kotoran lain.
Kulit yang sudah di rendam, 300 - Buang bulu (Unhairing) Air yang berwarna putih
400 % air, 6 -10 % Kapur tohor (Ca dan pengapuran (Liming) kehijauan dan kotor,
(OH)2), 3 - 6 % Natrium sulphida mengandung kalsium, natrium
(Na2 S). sulphida, daging dan
lemak.albumin, bulu, sisa
Kulit, 200 -300 % air, 0,75-1,5% Pembuangan Nitrogen amonia.
asam (H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, (Deliming) kapur
Dektal).
Kulit, 200 -300% air hangat 35 °C, Pengikisan Lemak.
0,8 -1,5% Oropon atau Enzylon. (Bating).protein
Kulit, 80 -100% air, 10-12 % Pengasaman (Pickling) Protein, sisa garam,
garam dapur, 0,5-1 % asam sejumlah kecil mineral.
(H2SO4, HCOOH).
Kromium Sulphat Basa Penyamakan krom Krom
(Chrom e Tanning)
Sumber: Bapedal (1996)
cair/bubur/lumpur. Jenis limbah padat pada industri penyamakan kulit terdiri dari:
yang tidak larut dalam air ataupun yang tidak mencemari udara (limbah padat
b. Limbah padat yang bisa ditimbun tapi membahayakan. Adalah limbah padat
16
yang secara kimia stabil, namun secara fisik belum stabil.
c. Limbah padat yang tidak bisa ditimbun. Adalah limbah padat yang secara
disamak dan limbah padat telah disamak. Limbah padat kulit hewan yang tidak
disamak adalah bulu, sisa fleshing, trimming (pengguntingan tepi), dan split.
Limbah padat kulit hewan yang telah disamak adalah sisa pengetaman, dan
semua limbah industri penyamakan kulit yang berbentuk gas atau berada dalam
fase gas. Proses penyamakan kulit mulai dari beam house sampai dengan
terjadinya pencemaran gas buang dan partikel debu lebih banyak bersumber dari
proses finishing. Meskipun demikian gas buang kemungkinan dapat terjadi pula
pada proses perlakuan basah. Pada industri penyamakan kulit, sumber gas
buang dan partikel debu berasal dari beberapa peralatan produksi sebagaimana
Tabel 2 Sumber gas buang dan partikel debu yang dihasilkan industri
penyamakan kulit
17
Dari tiga jenis limbah yang dihasilkan industri penyamakan kulit tersebut
bagian yaitu: (1) sifat fisik, (2) sifat kimia, dan (3) sifat biologis. (Sundstrom,
1979)
Sifat fisik limbah merupakan sifat dari parameter kualitas limbah yang
memiliki penjelasan secara fisik. Parameter fisik kualitas limbah antara lain
tersuspensi, warna, bau, kekeruhan, dan daya hantar listrik. Tingkat perubahan
18
a. Kecerahan perairan.
b. Suhu
menghasilkan bau misalnya H2S dan NH3 maka akan menimbulkan bau
19
busuk yang sangat menyengat (Koziorowski dan Kucharski, 1972,
bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih
terjadinya bau busuk, gas metana, dan pencemaran terhadap air tanah dan
proses penyamakan kulit akan terjadi timbunan yang berlapis pada tanah
e. Kekeruhan
20
2.3.3.2 Sifat Kimia Limbah,
senyawa fenol, pestisida, logam-logam dan deterjen. Beberapa sifat kimia limbah
skala berkisar antara 0 sampai 14. keadaan dikategorikan netral bila nilai
bersifat asam, dan sebaliknya bila nilai pH lebih besar dari 7, maka
limbah yang berasal dari industri yang memiliki kandungan bahan organik
terjadinya karat pada benda-benda yang terbuat dari baja atau besi.
terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air oksigen terlarut
21
(DO) merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan di dalam air. Standar
minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan apabila
Jika bahan organik yang belum diolah dan dibuang kedalam air,
Oksigen diambil dari yang terlarut di dalam air dan apabila pemberian
akan turun mencapai titik nol, dengan demikian kehidupan dalam air akan
BOD ini menunjukan bahwa derajat pengotoran air limbah adalah semakin
semakin tinggi nilai COD, sehingga tinggi rendah nilai COD menentukan
berbeda. Nilai COD umumnya lebih tinggi dari BOD karena jumlah senyawa
22
kimia yang dapat dioksidasi secara kimiawi lebih besar daripada oksidasi
akan menimbulkan dampak yang positif juga sangat mungkin akan menimbulkan
dampak dampak negatif, terutama perlu diperhatikan efek samping dari limbah
Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair
(liquid wastes), maupun limbah gas (gaseous wastes). Ketiga jenis limbah ini
dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai
Dalam hal ini Sugiharto (1987), menyatakan bahwa efek samping dari
3) Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti
23
4) Dapat merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk dan
samping yang akan ditimbulkan oleh adanya suatu industri sebelum industri
limbah serta teknik yang dipergunakan dalam pengolahan, dan bahan yang
bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah pada umumnya dapat
Beberapa jenis penyakit menular yang disebarkan melalui limbah berasal dari
(Slamet, 1996).
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, air limbah juga
24
suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar (Sugiharto,
1987).
suatu badan perairan, akan dapat mengancam kehidupan biologis pada badan
air tersebut. Kandungan bahan organik yang tinggi di dalam air akan
menurunkan kadar oksigen sebagai akibat dari terjadinya proses oksidasi oleh
bau yang tidak sedap juga menimbulkan warna yang sangat kotor sehingga
dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang
penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta
proses penyamakan kulit selain limbah yang berupa padat seperti bulu, kalsium
karbonat, sisa irisan lemak dan daging, dapat menyenbabkan air menjadi keruh
proses terjadinya karat terutama pada benda-benda yang terbuat dari logam,
25
pada limbah dari pengolahan kulit, karena mengandung banyak lemak dari kulit
yang dibersihkan maka limbah yang mengandung lemak akan menempel pada
yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan tersebut di atas
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) pengolahan secara mekanis yang terdiri
buih, dan sedimentasi atau pengendapan; (2) pembenahan secara kimiawi yang
meliputi proses adsorbsi, pertukaran ion, osmosis, dan oksidasi kimia; (3)
mikroorganisme baru.
limbah berikut tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 4.
26
Tabel 4. Jenis kegiatan dan tujuan pengolahan air limbah
Pada setiap fase di atas terdapat beberapa jenis pengolahan yang dapat
diterapkan. Dari beberapa jenis tersebut bisa dipilih salah satu yang diperkirakan
27
2.5.1 Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
cara melewatkan air limbah melalui para-para atau saringan kasar, atau
dagunakan alat pemecah (comminutor) untuk memotong zat padat yang terdapat
dalam air limbah tanpa mengambilnya secara manual dari dalam aliran tersebut.
berupa pasir, koral, atau zat padat berat lainnya yang mengalami penurunan
kecepatan, atau mempunyai gaya berat lebih besar dari zat organik yang dapat
membusuk di dalam air limbah. Pada umumnya bak ini direncanakan untuk
(Sugiharto, 1987).
28
Pengolahan Pengolahan pertama 67890-=., Pembuangan
Pengolahan ketiga Pembubuhan klor
pendahuluan Kimia fisikua lanjutan
Air buangan
Air penampung
Penyerapan
Pelunakan penggumpalan Pengapungan Bak aerasi ozonisasi
karbon
Penggumpalan &
Pembakaran
pengendapan
Pengolahan
lumpur lumpur Penutupan
tanah
Ke laut
29
2.5.2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment).
kondisi tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan
ini akan mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis berikutnya dan
ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain; jumlah air limbah, tingkat
kekotoran, jenis kotoran yang ada dan sebagainya. Reaktor pengolah lumpur aktif
dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam tahap ini. Pada proses
penggunaan lumpur aktif (activated sludge), air limbah yang telah lama,
ditambahkan pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri
secara cepat agar proses biologis dalam penguraian bahan organik berjalan lebih
cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid).
Terdapat dua hal yang penting dalam proses biologis ini yaitu: (1) proses
memasukan udara ke dalam limbah, dan (2) memaksa air ke atas untuk berkontak
dengan oksigen.
30
a. Memasukan udara ke dalam limbah.
