Perhitungan Jumlah Jamur dan Bakteri melalui mikroskop. Jumlahnya tidak mengalami penurunan
karena tidak dapat membedakan antara mikroorganisme yang
Perhitungan jumlah mikroorganisme menggunakan metode
hidup dan yang mati sehingga kurva yang dihasilkan menjadi
seperti yang tertulis pada Tandrianto, et al. (2014) dengan
seperti di atas.
menggunakan metode counting chamber [2].
Untuk perhitungan Lactobacillus plantarum dilakukan
pengamatan setiap 2 jam. Hal ini didasarkan penelitian
Fermentasi
sebelumnya bahwa mikroorganisme ini mengalami fase
Membuat starter, pada jam ke 6 dilakukan pemanenanan pertumbuhan eksponensial pada jam ke-2 hingga jam ke-8
Lactobacillus plantarum. Setelah itu mulai dilakukan untuk suhu sebesar 37oC dan 45oC, dan fase pertumbuhan
fermentasi utama, yaitu memindahkan larutan stater kedalam eksponensial ini menjadi lebih lama pada suhu 30oC hingga
bahan yang akan difermentasi. Dilakukan untuk variabel 12 jam ke 10 [4].
jam hingga 72 jam.
B. Pengaruh Fermentasi Terhadap Kadar Protein
Penepungan
Hasil fermentasi di saring untuk memisahkan padatan
Peneraan jumlah protein dalam bahan makanan umumnya
dengan liquidnya. Padatan dilakukan pengeringan dengan suhu
dilakukan berdasarkan peneraan empiris (tidak langsung),
55 ᵒC selama ± 2 jam dan dihaluskan hingga menjadi tepung.
yaitu melalui penentuan kandungan N yang ada dalam bahan.
Setelah penepungan dilakukan analisa kadar protein.
Cara penentuan ini dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli
kimia Denmark pada tahun 1883. Kadar protein yang
Analisa Kandungan Protein ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl ini dengan demikian
Analisa kandungan protein total ini menggunakan metode sering disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein).
Kjeldhal, prinsip analisa protein total ini peneraan jumlah
protein secara [3].
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA