Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

UTILITAS
4.1 Unit Utilitas
Unit utilitas merupakan suatu unit penunjang operasional pabrik
yang bertugas untuk menyediakan, mempersiapkan dan mendistribusikan
bahan-bahan penunjang opersional pabrik. Unit utilitas pada pabrik III ini
dinamakan service unit. Service unit pada pabrik III ini bertanggung jawab
terhadap berlangsungnya operasi yang ada di pabrik III. Sistem utilitas
Pabrik IIIA terdiri dari:
1. Water Treatment
a. Demineralyzed water (Unit 6400)
b. Cooling water (Unit 6500)
2. Power Generation
3. Instrument Air dan Service Air

4.2 Water Treatment


Unit penyedia air yang digunakan oleh PT Petrokimia Gresik baik
untuk memenuhi kebutuhan proses maupun untuk keperluan perumahan
karyawan berasal dari 2 sumber yaitu :
1. Water Intake Gunungsari
Air dari unit pengolahan ini diambil dari Sungai Emas (anak Sungai
Brantas) dengan kapasitas produk Lime Treated Water 750 m3/jam. Instalasi
untuk mengalirkan air menuju PT. Petrokimia Gresik dilakukan dengan
menggunakan pipa bawah tanah berdiameter 14 inchi sepanjang 26 km. Air
yang telah diolah dari water intake Gunungsari ini akan digunakan
memenuhi kebutuhan air pendingin, service water, hydrant water, feed
water LSU (soft water), dan produk LSU untuk demin plant.
2. Water Intake Babat
Air dari unit pengolahan ini diambil dari Sungai Bengawan Solo
dengan kapasitas produk Raw Clarified Water 2000 m3/jam. Instalasi untuk
mengalirkan air menuju PT. Petrokimia Gresik dilakukan dengan
menggunakan pipa berdiameter 28 inchi sepanjang 60 km. Air yang telah
diolah dari water intake babat ini akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan service water, boiler feed water, dan hydrant water.
Tahapan proses pengolahan air di Babat dan Gunungsari secara
umum adalah meliputi:
1. Penghisapan
Tahap ini menggunakan penghisapan yang dilengkapi dengan pompa
vakum untuk mengalirkan air dari sungai ke stasiun pemompa air.
Pemakaian sistem ini disebabkan ketinggian permukaan air tidak tetap.
2. Penyaringan
Tahap ini menggunakan coarse and fine screen yang berfungsi untuk
menyaring kotoran sungai berukuran besar yang terpompa.
3. Pengendapan
Pengendapan dilakukan secara gravitasi dengan memakai settling pit
untuk mengendapkan partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. Faktor
yang mempengaruhi proses ini antara lain adalah laju alir dan waktu
tinggal.
4. Flokulasi dan Koagulasi
Tahap ini bertujuan untuk mengendapkan suspensi partikel koloid yang
tidak terendapkan karena ukurannya sangat kecil dan muatan listrik pada
permukaan partikel yang menimbulkan gaya tolak menolak antara partikel
koloid. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penambahan
koagulan yang dapat memecahkan kestabilan yang ditimbulkan oleh
muatan listrik tersebut. Partikel-partikel koloid yang tidak stabil tersebut
akan saling berkaitan sehingga terbentuk flok dengan ukuran besar dan
mudah terendapkan. Bahan kimia yang digunakan pada proses di unit
pengolahan Babat dan Gunungsari adalah:
 Kaporit atau klorin sebagai desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme dan menghilangkan rasa dan bau.
 Polyelectrolitesebagai koagulan untuk mempercepat proses
pengendapan dengan membentuk flok lebih cepat dan lebih besar,
sehingga menyempurnakan pengendapan lumpur.
 Kapur sebagai pengatur pH.
5. Klarifikasi
Tahap ini dilakukan dengan memakai alat pulsator untuk mendapatkan
flok yang terbentuk pada proses flokulasi dan koagulasi pada zona-zona
pengendapan di alat tersebut.
6. Filtrasi
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan saringan pasir silika (sand
filter) untuk menyaring padatan tersuspensi. Makin banyak partikel
padatan tertahan di filter, pressure drop akan semakin besar. Hal ini
menyebabkan naiknya level air. Pada batas tertentu filter perlu
dibersihkan agar operasi berlangsung normal. Pembersihan filter
dilakukan dengan backwash.
7. Penampungan
Tahap penampungan dan pemompaan dilakukan dengan pompa
centrifugal.