Memasukan udara atau oksigen ke dalam limbah melalui benda porous atau
pemberian oksigen berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle tersebut
diletakkan di dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan berasal dari udara luar yang
tersebut:
Gelembung udara
Tekanan udara
Gambar 4. Aerasi dengan memasukkan
udara kedalam limbah
Proses ini adalah cara mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui
pemutaran baling-baling yang diletakan pada permukaan air limbah. Akibat dari
pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas sehingga terjadi kontak langsung
Limbah terangkat
dan kontak
dengan udara
31
2.5.4 Pengolahan Ketiga (Tertary Treatment).
pengolahan kedua masih terdapat zat berbahaya bagi masyarakat umum, biasanya
zat pembunuh kimia termasuk klorin dan komponennya mematikan bakteri dengan
cara merusak atau menginaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding
sel. Mekanisme lain dari desinfeksi adalah dengan cara merusak langsung dinding
sel seperti yang dilakukan apabila menggunakan bahan radiasi ataupun panas.
Dari setiap tahap pengolahan air limbah, hasilnya adalah berupa lumpur
dimanfaatkan. Pembuangan akhir dari lumpur dan zat padat biasanya tergolong
Baku mutu adalah suatu aturan (berupa angka resmi) yang harus
dilaksanakan yang berisi tentang spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh
32
dibuang / jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien (Suratmo,
baku mutu merupakan sfesifikasi dan jumlah bahan pencemar yang mungkin boleh
dibuang baik di darat, di udara, maupun di air. Jadi baku mutu limbah cair berarti
pencemaran berupa limbah cair. Baku mutu limbah padat merupakan pencemaran
berupa limbah padat, dan baku mutu udara merupakan pencemaran berupa gas
suatu usaha dari kegiatan. Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap bahan
yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Dalam UUPLH pasal 16.1
pengolahan tersebut.
berbahaya dan beracun (B3) mempunyai potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan efek negatif. Untuk itu pemerintah mengaturnya dalam pasal 18.3
dalam izin melakukan usaha atau kegiatan, dikenakan kewajiban yang berkenaan
33
pengolahan dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang wajib dilaksanakan
oleh penanggung jawab usaha atau kegiatan harus dicantumkan dan dirumuskan
dengan jelas dalam izin melaksanakan usaha atau kegiatan. Misalnya kegiatan
untuk mengolah limbah, syarat mutu limbah yang boleh dibuang ke dalam media
menghasilkan limbah. Pada umumnya limbah ini harus diolah terlebih dahulu
Baku mutu air limbah di suatu daerah biasanya ditetapkan oleh pemerintah
daerah tersebut, sehingga baku mutu ambiennya tidak sampai terlampaui. Secara
umum baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri di Indonesia diatur berdasarkan
tanggal 23 Oktober 1995, SK tersebut (Terlampir). Baku mutu limbah cair dibagi
dalam empat golongan, yaitu; golongan I, II, III, dan IV. Golongan I adalah baku
mutu air limbah yang paling ketat, sedangkan golongan IV merupakan baku mutu air
34
cukup besar (Murthado dan Said, 1988). Limbah yang dibuang kelingkungan tanpa
badan air. Tempat limbah tersebut dibuang dapat tercemar jika kemampuannya
untuk menerima beban pencemaran terlampaui, sehingga persediaan air yang dapat
diantaranya mengolah dan mendaur ulang limbah tersebut sehingga hasilnya dapat
dari hanya sekedar barang buangan menjadi sumberdaya (Soemarwoto dalam Neis,
1989). Mengolah dan mendaur ulang limbah membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Terutama apabila hasil yang diharapkan lebih efektif dan effesien maka teknologi
Tak terkecuali aspek ekonomi pengolahan limbah bagi pengelola industri kulit
atas pengolahan limbah yang dilakukannya, dengan biaya (cost) yang dikeluarkan
2.8 Persepsi.
kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu. (Chaplin,
1997). Persepsi seseorang terhadap suatu objek atau kondisi lingkungan tertentu
akan mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya terhadap obyek atau kondisi itu
35
cara melihat, kekaguman, kepuasan serta harapan-harapan yang diinginkan dari
menyatakan bahwa
dipilihnya.
