Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK

“KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL


TERNAK”

Disusun oleh:
Kelas D
Kelompok 7

AMRI YAVIE KHARAZI 200110170092


INA MARLINA 200110170100
NURHALISA 200110170166
ELSA NELASARI AWALIYAH 200110170280
FADEL PANWARI 200110170286

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

ramat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Pengelolaan Limbah Peternakan dan menambah wawasan kami

mengenai karakteristik limbah industri pengolahan hasil ternak. Kami

mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi

pembaca. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat

kami harapkan.

Jatinangor, September 2019

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................... iii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 1

1.3. Maksud dan Tujuan ........................................................ 2

II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah dan Pengelolaan Limbah Peternakan 3

2.2. Karateristik Limbah Industri Pengolahan Susu.............. 4

2.3. Karakteristik Limbah Industri Pengolahan Daging........ 5

2.4. Karakteristik Limbah Industri Pengolahan Kulit ........... 5

III PEMBAHASAN

3.1. Karateristik Limbah Industri Pengolahan Susu.............. 7

3.2. Karakteristik Limbah Industri Pengolahan Daging........ 9

3.3. Karakteristik Limbah Industri Pengolahan Kulit ........... .... 11

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan .................................................................... 15

4.2. Saran ............................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 17

LAMPIRAN ......................................................................... 18

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Karakteristik limbah industry susu ................................................ 7


2 Baku mutu air limbah industry pengolahan daging ...................... 10
3 Baku Mutu Air Limbah Industri Penyamakan Kulit ..................... 13
4 Baku Mutu Air Limbah Industri Penyamakan Kulit ..................... 14

iv
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu cabang dari sektor pertanian, terdapat

banyak industri pengolahan hasil ternak di Indonesia. Salah satunya adalah

industri pengolahan susu, daging dan kulit. Industri pengolahan hasil ternak (susu,

daging dankulit) tersebut akan menghasilkan limbah yang menjadi salah satu

masalah lingkungan yang harus segera ditangani. Pengelolaan terhadap limbah

perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan mudah bahkan dapat dimanfaatkan.

Tidak hanya berdampak negatif, tetapi limbah juga apabila diolah dengan

baik dapat memberikan manfaat. Setiap industri pengolahan hasil ternak

mempunyai karakteristik limbah yang berbeda-beda. Industri pengolahan susu

menghasilkan limbah cair yang berasal dari produk susu yang terbuang selama

proses produksi yang dapat mencemari lingkungan udara dan darat. Industri

pengolahan daging menghasilkan limbah dari hasil penyembelihan, penghilangan

bulu, penanganan isi perut, rendering, pemotongan bagian-bagian yang tidak

berguna, pengolahan, dan pekerjaan pembersihan. Industri pengolahan kulit

menghasilkan limbah berupa limbah padat, cairdan gas.

Oleh karena itu makalah ini disusun untuk mengetahui karakteristik

pengolahan limbah dari industri pengolahan hasil ternak (susu, daging dan kulit).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik limbah industri pengolahan susu

2. Bagaimana karakteristik limbah industri pengolahan daging


2

3. Bagaimana karakteristik limbah industri penyamakan kulit

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui karakteristik limbah industri pengolahan susu

2. Mengetahui karakteristik limbah industril imbah daging

3. Mengetahui karakteristik limbah industri penyamakan kulit


3

II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah dan Pengelolaan Limbah Peternakan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1994), limbah adalah sisa proses

produksi atau air buangan pabrik. Limbah ternak menurut Soehadji (1992), adalah

sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan

ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain

sebagainya.Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses,

urine, sisa pakan darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, ternak mati dan

lain-lain.Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan

semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari

spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Limbah ternak dalam

jumlah yang besar akan menimbulkan polusi jika tidak di kelola dengan baik.

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari

suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas,

ataupun sisa pakan.Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk

padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari

pemotongan ternak).Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau

berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat). Sedangkan

limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas

(Soehadji, 1992).