4.2.1 Demineralyzed Water


Di PT. Petrokimia Gresik penggunaan air bebas mineral (Demineral
Water) merupakan kebutuhan pokok, dimana air jenis ini di pergunakan
sebagai umpan ke boiler dalam menghasilkan steam sebagai penggerak
pompa turbin. Air demin memiliki peranan vital karena steam dihasilkan
melalui proses perubahan fase air menjadi vapour.
Demineralyzed water plant merupakan unit pengolahan air yang
bertugas untuk menghilangkan kandungan garam terlarut di dalam Raw
water intake sehingga menghasilkan air bebas mineral yang dapat
dimanfaatkan sebagai air umpan ketel, dengan aliran proses dapat dilihat
pada gambar 4.2. Alat-alat yang terdapat pada unit ini adalah Activated
Carbon Filter (D6401 A/B), Cation tower (D6402 A/B), Decarbonator
Tower (D6403 A/B), Anion Tower (D6405 A/B), dan Storage Tank
(TK6401).
LTW
70 m3/jam

Diserap:
Active Carbon Filter Cl 2 & Suspendid Solid

Diserap: Carion Ca, Mg, Na


Cation Exchanger
Reaksi
Ca(HCO3)2 Ca
Mg(HCO3)2 + R – SO3H  RSO3 - Mg + H2CO3
NaHCO3 Na
CaCl2 Ca
MgCl2 + R – SO3H  RSO3 - Mg + HCl
NaCl2 Na
CaSO4 Ca
MgSO4 + R – SO3H  RSO3 - Mg + H2SO4
Na2SO4 Na
Na2SiO3 + R – SO3H  RSO3 – Na + H2SiO3

Decarbonator Dipisahkan / diuraikan : CO2


Reaksi:
H2CO3  H2O + CO2

Anion Exchanger Diserap: Anion Cl-, SO4, SiO2, HCO3


Reaksi
HCl Cl
H2SO4 + R-4N – OH  R- 4N - SO4 + H2O
H2SiO3 SiO3
H2CO3 HCO3

Product : 70 m3/jam
Demin water untuk air umpan boiler
Air bebas dari zat penyebab:
Kerak, korosi, foaming

Gambar 4.1 Demineralyzed Water

Proses yang digunakan pada unit demineralisasi ini adalah Counter


Flow (Hi-Flow Type), dimana water treatment flow berlawanan arah dengan
regeneration flow. Aliran air dari bawah, sedangkan regenerasi dari atas.
Hi-Flow ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a) Menghemat pemakaian bahan kimia untuk regenerasi
b) Water pressure kecil
c) Bisa menghemat pemakaian air untuk washing
d) Water regenerasi relatif pendek

Air yang diolah pabrik I yaitu Lime Treated Water dialirkan masuk
bagian atas dari Activated Carbon Filter (D6401A/B). Active carbon
berfungsi menyerap mikroorganisame, suspended solid dan khlor (Cl2)
yang terkandung di dalam air. Data pengoperasiannya adalah sebagai
berikut:
Tekanan operasi : 4 kg/cm2
Temperature operasi: 32°C
Running time : 23 jam/cycle
Back wash time : 35 menit
Keluar dari Activated Carbon Filter (D6401 A/B) menuju bagian
bawah Cation Tower (D6402 A/B). di bagian ini ditambahkan resin Lewatit
S-100 WS (RSO3H) untuk mengikat mineral-mineral yang bermuatan
positif. Reaksi-reaksi penyerapan kation yang terjadi yaitu:
Ca(HCO3)2 + RSO3H (RSO3)2Ca + H2CO3
Mg(HCO3) + RSO3H RSO3Mg + H2CO3
NaHCO3 + RSO3H RSO3Na + H2CO3
CaCl2 + RSO3H (RSO3)2Ca + HCl
MgCl2 + RSO3H (RSO3)2Mg + HCl
NaCl + RSO3H (RSO3)2Na + HCl
CaSO4 + RSO3H (RSO3)2Ca + H2SO4
MgSO4 + RSO3H (RSO3)2Mg + H2SO4
NaSO4 + RSO3H (RSO3)2Na + H2SO4
NaSiO3 + RSO3H RSO3Na + H2SiO3