Dalam hal ini Combs, Avila, dan Burkey (dalam Asngari, 1984:11)
how things seen to them, espicially in reference to how individuals view themselves
36
…it (perception) has something to do with awareness of the objects or
condition about us. It is dependent to a large entent upon the impression
theese object make upon our senses. It is the way things look to us, or the way
they sound, feel, taste or smell. But perception also involves, to some degree,
and understanding awarennes, a meaning or ecognition of these objects.
adalah suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambaran unik
Jadi persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap
mempengaruhi lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut sejalan
dengan Malcom Hardy dan Steve Hayes (1988:94) bahwa perkembangan persepsi
37
Dipihak lain Littererrer dalam Asngari (1984) mengemukakan bahwa persepsi
orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau
tindakan. Sehingga individu perlu mengerti dengan jelas tentang tugas dan tanggung
bahwa proses persepsi meliputi suatu interaksi yang yang sulit dari kegiatan seleksi,
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Litterrer (dalam Asngari, 1984 : 17-18)
bahwa ada tiga (tiga) mekanisme dalam pembentukan persepsi yaitu “selectivity,
Kenudian informasi yang masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna,
yang penting (Asngari, 1984 : 12-13). Selain itu persepsi bukan hanya dipengaruhi
38
oleh karakteristik pengalaman masa silam, tetapi karakteristik responden meliputi
Persepsi dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu (internal) dan faktor di
pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Sedangkan yang
termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan
keadaan; (2) perbedaan kemampuan alat indera; (3) perbedaan sikap, nilai, dan
kecenderungan untuk mengingat pesan yang sesuai dengan sikap, nilai dan
39
III. METODE PENELITIAN
Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Peta lokasi disajikan pada lampiran 1.
Penelitian dilaksanakan selama Lima bulan mulai bulan Januari sampai dengan
Mei 2005.
alat perekam (tape recorder), perangkat lunak (soft ware) untuk analisis data,
metode survey deskriptif (Suratmo, 2002; Singarimbun dan Efendi, 1989). Jenis
data yang dikumpulkan terdiri dari : (1) data primer yang diperoleh secara
industri penyamakan kulit yang berkaitan dengan aspek sosial ekonomi, aspek
penyamakan kulit, (2) data sekunder meliputi keadaan umum wilayah, kondisi
sosial ekonomi, dan lain-lain yang diperoleh dari data potensi dari empat desa
konsultasi dengan Dinas Instansi atau fihak swasta dan lainnya yang terkait.
fenomena sosial yang terjadi di Kabupaten Garut, yang berhasil diamati oleh
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha industri kulit yang berada
Kabupaten Garut, dan masyarakat yang terkena dampak baik masyarakat hulu
yang berada disekitar pabrik kulit maupun masyarakat hilir yang berada
Kabupaten Garut.
41
dan Effendi, 1995). Stratifikasi kesatu dilakukan dalam pengambilan sampel dua
terdapat 290 Unit Usaha Industri Kulit yang yang terdaftar dan sifatnya sangat
38 Unit usaha.
adanya dampak langsung bagi masyarakat yang berada di desa sekitarnya yaitu
sebagai lokasi studi. Kelurahan atau Desa tersebut adalah Kelurahan Kota
42
3.3.2 Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data primer
baik hulu maupun hilir, persepsi masyarakat terhadap dampak Industri kulit
Hal yang sama dilakukan juga kepada pengusaha industri kulit di wilayah
seperti
3. Kantor Kepala Desa Kota Wetan, Desa Sukaresmi, Desa Suci, dan
6. Literatur
43
Tabel 5. Teknik pengumpulan data
Unit Teknik Teknik
Variabel Pengambilan Pengumpulan
Contoh
sampel/contoh data
1. Karakteristik Unit pengusaha Proportionale Dilakukan
Usaha Industri Kulit industri Stratified Rundom dengan teknik
2. Karakteristik pengolahan Sumpling) observasi dan
Pengusaha Industri kulit (Singarimbun dan wawancara,
Kulit Effendi, 1995) dengan
3. Sistim Pengolahan menggunakan
Limbah kuisioner.