Pengolahan limbah ternak merupakan salah satu upaya yang memberikan

banyak manfaat. Disisi lain, pengolahan memberikan keuntungan finansial karena

pengolahannya menghasilkan produk yang berdaya jual. Limbah ternak memiliki

berbagai manfaat seperti untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, sumber
4

enegi dan media bagi tujuan lainnya. Pengolahan limbah ternak tergantung pada

jenis/spesies ternak, jumlah ternak, tata laksana pemeliharaan, areal yang tersedia

dan target penggunaan limbah. Untuk penggunaan limbah padat dapat diolah

menjadi pupuk kandang, pupuk hijau, bokashi dan kompos. Sedangkan

pengolahan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan

secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment). Proses ini

merupaka proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi

yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan partikel-partikel

padat di dalam limbah. Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan

sekunder (secedari treatment) yang biasanya lebih mahal dibandingkan dengan

proses pengolahan secara fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk

mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi

padat. Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan

sekunder bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah

yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia

yang berbahaya, dapat langsung digunakan untuk mengairi areal pertanian atau

didahului dengan pengolahan secara fisik.

2.2 Karateristik Limbah Industri Pengolahan Susu

Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih yang

disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk

bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Susu yang dikonsumsi manusia

sebagian besar berasal dari sapi. Sumber utama limbah cair industry susu adalah

produk yang hilang selama operasi pencucian yang dilakukan secara intensif

selama proses produksi. Limbah cair yang berasal dari industry susu

karakteristiknya tidak jauh berbeda dari perusahaan makanan lainnya. Tetapi


5

limbah cair yang berasal dari industry susu mempunyai karakteristik khas yaitu

kerentananya terhadap bakteri pengurai. Dengan demikian limbah cairindustri

susu akan mudah mengalami pembususkan(Agus,2000).

2.3 Karakteristik Limbah Industri Pengolahan Daging

Daging merupakan komponen utama karkas yang tersusun dari lemak,

jaringan adipose tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendon.Daging dapat

berasal dari daging sapi, domba, kambing, kelinci, kerbau dan daging

rusa.Berdasarkan keadaan fisik daging dapat dikelompokkan menjadi beberapa

yaitu daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, daging segar yang

dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), daging segar yang dilayukan,

didinginkan kemudian dibekukan (daging beku), daging masak, daging asap, dan

daging olahan (Tafal, 1981).

2.4 Karakteristik Limbah Industri Pengolahan Kulit

Limbah yang ditimbulkan akibat adanya industri pengolahan kulit bisa

berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah tersebut ada yang dihasilkan dari

akibat selama tahapan proses penyamakan kulit, ada pula limbah yang dihasilkan

setelah selesai proses penyamakan kulit. Khusus untuk limbah yang ditimbulkan

dari akibat proses penyamakan kulit maka akan menghasilkan limbah yang

berbeda macam dan komposisinya. Limbah yang ditimbulkan akibat dari proses

penyamakan kulit bersumber dari kelebihan bahan kimia yang digunakan dalam

proses penyamakan tersebut (Winter, 1984).

Limbah lain yang dihasilkan selama proses pengolahan kulit jadi atau

bahan mentah bisa berupa rambut dan wool, protein non kolagen dan kolagen,

lemak, sisa-sisa perapihan, kulit belahan, serasah penyerutan serta debu


6

pengamplasan (Winter, 1984 dan Sharphouse,1983). Dalam hal ini Sugiharto

(1987) mengemukakan bahwa limbah industri pengolahan barang barang dari

kulit berasal dari perendaman, dan pengapuran, pembuangan bulu atau rambut,

Secara umum bahwa sifat-sifat limbah industri pengolahan kulit; total padatan

tinggi keras, penggaraman, sulfida, kromium, pH, endapan kapur, dan BOD

sedangkan cara pengolahannya melalui perataan, sedimentasi, dan perlakuan

biologi.

Khusus dalam proses penyamakan kulit sebagian besar dihasilkan limbah

cair terutama ketika proses pengolahan kulit di rumah basah (beam house) pada

saat pencucian, pengapuran dan ketika membuang atau membersihkan kapur,

pemisahan atau ketika membersihkan bulu, penetralan, bating, dan ketika

pengasaman. Limbah cair dari rumah basah berupa limbah pada saat proses

pencucian dimana kadar garam yang digunakan pada proses ini biasanya sangat

tinggi, di samping itu limbah cair yang bersifat asam dan limbah cair yan bersifat

basa(Thorstensen,1993).
7

III

PEMBAHASAN

3.1 Karateristik Limbah Industri Pengolahan Susu

Susu merupakan salah satu hasil ternak yang dalam pemanfaatannya

memiliki berbagai bentuk pengolahan sehingga menghasilkan produk olahan susu

yang beragam, seperti susu skim, keju, yoghurt, es krim, susu bubuk dan lain-lain.