Air kation (outlet D6402 A/B) bersifat asam dengan pH 2,8 – 3,5.
Jenuhnya resin kation ditandai dengan lolosnya ion-ion Na+ yang akan
dideteksi pada outlet anion tower. Untuk regenerasinya pada Cation Tower
(D-6402 A/B) digunakan dengan ion H+ yang diambil dari asam sulfat.
Reaksinya adalah:
H2SO4 + (RSO3)2Ca RSO3H + CaSO4
H2SO4 + (RSO3)2Mg RSO3H + MgSO4
H2SO4 + (RSO3)2Na RSO3H + NaSO4
Data pengoperasian dari activated Carbon Filter (D-6401 A/B)
adalah sebagai berikut:
Tekanan operasi : 4 kg/cm2
Temperatur operasi : 32°C
Regenerasi time : 83 menit
Running time : 10,5 jam/cycle
Resin loses : 200 liter (5 %)/tahun/unit
Air hasil cation tower (D6402 A/B) dikeluarkan lewat bagian atas
dan masuk ke decarbonator tower (D6403 A/B) yang berisi net ring.
Disamping itu udara di blower masuk ke bagian bawah decarbonator tower
(D6403 A/B) untuk menghilangkan CO2 yang menyebabkan garam - garam
karbonat. Penghilangan CO2 ini bertujuan untuk meringankan kerja dari
Anion Tower (D6405 A/B).
Air anion (outlet D6405 A/B) bersifat netral dan sudah bebas dari
garam-garam mineral dan disebut dengan deminerakized water. Jernihnya
resin anion ditandai dengan lolosnya ion-ion SiO2 yang dibatasi maks 0,2
ppm. Untuk regenerasi anion tower (D6405 A/B) digunakan NaOH sebesar
2%. Penambahan ini bertujuan untuk mengembalikan keaktifan resin R=N-
OH. Data pengoperasian dari Anion Tower (D-6405 A/B) adalah sebagai
berikut:
Tekanan Operasi : 4 kg/cm2
Temperatur operasi : 32°C temperatur
Running time : 10,5 jam/cycle
Regenerasi time : 83 menit
Resin losses : 370 liter (10 %)/tahun/unit
Produk air dari anion tower (D6405 A/B) ditampung di
demineralyzed water tank (TK6401) dengan kapasitas 70 m3/jam.
Demineralyzed water digunakan untuk make up power generation dan
untuk regeneration di kation/anion tower. Tank ini dilengkapi dengan:
a. Demineralyzed Water Pump (D6407 A/B) untuk make up Power
Generation.
b. Regeneration Pump (P6405 A/B) untuk regenerasi di kation/anion
tower.
c. Alamrm low dan high level.

Kualitas produk yang dihasilkan pada unit demineralisasi, yaitu:


pH : 8-10
Konduktifitas : < 10 μs
Total hardness : 0
SiO2 : <0.1 (maks 0,2)

Dengan spesifikasi air unit demineralisasi, dan spesifikasi tangki


yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2:
Tabel 4.1 Spesifikasi Air Unit Demineralisasi
RCW LTW CW DMW
Syarat Syarat Syarat Syarat
pH 9 ~ 10 9 ~ 10 7,3 ~ 7,8 9 ~ 10
Conductivity < 3000 < 3000 max 10 micro mhos
Ca Hardness 30 ~ 40 max 75 400 ~ 600 0 ppm CaCO3
Alk M max 60 max 60 20 ~ 250 ppm CaCO3
Silikat (SiO2) max 30 max 30 < 150 max 0,2 ppm SiO2
Phosphate max 0,5 5,0 ~ 7,0 ppm PO4
Chlorida (Cl-) 25 ~ 60 25 ~ 60 < 423 ppm CaCO3
Chlor sisa (Cl2) 0,5 0,2 ~ 0,5 ppm Cl2
Sulfat (SO4) 25 ~ 100 ppm SO4
Besi (Fe) < 0,1 <2 ppm Fe
Zinc Min 0,5 ppm Zinc
Kekeruhan 6 < 25 NTU

Tabel 4.2 Spesifikasi Tangki


T-6520 T-6520
Recirculation water m3/jam 5000 5000
Holding water capasity m3 1350 1750
Temp. different 0
C 39,5 – 30 = 9,5 41 – 31 = 10
Evaporation loss m3/jam 85

4.2.2 Cooling Tower


Cooling water unit adalah unit yang menyediakan air primer bagi
pabrik produksi III sebagai air pendingin. Air pendingin adalah air yang
digunakan sebagai bahan pendingin pada proses industri. Pendinginan bisa
dilakukan dengan mengkontakan air pendingin langsung dilakukan dengan
bahan yang diinginkan. Sementara pendingin tak langsung dilakukan
dengan menggunakan bantuan alat transfer panas.alat yang digunakan untuk
membuat air pendingin di PT. Petrokimia Gresik adalah cooling tower
(T6530). Secara umum Cooling water system dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu:
a. Open recirculating cooling water system.
b. Closed recirculating cooling water system.
c. Brine cooling water system.
Pada pabrik III, digunakan open recirculating cooling water system,
dengan aliran proses ang dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.2 Open Recirculating Cooling Water System

