Anda di halaman 1dari 51

PERTEMUAN I

ALAT PELINDUNG DIRI

Tujuan :

 Mahasiswa mengenal alat pelindung diri yang harus digunakan di


laboratorium
 Mahasiswa mampu menggunakan alat pelindung diri untuk keselamatan
bekerja dilaboratorium kimia

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memperoteksi si pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing protection) yang
melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter yang
menyerap dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan
perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia. APD dapat berkisar dari yang
sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang
dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu pernafasan yang dikenakan dikala
menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya. Perlengkapan seperti baju kerja
biasa atau seragam yang tidak secara spesifik melindungi diri dari resiko keselamatan dan
kesehatan tidak termasuk APD. Pemakaian alat APD dimaksudkan untuk mengurangi atau
minimalkan resiko dan bahaya di tempat kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan APD:
1. Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan sesuaikan posisi
APD agar merasa nyaman saat bekerja.
2. Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak segera laporkan.
3. Jika menggunakn 2 atau lebih APD secara bersamaan pastikan mereka kompatibel
dan tidak mengurangi keefektifan masing-masing APD.
4. Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman secepatnya.
5. Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila diperlukan pelatihan
khusus.

1
1. PERLINDUNGAN MATA DAN WAJAH

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan
oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata
dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan
radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari :

Gambar 1. Pelindung Mata

Gambar 2. Goggle

Gambar 2. Pelindung Wajah

2
2. FACE SHIELD
Digunakan pada operasi peleburan logam,percikan bahan kimia ,atau parkel yang
melayang.

Gambar 3. Face shield

2. PERLINDUNGAN BADAN
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan sebutan
jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum
memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat
pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium: kancing jas laboratorium tidak
boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas
dengan ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari
tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium
Anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut secepatnya.

Gambar 4. Jas Laboratorium

3
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits.
Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi. Perlengkapan yang berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari karet
atau plastik. Untuk apron yang terbuat dari plastik, perlu digaris bawahi, bahwa tidak
dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat
terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi
loncatan listrik statis.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (misalnya ketika menangani bahan kimia yang
bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari
material yang dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah
mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia,
panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.

3. PERLINDUNGAN TANGAN
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila
terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi bagi Anda.
Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung
tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecah atau rusak,
permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin.

4
Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang di pakai jika tidak
dipilihbahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia yang ditangani. Selain itu, kriteria
yang lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan
kimia ke kulit tangan. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi
pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering
dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi
(asbestos) untuk temperatur tinggi. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan,
diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida).
Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani.
Sebagai contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet alam baik apabila bekerja dengan
Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila bekerja dengan Dietil eter.

4. PERLINDUNGAN PERNAFASAN
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang
dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan
bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya
harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker,
yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi,
dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter
5
pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut
memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka
filter tersebut harus diganti.

Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan
kimia. Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang
ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium. Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada
mengobati". APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam
kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD
sebelum bekerja dengan bahan kimia.

5. PELINDUNG KEPALA
Kepala adalah bagian yang mudah terluka oleh tumbukan. Perlindungan
kepalditujukan untuk menyediakan perlindungan bagi tumbukan mekanis, terluka, dan
terjebaknya rambut di dlam mesin yang bergerak (scalping).
Daftar berikut merupakan contoh kegiatan, dimana APD yang berfungsi melindungi kepala
diperlukan:
Pekerjaan pada tangga, dibawahnya atau didekat tangga.
Pekerjaan konstruksi pada gedung, menara, bangunan besar dan pabrik.
Bekerja disaluran, parit, terowongan, dibawah tanah, persiapan mineral.
Aktivitas transportasi dengan resiko kejatuhan benda, mengendarai truk pengangkut (fork
lift), atau bekerja dibgudang dan tempat penyimpanan.
Aktivitas dengan bahay yang bersumber dari benda yang tergantung, pengait yang tajam,
permukaan hambatan yang rendah.

6
6. PELINDUNG KAKI

Proteksi kaki untuk melindungi kaki kemungkinan tumpahan bahan


kimia korosif/beracun, sepatu biasa yang tidak licin dan bertumit rendah dapat
dipakai.Pemakaian sandal atau sepatu yang terbuka perlu dihindarkan.
a. Sepatu Latex/Karet
Sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan licin.
b. Sepatu Buthyl
Sepatu Buthyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam,
dan basa.
c. Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah.
d. Sepatu Nitrile
Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.

7. RESPIRATOR
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang
dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan
bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya
harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker,
yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi,
dan batas paparan. Alat Pelindung Pernafasan Berguna untuk melindungi pernafasan
terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat
racun, korosi ataupun rangsangan.
Masker untuk melindungi debu / partikel-partikel yang lebih besar yang masuk
kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu. Bergantung
pada jenis dan kadar pencemar, ada beberapa jenis respirator, yaitu :

7
Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan dengan


toksinitas rendah sebelum memasuki sistim pernafasan, alat pembersihnya terdiri dari filter
untuk menangkap debu dari udara atau tabung kimia yang dapat menyerap gas, uap dan
kabut.

Jenis fiter atau kanister yang dipakai bergantung pada jenis kontaminan yang ada.
Kontaminan debu dapat disaring dengan fiter mekanik. Semakin halus filter, semakin kecil
ukuran debu yang dapat diambil. Kain verban yang biasa dipakai para pekerja, hanya
efektif untuk partikel debu yang besar, dan tentu saja tidak bermanfaat untuk
kontaminasigas atau uap beracun. Untuk as dan uap beracun dipakai kanister yang dapat
menyerapgas-gas tersebut secara kimia atau fisika. Dengan sendirinya kanister kan berbeda
untuk gas atau uap yang berlainan pula.

Respirator dengan pemasok udara

Peralatan ini mirip peralatan pernapasan untuk para penyelam, dimana disediakan
udara/oksigen untuk pernapasan. Alat pelindung demikian diperlukan untuk bekerja dalam

8
ruang yang mungkin berkadar oksigen rendah seperti ruang tertutup atau ruang terpolusi
berat, seperti adanya gas aspiksian (N2 metan CO2) atau aspiksian kimia (NH3, CO, HCN)
pada kosentrasi tinggi. Pemasok udara pernapasan berupa udara tekan, dapat dipakai
selama 30 menit sampai 1 jam dan udara atau oksigen cair untuk perlindungan antara 1-2
jam.

8. PERLINDUNGAN TELINGA
Pelindung Telinga tidak boleh dianggap enteng terutama untuk praktikan yang
bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan benda-benda keras ataupun
bunyi-bunyi keras dari mesin.
Alat Pelindung yang digunakan untuk kondisi seperti ini antara lain:
1) Ear Phone, system kerja alat Earphone ini yaitu meredam suara.
2) Sumbat Telinga (Ear plugs )
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi Daya atenuasi (daya lindung) :
25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu
3) Tutup Telinga (Ear muff )
Frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)Untuk frekuensi biasa 25-30
dB.Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga
sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara
melalui tulang masih ada.
Petunjuk Praktikum:

a. Kenali dan identifikasi alat pelindung diri yang sudah saudara gunakan dan
jelaskan kegunaannya!
b. Lakukan cara pemakaian alat pelindung diri yang disediakan oleh asisten
dengan benar!
c. Lakukan penilian untuk teman saudara yang sedang memperagakan cara
pemakaian alat pelindung diri yang benar!
d. Buatlah rubrik penilaian yang terdiri dari : cara pemakaian, ketepatan tempat
pemakaian, ketenangan sikap saat pemakaian, kenyamanan hasil pemakaian,
dll!
e. Diskusikan dengan kelompok saudara hasil penilaian terhadap teman yang
memperagakan!

Konsultasikan dengan dosen pengawas atau assisten

9
PERTEMUAN II
PENGENALAN LOGO DAN PENANGANAN BAHAYA BAHAN KIMIA

Tujuan :

 Mahasiswa mengenal logo tanda bahaya yang tertera pada kemasan bahan
kimia
 Mahasiswa mengetahui cara penanganan bahan kimia sesuai logo bahaya

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan,


penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas,
serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi,
keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi
orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan
pada barang-barang

Klasifikasi Umum

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan


pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan
atau kontak lewat kulit.

