GURU PEMBELAJAR
Kelompok Kompetensi F
Alat Industri Kimia I
Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP
Erwan Soedjono, ST., M.Si.
Ilustrator :
Copyright @ 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Pertanian
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
KATA SAMBUTAN
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru yang profesional adalah guru yang kompeten membangun
proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang
berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama
menyangkut kompetensi guru.
Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya modul
Guru Pembelajar Kelompok Kompetensi F Paket Keahlian Kimia In pasca UKG level 6.
Modul ini digunakan untuk memberikan penguatan kepada guru Paket Keahlian Kimia
Industri setelah melakukan uji kompetensi guru (UKG) dengan nilai pada kelompok
kompetensi tersebut belum mencapai standar.
Modul ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi Guru (SKG) Paket Keahlian
Kimia Industri yang berisi tiga kegiatan pembelajaran yaitu proses grinding dan
sizing/sieving, proses perpindahan panas pada sistem kerja alat penukar panas dan
proses pemisahan secara filtrasi, adsorpsi dan penukar ion.
Penulisan modul menggunakan pendekatan saintifik dengan
mengimplementasikan lima kegiatan yaitu mengamati, menanya, mencoba/
mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Kompetensi peserta
pelatihan ranah pengetahuan diketahui melalui tes tertulis sedangkan untuk ranah sikap
dan keterampilan diketahui melalui observasi proses dan hasil praktik.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada seluruh kontributor yang telah
membantu penyelesaian modul ini. Penulis berharap modul ini dapat digunakan dalam
pelatihan guru paket keahlian pada level yang sesuai. Modul ini belum sempurna oleh
karenanya masukan yang membangun guna perbaikan modul ini sangat diharapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
_Toc438926300
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................... vi
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................................. 1
B. Tujuan ................................................................................................................................................................... 1
C. Peta Kompetensi ............................................................................................................................................. 2
D. Ruang Lingkup ................................................................................................................................................. 3
E. Saran Cara Penggunaan Modul .............................................................................................................. 3
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PROSES DAN SISTEM KERJA GRINDING DAN
SIZING/SIEVING ............................................................................................................................................. 5
A. Tujuan ....................................................................................................................... 5
B. Indikator Pencapaian Kompetensi. ............................................................................ 5
C. Uraian Materi. ........................................................................................................... 5
1. Pengertian Grinding dan Sizing ...................................................................................................... 5
2. Proses Pengecilan Ukuran .................................................................................................................. 6
3. Jenis-jenis Alat Pengecilan Ukuran ............................................................................................... 8
4. Hukum-hukum dalam Pengecilan ukuran .............................................................................. 18
5. Pengayakan (Screening ..................................................................................................................... 20
6. Perhitungan Efektifitas Screen ....................................................................................................... 24
D. Aktvitas Pembelajaran............................................................................................. 25
1. Lembar kerja : Menganalisis prinsip kerja peralatan grinding dan sizing ............ 25
2. Lembar kerja : Mengendalikan pengoperasian peralatan peralatan grinding dan
sizing ............................................................................................................................................................ 26
E. Rangkuman............................................................................................................. 26
F. Tugas / Latihan ....................................................................................................... 27
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................................... 28
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. (ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER ) ) ...... 29
A. Tujuan ..................................................................................................................... 29
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ........................................................................... 29
iv
DAFTAR TABEL
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN 1 PROSES DAN SISTEM KERJA
G R INDING
INDING DAN S IZING/
IZING/S
S IEVING
A. Tujuan
Tujuan dari hasil pembelajaran proses dan sistem kerja grinding dan sizing /sieving
adalah :
1. Peserta pelatihan mampu menelaah proses dan aplikasi grinding dan
sizing/sieving
sizing/sieving berdasarkan pengamatan mesin grinding dan sizing sievng dan
studi pustaka dengan teliti dan penuh tanggung jawab.
2. Peserta pelatihan mampu menelaah peralatan grinding dan
dan sizing/sieving
berdasarkan pengamatan bentuk peralatan grinding, sizing/sieving dan studi
pustaka dengan teliti dan penuh tanggung jawab.
3. Peserta didik diharapkan mampu menunjukan pemilihan bahan dan peralatan
grinding dan
dan sizing/sieving melalui pengamatan bahan serta alat grinding,
sizing/sieving
sizing/sieving dan studi pustaka dengan teliti dan penuh tanggung jawab.
4. Peserta didik diharapkan mampu pengoperasian peralatan grinding dan
sizing/sieving melalui pengamatan mesin grinding dan sizing/sieving
sizing/s ieving dan studi
pustaka dengan teliti dan penuh tanggung jawab.
B. Indikator Pencapaian
Pencapaian Kompetensi.
Peserta didik dinyatakan telah memenuhi kompetensi pada kegiatan pembelajaran
proses dan sistem kerja grinding dan sizing/sieving jika
sizing/sieving jika telah mampu
mampu :
1. Menganalisis proses dan aplikasi grinding dan sizing/sieving.
dan sizing/sieving.
2. Menganalisis bagian bagian peralatan grinding dan sizing/sieving.
dan sizing/sieving.
3. Menganalisis pemilihan bahan dan peralatan grinding dan sizing/sieving.
sizing/sieving.
4. Menganilisis pengoperasian dan perawatan grinding dan sizing/sieving.
C. Uraian Materi.
1. Pengertian Grinding dan Sizing
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan dari
bentuk besar atau kasar di ubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Oleh karena itu,
grinding dapat disebut pula sebagai proses pemecahan atau penggilingan. Grinding
adalah istilah pemecahan dan penghalusan atau pengecilan ukuran (size reduction)
meliputi semua metode yang digunakan untuk mengolah zat padat menjadi ukuran yang
lebih kecil.
6
Pengecilan ukuran (size reduction) artinya membagi bagi suatu bahan padat
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya mekanis atau
menekan. Size reduction merupakan salah satu operasi dalam dunia industry, di mana
bahan dikecilkan ukurannya untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai mutu
dan nilai tambah yang tinggi. Operasi pengecilan ukuran terbagi menjadi dua kategori
yaitu untuk bahan padatan dan untuk cairan.
Sizing adalah proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan
ukuran yang dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen atau seragam.
Sscreening merupakan istilah yang digunakan dalam teknik kimia untuk proses
sizing. Proses sizing juga dikenal dengan istilah pengayakan, proses ini digunakan
terutama untuk pemisahan campuaran padat-padat. Sistem pemisahan dengan proses
sizing ini berdasarkan atas perbedaan ukuran. Ukuran besar lubang ayak (atau lubang
kasa) dari medium ayak dipilih sedemikian rupa sehingga bagian yang kasar tertinggal
di atas ayakan dan bagian-bagian yang lebih halus jatuh melalui lubang. Ukuran yang
lolos melalui saringan biasanya disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
atau tertinggal di atas ayakan disebut oversize.
oversize. Pengayakan ini dilakukan secepat
mungkin dengan cara menggerakkan bahan yang diayak di atas permukaan ayakan.