Pada Open recirculating cooling water system air menyerap panas


dari fluida didalam heat exchanger cooler sehingga temperatur air naik
kemudian dialirkan kembali ke Cooling tower. Air yang panas dipercikkan
dan bersinggungan dengan udara untuk menyerap panas dari air. Sebagian
air akan menguap dan terpecik keluar sehingga konsentrasi garam-garam
terlarut dalam cooling water akan lebih pekat dibandingkan dengan make
up water yang disebut cycle consentration. Masalah - masalah yang sering
ditemui pada cooling tower yaitu:
1. Korosi, disebabkan oleh rusaknya metal karena elektrokimia yang
mengakibatkan line bocor. Basis reaksi korosi dalam line cooling water:
Aniodic reaction : Fe  Fe2 - + 2 e-
Catiodic reaction : ½ O2 + H2O + 2 e-  2 OH-
Fe 2 - + 2 OH-  Fe(OH)2
2 Fe(OH)2 + ½ O2 + H2O  2 Fe(OH)3
Faktor-faktor yang menyebabkan korosi antara lain: kelarutan garam
dalam air, kelarutan udara O2 dan temperatur air, flow rate, deposit, dan
galvanic couple.
2. Kerak/scale, disebabkan adanya deposit/endapan kalsium karbonat
(CaCO3) yang mengakibatkan turunnya heat transfer antara cooling
water dengan fluida yang didinginkan. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor, diantaranya kenaikan konsentrasi CaCO3 akibat
penguapan, berubahnya solubility CaCO3 karena perubahan temperatur,
naiknyakonsentrasi CaCO3 karena terurainya ion-ion bicarbonate, dan
naiknya pH cooling water.
3. Slime, disebabkan karena berkembang biaknya mikroorganisme,
diantaranya:
 Lumut/algae mengakibatkan buntu pada distribution deck dan
mengurangi proses penyerapan panas cooling water oleh udara.
 Kerang mengakibatkan buntu pada strainer/saringan dan mengurangi
laju alir cooling water.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya slime antara lain:
temperature cooling water, pH cooling water. Nutrients (Carbon,
Nitrogen, Phosphate), O2 terlarut dan sinar matahari mempengaruhi
pertumbuhan mikrobiologi.

Kualitas air pendingin yang dihasilkan pada unit cooling water adalah
sebagai berikut :
pH : 7,3 – 7,8
Konduktivitas : < 3000 μs
Total Hanrdness : 400 – 600 ppm
Alk M : 20 - 250 ppm
SiO2 : < 150 ppm
P2O5 : 5,0 – 7,0 ppm
Cl- : < 423 ppm
Cl2 (Sisa) : 0,2 – 0,5 ppm
Fe :<2
Zinc : > 0,5 ppm
Kekeruhan : < 25
Unit cooling water bertugas menyediakan air proses bagi pabrik di
unit produksi III. Alat yang digunakan adalah Cooling Tower (T-6520).
Uraian prosesnya adalah air dari sirkulasi masuk ke bagian atas menara
pendingin lalu jatuh ke basin melalui filter secara gravity dan slacking cup
(cawan percik) dalam bentuk butiran hijau. Udara luar masuk dari bagian
bawah melalui sirip-sirip yang terhisap oleh fan di puncak cooling tower (T-
6520) adalah 6 kg/m³ dan selisih suhu air masuk dan keluar adalah 10°C
untuk make up water pada Cooling Tower (T-6520) adalah Lime Treated
Water.
Make up water dilakukan untuk menggantikan losses cooling tower
yang disebabkan oleh vapour loose, drift loose dan blow down. Di dalam air
pendingin diberi bahan-bahan kimia sehingga air memenuhi syarat untuk
proses. Bahan kimia tersebut adalah;
 PO4 berfungsi sebagai scale inhibitor (penghambat kerak).
 Zinc berfungsi sebagai corrosion inhibitor (penghambat korosi).
 Kation berfungsi sebagai slime remover (penghilang lumut).
 Cl2 gas berfungsi sebagai control microbiological growth (control
terhadap pertumbuhan mikrobiologi).