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung
mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat
juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang[5]. Pengeluaran zat-zat beracun dari
dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

Penanganan terhadap zat yang bersifat BERACUN

• Hindari dari pernafasan karena akan menyebabkan iritasi yang kuat pada saluran
pernafasan, batuk dan sukar bernafas,keterpaan kuat

10
pada alveoli pada paru-paru menyebabkan kematian, gunakan self contained
breathing apparatus (SCBA).

• Hindari kontak dengan mata karena dapat merusak kornea mata secara
permanen gunakan kacamata dan perisai muka

• Hindari kontak dengan kulit karena akan menyebabkan luka bakar dan menyerap
kadalam pori-pori , gunakan gloves

Penanganan Pertolongan

• Jika terhirup, pindahkan korban ke tempat udara segar,bila sukar bernafas bawa ke
dokter

• Jika terkena mata, segera cuci mata dengan air bersih dan dialirkan selama 60 menit
dan segera bawa ke dokter

• Jika terkena kulit cuci dengan air bersih 20 menit, bawa ke dokter

Contoh Bahan Beracun

Anilin, Benzol, Methanol, Aceton nitril, Sodium nitrit, Potassium acetate, Potassium
bromide, Methyl orange, Potassium dichromide, Lead acetate, Arsen

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila
kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.

Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan
menjadi amat peka terhadap bahan kimia).

Penanganan Terhadap Zat Yang Bersifat Korosif:

Harus dibilas dengan air secepatnya max 15 menit dan jika tidak membaik hubungi
medis.

• Jika terhirup atau tertelan harus dibawa ke tim medis profesional

• JANGAN dimuntahkan karena menambah kerusakan pada kerongkongan, mulut

11
dan kerongkongan (sistem pencernaan)

Contoh Bahan Korosif

• Contoh khas bersifat Asam hidroklorik (muriatic) asam belerang (H2S) dan asam
cuka (CH3COOH).

• Contoh khas bersifat Basa adalah linde (bahan sabun) dan Natrium hidroksida

(NaOH)

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan
kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

Penanganan Terhadap Zat Yang Bersifat Mudah Terbakar:

• Cuci tangan setelah bekerja, jaga kebersihan.

• Simpan bahan atau zat ditempat yang dingin, kering, dan berventilasi serta

jauhkan dari panas, sumber penyalaan api dan sinar matahari

• Wadah harus tertutup rapat

• Selalu siap dengan peralatan keadaan darurat

Contoh Bahan Mudah Terbakar

• Contoh :Aceton, Acetonitril, Benzol, Methanol, n-Hexane, Petroleum benzene,


Pyridine dried

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.

Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti
trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

12
PENANGANAN TERHADAP ZAT YANG BERSIFAT MUDAH MELEDAK

• Cuci tangan setelah bekerja, jaga kebersihan.

• Simpan bahan atau zat ditempat yang dingin, kering, dan berventilasi serta

jauhkan dari panas, sumber penyalaan api dan sinar matahari

• Jangan terlalu banyak gocangan

• Selalu siap dengan peralatan keadaan darurat

Contoh Bahan Mudah Meledak:

Nitrogliserin, Trinitrotoluene.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

Penanganan Terhadap Zat Yang Bersifat Oksidator

• Cegah terbentuknya uap.

• Simpan bahan atau zat ditempat yang dingin, kering, dan berventilasi serta

jauhkan dari panas, sumber penyalaan api dan sinar matahari

• Wadah harus tertutup rapat dan hindari kebocoran

• Bahan bangunan gudang atau tempat penyimpanan harus tahan korosi

Penanganan Pertolongan

• Jika terhirup, pindahkan korban ke tempat udara segar, beri oksigen bila perlu

• Jika terkena mata, segera cuci mata dengan air bersih (hangat) selama 20 menit

dan segera bawa ke dokter

• Jika terkena kulit cuci dengan air

13
Contoh Bahan Oksidator

• Ammonium nitrate, Percholic acid, Potassium nitrate, Sodium nitrate, Copper


nitrate, Potassium bromide, Ammonium Peroxide Sulfide, Potassium
Permanganat

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas
dan gas yang mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas
yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau
gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan
aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.

Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena
memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

14
15
PENGGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Sebelum menggunakan Bahan Kimia Berbahaya harus diketahui terlebih dahulu


informasi bahayanya baik dari segi Kebakaran, Kesehatan, Rekatifitas, Keracunan,
Korosif dan Peledakan ) serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya.

2. Perencanaan dan penerapan K3 harus dilakukan dengan sebaik-baiknya pada setiap


pekerjaan penggunaan Bahan Kimia Berbahaya dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

a. APD ( Alat Pelindung Diri ) yang sesuai dengan factor resiko bahayanya, APAR dan
P3K harus disiapkan secukupnya dan digunakan sebagai mana mestinya.

b. Kondisi kerja, lingkungan sudah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang (
Safety ).

c. Peralatan kerja harus layak pakai.

d. Methode kerja/cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif.

e. Kelengkapan administrasi sudah dipersiapkan ( perijinan angkut, perintah kerja,


daftar pekerja dsb ).

3. Selama berlangsungnya kegiatan penggunaan Bahan Kimia Berbahaya hindari tindakan


yang tidak aman. Usahakan bekerja sesuai dengan SOP.

4. Bila pekerjaan tersebut belum selesai dan pelaksanaannya diatur secara shift maka,
setiap serah terima tugas dan tanggung jawab harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Situasi dan kondisi kerja menyeluruh harus dilaporkan dengan jelas terutama kondisi
kerja yang kurang aman dan perlu penanganan yang intensif.

5. Bila pekerjaan telah selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa-sisa bahan dsb agar segera dibersihkan sampai betul-betul kondisi
keseluruhan sudah aman.

6. Lakukan tindakan P3K dengan segera jika terjadi kecelakaan hubungi tim medis/dokter
untuk penanganan lebih lanjut.

16
Petunjuk Praktikum:

a. Kenali dan identifikasi label/logo peringan bahaya bahan kimia pada


kemasan yang diberikan oleh asisten!
b. Artikan maksud dari logo bahaya tersebut!
c. Catat dan buat ulang spesifikasi bahan tersebut!
d. Buatkan prosedur atau cara bekerja dan penanganan bahaya dari bahan
tersebut!

Konsultasikan dengan dosen pengawas atau assisten

17
PERTEMUAN III
CARA BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Tujuan :

1. Mahasiswa dapa Bekerja di laboratorium dengan menggunakan Alat Pelindung Diri


(APD) yang tepat
2. Menangani bahan bahan kimia berbahaya sesuai dengan MSDS
3. Mengencerkan larutan dengan benar
4. Melarutkan zat kimia dengan benar

Alat dan Bahan:

Gelas kimia 100 ml Gelas ƒ Neraca teknis


kimia 400 ml/ 600 ml
ƒ Botol reagent
Kaca arloji ∅ 8 cm
ƒ Areometer
ƒ Kaca arloji ∅ 12 cm ƒ Masker
ƒ Sarung tangan karet
ƒ Batang pengaduk ƒ Aqua DM

ƒ Gelas ukur 10 ml Gelas ukur ƒ Larutan H2SO4 pekat


25 ml Gelas ukur 1 L
ƒ Larutan HCl pekat
Pipet ukur 10 ml
ƒ ƒ NaOH granul
Langkah Kerja:

Membuat larutan NaOH 0,1 M

1. Timbang 4 g NaOH dengan neraca teknis. Siapkan aqua DM 1000 ml.

2. Masukkan NaOH ke dalam gelas kimia, bilas kaca arloji dengan


aqua DM tiga kali atau sampai seluruh permukaan kaca arloji
terbilasi bersih tambahkan aqua DM hingga volume 200 ml dari aqua
DM yang sudah diukur.

18
3. Aduk dengan batang pengaduk hingga semua NaOH larut.

4. Masukkan ke dalam botol reagent.

5. Tambahkan aqua DM 800 ml ke dalam botol reagent sambil


membilas 3x gelas kimia bekas melarutkan NaOH.

6. Tutup botol reagent. Homogenkan dengan cara membolak-


balikkan botol reagent.

Membuat larutan HCl 0,1 M

1. Ukur Bj HCl dengan areometer. Hitung Bj HCL.

2. Hitung HCl yang diperlukan untuk mendapatkan HCl 0,1 M.

3. Ukur HCl dengan gelas ukur (sesuai kebutuhan pakai 10 ml atau 25 ml).

Siapkan aqua DM 1000 ml.

4. Siapkan gelas kimia 400 ml isi dengan 200 ml aqua DM dari aqua DM yang
sudah diukur.

5. Masukkan HCl yang telah diukur tadi, ke dalam gelas kimia melalui dinding
sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan batang pengaduk.

6. Masukkan ke dalam botol reagent.

7. Tambahkan aqua DM 800 ml ke dalam botol reagent sambil membilas 3x gelas


kimia bekas mengencerkan HCl.

8. Tutup botol reagent. Homogenkan dengan cara membolak-balikkan botol


reagent.

Membuat larutan H2SO4 0,1 M

1. Ukur Bj H2SO4 dengan areometer. Hitung Bj H2SO4.

2. Hitung H2SO4 yang diperlukan untuk mendapatkan H2SO40,1 M.

3. Ukur H2SO4 dengan pipet ukur 10 ml. Siapkan aqua DM 1000 ml.

4. Siapkan gelas kimia 400 ml isi dengan 200 ml aqua DM dari aqua DM yang

19
sudah diukur. Rendam gelas kimia tersebut dalam baskom yang berisi air.

5. Masukkan H2SO4 yang telah diukur tadi, ke dalam gelas kimia melalui dinding
sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan batang pengaduk. Tambahkan 100 ml
aqua DM aduk, tunggu sampai larutan sedikit dingin.

6. Masukkan ke dalam botol reagent.

7. Tambahkan aqua DM 700 ml ke dalam botol reagent sambil membilas 3x gelas


kimia bekas mengencerkan H2SO4.

8. Tutup botol reagent. Homogenkan dengan cara membolak-balikkan botol

reagent.

Evaluasi

1. Apakah pengerjaan membuat larutan HCl dan H2SO4 dilakukan di ruang asam?

2. Apakah pengerjaan membuat larutan NaOH, HCl dan H2SO4 menggunakan

APD?

Gambar kerja:

20
PERTEMUAN IV
JENIS KECELAKAAN YANG MUNGKIN TERJADI DI LABORATORIUM, DAN
PENANGANANNYA

Cobalah Anda pelajari gambar berikut, identifikasi kira-kira jenis kecelakaan apa saja
yang dapat terjadi di laboratorium?

Gambar 1.1 Suasana Kerja Di Laboratorium

Dan hasil identifikasi dapat diperoleh Jenis-jenis kecelakaan yang mungkin dapat
terjadi di laboratorium yaitu.

 Luka
 Keracunan
 Percikan zat
 Tumpahan zat
 Kebakaran

Selanjutnya Anda dapat mendiskusikan dan merumuskan mengapa kecelakaan terjadi,


siapa yang bertanggung jawab terhadap keselamatan, bagaimana cara menghindari
kecelakaan dan cara menangani atau tindakan yang dapat dilakukan terhadap kecelakaan
yang terjadi di laboratorium.

21
Mengapa kecelakaan dapat terjadi ? Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi karena hal-
hal berikut

 Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses, dan alat yang
digunakan.
 Kurang cukup instruksi atau supervisi oleh guru.
 Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
 Tidak memperhatikan instruksi atau aturan.
 Tidak memperhatikan keamanan dan keselamatan saat bekerja di laboratorium.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap keselamatan?

 Sfaf laboratorium, yang menyediakan alat-alat dan memelihara keamanan dan


keselamatan bekerja di laboratorium.
 Guru, yang harus memberikan perintah yang penting kepada siswa mengenai
keamanan dan keselamatan dan memperhatikan cara mereka bekerja.
 Siswa, yang harus memperhatikan tata tertib, serta menghindari penyebab
terjadinya kecelakaan

Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakaan tempat yang aman. Karena itu
harus diusahakan agar segala kegiatan dalam laboratorium dapat dilakukan dalam
suasana yang aman. Disiplin yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam
memelihara keselamatan di laboratorium.

1. Tata Tertib Dan Cara Menghindari Kecelakaan

Dalam usaha menjaga keselamatan, pencegahan terhadap kecelakaan adalah hal


yang utama. Salah satu cara mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan dibuatnya
tata tertib. Tata tertib ini penting untuk menjaga kelancaraan dan keselamatan
bekerja di dalam laboratorium. Hendaknya setiap pemakai laboratorium memenuhi tata
tertib yang telah dibuat. Disamping tata tertib, beberapa peringatan umum berikut
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium.

a. Aturlah tempat serapi mungkin dan hindarkan lorong yang sesak, kertas yang
tersebar dimana-mana. Zat kimia, kotak obat, dan bahan-bahan lain jangan
disimpan terlalu tinggi sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan.

22
b. Setiap orang yang mengadakan kegiatan laboratorium harus tahu tempat dan cara
penggunaan perlengkapan darurat seperti bahan P3K, pemadam kebakaran, dan
pencuci mata.

c. Gunakan alat/keselamatan kerja yang tepat ketika suatu percobaan dilakukan.

d. Sebelum percobaan dimulai telitilah terlebih dahulu kemungkinan bahaya yang


dapat terjadi lalu berhati-hatilah bekerja agar kecelakaan tidak terjadi.

e. Berikan peringatan yang jelas jika suatu kegiatan dapat menimbulkan bahaya.

f. Sediakan tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan kain/kertas, dan
lain sebagainya.

g. Tekankan agar siswa tetap tenang meskipun terjadi kecelakaan dan segera
melaporjika ia terluka.

h. Buat catatan terperinci mengenai suatu kecelakaan yang terjadi di dalam


laboratorium.

2. Cara Menangani Kecelakaan

.1. LUKA

Di laboratorium, luka dapat disebabkan oleh benda tajam, luka bakar atau luka
pada mata yang disebabkan oleh percikan zat.

a. Luka Karena Benda Tajam

Benda tajam dapat menimbulkan luka kecil dengan sedikit pendarahan. Luka ini
dapat diakibatkan oleh potongan kecil atau keratan atau tusukan benda tajam. Tindakan
yang dapat dilakukan adalah membersihkan luka secara hati-hati, jika pecahan kaca
terkena kulit gunakan pinset dan kapas steril untuk mengambilnya. Kemudian tempelkan
plester berobat. Jika luka agak dalam dan dikhawatirkan terjadi tetanus, si penderita
hendaknya dibawa ke dokter.

b. Luka Bakar

Luka bakar dapat disebabkan oleh benda panas atau karena zat kimia

23
1) Luka Bakar Karena Benda Panas

Luka bakar karena panas dapat terjadi akibat kontak dengan gelas/Iogam panas. Jika
kulit hanya memerah, olesi dengan salep minyak ikan atau levertran. Jika luka bakar
diakibatkan terkena api dan si penderita merasa nyeri, tindakan yang dapat dilakukan
adalah mencelupkan bagian yang terbakar ke dalam air es secepat mungkin atau
dikompres agar rasa nyeri berkurang. Kemudian bawa si penderita ke dokter. Jika luka
terlalu besar, hindarkan kontaminasi terhadap luka dan jangan memberikan obat apa-
apa. Tutup luka dengan kain/steril yang bersih, kemudian bawa si penderita ke dokter.

2) Luka Bakar Karena Zat Kimia

Jika kulit terkena zat kimia, misalnya oleh asam pekat, basa pekat, dan logam alkali
dapat timbul luka terasa panas seperti terbakar. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut.

a) Luka karena asam

Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan kapas atau lap halus,
kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya. Selanjutnya cuci dengan
larutan Na2CO3 1%, kemudian cuci lagi dengan air. Keringkan dan olesi dengan salep
levertran.

b) Luka akibat basa

Kulit hendaknya segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian bilas


dengan larutan asam asetat 1%, cuci dengan air, kemudian keringkan dan olesi
dengan salep boor.

c). Luka bakar karena terkena percikan natrium/kalium

Ambil logam yang menempel dengan pinset seeara hati-hati, kemudian cuci kulit yang
terkena zat tersebut dengan air mengalir selama kira-kira 15-20 menit. Netralkan
dengan larutan asam asetat 1%, kemudian keringkan dan olesi dengan salep levertran
atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi dengan asam pikrat

24
c). Luka bakar karena percikan bromin

Jika kulit terkena percikan atau tumpahan bromin, kulit yang terkena segera olesi dengan
larulan amoniak encer (1 bagian amoniak dalam 15 bagian air) kemudian luka tersebut
tutup dengan pasta Na2CO3.

d) Luka bakar karena fosfor

Jika terkena kulit, kulit yang terkena dicuci denag air sebanyak-banyaknya kemudian
cuci dengan larutan CuS04 3%.

e) Luka pada mata

Luka pada mata akibat kecelakaan di laboratorium dapat terjadi bila terkena
percikan asam atau basa, percikan zat lainnya, atau terkena pecahan kaca.

1) Luka karena terkena percikan asam

Jika terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci dengan air bersih, baik
dengan air kran maupun penyemprotan air. Pencuciaan kira-kira 15 menit terus-
menerus. Jika terkena asam pekat tindakan yang dapat dilakukan samajika terkena asam
pekat pada umumnya. Kemudian mata dicuci dengan iarutan Na2CO31%. Jika si
penderita masih kesakitan bawa ke dokter.

2) Luka karena terkena percikan basa

Cucilah mata yang terkena percikan dengan air banyak-banyak kemudian bilas
dengan iarutan asam borat I %. Gunakan gelas pencuci mata.

3) Luka karena benda asing/pecahan kaca

Jika mata terkenaa kaca, ambil benda yang menempel pada mata dengan ati- hati
tetapi jika menancap kuat, jangan sekali-kali mengambilnya, hanya hdokter yang dapat
mengambimya.

2. KERACUNAN

Keracunan dapat terjadi di laboratoriun diantaranya disebabkan oleh masuknya


zat kimiake dalam tubuh lewat saluran penapasan atau kontak dengan kulit, dan sangat
jarang melalui mulut.

25
a. Keracunan Zat Melalui Penapasan

Keracunan di laboratorium terutama di laboratorium kimia sangat mungkin


terjadi. Keracunan akibat zat kimia seperti menghirup gas Cl2, HCI, S02, formaldehid,
NH3, dan gas lainnya atau debu terjadi melalui saluran pemapasan. Tindakan pertama-
tama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan korban dari lingkungan zat
tersebut kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara segar. Jika korban tidak
bemapas, segera berikan pemapasan buatan berupa rnenekan bagian dada atau pemberian
pemapasan dari mulut penolong ke mulut korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi
dokter. Ada dua cara pemapasan buatan, yaitu pemafasan buatan Holger Nielson dan
Silbester. Bagaimana langkah keria dari masing-masing cara tersebut dapat anda baca
pada lembar kerja.

b. Keracunan Melalui Mulut (Tertelan)

Jika ada zat tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat yang tertelan oleh
penderita. Jika penderita muntah-muntah, beri minum air hangat agar muntah terus dan
mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak berhasil masukkan jari ke dalam
tenggorokan korban agar muntah. Jika korban pingsan, pemberian sesuatu lewat mulut
dihindarkan. Segera bawa korban ke dokter/rumah sakit. Jika zat beracun masuk ke
mulut dan tidak sampai tertelan, beberapa tindakan dapat dilakukan sebagai pertolongan
pertama.

1). Jika mulut terkena asam, kumur-kumur dengan air sebanyak-banyaknya kemudian si
penderita diberi minum air kapur atau susu untuk melindungi saluran penapasan.

2). Jika mulut terkena basa kuat, kumur-kumur dengan air sebanyak-banyaknya
kemudian minum sebanyak-banyaknya, selanjutnya beri minum susu atau dua
sendok teh asam cuka dalam 1/2 liter air.

3). Jika mulut terkena zat kimia lain yang beracun, si penderita diberi 2-4 gelas air atau
susu dan diberi antidot yang umum dipakai dalam 1/2 gelas air hangat.

Beberapa upaya pencegahan terhadap keracunan sebagai akibat dari kegiatan di


laboratorium kimia.

a. Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan bahan dengan jumlah


tepat. Bahan-bahan yang tidak boleh dipipet dengan mulut ialah zat yang

26
bersifat radioaktif, asam kuat dan pekat. Zat-zat tersebut harus dipipet

dengan cara khusus, yaitu dengan menggunakan karet filler.

b. Jangan mencoba mencium senyawa-senyawa yang beracun dan harus


diperhatikan bahwa senyawa-senyawa beracun dapat memasuki tubuh lewat
pernapasan, mulut, kulit, dan luka,

c. Jika bekerja dengan senyawa-senyawa beracun hendaknya dilakukan di


lemari uap dan jika perlu gunakanlah sarung tangan. Apabila lemari uap tidak
berfungsi atau tidak ada, bekerjalah di tempat terbuka atau di luar.

d. Pada saat menggunakan asbes harus dijaga agar debu yang keluar jangan sampai
terisap karena dapat menyebabkan gangguan pemapasan dan paru- paru

3. PERCIKAN ZAT

Percikan zat, besar maupun kecil, yang mengenai badan atau pakaian hendaknya
mendapat perhatian yang khusus karena banyak zat-zat kimia yang dapat merusak kulit
maupun pakaian. Pakailah selalu jas laboratorium dan kancingkan semua kancing
ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah percikan zat mengenai badan.
Gunakanlah pelindung mata atau muka, terutama dalam melakukan percobaan-
percobaan yang memungkinkan timbulnya percikan zat. Upaya pencegahan percikan
zat adalah sebagai berikut.

a. Sewaktu kita memasukkan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut tabung
reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali menengok
dari mulut tabung reaksi.

b. Pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga buret
harus diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata.

c. Jika mengencerkan asam pekat, tambahkan sedikit demi sedikit asam pada air,
jangan sebaliknya dan lakukanlah dengan hali-hati, jika perlu gunakan kacamata
laboratorium.

d. Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat (serbuk), kemudian


dengan air yang cukup banyak. Larutan NaOH harus dinetralkan dengan
NH4CI serbuk, kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan sublimat (HgCl2)

27
dinetralkan dengan serbuk belerang. Setelah didiamkan sebentar, supaya terjadi
penetralan, baru zat-zat tersebut dapat dibuang ke dalam air yang sedangmengalir.
Selama membersihkan jangan lupa mengenakan pelindung badan dan mata.

4. TUMPAHAN ZAT

Dalam kegiatan percobaan di laboratorium dapat terjadi tumpahan zat kimia atau
harus membuang zat kimia sisa pakai. Mengingat bahwa pada dasarnya kebanyakan zat
kimia dapat menimbulkan bahaya, maka perlu dipahami beberapa penanganannya agar
kecelakaan tidak terjadi. Misalnya Menangani tumpahan raksa

Raksa adalah zat kimia yang sangat beracun dan dapat terakumulasi dalam tubuh,
walaupun menghirup uapnya dalam konsentrasi rendah sekalipun. Jika menggunakan
raksa dalam percobaan, gunakan alas kaki.

Jika raksa tumpah dari botolnya segera tutup dengan belerang atau larutan iodida.
Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan lap basah, buang dan
tempatkan ditempat khusus dengan lapnya.

5. KEBAKARAN

Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di laboratorium


dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau kertas yang
berserakan di atas meja pada saat ada api.

Untuk menghindari hal tersebut:

a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak

b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar

c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan alat/bahan yang
mudah terbakar (misal kertas,alkohol) dan bagi siswa perempuan yang berambut
panjang untuk diikat

d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.

28
Untuk memudahkan melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) maka
perlu disediakan kotak PPPK beserta isinya berupa obat-obatan dan perlengkapan
lamnya. Adapun isi dari kotak PPPK adalah sebagai berikut:

1. Kain kasa steril

2. Pembalut /plester dari berbagai ukuran

3. Kapas

4. Alat pencuci mata

5. Gunting

6. Peniti

7. Betadin

8. Obatgosok

9. Natrium Hidrogenkarbonat (NaHCO3 1%)

10.Asam cuka 1%

11. Salep livertran

12. Salep Boor

13. Asam pikrat

Kecelakaan dapat teriadi dimana saja dan pada jenis pekerjaan apapun, tennasuk di
laboratorium. Namun dalam melaksanakan suatu pekeriaan diusahakan dan diperhatikan
semaksimal mungkin faktor-faktor keselamatan kerja. Untuk itu diperlukan pemahaman
atas keselamatan kerja dan undang-undangnya.

1. Falsafah keselamatan kerja

Falsafah keselamatan kerja dapat diartikan dalam rumusan sebagai berikut:

"Menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempumaan baik jasmaniah maupun rohaniah


manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dan manusia pada khususnya”

29
Pendek kata perumusan falsafah ini senantiasa harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak
dari tiap usaha keselamatan kerja. Dalam falsafah tercakup pandangan serta pemikiran
filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis.

Keselamatan kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut:

a. Mencegah terjadinya kecelakan

b. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan


c. Mencegah/ mengurangi kematian

d. Mencegah/ mengurangi cacad tetap

e. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan,


alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi dan sebagainya

f. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga keija dan menjamin


kehidupan produksinya

g. Mencegah pemborosan temaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-sumber produksi


lainnya sewaktu kerja dan sebagainya

h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman sehingga menimbulkan
kegembiraan semangat kerja

l. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta


pembangunan. Semua sasaran itu bertujuan meningkatkan taraf hidup (standar of
living) dan kesejahteraan umat manusia.

2. Jenis sumber Kecelakaan Yang Mungkin Terjadi Di Laboratorium, Dan


penanganannya

Dari hasil identifikasi dapat diperoleh Jenis-jenis kecelakaan yang mungkin dapat
terjadi di laboratorium yaitu.

• Luka

• Keracunan

30
• Percikan zat

• Tumpahan zat

• Kebakaran

1 Tata Tertib Dan Cara Menghindari Kecelakaan

Beberapa peringatan umum berikut merupakan upaya untuk mencegah terjadinya


kecelakaan di laboratorium.

• Aturlah tempat serapi mungkin dan hindarkan lorong yang sesak, kertas yang tersebar
dimana-mana. Zat kimia, kotak obat, dan bahan-bahan lain jangan disimpan terlalu
tinggi sehingga memungkmkan terjadinya kecelakaan.

• Setiap orang yang mengadakan kegiatan laboratorium harus tahu tempat dan cara
penggunaan perlengkapan darurat seperti bahan P3K, pemadam kebakaran, dan
pencuci mata.

• Gunakan alat/tabir yang tepat ketika suatu percobaan dilakukan.

• Sebelum perobaan dimulai telitilah terlebih dahulu kemungkinan bahaya yang


dapat terjadi lalu berhati-hatilah bekerja agar kecelakaan tidak terjadi.

• Berikan peringatan yangjelasjika suatu kegiatan dapat menimbulkan bahaya.

• Sediakan tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan kain/kertas, dan lain
sebagainya.

• Tekankan agar siswa tetap tenang meskipun terjadi kecelakaan dan segera melaporjika
ia terluka.

• Buat catatan terperinci mengenai suatu kecelakaan yang terjadi di dalam


laboratorium.

2. Cara Menangani Kecelakaan

2.1. LUKA

a. Luka Karena Benda Tajam

b. Luka Bakar

31
Luka bakar dapat disebabkan oleh benda panas atau karena zat kimia

1) Luka Bakar Karena Benda Panas

2) Luka Bakar Karena Zat Kimia

a) Luka karena asam

b) Luka akibat basa

c). Luka bakar karena terkena percikan natrium/kalium

d). Luka bakar karena percikan bromin

e) Luka bakar karena fosfor

f) Luka pada mata

1) Luka karena terkena percikan asam

2) Luka karena terkena percikan basa

3) Luka karena benda asing/pecahan kaca

2.2. KERACUNAN

a. Keracunan Zat Melalui Penapasan

b. Keracunan Melalui Mulut (Tertelan)

2.3. PERCIKAN ZAT

Upaya pencegahan percikan zat adalah sebagai berikut.

a. Sewaktu kita memasukkan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut tabung
reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali menengok
dari mulut tabung reaksi.

b. Pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga buret hams
diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata.

32
c. Jika mengencerkan asam pekat, tambahkan sedikit demi sedikit asam pada air, jangan
sebaliknya dan lakukanlah dengan hali-hati, jika perlu gunakan kacamata
laboratorium.

d. Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat (serbuk), kemudian


dengan air yang cukup banyak. Larutan NaOH harus dinetralkan dengan NH4CI
serbuk, kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan subHmat (HgCl2)
dinetralkan dengan serbuk belerang. Setelah didiamkan sebentar, supaya terjadi
penetralan, baru zat-zat tersebut dapat dibuang ke dalam air yang sedang mengalir.
Selama membersihkan jangan lupa mengenakan pelindung badan dan mata.

2.4. TUMPAHAN ZAT

Jika raksa tumpah dari botolnya segera tutup dengan belerang atau larutan iodida.
Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan lap basah, buang dan
tempatkan ditempat khusus dengan lapnya.

2.5. KEBAKARAN

Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di laboratorium dapat


disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau kertas yang
berserakan di atas meja pada saat ada api.

3. Untuk menghindari hal tersebut:

a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak

b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar

c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan alat/bahan yang
mudah terbakar (misal kertas,alkohol) dan bagi siswa perempuan yang berambut
panjang untuk diikat

d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.

Kecelakaan dapat teriadi dimana saja dan pada jenis pekerjaan apapun, tennasuk di
laboratorium. Namun dalam melaksanakan suatu pekeriaan diusahakan dan
diperhatikan semaksimal mungkin faktor-faktor keselamatan kerja. Untuk itu
diperlukan pemahaman atas keselamatan kerja dan undang-undangnya.

33
1. Falsafah keselamatan kerja

Falsafah keselamatan kerja dapat diartikan dalam rumusan sebagai berikut:

"Menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempumaan baik jasmaniah maupun rohaniah


manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dan manusia pada khususnya”

Petikan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

Begitu pentingnya masalah keselamatan kerja dalam kehidupan sehingga pada


tanggal 12 Januari 1970, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan
tentang keselamatan keija. (Petikan surat keputusan terlampir)

d. Tugas

Kerjakanlah dengan benar!

a. Berikan contoh penanganan kecelakaan pada setiap jenis kecelakaan yang


terjadi di labolatorium!

b. Berikan contoh yang tidak normal di labolatorium!

Petunjuk Praktikum:

Lakukanlah percobaan penangan bentuk kecelakaan seperti bentuk yang ada diatas
dengan arahan oleh asisten!

Identifiksi bentuk resiko dari kecelakaan yang di contohkan!

Buatkan prosedur cara penangan kecelakaan yang di pergakan oleh kelompok


saudara!

Konsultasikan dengan dosen pengawas atau assisten

34
PERTEMUAN V
MELAKUKAN PERTOLONGAN TERHADAP ORANG YANG
MENGALAMI GANGGUAN PERNAPASAN

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu melakukan pertolongan pernapasan dengan memberi
pernapasan buatan. Ada dua carapenapasan buatan, yaitu pemafasan buatan
dengan metode Holger Nielson dan Silbester.

2. Kesehatan dan keselamatan

Perhatikan keadaan penderita pada saat melakukan pernafasan buatan

Langkah Kerja

Menangani Orang yang Mengalami Gangguan Pernapasan

a. Pernapasan Buatan Metode Holger Nielson

1) Bebaskan jalan napas korban

2) Korban ditelungkupkan dengan kedua telapak tangannya.

3) Penolong berlutut dengan salah satu lutut (±15 cm) sebelah telinga korban.

4) Kaki yang lain diletakkan 5 cm dari siku korban.

5) Tekan punggung korban pada tulang belikat dengan kedua tangan sambil
menghitung, satu, dua, dan tiga.

6) Pada hitungan keempat tekanan dilepaskan dan lengan penolong digeser ke arah
lengan korban.

7) Tarik iengan korban ke arah perut penolong sehingga rongga dada mengembang
sambil menghitung: lima, enam, dan tujuh.

8) Hitungan kedelapan, tangan penolong kembali digeser ke arah tulang belikat


korban dan seterusnya. Dilakukan terus-menerus sampai ada tanda hidup-
Kecepatan 10-15 kali per menit.

