BERSIH
Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Pengolahan
Limbah Kulit Produksi Bersih. Tugas ini disusun berdasarkan dari hasil analisis
berbagai macam sumber khususnya dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul
makalah ini yaitu “Pengolahan Limbah Kulit Produksi Bersih”
Tugas ini bertujuan untuk menganalisis apa saja opsi-opsi yang dapat
digunakan dalam penerapan aplikasi produksi bersih pada suatu kawasan industri,
seperti yang salah-satunya diangkat dalam makalah ini, yaitu pada industri kulit.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kami mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki tugas ini
agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi setiap orang yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Produksi Bersih .............................................................................................. 3
3.2 Identifikasi Munculnya Limbah Dari Setiap Proses Produksi ....................... 4
3.3 Opsi Produksi Bersih Pada Industi Penyamakan Kulit .................................. 6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
4.2 Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah cair: air yang keluar dari kulit akibat terjadinya reaksi antara
garam dengan kulit yang diawetkan.
Limbah padat: garam yang tercecer saat penggaraman dan garam sisa
pengawetan.
3. Perontokan bulu
Limbah cair: berupa air yang telah tercampur dengan zat kapur dan sianida
Limbah padat: bulu kambing atau sapi, sisa-sisa kapur yang mengkristal
pada molen
4. Pencucian
Limbah cair: berupa air sisa dari pencucian kulit tanpa bulu.
5. Penghilangan daging
6. Pembuangan Kapur
7. Pencucian
Limbah cair: berupa air sisa dari pencucian kulit dengan sedikit kandungan
kapur.
9. Tanning (Penyamakan)
Limbah cair: berupa larutan sisa campuran dari chrom dan sodium.
10. Perataan dan pengukuran (Shaping)
Limbah cair: berupa sisa cat dasar dan minyak pelemasan kulit dan air.
12. Pencucian
13. Pengeringan
16. Penyetrikaan
Secara umum pada proses ini tidak ada limbah yang dihasilkan. Tetapi
suhu panas yang dihasilkan mesin menyebabkan suhu di ruangan penyetrikaan
cukup panas.
17. Pengukuran dan Penyortiran
Limbah padat berupa kulit gagal (product reject), yang masih bisa
digunakan dengan kualitas lebih rendah dan kertas etiket (label).
Menerapkan good house keeping agar tidak terdapat lagi ceceran garam.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan garam-garam sisa dari
pengawetan, dan menggunakannya kembali.
Mengumpulkan air yang keluar dari kulit pada suatu wadah, agar baunya
bisa diminimalkan.
Zat kapur dan sianida dipisahkan dari air dengan cara diendapkan yang
digunakan kembali untuk proses perontokan bulu.
Pada proses pencucian didapatkan limbah cair berupa air sisa pencucian.
Air sisa pencucian ini sebaiknya ditampung dalam satu wadah yang
kemudian akan digunakan kembali pada proses pencucian berikutnya, dan
sedapat mungkin meminimisasi penggunaan air.
Pada proses pencucian didapatkan limbah cair berupa air sisa pencucian.
Air sisa pencucian ini sebaiknya ditampung dalam satu wadah yang
kemudian akan digunakan kembali pada proses pencucian berikutnya, dan
sedapat mungkin meminimisasi penggunaan air.
Limbah yang dihasilkan pada proses ini berupa limbah cair yaitu larutan
sisa pengasaman. Limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan penanganan
terlebih dahulu.
Pada proses ini digunakan chrom, produksi bersih dapat dilakukan dengan
mengukur secara teliti jumlah chrom yang diperlukan, sehingga tidak
terjadi pemborosan dalam pemakaian chrom. Jadi meminimalisir limbah
chrom yang terbentuk.
Pada proses ini dihasilkan serbuk kulit. Opsi yang dapat diterapkan yaitu
Pada proses pencucian didapatkan limbah cair berupa air sisa pencucian.
Air sisa pencucian ini sebaiknya ditampung dalam satu wadah yang
kemudian akan digunakan kembali pada proses pencucian berikutnya, dan
sedapat mungkin meminimisasi penggunaan air.