4.3 Power Generation


Unit Power Generation merupakan pembangkit listrik tenaga uap
yang ada di pabrik III A. Fungsi utamanaya adalah menyuplai kebutuhan
uap dan listrik yang ada di sekitar plant. Pabrik III A memiliki 2 produk
yang dihasilkan dari Unit Power Generation yaitu 17,5 MW dan 12,5 MW.
Gambar 5.4 Blok Diagram Steam Turbine Generator

1. Boiler Feed Water System


Bahan yang masuk pada Boiler Feed Water System adalah air demin
dari Water Treatment, Chemical Boiler Water, kondensat dari Plant
Asam Sulfat, Asam Fosfat, dan Turbine Condensor.
Kondensat masuk ke Condensate Drum (30-D-6201) untuk
dipisahkan antara campuran steam dan kondensatnya menggunakan
gaya gravitasi yang mengakibatkan kondensat jatuh ke bawah dan
ditampung di Condensate Tank (03-TK-6201), sedangkan steam
bergerak ke atas keluar melalui venting. Kondensat dari Turbin
Kondenser dan air demin dipompa masuk ke tangki kondensat (Tk-
6201). Air yang ada di dalam tangki kondensat dipompa menuju
Deaerator. Fungsi Deaerator adalah untuk mengurangi kandungan
oksigen, gas CO2 terlarut dalam boiler feed water dan menghilangkan
gelembung di permukaan air, menaikkan temperatur air umpan, serta
sebagai tangki penyimpanan air untuk menyuplai kebutuhan Boiler
Feed Water. Produk dari BFW yang bebas oksigen dan CO2 terlarut
ditampung di Deaerator dan dimasukkan ke Plant Asam Sulfat dan
Desuperheater Steam.
Pada Boiler Feed Water perlu ditambahkan bahan kimia unyuk
meminimalisir terbentuknya kerak (scale) dan terjadinya korosi. Bahan
kimia yang ditambahkan adalah:
a. Oksigen Scavenger (Na2SO3): Untuk membersihkan sisa-sisa oksigen
yang tidak bisa dihilangkan atau lolos dari deaerator
b. Amine: untuk mengatur derajat keasaman boiler feed water diinjeksikan
pada outlet deaerator.
c. PO4: sebagai scale inhibitor yang berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan unsur penyebab kerak.
d. Anionic polymer: sebagai dispersant atau penyebar mikro flok agar
tidak menempel pada tube boiler. Selanjutnya dilakukan blowdown
untuk membuang flok tersebut.
Gambar 5.5 Flow Diagram Boiler Feed Water System

2. Steam System
Boiler Feed Water dari Deaerator dipompa masuk ke SA Plant
dengan ditambahkan oksigen scavenger (corrotion inhibitor) dan scale
inhibitor. Kemudian masuk ke Economizer pertama (30-E-1203) dan
Economizer kedua (30-E-1204) untuk menaikkan temperatur BFW dan
masuk ke Steam Drum (30-B- 1104). Kalori untuk memanaskan BFW
dihasilkan dari panas reaksi antara sulfur dengan udara di dalam
Furnace (30-B-1101).
Reaksi : S (s) + O2 (g) → SO2 (g) + 70960 kcal/kgmol
Temperatur reaksi : 10420C
Gambar 5.6 Flow Diagram Steam System
Gas SO2 dalam keadaan panas masuk ke Tube (30-B-1104) untuk
memanasi BFW di dalam lower drum sehingga menjadi steam saturated
dan terjadi sirkulasi down comer ke upper drum. Kapasitas produk
steam sebesar 91 ton/jam. Steam saturated tersebut masuk ke Steam
Superheater (30-E-1102) untuk dipanasi menjadi steam superheated.
Resiko bila steam saturated masuk ke turbin adalah blade atau suhu
turbin bisa terkikis atau terjadi abrasif. Produk dari Steam Superheater
memiliki tekanan 36 kg/cm2 dan temperatur 405 0
C kemudian
dimasukkan ke unit Power Generation untuk menggerakkan Steam
Turbine Generator dengan kapasitas 17,5 MW.

3. Turbine Generator
Turbin adalah mesin penggerak yang komponen utamanya berupa
balingbaling atau kincir yang digerakkan oleh fluida kerja berupa air,
uap air, atau gas di mana energi fluida kerja dipergunakan langsung
untuk memutar roda turbin. Bagian turbin yang berputar dinamai rotor
atau roda turbin, sedangkan bagian yang tidak berputar dinamai casing
atau rumah turbin. Roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda
turbin memutar poros daya yang menggerakkan atau memutar bebannya
(generator listrik, pompa, kompresor, baling-baling atau mesin lainnya).
Di pabrik produksi III A memiliki 2 turbin yang termasuk turbin uap,
bertingkat, dan turbin reaksi, yaitu:
1. Extraction and Condensing Turbine ( 30-TP-6101 )
2. Admission Back Pressure Turbine ( 30-TP-6301 )
Untuk kebutuhan Steam Turbine Extraction dan Condensing dengan
kapasitas 17,5 MW membutuhkan Steam 71,3 t/h, jadi kebutuhan 1 MW
= 4,2 t/h. Sedangkan untuk kebutuhan steam pada Admission Back
Pressure Turbine dengan kapasitas 12,5 MW membutuhkan steam
127,4 t/h, jadi kebutuhan 1 MW = 9,9 t/h.