Seiring meningkatnya permintaan masyarakat terhadap produk olahan susu,

industri pengolahan susu pun turut berkembang. Meningkatnya permintaan

masyarakat terhadap produk olahan susu tersebut memotivasi industri pengolahan

susu untuk memperbesar kapasitas produksinya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009-2018 terjadi

kenaikan produksi susu nasional sebesar 7 - 10 %. Kenaikan ini secara otomatis

diikuti peningkatan volume air limbah industri susu (ALIS) sebagai hasil samping

produksi. Sumber utama limbah cair industri susu adalah produk yang hilang

selama proses produksi, menurut Pambudi dkk.,(2012) ALIS berasal dari susu dan

produk jadi yang hilang karena kebocoran pipa, luberan (overflow) tangki

penampungan, kegagalan proses produksi, atau jeleknya proses handling. ALIS

juga mengandung beberapa senyawa sanitasi (NaOH, KOH, H3PO4/HNO3,

NaOCl) yang digunakan untuk membersihkan peralatan dan area produksi.

Limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik tidak jauh

berbeda dari industri makanan lainnya, tetapi limbah cair yang berasal dari

industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri

pengurai sehingga limbah cair industri susu akan mudah mengalami pembusukan.

Berdasarkan Pambudi dkk.,(2012) rata-rata volume ALIS sebesar 2,5 liter

per liter susu cair olahan atau 2 liter per kg susu bubuk berdasarkan. Selama ini
8

penanganan ALIS oleh perusahaan susu dilakukan dengan pembuangan ke sungai,

sehingga ALIS menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan.ALIS yang

dibuang ke sungai menyebabkan terjadinya pencemaran air, adapun karakteristik

air yang tercemar menurut Wagini dkk. (2002) terbagi menjadi tiga karakteristik

yaitu :

1) Karakteristik fisis

Perubahan yang ditimbulkan oleh parameter fisis limbah cair yaitu suhu,

zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, kekeruhan, daya hantar listrik, warna, rasa

dan bau.

2) Karakteristik kimia

Ditentukan oleh kandungan unsur yang membentuk sifat- sifat kimia dari

limbah cair, yang meliputi pH (tingkat keasaman), BOD, COD, alkalinitas, kadar

besi, mangan, clorida, phosphor, sulfur, logam berat dan beracun, fenol, lemak

dan minyak.

3) Karakteristik Biologi

Ditentukan oleh kandungan organisme di dalam air seperti kandungan organisme

di dalam air seperti bakteri coliform dan organisme mikro lainnya termasuk

ganggang dan jamur.

Adapun karakteristik limbah industri pengolahan susu adalah sebagai

berikut :

Tabel 1. Karakteristik limbah industri susu


No Parameter yang Satuan Kondisi Air Standar Kualitas
diperiksa Limbah Air
A. Fisika
1. Kekeruhan NTU 380 25
2. Zat padat terlarut Mg/l 640 5000
3. Zat padat tersuspensi Mg/l 490 500
4. Suhu ℃ 34 45
5. Daya hantar listrik 𝜇𝑚ℎ𝑜𝑠/cm 900 1250
B. Kimia
9

1. Keasaman (pH) 6,8 6-9


2. BOD 5 hari 200 mg/l 900 300
3. COD mg/l 1000 600
C. Biologi
1. Jumlah total bakteri 18.10
Sumber : Wagini, R dkk. (2002)

Menurut Pambudi dkk.,(2012) dan DWA (2010) ALIS mempunyai kadar

BOD sebesar 600-2000 mg/l, kadar COD sebesar 800-4500 mg/l, kadar total

nitrogen sebesar 20-230 mg/l, kadar total fosfor sebesar 20-100 mg/l, kadar

kalium sebesar 6,78 mg/l, susbtansi lemak 80-250 mg/l, kadar sedimen 1- 2 ml/l

dan pH bekisar 6-11. Jika dibandingkan dengan limbah industri pengolahan hasil
ternak lainnya, seperti pengolahan daging dan penyamakan kulit, kadar BOD dan

COD ALIS lebih besar. Hal ini dikarenakan kerentanan susu terhadap bakteri

pengurai sehingga limbah cair industri susu akan mudah mengalami pembusukan

3.2 Karakteristik Limbah Pengolahan Daging

Kategori industri yang termasuk dalam pengolahan daging adalah industri

yang melakukan kegiatan penyembelihan hewan, mengolah karkas menjadi


daging segar, kaleng atau produk lainnya. Limbah utama dari industri pengolahan

daging adalah berasal dari penyembelihan, penghilangan bulu, penanganan isi

perut, rendering, pemotongan bagian-bagian yang tidak berguna, pengolahan, dan

pekerjaan pembersihan.