9) Jika setelah 30 menit belum ada tanda kehidupan, hentikan pernapasan buatan.

35
10) Jika tulang lengan patah, cukup dikerjakan dengan menggerakkan bahum
korban naik turun 12 kali per menit.

b. Pernapasan Buatan Metode Silbester

1) Bebaskan jalan napas korban.

2) korban ditelentangkan dan letakan sebuah bantal dipunggungnya.

3) Penolong berlutut dengan salah satu kaki di sebelah atas korban menghadap
kaki korban. Kedua siku korban disilangkan di atas dadanya, tekan ke dadanya
dengan menghitung dua puluh satu, dua puluh dua (mengeluarkan napas).

4) Kedua siku diturunkan melalui samping kepala dan ditekankan ke dada dengan
menghitung dua puluh satu, dua puluh dua, dan seterusnya.

Hal ini dilakukan terus-menerus sampai ada tanda hidup, dengan kecepatan 12
kali per menit. Jika belum ada tanda hidup setelah 30 menit, hentikan pernapasan
buatan Silbester.

Petunjuk Praktikum:

Lakukanlah percobaan diatas dengan teman kelompok saudara!

Lakukan peniliaian terhadap proses yang dilakukan!

Diskusikan dengan teman kelompok sumber penyebab, alat pertolongan pertama yang
dibutuhkan, bentuk pertolongan pertama yang dapat dilakukan!

Konsultasikan dengan dosen pengawas atau assisten

36
PERTEMUAN VI
PEMBUANGAN LIMBAH LABORATORIUM

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah Mempelajari Kegiatan belajar III ini diharapkan anda dapat:


• Menggolongkan limbah berdasarkan wujud dan sifatnya.
• Membuang limbah berdasarkan wujud dan sifatnya
• Mengenal jenis dan bahan pencemar lingkungan
• Mengenal jenis limbah laboratorium kimia
• Membuang limbah sesuai prosedur
• Menangani limbah laboratorium kimia

b. Uraian Materi
Bahan-bahan yang dimaksud dalam kategori ini adalah yang beracun, korosif,
pelarut atau larutan yang mudah terbakar, zat radio aktif, dan bahan-bahan yang
menyebabkan infeksi atau kanker, keluhan pemafasan, perusakan pada kulit, dan
gangguan kesehatan lainnya. Peraturan pembuangan limbah dalam jumlah kecil yang
umum dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Ditimbun dalam tanah;
2) Dituang dalam saluran air;
3) Diuapkan dalam udara terbuka atau dalam lemari asam;
4) Dicampur dengan suatu pelarut;
5) Dibakar.
Berdasarkan cara pembuangan diatas maka perlu digolongkan limbah yang akan
dibuang, Golongan limbah yang dapat dibuang adaiah bahan-bahan radio aktif, dan
limbah kimia.

PROSEDUR PEMBUANGAN LIMBAH


Pembuangan Limbah Radioaktif
Sumber radio aktif biasanya dikumpulkan dalam suatu tempat tertutup
kemudian ditimbun atau dikembalikan ke pemasok.
1. Langkah Kerja
Perhatikan gambar di bawah ini!

37
Gambar 3.1 Cara Membuang Radioaktif yang akan ditimbun kedalam tanah

Gambar 3.2 Cara Menimbun Lubang yang Telah Berisi Limbah Radioaktif

Pembuangan Limbah Kimia


Banyak senyawa kimia bersifat mudah menyala (terbakar), karsinogen, korosif,
dapat meledak, mudah menguap, dan lain-lain. Cara membuangnya harus
diperhatikan karena dapat menimbulkan bahaya, bila terjadi salah membuang. Semua
limbah kimia dibagi dalam tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas yang cara
pembuangannya berbeda-beda.
2. Bahan
Bahan kimia berwujud gas dan asap
3. Keselamatan dan Kesehatan
Gunakan masker dan dilakukan pada lemari asap atau udara terbuka pada saat
membuang zat yang berwujud gas atau asap.
4. Lembar Kerja
a. Cara Membuang limbah kimia berwujud gas atau asap
Biasanya dibuang ke udara terbuka atau pengerjaannya dilakukan dalam lemari asap
berkipas, dan kipasnya harus terlindungi secara baik dan dibumikan.

38
b. Membuang limbah kimia berwujud cair
Biasanya dibuang kesaluran air dan aimya harus mengalir.

Gambar 3.5 Cara Membuang Limbah Cair


Ada dua jenis cairan yang perlu diperhatikan dalam membuangnya karena ada
jenis ini yang tidak boleh dibuang ke saluran air. Jenis cairan tersebut meliputi sebagai
berikut: Cairan Asam, Basa dan Senyawa dari Logam Berat
c. Membuang Limbah Asam dan Basa
1) Menetralkan terlebih dahulu limbah asam, basa
2) Membuang ke salurao air yang air krannya mengalir
Langkah penetralan ini sangat diperlukan karena asam dapat menyebabkan korosi dan
kebocoran saluran pembuangan yang terbuat dari logam, sedangkan basa dapat
menyebabkan korosi dan akhirnya saluran tersumbat.
d. Membuang Limbah Senyawa Logam Berat
Senyawa logam berat adalah senaywa-senyawa dari unsur-unsur Hg, Ba, Ca, As, Pb,
Ag, Cu. Untuk senyawa logam berat ini, tidak boleh langsung dibuang ke dalam
saluran air melainkan ditampung dalam suatu tempat dan ditimbun. Senyawa ini
termasuk senyawa yang toxic (beracun).
e. Membuang Cairan yang Mudah Menyala
Cairan yang mudah menyala pada umumnya merupakan pelarut organik. Cairan mi
tidak dapat dibuang kedalam saluran air karena cairan ini mudah menguap dan
uapnya lebih berat dari udara biasa. Pembuangan cairan ini kedalam saluran air
mengakibatkan uapnya mengumpul di saluran pembuangan, dan akhimya
menimbulkan bahaya kebakaran. Dapat juga menghasilkan campuran yang dapat
meledak bila kontak langsung dengan udara. Cara pembuangan cairan ini yaitu cairan
ditampung daiam botol yang diberi label dan selanjutnya didestilasi kembali untuk
digunakan lagi. Jika tetah bercampur dengan pelarut lain, berarti tidak dapat

39
digunakan lagi. Sehungga campuran itu dibuang dengan Jalan dibakar diluar
laboratorium (diudara terbuka). Cara membakamya dapat dilakukan didalam cawan
logam di lemari asam yang bertudung dengan kipas yang terlindung dan dibumikan.
Alat-alat yang ada dan dipakai dalam lemari asap harus tidak mudah terbakar, dan
tidak korosi.
f. Membuang Zat Bentuk Padat
Bentuk padat biasanya dibuang dalam suatu tempat tertentu yang telah disediakan.
Jenis-jenis limbah padat dapat dibedakan dalam bentuk padat mudah menyala, padat
organik, gelas, padat yang larut dalam air, dan padat tak larut dalam air. Cara
membuang limbah padat antara lain sebagai berikut:
1) Limbah Gelas
Biasanya ditampung pada tempat khusus kemudian diberikan ke perusahaan
yang khusus menangani limbah gelas.
2) Limbah Padat yang Larut dalam Air
3) Yang tak aktif
Biasanya dibuang ke dalam saluran air yang aimya mengalir (padatan harus larut
benar).
4) Yang tak aktif
Biasanya dibuang dengan cara menambahkannya sedikit demi sedikit ke dalam air
setiap saat, di udara terbuka. Contoh: CaC2 (lihat gambar 3.6)

Gambar 3.6 Cara Membuang Limbah Padat yang Aktif/yang mudah menyala
g. Limbah yang tak Larut dan tak Aktif
Biasanya dibuang ke dalam kotak khusus jika sudah banyak kemudian di timbun atau
dibakar.

40
Gambar 3.7. Cara Membuang Limbah yang tidak Larut

Gambar 3.8. Cara Menimbun Lubang yang berisi Limbah yang telah dibuang

h. Limbah Padat Organik


Biasanya di tampung dalam bak/ kotak yang khusus dan kemudian dibakar (lihat
gambar 3.7). Tetapi ada bahan-bahan yang tersublimasi atau menghasilkan uap racun,
maka untuk bahan seperti itu harus dilakukan dengan metode lain. Misalnya dalam
container (wadah) tertutup, atau ditimbun.