4. Generator
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik
dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi
elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik.
Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah
sirkuit listrik eksternal, tapi generator tidak menciptakan listrik yang
sudah ada di dalam kabel lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan dengan
sebuah pompa air, yang menciptakan aliran air tapi tidak menciptakan
air di dalamnya. Bahan yang masuk ke dalam generator berasal dari
Extraction and Condensing Turbine (30-TP-6101) dan Admission Back
Pressure Turbine (30-TP-6101). Generator menghasilkan power
sebesar 17,5 MW dan 12,5 MW.
5. Condenser
Condenser adalah perangkat penukar panas (Heat Exchanger) yang
gunanya untuk mendinginkan uap yang lepas setelah memutar turbin
dan masuk ke condenser untuk dirubah ke bentuk cair melalui pipa-pipa
kecil (tube) yang didinginkan dengan menggunakan aliran air secara
langsung (once through) atau menggunakan cooling water (closed
cooling system). Uap yang telah berubah menjadi air kembali akan
ditampung ke dalam Hotwell untuk kemudian dipompa melalui Vacum
Unit Condenser (30-E-6103) sebelum masuk ke Condensate Tank (30-
TK-6201) sekaligus berfungsi sebagai pendingin dari steam untuk
menarik Vacum Condenser yang keluar dari ejector (30-J-6101 AB, 30-
J-6102 AB, 30-J- 6103 dan 30-J-6104). Hasil kondensasi di Vacum Unit
Condenser masuk kembali ke Turbin Condenser sebanyak 73,3 ton/jam.

Gambar 5.7 Proses Pendinginan di Condenser

4.4 Service Air dan Instrument Air


Untuk mensuplai kebutuhan instrument air dan service air
disediakan 3 buah compressor reciprocating single action dan non
lubricated C-6301 A/B dan C-6302 A/B. C-6301 C yang dipakai untuk
service air sedangkan C6320 AB untuk instrument air dengan kapasitas
masing-masing 215Nm3/Hr dan tekanan 7,5 kg/cm2, proses Service Air &
Instrument Air pada pabrik 3 dapat dilihat pada gambar 4.4.
Sebelum didistribusikan, lebih dahulu ditampung di vessel yang
mempunyai kapasitas 30 m3 untuk masing-masing unit. Untuk instrument
air sebelum masuk vessel lebih dahulu dimasukkan dalam unit Air Dryer
untuk mengurangi moisture content. Kebutuhan seluruh plant sebesar 165
Nm3/Hr untuk service air, sedangkan untuk instrument air sebesar 197
Nm3/Hr.

Gambar 4.3 Service Air & Instrument Air


4.4 Penanganan Limbah
4.4.1 Jenis-Jenis Limbah
Limbah yang ada di PT. Petrokimia Gresik terbagi menjadi 3 jenis,
yaitu limbah cair, emisi gas, dan limbah padat. Penggolongan serta
pengolahan limbah-limbah ini dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3. Limbah PT.. Petrokimia Gresik
Jenis Limbah Zat Buangan Pengolahan Limbah
Ammonium Biologi
Urea Biologi
Limbah Cair Flour Fisika/kimia
Fosfat Fisika/kimia
Partikel padat Fisika/kimia
NH3 Scrubber/Absorber
Emisi Gas SO2 Scrubber/Absorber
Flour Scrubber/Absorber
Bag filter, cyclone, scrubber, electrostatic
Debu
precipitator
B3 Dikirim ke PT. PPLI Cileungsi Bogor
Limbah padat
Non B3 Dijual untuk dimanfaatkan

4.4.2 Penanganan Limbah B3


Pengelolaan limbah cair di PT. Petrokimia Gresik secara sederhana
ditunjukkan oleh gambar 4.4 :

Limbah cair Bak Dibuang ke


Bak
semua Equalizer Thickener selokan
sedimentasi koagulasi
depatemen menuju laut