4. Karakteristik Masyarakat purposive dan Dilakukan
masyarakat Hulu dan quota sampling dengan teknik
5. Persepsi, terhadap Masyarakat (Singarimbun, observasi dan
Dampak Industri kulit Hilir 1989) wawancara,
6. Persepsi terhadap dengan
Limbah industri kulit menggunakan
kuisioner,
rataan.yang disajikan dalam bentuk tabulasi, antara lain yang berkaitan dengan
status kependudukan, jumlah unit usaha, jumlah pegawai, jumlah produksi, skala
44
3.4.2 Proses Pembuangan Limbah Industri Pengolahan Kulit
diperoleh dari data hasil pengisian kuisioner dan wawancara langsung terhadap
responden terpilih baik dari kacamata; Individu, Pengusaha, maupun dari Proses
45
Tabel 6. Kategori skala Likert dihubungkan dengan kualitas persepsi.
Dalam hal ini Identitas dan latar belakang responden digunakan sebangai
dan persepsi masyarakat hilir dengan peubah tak bebas yaitu dampak akibat
46
responden akan digunakan uji statistik dengan prosedur Korelasi Rank
6 bi 2
=1-
n (n2 - 1 )
Dimana :
1 = Bilangan konstan
6 = Bilangan konstan
bi = Beda antar dua pengamatan berpasangan
n = Banyak pengamatan
S
W =
1/12 k2 (N3 – N)
Dimana :
w = Koefisien konkordasi dari Kendal
s = Jumlah kuadrat deviasi observasi dari mean Ri
1/12 = Bilangan konstan
k = jumlah komponen ranking penjenjangan
N = banyaknya objek atau individu yang diberi ranking.
hubungan.
47
2. Hubungan dari dua gejala yang ada merupakan gejala-gejala yang
rumah tangga dengan jumlah pekerja 1–4 orang, Industri kecil dengan jumlah
pekerja 5-19 orang, Industri sedang dengan jumlah pekerja 20–99 orang,
(hides dan atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan
4. Industri barang-barang kulit adalah industri yang mengelola kulit jadi menjadi
5. Kulit adalah bagian penutup tubuh dari semua jenis hewan besar maupun
kecil yang diambil untuk disamak disebut juga hide atau skin. Contohnya kulit
6. Dampak adalah efek samping dari adanya limbah industri kulit terhadap
kehidupan dalam air, dan merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk
7. Limbah adalah buangan berupa cair, padat maupun gas yang berasal dari
48
Khusus dalam proses penyamakan kulit limbah yang ditimbulkan akibat dari
10. Masyarakat hilir adalah masyarakat yang bertempat tinggal jauh atau berada
pada radius kurang lebih satu km jaraknya dari sentra industri penyamakan
kulit, terutama mereka yang berada di sepanjang dan hulu kali yang melintasi
industri kulit.
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Terdapat dua kegiatan unit usaha industri kulit yaitu industri penyamakan
dan industri kerajinan barang kulit. Berdasarkan skala usaha yang dijalankan
industri penyamakan kulit dan industri produk kulit sebagian besar tergolong
pada industri skala kecil, sedangkan industri produk kulit sebagian besar
Sukaregang. Untuk mendapatkan bahan kulit yang siap pakai pada proses
3. Secara umum adanya industri kulit memiliki dampak ekonomi yang cukup
hulu.
4. Terdapat perbedaan yang kontradiktif antara masyarakat hulu dan
5.2. Saran
1. Industri penyamakan kulit sebagai industri yang strategis dan potensial perlu
masyarakat di sekitar Industri pengolahan kulit, maka bagi para peneliti yang
153
berminat pada masalah serupa akan lebih lengkap apabila dilakukan
mendalam .
154
L A M P I R A N
Lampiran 1.
Lampiran 2. Macam-macam Merk Dagang Industri Kulit Sukarehgang Garut
Lampiran 3. Keputusan Bupati Garut Tentang Prenetapan Areal Penyamakan.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8. Peta Kabupaten Garut
TAHAPAN PROSES PENYAMAKAN KULIT SUKAREGANG KABUPATEN GARUT
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
Daftar Industri Kerajinan barang-barang yang terbuat dari Kulit berdasarkan Jumlah
Pegawai dan peralatan yang dimiliki di Sentra Sukaregang Garut tahun 2003