Gambar 3.9. Cara Membakar Limbah. Jangan biarkan api membesar dan tidak
terkendali.
i. Limbah Padat yang Mudah Menyala
Logam-logam alkali, hidridanya, posfor, asam pikrat, dapat dibuang dengan cara
menambahkannya sedikit demi sedikit ke dalam spirtus anhidrat. Kemudian dibakar
di udara terbuka.
Perhatian: Untuk membuang limbah dengan cara ditimbun atau dibakar harus
menggunakan penutup muka, masker, sarung tangan.
c. Rangkuman
Peraturan pembuangan limbah dalam jumlah kecil yang umum dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Ditimbun dalam tanah;
2) Dituang dalam saluran air;

41
3) Diuapkan dalam udara terbuka atau dalam lemari asam;
4) Dicampur dengan suatu pelarut;
5) Dibakar.
Berdasarkan cara pembuangan diatas maka perlu digolongkan limbah yang akan
dibuang, Golongan limbah yang dapat dibuang adaiah bahan-bahan radio aktif, dan
limbah kimia.
1.Pembuangan Limbah Radioaktif
2.Pembuangan Limbah Kimia
a. Cara Membuang limbah kimia berwujud gas atau asap b.
Membuang limbah kimia berwujud cair
c. Membuang Limbah Asam dan Basa
d. Membuang Limbah Senyawa Logam Berat
e. Membuang Cairan yang Mudah Menyala
f. Membuang Zat Bentuk Padat
g. Limbah yang tak Larut dan tak Aktif
h. Limbah Padat Organik
i. Limbah Padat yang Mudah Menyala
d. Tugas
Berikan con toh limbah dilingkungan rumahmu dan bagaimana penanganannya
menurut pendapatmu!
e. Tes Formatif
a. Tuliskan penggolongan limbah berdasarkan cara pembuangannya!
b. Bagaimana cara membuang limbah radioaktif?
c. Mengapa limbah asam harus dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran air?
d. Bagaimana cara membuang limbah gelas?
e. Tuliskan alat-alat keselamatan kerja yang harus digunakan pada saat
membuang limbah dengan cara ditimbun atau di bakar!
g. Lembar Kerja
• Alat
- Lemari asam
- Was bak
- Wadah/penampung limbah
• Bahan

42
Bahan kimia (limbah) berwujud padat, cair, gas
• Keselamatan dan kesehatan kerja
Pada saat membuang limbah, gunakan alat-alat keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai keperluan
• Langkah kerja
1) Membuang limbah radioaktif
Kumpulkan limbah radioaktif dalam suatu tempat tertutup kemudian ditimbun
2) Membuang limbah kimia berwujud gas atau asap
Buang limbah berwujud gas atau asap ke udara terbuka atau lakukan
pengerjaannya dalam lemari asam
3) Membuang limbah kimia berwujud cair
Buang ke saluran air dan airnya harus mengalir
4) Membuang limbah asam dan basa
− Netralkan terlebih dahulu limbah asam atau basa
− Buang ke saluran air yang air kerannya mengalir
5) Membuang limbah senyawa logam berat
Tampung dalam suatu tempat dan ditimbun
6) Mebuang cairan yang mudah menyala
− Tampung limbah dalam botol yang diberi label dan selanjutnya didestilasi
kembali untuk digunakan lagi
− Jika telah bercampur dengan pelarut lain, buang dengan jalan dibakar di luar
laboratorium (di udara terbuka).
− Lakukan cara membakarnya di dalam cawan logam di lemari asam
7) Membuang zat bentuk padat
− Limbah gelas
Tampung pada tempat khusus kemudian diberikan ke perusahaan yang
khusus menangani limbah gelas
− Limbah padat yang tak aktif
Buang ke dalam saluran air yang airnya mengalir (padatan harus larut benar)
− Limbah padat yang aktif
Buang dengan cara menambahkannya sedikit demi sedikit ke dalam air setiap
saat, di udara terbuka
8) Membuang limbah yang tak larut dan tak aktif

43
Buang ke dalam kotak khusus, jika sudah banyak kemudian ditimbun atau
dibakar
− Tampung dalam bak/kotak yang khusus dan kemudian bakar
− Untuk bahan-bahan yang tersublimasi atau menghasilkan uap racun, lakukan
pembakaran wadah tertutup atau ditimbun.
9) Membuang limbah padat organik
10) Membuang limbah padat yang mudah menyala.
11) Buang dengan cara menambahkannya sedikit demi sedikit ke dalam spirtus
anhidrat kemudian bakar di udara terbuka

Petunjuk Praktikum:

Lakukanlah percobaan diatas dengan teman kelompok saudara!

Lakukan peniliaian terhadap proses yang dilakukan!

Diskusikan dengan teman kelompok sumber penyebab, alat pertolongan pertama yang
dibutuhkan, bentuk pertolongan pertama yang dapat dilakukan!

Konsultasikan dengan dosen pengawas atau assisten

44
PERTEMUAN VII
PENANGANAN KEBAKARAN
A. Tujuan
Maksud dari praktek ini adalah dengan mengenal berbagai jenis media pemadam
diharapkan dapat memilih media pemadam yang tepat dari satu klasifikasi kebakaran
tertentu.
Tujuan dari praktek ini adalah dengan ketepatan memilih media pemadam maka akan
dapat dicapai pemadaman kebakaran yang efektif dan efisien..
1. Teori
Api menurut I.F.S.T.A (Hal 3) adalah suatu reaksi rantai kimia yang dikenal sebagai
pembakaran. Sedang menurut David T. Gold (Fire Brigade Training Manual) Hal 11, api/
pembakaran adalah suatu proses oksidasi cepat yang umumnya menghasilkan panas dan
nyala. Kebakaran adalah musibah yang ditimbulkan oleh api yang tidak terkendali yang
merugikan baik jiwa maupun harta benda.
Proses terjadinya api disebabkan adanya beberapa unsur yang sering disebut dengan
“Segitiga Api”. Terdiri dari: oksigen, bahan bakar dan panas. Dengan berkembangnya
pengetahuan maka teori ini berkembang menjadi teori “Tetra Hedron of Fire”, dimana
untuk terjadi api diperlukan reaksi rantai kimia.
Salah satu syarat terjadinya api adalah tersedia oksigen dalam jumlah yang cukup
(min. 16%). Pada udara bebas tersedia 21% oksigen, sehingga akan mudah terjadi api jika
terdapat bahan bakar dan panas. Syarat selanjutnya adalah adanya bahan bakar. Bentuk
fisik bahan bakar dapat berupa Gas, Cairan/Uap dan Padat/Pirolisis.
Sumber panas dibutuhkan untuk memicu timbulnya api. Panas ditimbulkan dari
berbagai sumber antara lain : kimia, listrik, mekanis, nuklir dan matahari. Kebakaran dapat
meluas karena adanya perpindahan panas dari satu benda ke benda yang lain. Beberapa
jenis perpindahan panas yaitu :
a. Perpindahan panas radiasi, gelombang panas bergerak melalui daerah yang
terbakar menuju permukaan benda-benda dihadapannya;
b. Perpindahan panas konduksi, panas yang dipindahkan dari satu ruang/lantai ke
ruang/lantai yang lain melalui bahan penghantar panas;
c. Perpindahan panas konveksi, kontak nyala api langsung.
Kebakaran jika dilihat dari jenis benda yang terbakar dibedakan menjadi 4 (empat)
kelas yaitu :
a. Kelas A, Padat kecuali logam;

45
b. Kelas B, Cair dan Gas;
c. Kelas C, Listrik Bertegangan;
d. Kelas D, Logam.