Gambar 4.4 Blok diagram pengolahan limbah cair


Limbah cair yang berasal dari departemen produksi I, II, dan III
diolah dalam suatu tempat pengolahan limbah yaitu unit WWT (Waste
Water Treatment). Sebelum masuk ke unit WWT, limbah harus berada pada
pH minimal 5. Sehingga pada masing-masing departemen produksi, ada
penyesuain pH terlebih dahulu sebelum dialirkan ke unit WWT ini. Dalam
unit WWT ada beberapa tahapan proses, diantaranya:
1. Equalizer
Limbah yang berasal dari setiap departemen produksi di PT. Petrokimia
Gresik ditampung dalam bak equalisasi dengan tujuan untuk mengatasi
masalah yang timbul akibat debit aliran yang berubah-ubah. Setelah
didapatkan debit yang relative stabil, limbah cair dialirkan ke bak
sedimentasi.
2. Bak sedimentasi
Bak sedimentasi merupakan tempat untuk memisahkan limbah
cair dari suspensi yang terikut di dalamnya. Prosesnya lebih dikenal
dengan istilah pengendapan secara gravitasi. Pada bak sedimentasi
limbah diolah secara fisika dan biologis. Secara fisika, limbah
disedimentasi dan secara biologi, limbah diolah dengan proses aerob
menggunakan lumpur aktif. Proses aerob merupakan proses biologi
dengan menggunakan oksigen.
Dalam proses lumpur aktif, mikroorganisme dicampur dengan
senyawa organic sehingga mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan
menstabilkan senyawa organic. Bagian-bagian penting yang terintegrasi
dalam unit lumpur aktif yaitu:
 Sub unit bak aerasi sebagai wadah bercampur dan bereaksinya
elemen reaksi seperti mikroba, organic terurai dan oksigen.
 Sub unit bak pengendap sebagai tempat pemisahan lumpur aktif
secara gravitasi.
 Sistem pengendali lumpur untuk mengontrol besarnya debit lumpur
yang diresirkulasi dan lumpur yang dibuang. Setelah disedimentasi
dan diolah secara biologis, limbah cair dialirkan ke thickener.
3. Thickener
Thickener merupakan tempat untuk mengendapkan kembali sejumlah
padatan yang belum terendapkan dalam bak sedimentasi. Proses
pengendapannya dengan cara mengkonsentrasikan/memusatkan
padatan sehingga terpisah dari cairannya. Thickening pada umumnya
melibatkan proses fisika seperti sentrifugasi.
4. Bak koagulasi
Dalam bak koagulasi terjadi proses koagulasi dan flokulasi. Koagulan
yang ditambahkan adalah kapur dan polyelectrolyte. Di dalam bak
koagulasi ini juga terjadi proses netralisasi sampai pH minimal 6,
sehingga limbah aman dibuang ke lingkungan. Selanjutnya, limbah cair
dialirkan ke selokan menuju ke laut. Sedangkan endapannya diambil
kemudian ditimbun dalam tanah sebagai landfill. Untuk limbah berupa
emisi gas, dapat diminimasi dengan memasukkan terlebih dahulu dalam
scrubber atau absorber. Sehingga, gas buangan dapat diserap oleh
pelarut sebelum dibuang ke lingkungan.
5. Effluent Treatment Unit
Effluent treatment unit terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Primary effluent treatment section
Semua air buangan yang bersifat asam dinetralkan dengan
menambahkan lime milk. Sesudah di-treatment, neutralized, dan
clarified, air akan digunakan kembali sebagai air proses pada gypsum
dan AlF3 plant. Untuk selanjutnya slurry yang terdiri dari CaF2 dan
Ca3(PO4)2 dikirim ke filtration Section.
Semua air buangan yang tercemar oleh asam masuk pada no.1
pH adjusting tank (TK 6611) yang akan dinetralkan satu tingkat dengan
injeksi lime milk. neutralized water kemudian secara overflow mengalir
ke no.2 pH adjusting tank ( TK 6612) yang mana proses netralisasi bila
perlu dilanjutkan lagi dengan penambahan injeksi lime milk. Pengaruh
dari proses netralisasi ini akan terbentuk partikel-partikel kecil dengan
komposisi utamanya adalah CaF2 dan Ca3(PO4)2.
Polimer diinjeksikan masuk coagulation tank (TK 6614)
dengan pompa P6616 AB. Pada unit ini terjadi proses penggumpalan
dari partikel-partikel kecil menjadi gumpalan –gumpalan yang lebih
besar. Slurry kemudian overflow ke thickener (D 6615) yang berfungsi
untuk memisah menjadi clear water dan thickened slurry. Clear water
akan overflow ke treated water pit (D 6616) dan dipompa kembali ke
gypsum dan AlF3 plant dengan treated water pump (P 6614 AB).
Thickened slurry dikirim ke filtration Section dengan desludge pump
(P 6612 AB).