Pada umumnya, gerakan diperoleh dengan gerakan berputar, bolak-balik, atau turun
naik.
2. Proses Pengecilan Ukuran
Suatu proses pPengecilan ukuran adalah upaya mekanis untuk merubah ukuran suatu
bahan atau material ke ukuran yang dikehendaki. Proses perlakuan pengecilan ukuran
tersebut bergantung dari kharakteristik bahan atau material yang akan dikecilkan
ukurannya, untuk menentukan mesin apa yang dig unakan untuk melakukan proses
tersebut. Secara garis besar bahan atau material yang digunakan dibagi menjadi 3
kelompok besar yaitu :
a. Bahan/material yang
yang mempunyai
mempunyai kharakteristik keras,
keras, getas, sedikit
sedikit kandungan
airnya (dibawah 12 %), dan berdasarkan bentuk atau volume bahan yang akan
dikecilkan ukurannya. Penggunaan material metalurgi alat atau mesin
pengecilan ukuran juga menjadi pertimbangan penting untuk menentukan alat
mesin tersebut.
b. Bahan/material
Bahan/mat erial yang mempunyai karakteristik
karakteris tik tingkat kekerasan
kekerasa n sedang, kurang
getas, serta kandungan air menempati antara 12 % sampai 20 %.
c. Bahan/ material yang mempunyai
mempunyai kharakteristik
kharakteristik lunak, ulet, kandunggan
kandunggan air
diatas 20 %.
Berdasarkan cara kerja dan ukuran produk yang diperoleh, maka peralatan size
reduction dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu :
- Crusher (mesin pemecah)
- Grinder (mesin giling)
- Ultrafine Grinder (mesin giling ultra halus)
- Cutting machine (mesin pemotong)
Peralatan pemecahan atau pengecilan ukuran zat padat dapat dibedakan berdasarkan
bagaimana tenaga pemecah dilakukan, yaitu sebagai berikut:
Antara dua permukaan padatan, seperti crushing dan shearing .
Pada satu permukaan padatan, seperti pukulan (impact).
Tidak pada permukaan padatan tertentu tetapi sebagai media disekitar padatan,
8
Berdasarkan ukuran zat padat yang akan dikecilkan (umpan) maka peralatan pemecah
atau pengecil ukuran zat padat dibedakan atas:
Pemecahan kasar, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran umpan antara 2
sampai 96 inchi
Pemecahan antara (intermediate), yaitu menghasilkan padatan dengan
ukuran antara 2 sampai 3 inchi
Pemecah halus, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran 0.25 sampai 0.5
inchi.
Untuk peralatan pegecilan ukuran menurut Mc. Cabe. et al, (1985) mempunyai
daerah perasi seperti disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 . Daerah operasi peraatan pengecilan ukuran
pemecahan intermediate grinder dapat lolos dai ayakan 40 mesh. Kebanyakan hasil
penggiling halus (fine grinder) akan lolos ayakan 200 mesh.
Mesin giling ultra halus (ultrafine grinder) menampung partikel umpan yang lebih besar
dari ¼ inchi dan hasilnya biasanya berukuran tertentu yaitu 1 sampai 50 µm. Mesin
potong (cutting machine) menghasilkan partikel atau material yang mempunyai ukuran
dan bentuk tertentu dengan panjang 2 hingga 10 µm. Crusher adalah mesin
berkecepatan lambat yang digunakan untuk membuat pecahan kasar dalam jumlah
besar. Jenis – jenis utama dari Crusher adalah:
Pada mesin ini umpan dimasukkan diantara dua katup ( jaw ), rahang tersebut dipasang
sedemikian rupa sehingga membentuk V. Satu katup landasan (anvil jaw ) dipasang
hampir vertikal dan tidak bergerak. Katup ayun ( swinging jaw ) bergerak bolak –balik
dalam horizontal, katup ini membuat sudut 20 sampai 30 derajat terhadap katup
landasan. Katup ayun digerakkan oleh gaya eksentris sehingga memberi gaya kompresi
yang cukup besar terhadap bongkahan –bongkahan yang terjepit diantara kedua katup.
Kedua katup membuka dan menutup sebanyak dua ratus sampai empat ratus kali
permenit.
Jaw crusher ini juga banyak terdapat dipertambangan kapur seperti daerah padalarang
jawa barat, daerah wonogiri, dan tempat tempat lain yang biasa digunakan untuk
pertambangan terutama pertambangan rakyat. Adapun bagian bagian dari jaw crusher
ini disajikan dalam Gambar 2 berikut:
10
4) Gyratory Crusher
Mesin ini memiliki katup bundar ( circular jaw ), sebuah crushing head yang berbentuk
kerucut berputar didalam sebuah funnel shaped casing yang membuka keatas.
Crushing head tersebut bertugas untuk memecahkan umpan yang masuk.
Berbeda dengan jaw cruser, pada Gyratory crusher hasilnya dikeluarkan secara
kontinyu. Keuntungan dari mesin ini adalah pemeliharaannya lebih mudah, daya yang
diperlukan perton umpan lebih kecil dibandingankan dengan jaw crusher. Kapasitasnya
bervariasi sesuai dengan pengaturan letak katup dan kecepatan girasi mesin.kapasitas
hampir tidak tergantung pada kekuatan kompresi.
5) Smooth roll Crusher
Smoot roll Crusher memiliki dua buah roll logam berat yang memiliki permukaan licin.
Kedua roll berputar satu sama lain dengan kecepatan sama, kecepatan berkisar
antara lima puluh dampai tiga ratus putaran per menit. Mesin ini merupakan mesin
pemecah sekunder dengan umpan berukuran 0.5 sampai 3 inchi yang menghasilkan
produk dengan ukuran kira –kira 20 mesh.
14
Alat ini bekerja dengan kompresi, ukuran umpana maksimum yang dapat dijepit
oleh roll sangat tergantung pada koefisien gerak antaa partikelnya dan permukaan
roll.
Dpmaks =0.04R + d
Dimana:
R = jari – jari roll
D = setengah ukuran lebar antara kedua celah roll
Mesin ini mempunyai dua buah roll dengan gigi yang berbentuk piramid atau bisa juga
dengan satu roll bergigi tetapi roll yang lain licin dan kecepatan kedua roll atidak sama.
Roll bergigi bekerja umtuk merobek dan umpan melaju dengan kecepatan lambat,
sedangkan roll yang dengan permukaan licin meluju dengan kecepatan tinggi. Selain
bekerja dengan kompresi alat ini juga bekerja dengan pukulan dan geserran. Kapasitas
mesin bisa mencapai 500 ton/jam. Ukuran ini mencapai 20 inchi.
b. Grinder
berasal dari produk crusher. Grinder menggiling hasil yang masih kasar menjadi serbuk
(lolos ayakan 40 mesh). Jenis utama mesin ini yaitu:
c. Hammer mill
Penggiling ini memiliki sebuah rotor yang berputar dengan kecepatan tinggi
dalam sebuah casing berbentuk silinder. Umpan yang masuk dari bagian puncak casing
di hancurkan selanjutnya keluar melalui bukaan pada dasar casing . Umpan dipecahkan
oleh seperangkat palu ayun yang berada pada piring rotor. Kemudian pecahan ini
terlempar pada anvil plate didalam sebuah casing sehingga dipecah lagi menjadi bagian
yang lebih kecil, lalu digosok menjadi serbuk. Akhirnya didorong palu keluar bukaan
yang dilapisi dengan ayakan. Kapasitas dan kebutuhan daya bervariasi menurut jenis
umpannya dan tidak mudah diperkirakan dengan pasti dari pertimbangan teoritis saja.
Sumber: http://www.munsonmachinery.com/products/size/HammerMill/
http://nett21.gec.jp/JSIM_DATA/WASTE/WASTE_2/html/
Gambar 8. Gambar skesa hammer mill
16
b. Impactor
Impactor menyerupai hammer mill tetapi tidak dilengkapi dengan ayakan. Impactor
merupakan mesin pemecah primer untuk batuan dan biji, dengan kemampuan olah
sampai 600 ton/jam. Partikel yang dihasilkan hampir seragam menyerupai kubus.
Pada impactor hanya terjadi aksi pukulan, rotornya dapat dijalankan kedua arah
yang sama. Hal ini dilakukan untuk perawatan terhadap palu –palunya.
Gambar 9. Impactor
29
A. Tujuan
Setelah mengikuti teori dan praktek peserta pelatihan diharapkan dapat
menjelaskan prinsip kerja menelaah prinsip kerja proses perpindahan panas pada alat
penukar panas, menelaah aplikasi penukar panas dan menelaah pengoperasian dan
perawatan peralatan penukar panas secara benar sesuai dengan karakteristik alat
penukar panas dengan teliti, cermat dan penuh tanggung jawab
C. Uraian Materi
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu tempat
ke tempatnya sebagai akibat dari perbedaan temperatur antara tempat-tempat
tersebut. Pada umumnya perpindahan panas dapat berlangsung melalui 3 cara yaitu
secara konduksi, konveksi, radiasi.
Contoh perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam
cerek pemasak air atau batang logam pada dinding tungku. Laju perpindahan kalor
secara konduksi sebanding dengan gradien suhu [ McCabe,1993]
McCabe,1993 ] .
k : Konduktivitas
Konduktivitas termal
A : Luas permukaan
permukaan bidang hantaran
hantaran
Tanda (-) : Kalor mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala temperatur
Gambar 18.
18. Konduksi pada tahanan seri [McCabe,1993]
McCabe,1993 ]
31
b. Konveksi
Konveksi adalah proses transport energy dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan energy dan gerakan mencampur fluida. Perpindahan panas
konveksi menurut cara menggerakkan alirannya diklasifikasikan dalam konveksi bebas
dan konveksi paksa. Dikatakan sebagai konveksi bebas (free/ natural convection)
32
apabila gerakan mencampur diakibatkan oleh perbedaan kerapatan massa jenis yang
disebabkan oleh gradien suhu, contohnya gerakan yang terlihat pada air yang sedang
dipanaskan. Sedangkan apabila gerakan fluida disebabkan kerena adanya energi dari
luar seperti pokpa atau kipas maka disebut sebagai konveksi paksa (forced convection),
misalnya pendinginan radiator dengan udara yang dihembuskan oleh kipas.
Arus fluida yang melintas pada suatu permukaan, maka akan ikut terbawa
sejumlah enthalphi. Aliran enthalphi ini disebut aliran konveksi kalor atau konveksi.
Konveksi merupakan suatu fenomena makroskopik dan hanya berlangsung bila ada
gaya yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat gerakan
melawan gaya gesek [McCabe,1993]. Contoh sederhana pepindahan panas secara
konveksi adalah aliran air yang dipanaskan dalam belanga. Kalor yang dipindahkan
secara konveksi dinyatakan dengan persamaan Newton tentang pendinginan [Holman ,
1986 ].
Penanganan masalah perpindahan kalor secara kuantitatif biasanya didasarkan
atas neraca energi . Kalor yang diserap oleh fluida dingin sama dengan kalor yang
dilepas oleh fluida panas sehingga:
Keterangan;
mc, mh = laju alair aliran massa fluida dingin dan fluida panas
Tca, Tcb = temperatur fluida dingin pada saat masuk , keluar
Tha,Thb = temperatur fluida panas pada saat masuk , keluar
qc dan qh = laju penambahan kalor terhadap fluida dingin dan fluida panas
Laju perpindahan panas konveksi antara suatu permukaan dan suatu fluida
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Qc = -Hc.A.dT
Dimana
Qc = Laju perpindahan panas dengan cara konveksi (Watt)
Kalor yang dipindahkan
Hc = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2K)
A = Luas penampang aliran permukaan dan fluida (m 2)
dT = Perbedaan suhu antara permukaan dan fluida (K)
33
Alat peenukar panas (HE), adalah suatu alat yang digunakan untuk perpindahan
panas yang dapat berfungsi sebagai pemanas ataupun sebagai pendingin. Prinsip
kerja dari HE adalah perpindahan panas/kalor dari satu fluida satu ke fluida lain melalui
suatu dinding padat. Panas yang dipindahkan dapat berupa panas laten (disertai
34
perubahan fase) atau panas sensibel. Contoh perpindahan panas laten adalah
pengembunan dan penguapan sedangkan pemindahan panas sensibel adalah
pasteurisasi dan pendinginan.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Alat
penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah.
Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.
Alat penukar panas kontak langsung maksudnya adalah fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan misalnya ejector, daerator dan lain-lain. Alat penukar panas
kontak tak langsung adalah fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact)
dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu mempunyai media
perantara, seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor,
ekonomiser air preheater dan lain-lain.
Alat penukar (heat exchanger ) panas adalah alat yang digunakan untuk
mentransfer panas dari suatu media ke media yang lain yang mempunyai perbedaan
temperatur. Alat ini dapat dijumpai di industri seperti Boiler, kondenser, cooling tower,
dll, rumah tangga seperti Air Conditioner (AC), Lemeari Es dan pada transportasi yang
digunakan untuk mendinginkan mesin yang disebut dengan Radiator.
Heat exchanger tipe ini termasuk tipe yang cukup murah dengan koefisien
perpindahan panas yang baik. Selain itu tipe ini juga mudah dalam hal
perawatannya, karena proses bongkar-pasang yang lebih mudah jika dibandingkan
tipe lain seperti shell & tube. Namun di sisi lain, tipe ini tidak cocok jika digunakan
pada aliran fluida dengan debit tinggi. Dan seperti yang telah saya singgung di atas
bahwa heat exchanger tipe ini tidak cocok digunakan pada tekanan dan temperatur
kerja fluida yang tinggi, hal ini berkaitan dengan kekuatan dari material gasket yang
digunakan.
b) Spiral Plate Heat Exchanger . Heat exchanger tipe ini menggunakan desain spiral
pada susunan platnya, dengan menggunakan sistem sealing las. Aliran dua fluida
di dalam heat exchanger tipe ini dapat berbentuk tiga macam yakni (1) dua aliran
fluida spiral mengalir berlawanan arah ( counterflow ), (2) satu fluida mengalir spiral
dan yang lainnya bersilangan dengan fluida pertama ( crossflow ), (3) satu fluida
mengalir secara spiral dan yang lainnya mengalir secara combinasi antara spiral
dengan crossflow .