Darah sapi mempunyai BOD5 sebesar 156.500 mg/l, COD 218.300 mg/l,

kadar air 82% dan pH 7,3. Berat rata-rata dari darah basah yang dihasilkan untuk

setiap 1000 lb daging sapi adalah 32,5 lb. Pengambilan kembali darah merupakan

aspek penting dalam pengendalian polusi dan sebaiknya dilakukan oleh semua

industri pengolahan hewan.


10

Dalam hewan ruminansia, perut pertama mengandung bahan-bahan yang

tidak dapat dicerna. Cara-cara pemisahan dan pembuangan isi perut akan

mempengaruhi beban limbah. Bahan-bahan isi perut mempunyai kadar air kira-

kira 88%, dengan rata-rata COD 177.300 mg/l dan rata-rata BOD5 50.200 mg/l.

Bagian padatan isi perut mengandung beban polusi terbesar, kira-kira 73% COD

dan 40% BOD. Bagian isi perut ini menghasilkan kira-kira sebanyak 8,8 lb COD

dan 2,5 lb BOD untuk setiap 1000 lb berat hewan hidup yang disembelih.

Limbah dari industri pengolahan unggas dapat berasal dari

penyembelihan, penghilangan bulu, pembuangan isi perut, pencucian,

pendinginan dan operasi pembersihan. Dalam pengolahan broiler, sekitar 70%

dari berat asal unggas merupakan produk akhir. Sisa 30% meliputi bulu, usus,

kaki, kepala dan darah yang membutuhkan pembuangan cairan dan padatan pada

pabrik pengolahan. Sekitar 8% dari berat tubuh ayam adalah darah dan sekitar

70% dapat dikeluarkan. Darah yang dapat dikeluarkan mempunyai muatan polusi

sebesar 17 lb BOD/1000 ayam yang diolah.Selain itu juga ada karakteristik

limbah dari pembungkusan daging yaitu 1.400 mg/l BOD, 2.100 mg/l COD, 3.300

mg/l total solid, 1.000 mg/l bahan padat tersuspensi, 150 mg N/l Nitrogen, 16 mg

P/l fosfor, pH sebesar 7, dan 500 mg/l Lemak.

Menurut peraturan menteri lingkungan hidup Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah pengolahan daging yaitu sebagai

berikut

Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Daging (Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014)


Kadar Paling Tinggi Beban Pencemaran Paling
(mg/l) Tinggi
(kg/ton)
BOD 125 0,75
COD 250 1,5
11

TSS 100 0,6


Amonia (NH3-N) 10 0,06
Minyak Lemak 10 0,06
Ph 6–9
3
Kuantitas air limbah 6 m per ton produk
paling tinggi
.

3.3 Karakteristik Limbah Industri Penyamakan Kulit

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kuli tmentah

menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang

didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Potensi

penyamakan kulit di Indonesia pada tahun 1994 terdiri dari 586 jumlah

perusahaan yang terdiri dari industri kecil sebesar 489 unit dan industry menengah

sebesar 8 unit, dengan kapasitas produksi sebesar 70,994 ton ( Dirjen industry

aneka 1995).

Selain limbah cair, industry penyamakan kulit juga menghasilkan limbah

padat yang dihasilkan dari aktivitas produksi berupa limbah shaving.Limbah

shaving adalah limbah padat dari kulit tersamak yang berupa serutan kulit.

Limbah tersebut memiliki volume yang cukup besar dalam proses penyamakan

kulit, limbah tersebut bersifat ringan, tidak mudah terdegradasi, tidak mudah

rusak (Sutyasmi, 2012).

Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang

menghasilkan limbah cair dalam kuntitas yang besar. Pada penyamakan 1 ton

kulit basah diperlukan air ± 40m3 dan kemudian dibuang kebadan air sebagai

limbah cair yang tercampur dengan bahan kimia lainnya sisa proses (Paul et al,

2013). Penyamakan kulit juga merupakan salah satu sumber utama kromium

masuk kedalam lingkungana kuatik (Pawlisz et all, 1993). Kegiatan industry

penyamakan kulit yang menghasilkan bahan pencemar berupa zat – zat yang dapat
12

menyebabkan perubahan kuliatas perairan dan menimbulkan gangguan pada

ekosistem perairan (Catur, 2013).

Limbah yang ditimbulkan akiba tadanya industry pengolahan kulit bisa

berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah tersebut ada yang dihasilkan dari

akibat selama tahapan proses penyamakan kulit, ada pula limbah yang dihasilkan

setelah selesai proses penyamakan kulit. Khusus untuk limbah yang ditimbulkan

dari akibat proses penyamakan kulit maka akan menghasilkan limbah yang

berbeda macam dan komposisinya. Limbah yang ditimbulkan akibatdari proses

penyamakan kulit bersumber dari kelebihan bahan kimia yang digunakan dalam

proses penyamakan tersebut (Winter, 1984).

Kasus pencemaran terjadi dan terlihat dari tingkat Biologial Oxigen

Demand (BOD) maupun Chemical Oxigen Demandnya (COD) yang amat tinggi.

Bila di konversi dalam hitungan pertahun tingkat BOD-nya mencapai 8.021 ton

.Parameter BOD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk membusukkan

partikel-partikel organik yang ada di sungai bersangkutan. Adapun tingkat COD

bila di konversi mencapai 18.291 ton pertahun. Pada saat yang sama sungai yang

memiliki rata- rata kedalaman 29 meter tersebut dibebani oleh limbah lemak yang

mencapai 56 ton setiap tahunnya. Parameter COD adalah kebutuhan oksigen yang

diperlukan untuk mengoksidasi partikel-partikel non-organik.

Regulasi pemerintah untuk kualitas air limbah yang diperbolehkan

dibuang kebadan air yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air LimbahdanPeraturan

Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu

Air Limbah. Regulasi tersebut dibuat agar kualitas air limbah yang dibuang

kebadan air tidak mencemari lingkungan. Regulasi untuk kualitas limbah tersebut

juga mewajibkan pemilik usaha agar mematuhi standar kualitas air limbah
13

sebelum dibuang ke badang air. Berikut ini baku mutu air limbah khususnya

industri penyamakan kulit tersaji pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Baku Mutu Air Limbah Industri Penyamakan Kulit (Permen LH No 5

Tahun 2014)

Proses Penyamakan Kulit


Proses Penyamakan
Menggunakan Daun –
Kulit Menggunakan
Daunan
Krom
Parameter
Beban Kadar Beban
Kadar Paling
Pencemaran Paling Pencemaran
Tinggi
Paling Tinggi Paling Tinggi
(mg/L)
Tinggi (mg/L) (kg/ton)
(kg/ton)
BOD5 50 2 70 2,8
COD 11 4,4 18 7,2
0 0
TSS 60 2,4 50 2
Kromium 0,6 0,024 0,1 0,004
Total
Minyak dan 5 0,2 5 0,2
Lemak
Nitrogen 10 0,4 15 0,6
Total
Amonia Total 0,5 0,02 0,5 0,02
Sulfida 0,8 0,032 0,5 0,02
pH 6–9 6–9
Debit limbah 40 m³ per ton bahanbaku 40 m³ per ton bahanbaku
paling tinggi
14

Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah Industri Penyamakan Kulit (Perda DIY No 7

Tahun 2016)

Proses Penyamakan Kulit Proses Penyamakan


Menggunakan Krom Kulit Menggunakan
Daun – Daunan
Parameter
Kadar Beban Kadar Beban
Paling Pencemaran Paling Pencemaran
Tinggi Paling Tinggi Tinggi Paling
(mg/L) (kg/ton) (mg/L) Tinggi
(kg/ton)
BOD5 50 2 70 2,8
COD 110 4,4 180 7,2
TSS 50 2 50 2
Kromium 0,5 0,02 0,1 0,004
Total
Minyak dan 5 0,2 5 0,2
Lemak
Nitrogen 10 0,4 15 0,6
Total
Amonia Total 0,5 0,02 0,5 0,02
Sulfida 0,5 0,02 0,5 0,02
TDS 200 80 2000 8
0 0
Suhu ±3°C terhadap suhu udara ±3°C terhadap suhu udara
pH 6–9 6–
9
Debit limbah 40 m³ per ton bahan baku 40 m³ per ton bahan baku