Pembagian kelas kebakaran tersebut berguna untuk menentukan metode pemadaman


dan jenis alat bantu yang digunakan untuk memadamkan. Beberapa metode dapat
digunakan untuk memadamkan api, antara lain :
a. Mengurangi temperatur, dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan air
melalui hidran dalam bentuk spray sehingga dapat mengurangi temperatur
peralatan dan lingkungan sekitarnya;
b. Memindahkan bahan bakar, dilakukan dengan cara menutup kerangan minyak
atau gas yang menjadi sumber kebakaran;
c. Mengeluarkan oksigen, dapat dilakukan dengan cara menutup dengan karung
yang telah dibasahi air sehingga oksigen tidak bisa bercampur dengan uap bahan
bakar lagi;
d. Menghambat reaksi rantai/penjalaran, dapat dilakukan dengan menyemprotkan
air bercampur dengan busa/foam sehingga uap bahan bakar terpisah dari oksigen
pada udara bebas.

Pengetahuan tentang berbagai jenis media pemadam diperlukan agar dapat memilih
media pemadam yang tepat dari satu klasifikasi kebakaran tertentu. Denan demikian maka
akan dapat dicapai pemadaman kebakaran yang efektif dan efisien.
Alat bantu yang digunakan untuk memadamkan api ada beberapa macam,
diantaranya yaitu Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Pemadam Api Beroda
(APAB), dan Hidran.
APAR adalah suatu alat pemadam kebakaran yang dapat dijinjing/dibawa,
dioperasikan oleh satu orang, berdiri sendiri, mempunyai berat antara 0,5 kg – 16 kg dan
digunakn pada api awal. Api awal didefinisikan sebagai api kebakaran dimana petugas
pemadam masih berani mendekat dengan jarak 4-6 meter untuk menggunakan APAR.
Menurut isinya APAR dibedakan menjadi dua yaitu Jenis Basah dan Jenis Kering.
Jenis Basah terdiri dari air dan busa sedangkan jenis kering ada dry powder, CO2 dan
Hallon.
A. APAR Jenis Air
Apar Jenis Air mempunyai keuntungan sebagai berikut:

46
 Mempunyai daya serap panas yang besar;
 Mempunyai daya pengembangan menjadi uap yang sangat tinggi;
 Pada temperatur normal, air beratnya relatif stabil;
 Mudah disimpan, diangkat dan dialirkan;
 Mudah didapat dalam jumlah banyak;
 Dapat dipancarkan dalam bentuk jet, spray maupun fog.
B. APAR Jenis Foam (Busa)
Foam adalah kumpulan cairan yang berbentuk gelembung-gelembung kecil yang
berisi gas/udara yang dapat mengapung di atas permukaan zat cair dan mengalir di
atas permukaan zat padat. Menurut cara terbentuknya, busa terbagi menjadi dua yaitu
busa kimia, yang terjadi karena adanya proses kimia, dan busa mekanik, yang terjadi
karena adanya proses mekanis berupa campuran dari bahan pembuat busa yaitu
cairan busa, air dan udara.
C. APAR Jenis Powder
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan, powder dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
 Tepung kimia Reguler adalah tepung kimia yang efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas B dan C;
 Tepung kimia Multi Purpose adalah tepung kimia yang efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas A, B dan C;
 Tepung kimia Special Dry Powder adalah tepung kimia yang efektif untuk
memadamkan kebakaran khusus kelas D.
D. APAR Jenis CO2
CO2 dipakai untuk memadamkan kebakaran karena mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
 Mudah menyebar ke seluruh area kebakaran;
 Tidak menghantarkan listrik;
 Tidak meninggalkan residu;
 Lebih berat 1 1/5 kali dari berat udara;
 Efektif untuk kebakaran kelas B dan C.
E. APAR Jenis Hallon
Hallon mempunyai beberapa kelebihan yaitu, tidak meninggalkan residu, lebih berat
5 kali dari berat udara, tidak menghantarkan listrik dan dapat memadamkan
kebakarna kelas B dan C. Akan tetapi sejak 1 Januari 1997 penggunaan Hallon

47
sebagai pemadam tidak diperbolehkan lagi dengan diberlakukannya Keppres RI No.
23 Tahun 1992 tentang penggunaan bahan Chloro Fluoro Carbon karena Hallon ini
dapat menyebabkan kerusakan lapisan Ozon pada Stratosphere bumi.
APAR harus diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan mudah dicapai dengan
dilengkapi tanda pemasangan. Pemilihan jenis APAR harus disesuaikan dengan kelas
bahaya kebakaran yang mungkin timbul pada area tersebut. APAR harus ditempatkan
menggantung pada dinding atau lemari kaca pada ketinggian 15 sampai 120 cm dengan
suhu antara 4 °C sampai 49 °C.
Cara menggunakan APAR dengan benar adalah dengan berpedoman pada PASS
(Pull Aim Squeeze Sweep).
 Pull The Pin
Tarik pin pengaman dengan memegang leher tabung atau handle bawah, biarkan
handle atas bebas (jangan ditekan).
 Aim Nozzle
Bebaskan nozzle dan arahkan ke sumber api, pada jarak aman.
 Squeeze The Top Handle
Tekan handle, jangan berhenti menekan sebelum apinya padam atau isinya habis.
 Swipe From Side to Side
Sapukan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.

2. Praktek
a. Pemadaman Tradisional
Pemadaman dengan cara ini biasa dilakukan jika tidak ada APAR yang tersedia di
dekat sumber api. Karung, kain tebal atau fire blanket dapat digunakan untuk pemadaman
tradisional. Pemadaman ini menggunakan metode mengurangi/mengeluarkan oksigen dan
merupakan cara paling sederhana untuk memadamkan api.
Pada saat kegiatan praktek, pemadaman tradisional dilakukan dengan menggunakan
karung dengan obyek pemadaman adalah api yang berada pada sebuah tong.
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Saat ada api, pastikan api berada pada lingkungan yang dapat dibatasi;
2) Bentangkan karung, pegang karung/kain tebal dengan ibu jari berada diatas dan
keempat jari lainnya berada dibawah karung, angkat karung.;
3) Basahi karung/kain tebal dengan air;

48
4) Saat mendekati api, pastikan cara memegang karung benar dan karung melindungi
badan pemadam;
5) Lihat arah angin, padamkan api searah dengan arah angin dari belakang api;
6) Tutup permukaan yang terbakar perlahan, jangan menutup dengan melempar karung;
7) Pastikan tidak ada celah untuk masuknya oksigen;
8) Jika tong belum tertutup rapat oleh karung, geser perlahan hingga karung menutup
sempurna dengan posisi badan membelakangi tong, jangan menutup dengan
mengangkat karung;
9) Setelah timbul asap putih (tanda api sudah padam), angkat karung, dengan cara yang
sama ketika memadamkan, secara perlahan dan pastikan kepala menunduk dan
berjalan mundur.

Gambar 1. Pemadaman Tradisional Menggunakan Karung Basah

49
b. Pemadaman Menggunakan APAR
1. Pemadaman Kebakaran Kecil
Berbagai jenis APAR sudah dijelaskan diatas, namun yang digunakan pada praktek
lapangan kali ini adalah jenis CO2 dan Dry Powder. Obyek yang dipadamkan adalah api
dalam tong.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :


1) Ambil APAR dari tempatnya;
2) Bawa ke dekat api;
3) Cabut pin;
4) Bebaskan nozzle, pastikan cara memegang nozzle sudah benar. Untuk APAR CO2,
pegang nozzle pada pangkal corong. Untuk APAR jenis Dry Powder, pegang nozzle
pada ujungnya;
5) Tes tekanan. Saat melakukan tes tekanan, pastikan jarak aman pengguna dengan
APAR, yaitu satu jangkauan tangan;
6) Lihat arah angin, padamkan api searah dengan arah angin dibelakang api;
7) Padamkan api. Untuk APAR CO2 padamkan api dari jarak 2-4m dan untuk jenis Dry
Powder padamkan api dari jarak 4-6m;
8) Pastikan api benar-benar padam;
9) Mundur dua langkah;
10) Balik kanan.

50
Gambar 2. Pemadaman Menggunakan APAR pada Kebakaran Kecil

Petunjuk Praktikum:

Lakukanlah percobaan diatas dengan teman kelompok saudara!

Lakukan peniliaian terhadap proses yang dilakukan!

Diskusikan dengan teman kelompok sumber penyebab, alat pertolongan pertama yang
dibutuhkan, bentuk pertolongan pertama yang dapat dilakukan!

Konsultasikan dengan dosen pengawas atau assisten

51

Anda mungkin juga menyukai