Heat exchanger tipe ini sangat cocok digunakan untuk fluida dengan viskositas
tinggi atau juga fluida yang mengandung material-maerial pengotor yang dapat
menimbulkan tumpukan kotoran di dalam elemen heat exchanger . Hal ini
disebabkan karena desainnya yang satu lintasan, sehingga apabila terjadi
penumpukan kotoran di satu titik, maka secara alami kecapatan aliran fluida pada
titik tersebut akan meningkat, sehingga kotoran tadi akan terkikis sendiri oleh fluida
40
kerja tersebut. Karena kelebihan inilah sehingga heat exchanger tipe ini sangat
cocok untuk digunakan pada fluida kerja dengan viskositas sangat tinggi, fluida
slurries (semacam lumpur), air limbah inidustri, dan sejenisnya.
c). Lamella Heat Exchanger . Lamella heat exchanger tersusun atas sebuah shell
berbentuk silindris dengan elemen berdesain khusus berada di dalamnya. Elemen
dengan desain khusus ini disebut dengan Lamella. Di antara elemen lamella dengan
sisi shell dibatasi dengan sistem sealing berupa gasket.
Lamella Heat Exchanger memiliki berat total yang lebih ringan daripada heat
exchanger tipe shell & tube dengan beban kerja yang sama. Tipe ini juga dapat
bekerja pada temperatur yang tinggi apabila gasket yang digunakan tepat, yakni
hingga 500 oC jika menggunakan gasket berbahan non-asbestos. Penggunaan
41
heat exchanger tipe ini biasanya ada pada industri kertas, industri kimia, serta
industri lain yang sejenisnya.
a) Heat Exchanger Plat Dengan Sirip. Heat exchanger tipe ini merupakan
modifikasi dari heat exchanger tipe plat yang diberi tambahan sirip. Prinsip
desainnya adalah penggunaan sirip yang berbentuk segitiga ataupun kotak yang
dipasangkan di antara dua plat paralel.
Salah satu aplikasi heat exchanger plat dengan sirip dapat kita lihat pada
gambar di atas, yakni sebuah heat exchanger yang berfungsi untuk merubah
gas refrigerant agar kembali ke fase cair dengan media pendingin udara. Pada
52
Efisiensi boiler adalah sebuah besaran yang menunjukkan hubungan antara supply
energi masuk ke dalam boiler dengan energi keluaran yang dihasilkan oleh boiler.
Namun demikian, efisiensi pada boiler dapat didefinisikan ke dalam tiga cara yaitu:
1. Efisiensi Pembakaran
2. Efisiensi Termal
53
Untuk mendapatkan efisiensi pembakaran yang tinggi, burner dan ruang bakar boiler
harus didesain seoptimum mungkin. Di sisi lain perbedaan penggunaan jenis bahan
bakar juga mempengaruhi efisiensi pembakaran. Diketahui bahwa bahan bakar cair dan
gas (seperti LNG dan HSD) menghasilkan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi jika
dibandingkan bahan bakar padat seperti batubara.
Menghitung efisiensi pembakaran boiler tidaklah sulit, kita hanya perlu mengurangi
jumlah total energi panas yang dilepas oleh pembakaran dengan energi panas yang
lolos melewati stack (cerobong
(cerobong asap), dibagi dengan total energi panas.
dimana,
Satu-satunya yang sulit dari efisiensi pembakaran adalah bagaimana mengejar angka
yang paling optimal. Efisiensi pembakaran ditandai dengan terbakarnya keseluruhan
bahan bakar di ruang bakar. Sedangkan parameter kontrol yang digunakan untuk
memastikan keseluruhan bahan bakar terbakar, adalah jumlah udara sisa pembakaran
(excess air ) yang keluar melalui stack . Semakin banyak jumlah excess air yang
yang keluar
melewati cerobong asap, maka semakin kecil pula kemungkinan jumlah bahan bakar
yang belum terbakar bisa melewati cerobong asap. Namun juga, semakin banyak
jumlah excess air yang lolos melewati cerobong asap, jumlah energi panas yang lolos
terbawa oleh udara sisa tersebut juga semakin banyak. Maka dari itu ada angka
optimum dari besaran excess air , sehingga didapatkan efisiensi pembakaran boiler yang
paling optimal.
54
Nampak pada ilustrasi grafik di atas bahwa semakin tinggi jumlah udara (oksigen) yang
lolos melewati stack, maka akan semakin kecil jumlah bahan bakar termasuk karbon
monoksida yang belum terbakar sempurna. Namun juga seperti yang telah kita bahas di
atas, semakin tinggi jumlah excess air maka grafik efisiensi pembakaran kembali turun,
tidak lain hal ini dikarenakan energi panas yang ikut lolos dengan udara sisa tersebut.
Maka dapat dipastikan ada nilai paling optimum dari excess air sehingga didapatkan
efisiensi pembakaran paling baik. Sebagai gambaran saja, nilai excess air optimum
untuk pembakaran gas alam adalah 5 hingga 10%, bahan bakar cair di angka 5 hingga
20%, dan 15 hingga 60% untuk pembakaran batubara.
Efisiensi Termal Boiler menunjukkan bagaimana performa boiler dalam hal fungsinya
sebagai heat exchanger. Perhitungan efisiensi ini akan menunjukkan seefektif apa
perpindahan energi panas dari proses pembakaran bahan bakar ke air. Namun
perhitungan efisiensi ini tidak terlalu akurat, karena ia tidak memperhitungkan kerugian
panas radiasi maupun konveksi yang tidak terserap oleh air. Selain itu, perhitungan
efisiensi termal boiler tidak bisa digunakan untuk analisa ekonomis, sebab perhitungan
ini tidak memperhatikan secara teliti jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Atas dasar
inilah kita tidak akan membahas lebih dalam mengenai perhitungan efisiensi termal
boiler.
Satu cara yang dianggap paling efektif untuk mengetahui performa boiler secara lebih
presisi adalah dengan menghitung Efisiensi Fuel-to-Steam-nya (biasa pula disebut
dengan efisiensi bahan bakar). Selain memperhatikan efektifitas boiler sebagai heat
exchanger (efisiensi termal), perhitungan efisiensi bahan bakar boiler juga
memperhatikan adanya losses (kerugian) akibat adanya perpindahan panas radiasi dan
konveksi. Efisiensi bahan bakar boiler memperhatikan dengan sangat teliti jumlah
konsumsi bahan bakar yang digunakan, sehingga sangat tepat digunakan sebagai
bahan analisa ekonomis boiler.