Secara umum pada proses ini tidak ada limbah yang dihasilkan. Tetapi
suhu panas yang dihasilkan mesin menyebabkan suhu di ruangan
penyetrikaan cukup panas.
Menerapkan good house keeping dengan menyusun kulit yang telah
disetrika dengan rapih dan teratur.
Secara umum pada proses ini tidak ada limbah yang dihasilkan. Tetapi
suhu panas yang dihasilkan mesin menyebabkan suhu di ruangan
penyetrikaan cukup panas.
Dapat kita ketahui bahwa proses penyamakan kulit terdiri dari beberapa
proses, yaitu pengawetan, pengurangan kadar garam, perontokan bulu, pencucian,
pembuangan daging, pembuangan kapur, pencucian, pengasaman (pikel),
penyamakkan (tanning), penipisan atau penyerutan, pewarnaan dasar, pencucian,
pengeringan, perenggangan, spraying, penyetrikaan, serta pengukuran dan
penyortiran. Pada proses produksi industri ini menghasilkan beberapa jenis limbah
yang digolongkan berdasarkan bentuk yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat diantaranya adalah garam yang berwarna kemerahan, daging sisa, dan
serbuk kulit. Sedangkan limbah cair adalah air sisa pencucian, larutan kapur,
larutan asam, dan larutan chrom.
Limbah yang dihasilkan berasal dari beberapa proses penyamakan kulit,
diantaranya adalah garam yang berwarna kemerahan berasal dari proses
penyamakan. Garam ini tidak dapat digunakan untuk pengawetan selanjutnya.
Serbuk kulit dihasilkan dari proses penyerutan, serbuk kulit dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan pupuk. Sedangkan air sisa pencucian merupakan air yang
dihasilkan dari proses pencucian pada molen, pencucian bisa dilakukan 3 – 4 kali
ulangan sehingga air cucian ke 4 bisa digunakan kembali untuk proses pencucian
selanjutnya. Hal ini disebabkan karena air tidak terlalu keruh. Untuk larutan
kapur, larutan chrom, larutan asam, tidak dapat digunakan lagi untuk proses
selanjutnya sehingga harus dibuang. Pengolahan perlu dilakukan sebelum
pembuangan ke lingkungan untuk menyesuaikan dengan BOD dan COD yang
standar.
Penerapan produksi bersih pada industri penyamakan kulit merupakan
salah satu solusi untuk menangani pencemaran lingkungan dan akan
menghasilkan keuntungan. Untuk menangani limbah cair diperlukan adanya
pemasangan instalasi pipa dan ditampung pada tempat yang berbeda sesuai jenis
limbahnya sehingga penangananya akan lebih mudah dan harus menerapkan good
house keeping. Sedangkan penanganan limbah padat yang berupa kulit sisa
potongan, serbuk kulit, bulu, dan daging dapat dijual kepada industri yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Aten ARF. 1966. Flying and Curing of Hide and Skin as A Rural Industry.
FAO
Fahidin dan Mislich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Fateta. IPB. Bogor.
Judoamidjojo M. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Departemen
Teknologi Hasil Pertanian. Fateta. IPB. Bogor.
Mann I. 1980. Rural Tanning Techniques. Food and Agriculture
Organization of The United Nations. Rome
Oetojo B. 1996. Penggunaan Campuran Kuning Telur dan Putih Telur
untuk Peminyakan Kuit. Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik. 12 (24):47-53.
O’Flaheri, Reddy FOT, Lollar MR. 1956. The Cemicals and Technology of
Leather. Reinhold Publishing Corporation. New York.
Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit.
Akademi Teknologi Kulit. Departemen Perindustrian. Yogyakarta.
Shapouse JH. 1978. Leather Technician’s Handbook. Leather Producers
Association. London.
Stanley A. 1993. Preservation of Rawstock. Leather the International
Journal. 195 (4662) Dec. 1993:27-30.
Thorstensen TC. 1985. Practical Leather Technology. Robert E. Krieger
Publishing Company. Florida.
Williamson G dan Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Diterjemahkan oleh Djiwa Darmaja. UGM Press. Yogyakarta.