paling tinggi
15

IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang apabila diolah akan

menghasilkan produk yang beragam. Sumber utama limbah cair industri

susu adalah produk yang hilang selama proses produksi. Limbah cair yang

berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu

kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga limbah cair industri

susu akan mudah mengalami pembusukan. Air limbah industri susu

(ALIS)mempunyai kadar BOD sebesar 600-2000 mg/l, kadar COD sebesar

800-4500 mg/l, kadar total nitrogen sebesar 20-230 mg/l, kadar total fosfor

sebesar 20-100 mg/l, kadar kalium sebesar 6,78 mg/l, susbtansi lemak 80-

250 mg/l, kadar sedimen 1- 2 ml/l dan pH bekisar 6-11.

2. Kategori industri yang termasuk dalam pengolahan daging adalah industri

yang melakukan kegiatan penyembelihan hewan, mengolah karkas

menjadi daging segar, kaleng atau produk lainnya. Limbah utama dari

industri pengolahan daging adalah berasal dari penyembelihan,

penghilangan bulu, penanganan isi perut, rendering, pemotongan bagian-

bagian yang tidak berguna, pengolahan, dan pekerjaan pembersihan.

3. Limbah yang ditimbulkan akibat adanya industri pengolahan kulit bisa

berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah tersebut ada yang dihasilkan

dari akibat selama tahapan proses penyamakan kulit, ada pula limbah yang

dihasilkan setelah selesai proses penyamakan kulit. Khusus untuk limbah

yang ditimbulkan dari akibat proses penyamakan kulit maka akan

menghasilkan limbah yang berbeda macam dan komposisinya. Limbah


16

yang ditimbulkan akibat dari proses penyamakan kulit bersumber dari

kelebihan bahan kimia yang digunakan dalam proses penyamakan tersebut

4.2 Saran

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karenanya, kami sangat menunggu kritik dan saran dari pembaca. Tentunya saran

yang membangun agar kami dapat menyusun makalah yang berikutnya dengan

lebih baik.
17

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S.B. 2000. Studi Fisis Pengolahan Limbah Cair Industri Susu PT. sari
Husada. Yogyakarta, FMIPA, UGM, Yogyakarta.

Amoateng, Paul et al. 2013. Managing Physical Development in Peri-Urban


Areas of Kumasi, Ghana: A Case of Abuakwa. Journal of Urban and
Environmental Engineering, v.7, n.1, p.96-109.

Dirjen POM (DirekturJenderalPengawasObatdanMakanan). 1995. Farmakope


Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: DepartemenKesehatan RI. Hal: 72,
157, 186, 551

Jennie, Betty Sri Laksmi. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius,
Yogyakarta.

Pambudi F.H., Sa’diyah K., Juliastuti S.R, Hendrianie N. 2012. Peran


Mikroorganisme Azotobacter chrooccuum, Pseudomonas putida, dan
Aspergillus niger pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah cair Industri
Pengolahan Susu. Jurnal Teknik Pomits.1(1): 1-4

Soehadji, 1992.Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Industri


Peternakan dan Penanganan Limbah Petemakan. Makalah Seminar.
Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sugiharto 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Jakarta

Thorstensen, T.C. 1993. Practical Leather Technology. Kreiger Publishing


Company, Florida.

Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi Usaha Peternakan yang Lebih Bermanfaat. Bharata
Karya Aksara. Jakarta.

Wagini, R., Karyono., Agus Setia Budi. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri
Susu. Manusia dan Lingkungan, Vol. IX No. 1

Winter, W.H., N.M. Tulloh and D.M. Murray. 1976. The Effect of Compensatory
Growth in Sheep on Empty Body Weight, Carcass Weigth and The Weight
of Some Offals, J. Anim, Sci.

Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.
18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Distribusi Tugas


Nama NPM Tugas
Amri Yavie Kharazi 200110170092 Pembahasan 3 dan PPT
Ina Marlina 200110170100 Pendahuluan, Penutup dan
Lampiran
Nurhalisa 200110170166 Pembahasan 1 dan Upload
Elsa NelasariAwaliyah 200110170280 Pembahasan 2 dan Kata
Pengantar
FadelPanwari 200110170286 Tinjauan Kepustakaan dan
Editor

Anda mungkin juga menyukai