Metode Langsung
55
Dikenal ada dua metode untuk menghitung efisiensi bahan bakar pada boiler, yaitu
metode langsung dan metode tak langsung. Metode langsung, atau dikenal juga
sebagai metode input-output, dilakukan dengan jalan membandingkan secara langsung
energi panas yang diserap oleh air sehingga berubah fase menjadi uap air (energi
output), dengan energi panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar di dalam
ruang bakar boiler (energi input). Rumusan sederhana dari perhitungan metode
langsung adalah sebagai berikut:
dimana,
Tabel berikut menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari metode langsung dan tak-
langsung perhitungan efisiensi bahan bakar boiler.
56
Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan dari boiler metode langsung dan tak-
Langsung
Kelebihan Kekurangan
Metode Langsung
Debit dan heating value bahan bakar,
Parameter primer dari definisi efisiensi
maupun debit dan properties uap air,
bahan bakar boiler (input-output)
harus dihitung seakurat mungkin untuk
dihitung secara langsung.
meminimalisir ketidaktepatan.
Hanya membutuhkan sedikit Tidak mampu menunjukkan potensi
perhitungan. penyebab inefisiensi.
Harus menggunakan metode tak-
Tidak memerlukan asumsi nilai untuk
langsung untuk menilai tingkat
kerugian tak terukur.
keakuratan perhitungan.
Metode Tak-Langsung
Perhitungan primer seperti analisa gas
Membutuhkan perhitungan lebih
buang dan temperatur gas buang
banyak daripada metode langsung.
dapat dilakukan dengan sangat akurat.
Dapat dilakukan perbaikan perhitungan
Tidak otomatis memberikan data
untuk mengejar standard yang ada
kapasitas dan output.
ataupun untuk pemenuhan garansi.
Memiliki tingkat ketidaktentuan yang
rendah, sebab perhitungan kerugian Beberapa titik kerugian tidak dapat
hanya mencerminkan sebagian kecil diukur sehingga nilainya harus
saja dari total konversi energi yang diasumsikan.
ada.
Dapat diketahui sumber kerugian
terbesar.
Tingkat eror perhitungan relatif rendah.
Metode Tak-Langsung
Dan jika:
57
Maka:
Metode tak-langsung dilakukan dengan sangat detail pada setiap parameter yang
diukur, sehingga tingkat keakuratannya dianggap jauh lebih baik dibandingkan dengan
metode langsung. Namun tentu metode tak-langsung ini membutuhkan biaya yang lebih
besar karena membutuhkan peralatan-peralatan khusus di dalamnya. Atas dasar itulah
banyak yang menganggap metode tak-langsung ini lebih cocok digunakan pada boiler-
boiler skala besar, dan tentu tidak terlalu cocok digunakan untuk menghitung efisiensi
boiler kecil.
D. Aktivitas Pembelajaran
a. Pendahuluan
Alat penukar panas merupakan suatu alat untuk melakukan perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih
rendah. Fluida pada alat penukar panas akan mengalir pada dua jalur yang berbeda
dan kedua jalur dipisahkan oleh satu plat. Plat yang digunakan adalah dari bahan
tembaga. Hal ini dengan pertimbangan bahan plat dan bahan tembaga mempunyai
harga konduktivitas (thermal) yang tinggi sehingga mempunyai kemampuan
menghantarkan panas yang baik. Sebelum digunakan alat penukar panas alat
diperiksa kesiapannya. Pemeriksaan pendahuluan sangat penting dikarenakan
perbedaan temperatur fluida pada saat masuk dan keluar alat untuk pengambilan
data menghitung q (laju aliran panas) yang terjadi pada alat penukar kalor, sehingga
pemeriksaan pendahuluan sangat penting.
b. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Kondensor pada pendingin balik leibig Bahan pembersih
58
c. Cara Kerja
1) Periksa alat penukar panas skala laboratorium yang tersedia
2) Lakukan identifikasi meliputi tipe, prinsip kerja, fungsi dan jelaskan dalam
bentuk gambar.
3) Lakukan pemeriksaan pada sekat aliran fluida yang terbuat dari tembaga, untuk
pemeriksaan kebocoran.
4) Lakukan pengecekan pada saluran fluida panas dan fluida dingin, jika ada
kotoran yang menyumbat harus dibersihkan terlebih dahulu, sehingga aliran
fluida dapat lancar.
5) Kedua jalur plat ini juga harus diperiksa agar terjadi pertukaran panas antara
kedua fluida tersebut agar fluida panas secara optimum akan mengalami
penurunan temperatur sedangkan fluida dingin akan mengalami kenaikan
temperatur.
a. Pendahuluan
Pada umumnya perpindahan panas dapat berlangsung melalui 3 cara yaitu secara
konduksi, konveksi dan radiasi. Untuk alat penukar kalor tipe spiral ini lebih ditekankan
pada perpindahan panas secara konveksi sehingga pembahasannya tidak
menjelaskan tentang perpindahan panas secara konduksi dan radiasi.
Alat Bahan
Kondensor pada pendingin Bahan pembersih
balik leibig maupun soklet (sabun / deterjen)
Heat exchanger pada alat Paslin
Pada alat penukar kalor ini, kedua fluida mengalir pada dua jalur yang
berbeda dan kedua jalur dipisahkan oleh satu plat. Plat yang digunakan adalah dari
bahan tembaga. Hal ini dengan pertimbangan bahan plat dan bahan tembaga
mempunyai harga konduktivitas (thermal) yang tinggi sehingga mempunyai
kemampuan menghantarkan panas yang baik.
Pengendalian alat penukar panas dilakukan agar proses perpindahan panas
dapat berlangsung secara efektif baik pada proses pendinginan maupun
pemanasan. Pengendalian pengoperasian peralatan alat penukar panas tipe
tabung dan selongsong dilakukan pada bagian tube fluid in, shell-side fluid out, tube
side fluid out, dan shell –side fluid in. Apakah tube-tube yang dimaksud dapat
berfungsi dengan baik. Pemeriksaan pada bagian dalam HE sangat penting juga.
Permasalahan yang sering terjadi adalah apabila air pendingin kurang bagus
kualitasnya misalnya air bersifat sadah. Air yang sadah sebelum digunakan sebagai
media pemanas atau media pendingin harus diturunkan kesadahannya. Air yang
sadah akan membuat kerak dan akhirnya membuat proses pendinginan /
pemanasan.
F. Tugas / Latihan
1. Suhu pada satu sisi dinding gabus 10 cm sebesar -12 oC dan pada sisi lain -21
cm. Konduktivitas termal pada rentang 0,042 J m -1 s-1 oC-1. Hitung laju
perpindahan panas melalui dinding seluas 1 m 2 .
2. Dinding suatu cold store tersusun atas 11 cm bata (luar), 7,5 cm beton & 10
cm gabus (dalam). Suhu dinding terluar 18 oC & ruang -18 oC. Hitung laju
perpindahan panas melalu dinding. Tentukan juga suhu antara beton &
gabus (k bata 0,69; beton 0,76; gabus 0,043 J/m.s.oC
3. Dinding oven dibuat dari bata insulasi 10 cm dengan konduktivitas termal 0,22
Jm-1 s-1. oC-1. Antar dinding bata diperkuat den sebesar 1% dari total luas
area melin dinding. Konduktivitas termal baja 45 m -1 s-1. oC-1. Hitung
a) Proporsi relatif panas total yang dipi melalui bata dan baja
b) Heat loss per m2 dinding oven jika suhu bagian dalam 230 oC & di bagian luar
25 oC
4. Larutan gula dipanaskan dalam tangki stainless steel setebal 1,6 mm dengan
jaket pemanas. Koefisien transfer permukaan untuk steam 12000 J/m 2soC
dan untuk larutan gula 3000 J/m 2soC. Konduktivitas termal bahan tangki 21 J/
62
m2soC. Steam yang digunakan bersuhu 134oC dengan panas laten 2164
kJ/kg (ekuivalen dg tekanan 200 kPa gauge ). Suhu larutan gula 83oC. •
Berapa jumlah (massa) steam yang dibutuhkan per detik bila luas permukaan
transfer 1,4 m 2 ?
5. Lakukan analisis perbedaan Heat Exchanger Tipe Kontak Langsung dan
tidak langsung.
A. Tujuan
Melalui penggalian informasi, diskusi, tanya jawab dan penugasan peserta pelatihan
dapat melakukan proses pemisahan tanpa panas dengan proses, filtrasi, adsorpsi dan
penukar ion sesuai dengan karakteristik bahan, proses dan peralatan secara cermat,
tepat dan penuh tanggung jawab.
1. Peserta pelatihan dapat menelaah proses, sistem kerja, dan aplikasi filtrasi.
2. Peserta pelatihan dapat menelaah proses, sistem kerja, dan aplikasi absorpsi.
3. Peserta pelatihan dapat menelaah proses, sistem kerja, dan aplikasi penukar ion.
C. Uraian Materi
1. Proses Filtrasi
a. Pengertian
Menurut prinsip kerjanya filtrasi dapat dibedakan atas beberapa cara, yaitu:
Alat ini akan bekerja berdasarkan driving force, yaitu perbedaan tekan. Alat ini
dilengkapi dengan kain penyaring yang disebut filter cloth, yang terletak pada
tiap sisi platenya. Plate and frame filter digunakan untuk memisahkan padatan
cairan dengan media berpori yang meneruskan cairannya dan menahan
padatannya. Secara umum filtrasi, dilakukan bila jumlah padatan dalam
suspense relatif kecil dibandingkan zat cairnya.
Secara umum filter dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu filter dalam
(depth filter ) dan filter saringan (screen filter ). Filter dalam terbuat dari matriks
serat atau butiran yang tersusun secara acak sehingga membentuk suatu massa
yang memiliki rongga-rongga. Partikel akan terpisah dari cairan karena
terperangkap dalam matriks filter . Sedangkan filter saringan memisahkan partikel-
partikel di atas permukaannya seperti halnya saringan. Strukturnya lebih kuat,
seragam dan sinambung dengan ukuran pori yang dapat diatur dengan baik pada
waktu pembuatannya. Filter membran termasuk dalam golongan filter saringan.
Peralatan filtrasi skala laboratorium antara lain : Sel Buntu. Alat ini hanya cocok
untuk pemisahan larutan yang sangat encer dengan volume yang sedikit. Alat ini
biasanya digunakan untuk studi pengikat (binding) antara ligan atau mineral
dengan protein. Sel Buntu Berpengaduk; Sistem ini memiliki pengaduk magnetic
untuk mencegah terjadinya polarisasi konsentrasi. Sel Bercelah Sempit; Untuk
skala laboratorium alat ini merupakan alat terbaik dibandingkan dengan dua alat di
atas. Adanya resirkulasi dan aliran silang membuat polarisasi konsentrasi jarang
terjadi. Salah satu membran filtrasi adalah pada :
"solute" dari satu sisi dan membiarkan pendapatan "solvent" murni dari sisi
satunya.
Sebagai percobaan, air diisikan di kedua sisi membran, dimana air di salah
satu sisinya memiliki perbedaan konsentrasi mineral-mineral terlarut, karena
air memiliki sifat berpindah dari larutan berkonsentrasi rendah menjuju larutan
berkonsentrasi lebih tinggi, maka air akan berpindah (berdifusi) melalui
membran dari sisi konsentrasi rendah ke sisi konsentrasi yang lebih tinggi.
Sehingga, tekanan osmotik akan melawan proses difusi, dan akan terbentuk
kesetimbangan.
Setelah air terbentuk maka resin penukar ion harus diregenerasi. Pelaksanaan
regenerasi pada proses kolorn ganda sangat sederhana. Ke dalam kolom penukar
kation dialirkan asarn khlorida encer dan ke dalam kolom penukar anion dialirkan
larutan natrium hidroksida encer. Regeneran yang berlebihan selanjutnya dibilas
dengan air.
Pada proses unggun campuran – kolom tunggal, resin penukar kation dan
penukar anion dicampur menjadi satu dalam sebuah kolom tunggal. Dengan proses
unggun campuran dapat dicapai tingkat kemurnian air yang jauh lebih tinggi daripada
dengan proses kolom ganda. Sebaliknya, pada proses unggun campuran regenerasi
resin penukar lebih kompleks.
1) Untuk regenerasi, regeneran bersama dengan air dialirkan melewati kedua lapisan
resin Asam khlorida encer dialirkan dari bawah ke atas melewati resin penukar
kation, dan dikeluarkan dari kolom pada ketinggian lapisan pernisah. Larutan
natrium hidroksida encer dialirkan dari atas ke bawah melewati resin penukar
anion, juga dikeluarkan pada keting gian lapisan pemisah.
2) Kelebihan kedua regeneran kemudian dicuci dengan air
94
3) Ketinggian permukaan air dalam kolom diturunkan dan kedua resin penukar
dicampur dengan cara memasukkan udara tekan dari ujung bawah kolom.
4) Pencucian ulang unggun campuran dengan air dari atas ke bawah, sampai alat
ukur konduktivitas menunjukkan kondisi kemurnian air yang diinginkan.
Sekarang instalasi siap untuk dioperasikan lagi. Baik pada instalasi pclunakan
maupun pada instalasi demineralisasi air, maka pengalihan dari kondisi operasi ke
proses regenerasi, pelaksanaan regenerasinya sendiri, dan pengalilian kembah ke
kondisi 350 operasi dapat dilakukan baik secara manual maupun secara otomatik.
Untuk mencapai kualitas air atau performansi yang optimal dan untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada resin penukar, maka petunjuk kerja yang diberikan oleh
pabrik pembuat instalasi (misalnya mengenai urutan pelaksanaan operasi, kuantitas dan
konsentrasi regeneran, waktu regenerasi dan waktu pencucian) harus diikuti dengan
seksama.
95
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Proses Filtrasi
Langkah Kerja :
1) Isilah bak air pada reverse osmosis ± 5 Liter dengan salah satu jenis sampel.
2) Sambungkan kabel ke listrik untuk menghidupkan pompa air, maka air akan
terdorong ke penyaringan (catride I) kemudian melalui Catride II dan III.
3) Kran dibuka dan air akan keluar melalui membran Reverse Osmosis
4) Hasil dari membran airnya akan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau.
5) Buatlah diagram alir dari pengoperasian alat filtrasi dengan Reverse Osmosis.
Tujuan : Peserta dapat mengetahui perbedaan parameter (DO, TDS, pH, suhu)
dan warna, bau, rasa dari air limbah sebelum dan sesudah
penjernihan.
Alat :
Reverse Osmosis Batang pengaduk
DO-meter Neraca analitik
pH meter Penjepit
Timbangan Tanur
Oven Desikator
Bahan :
Air limbah
Langkah Kerja :
1. Air limbah sebelum dilakukan penjernihan dengan menggunakan filter
(membrane filter sederhana dan RO) :
a. Ukurlah suhu dan pH.
b. Amati warna, bau, dan rasa (jika memungkinkan)
c. Ukurlah DO dan TDS
2. Hasil penjernihan dengan menggunakan membrane filter dan RO :
a. Ukurlah suhu dan pH.
b. Amati warna, bau, dan rasa (jika memungkinkan)
c. Ukurlah DO dan TDS
3. Langkah Kerja : Penentuan TDS lihat SNI-06-6989,27-2005 Padatan Total
Terlarut.
Hasil Pengamatan :
SAMPEL :
Suhu PH Tds (Mg/L) Do (Mg O2/L)
No Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet
2. Proses Adsorbsi
DAFTAR PUSTAKA
Geonkoplis, C.J. 1983. Transport Process and Unit Uperation, second ed. Allynd Bacon,
Inc., Boston.
Hartono R., 2008. Modul – 1.07 Penukar Panas. Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Fakultas Teknik -Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Cilegon – Banten
Nurdiani D., 2012. Modul Mengoperasikan Peralatan Filtrasi. Pusat Pengembangan Dan
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, “ Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th ed,
Mc.Graw-Hill, New York, 1985, Chapter 11, 12, 15 4. Kern, DQ, “Process Heat
Transfer”, Mc.Graw-Hill, New York, 1965
Suparni Setyowati Rahayu dan Sari Purnavita 2008. Kimia Industri untuk SMK Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.
Underwood, A.L., dan Day R. A. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
Univeristas Negeri Malang 2013. Modul PLPG Teknik Kimiakonsorsium Sertifikasi Guru
dan Universitas Negeri Malang Panitia Sertifikasi Guru (Psg) Rayon 115
GLOSARIUM
Adsorpsi atau penjerapan adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair,
bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat yang
menyerap (adsorben). Adsorpsi adalah penyerapan solute hanya
dipermukaannya
Absorpsi adalah proses menyerap semua solute hingga masuk kedalam materialnya.
Blake crusher adalah mesin yang paling umum dari jenis jaw crusher , gerakan kedua
katup dari mesin ini digerakkan oleh gaya eksentris pada sebuah batang
( pitman) yang dihubungkan kekatup ayun oleh toggle.
Cutting machine adalah Mesin potong (cutting machine) menghasilkan partikel atau
material yang mempunyai ukuran dan bentuk tertentu dengan panjang 2
hingga 10 µm.
Dodge crusher dalam beberapa hal sama dengan Blake crusher, tetapi pada dodge
crusher katup ayun digantung pada bagian dasar dan lebar dari bukaan
konstan.
Jaw crusher adalah jenis pengecilan ukuran yang sangat familier dalam dunia
pertambangan, kelebihan dari jenis peralatan ini adalah mudah dalam
perawatan mapun spare part untuk mengganti bagian bagian yang rusak.
Filtrasi adalah salah satu proses pemisahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis tergantung pada bahan yang akan dipisahkan serta tingkat pemisahan
yang diinginkan
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan olahan dari bentuk besar
atau kasar di ubah menjadi ukuran yang lebih kecil. Untuk itu yang namanya
grinding adalah proses pemecahan atau penggilingan
Vibrating screen, ayakan dinamis dengan permukaan horizontal dan miring digerakkan
pada frekuensi 1000 sampai 7000 Hz. Ayakan jenis ini mempunyai kapasitas
tinggi, dengan efisiensi pemisahan yang baik, yang digunakan untuk range
yang luas dari ukuran partikel
Oscillating screen, ayakan dinamis pada frekuensi yang lebih rendah dari vibrating
screen (100-400 Hz) dengan waktu yang lebih lamam.
119
Penukar panas (HE), adalah suatu alat yang digunakan untuk perpindahan panas yang
dapat berfungsi sebagai pemanas ataupun sebagai pendingin.
Penukar ion adalah zat padat tertentu yang dapat membebaskan ionnya kedalam
larutan ataupun menggantikan ion lain dari ion larutan
Penyaring ampas (cake filter ) memisahkan padatan dengan jumlah relatif besar sebagai
suatu kue kristal atau lumpur.
Pengecilan ukuran (size reduction) artinya membagi bagi suatu bahan padat menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya mekanis atau
menekan.
Sizing adalah proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen
Shifting screen, ayakan dinamis dioprasikan dengan gerakan memutar dalam bidang
permukaan ayakan. Gerakan actual dapat berupa putaran, atau getaran
memutar. Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering.
Smoot roll Crusher adalah Crusher memiliki dua buah roll logam berat yang memiliki
permukaan licin. Kedua roll berputar satu sama lain dengan kecepatan sama,
kecepatan berkisar antara lima puluh dampai tiga ratus putaran per menit.
Revolving screen, ayakan dinamis dengan posisi miring, berotasi pada kecepatan
rendah (10-20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material-material
yang relatif kasar, tetapi memiliki pemindahan yang besar dengan vibrating
screen.
Ultrafine Grinder adalah mesin grinder yang menampung partikel umpan yang lebih
besar dari ¼ inchi dan hasilnya biasanya berukuran tertentu yaitu 1- 50 µm.
120
CV PENULIS
6. Biodiesel from Low Grade used Frying Oil using Esterification ransesterification
Process, Jurnal nasional 2009
7. Proses Transesterifikasi pada pembuatan biodiesel menggunakan minyak
nyamplung ((Calophyllum inophyllum L.) yang telah dilakukan esterifikasi, Jurnal
nasional 2010
8. Biodiesel sawit bahan bakar alternatif potensial di Indonesia, publikasi majalah
populer 2008
9. Potensi pemanfaatan minyak biji nyamplung sebagai bahan baku industri dan
fitofarmaka, publikasi majalah populer 2009
10. Biodiesel from Low Grade used Frying Oil using Esterification Transesterification
Process, publikasi Jurnal terakriditasi. 2010
11. Verifikasi Metode Analisis Logam pada Air Limbah dengan AAS, Majalah Mekar
2008
12. Verifikasi metode analisis sulfat dan nitrat pada air dan air limbah dengan
spektrofotometer UV Vis di PPPPTK Pertanian Cianjur, Majalah Mekar 2008
13. Pengembangan Bahan Acuan, Majalah Mekar 2011
14. Menulis pada Jurnal Tekologi Pertanian Agritech UGM yang berjudul:
Karakteristik Fisikokimia dan Antibakteri Hasil Purifikasi Minyak Biji Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L.) 2012
CV Penelaaah
1. Nama : Hendriyana
2. Tempat & Tgl. Lahir : Tasikmalaya, 2 Oktober 1982
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Sunda
6. Kebangsaan : Indonesia
7. Pekerjaan : Dosen (2006-saat ini)
8. Jurusan : Teknik Kimia-Fakultas Teknik UNJANI
9. Alamat rumah : Jl. Kolonel Masturi Km 3, komplek GACC blok E no. 16
10. No HP : 081573267759
11. Status perkawinan : Menikah
Pendidikan
1. Sarjana (S-1) Teknik Kimia UNJANI (2001-2005)
2. Magister (S-2) Teknik Kimia – ITB (2008-2010)
Seminar, Pelatihan dan Pengabdian Masyarakat
1. 2005, On The Job Training at LLDPE Section di PT Chandra Asri-Cilegon
2. 2006, Wokshop “ Balridge National Quality Program” dengan Tema “Education
Criteria For Performance Excellence” – UNJANI (Peserta);
3. 2006, “Wokshop/Pelatihan Metodologi Penelitian dan Penyusunan Penulisan
Proposal Penelitian” – UNJANI (Peserta);
4. 2007, Indonesia and Japan Joint Symposium “ Toward Sustainable Asia with
Sound Material Cycle and Emission Minimization ”- ITB (Peserta);
5. 2007, 14th Regional Symposium on Chemical Engineering -Yogyakarta (Peserta)
6. 2008, Tim Pemantau Independen Ujian Nasional Tingkat SMA/SMK/MA kota
Cimahi;
7. 2008, Tim Pemantau Independen Ujian Nasional Tingkat SMP/MTs kota Cimahi;
8. 2008, Seminar Nasional Soehadi Reksowardojo - ITB (Pemakalah)
9. 2009, Seminar Nasional Teknik Kimia “ Kejuangan” UPN Yogyakarta (Peserta)
10. 2009, 16th Regional Symposium on Chemical Engineering - Manila, Pilipina
(Pemakalah)
11. 2010, Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR - Bandung (Pemakalah)
12. 2010, Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR - Bandung (Pemakalah)
13. 2010, Majalah Ilmiah Kartika Wijaya Kusuma Vol. 18 No.1 UNJANI-Cimahi
(Pemakalah)
14. 2010, Lokakarya Gasifikasi Biomassa, Teknik Kimia ITB (Peserta)
15. 2010, Jurnal Teknik Vol. IX No.2,2010 UNJANI-Cimahi (Pemakalah)
16. 2011, Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.10 1 April 2011-Bandung (Pemakalah)
17. 2011, Jurnal Teknik Vol. X No.2,2011 UNJANI-Cimahi (Pemakalah)
18. 2011, Lokakarya Dosen Fakultas Teknik UNJANI "Transformasi FT Membangun
Daya Saing Berkelanjutan”, Bandung (Peserta)
19. 2011, Proceeding International Seminar on Chemical Engineering Soehadi
Reksowardojo 2011, ITB (Pemakalah)
20. 2011, Tim Pemantau Independen Ujian Nasional Tingkat MA/SMA/SMK kota
Cimahi;
21. 2011, Lokakarya “Pemanfaatan Dimethyl Ether (DME) Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Sektor Rumah Tangga”, BPPT-Jakarta (Peserta)
22. 2011, Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2011, BPPT-Jakarta, Peserta
123
23. 2011, Sosialisasi dan Pelatihan Pengembangan Produk Kreatif dari Pemanfaatan
Sampah Anorganik Untuk Warga Masyarakat Rw. 03 Kelurahan Cibeber Kota,
Cimahi
24. 2012, Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR 2012, Bandung (Pemakalah)
Aktivitas Penelitian
1. Kajian Awal Melihat Pengaruh Temperatur dan Laju Pengadukan Terhadap
Koefisien Perpindahan Massa Minyak Jarak (2004)
2. Tekonologi Tepat Guna Pembuatan Sabun Cuci Piring untuk Skala Home Industri
(2008)
3. Percobaan Awal Pengembangan Perangkat Pengambilan Logam Cu dari Limbah
Elektroplating (Hibah Bersaing DIKTI 2008, sebagai anggota peneliti)
4. Studi Kompor Sederhana Berbahan Bakar Bio-Etanol (Didanai LPPM UNJANI pada
tahun 2009, sebagai ketua peneliti)
5. Pengolahan Limbah Fenol Dari Proses Pembersihan Gas Hasil Gasifikasi Dengan
Metode Elektrokoagulasi (Didanai LPPM UNJANI pada tahun 2009, sebagai ketua
peneliti)
6. Penyempurnaan Proses Gasifikasi (Didanai Tanoto Foundation, 2007-2010,
sebagai anggota tim)
7. Prediksi Konstanta Henry Sistem Toluen dalam Pelarut Beberapa Minyak (2010)
8. Produksi Hidrogen Sebagai Bahan Bakar Fuel Cell dengan Metoda Elektrolisis Air
Didanai LPPM UNJANI pada tahun 2010, sebagai ketua peneliti)
9. Pengolah Limbah Cair Proses Elektrokoagulasi untuk Menghasilkan Kembali Air
Layak Proses (Didanai Hibah Kompetensi DIKTI 2012, sebagai anggota peneliti)
Pengalaman lainnya
Tahun Aktifitas
2007- 2009 Koordinator Lab. Kimia Fisika
2007-2008 Anggota Tim Publikasi Jurusan Teknik Kimia
Mei-Agustus 2007 Tim Penyuluhan Kompor Gasifikasi dengan Bahan Baku Biomassa
sebagai Sumber Energi Terbarukan
2008 Proyek perhitungan neraca massa dan energi proses pembuatan
galena PT. BOGSCO.
2009- 2010 Asisten Dosen Prof. Dr. Herri Susanto (TK-ITB) untuk mata kuliah:
S1 : Termodinamika II
Neraca Massa dan Energi
S2 : Termodinamika Lanjut
2010-2011 Anggota Tim Publikasi UNJANI
2010-2011 Anggota Tim Pendampingan PROPER PG RAJAWALI II
2010-saat ini Kepala Laboratorium Teknologi Kimia I & II
19-24 Juli 2010 Isntruktur Pelatihan Simulasi Proses kepada Tenaga Profesional
Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus
Yogyakarta
124
Hendriyana