Gambar 4.5 Process flow diagram primary effluent treatment


Excess water pump (P 6609) akan diperlukan pada suatu saat
ketika waste water karena beberapa hal jumlahnya melebihi batas
sehingga diperlukan kelancaran pengiriman ke filtration. Excess water
ini akan dikirim ke Excess water storage Section.

Gambar 4.6 Process flow diagram primary effluent treatment


b. Filtration section
Slurry yang berasal dari Primary dan Secondary effluent
treatment Section akan dikirim ke filtration Section untuk dipisahkan
menjadi air dan cake . Dengan cara ini maka penanganan terhadap cake
secara kuantitas akan lebih mudah. Slurry dengan konsentrasi solid
rendah dialirkan dari thickener (D 6615). Pipa yang dilalui dari Primary
effluent treatment Section ke filtration Section sangat panjang dan harus
dihindari adanya pengendapan di sepanjang pipa tersebut hingga
menuju thickener (D 6640) pada filtration Section.
Alat untuk pemisahan terdiri dari dua belt filter (rotating drum
filter). Vacuum filter (Fil 6641 AB) mempunyai bentuk susunan yang
mana filter cloth tersusun pada sekeliling permukaan dari drum yang
disupport ke central shaft. Masing-masing ruang kecil terpisah menjadi
dua bagian daerah yaitu daerah filtrasi dan daerah dehidrasi. Masing-
masing daerah dihubungkan ke vacuum pump (C6641 AB) untuk
membuat vakum. Oleh sebab itu, pada saat drum berputar dan ruang-
ruang kecil tersebut secara otomatis akan menunjang proses
penyaringan dan cake yang agak tebal akan tertahan pada filter cloth dan
ketika level cairan naik proses dehidrasi akan dimulai. Filter cloth tidak
selalu fix di peeling point , akan keluar dari drum dan setelah pencucian
dengan water sprayer akan kembali lagi ke drum. Filter cloth akan
dicuci setiap kali putar dan filter area harus selalu bersih untuk
menambah laju dehidrasi. Jumlah pencucian filter cloth sebesar 150
l/menit/filter atau 300 liter/menit atau 18 m3/jam untuk dua filter. Untuk
menghemat water consumption, air cucian filter cloth akan di-treated di
dalam coagulation sedimentation equipment untuk dipakai kembali. Di
dalam coagulation sedimentation equipment , suspended solid (SS) dari
waste water diambil. Jumlah pencucian filter cloth = 150/min/fil. atau
300l/min = 18 m3/j untuk 2 filter, untuk menghemat water consumption,
air cucian filter cloth akan ditreat didalam coagulation sedimentation
equipment untuk dipakai kembali.
Di dalam coagulation sedimentation equipment diambil SS-nya
dari waste water. SS didalam air bekas cucian akan diambil kira-kira
300 mg/L. sebagai koagulan dipakai alum dan polimer. flok setelah
koagulation akan dikirim ke thickener D-6645 dimana akan didiamkan
untuk dipisahkan menjadi supernatant liquor dan sludge, dengan
demikian liquor supernatant akan dipakai kembali sebagai air pencuci
filter cloth. sludge akan dikirimkan kembali ke vacuum filter untuk
dehydration dan cake dehydration akan disimpan sementara didalam
cake hopper D-6649 AB kemudian diangkut dengan dump truk ke
tempat pembuangan. Dalam operasi normal, jumlah filtrat dalam
vacuum filter dan supernatant liquor dari thickener, diharapkan 49,6
ton/j dengan flow rate water 50,2 ton/j dan slurry yang direcycle 4,5
ton/h dari secondary effluent treatment section. kandungan air dalam
cake dehydrate diharapkan 60% cake discharge kira-kira 5 t/h (± 3 t/h
air akan terikut dalam hydrate cake ), menyaring 20,4 t/h hasil dari 49,6
t/h akan dikirim ke Primary effluent treatment section yang digunakan
kembali dan sisa 29,2 t/h akan dikirim ke secondary effluent section
dimana N,P,F dan SS yang terkandung dalam filtrate akan diambil.

Gambar 4.7 Filtration section


c. Secondary effluent treatment section
Pada secondary effluent treatment section, air bersih yang masih
tercemar oleh Fluorine dan lain-lain akan dihilangkan dengan
penambahan alum. Kondisi air setelah keluar dari secondary treatment
telah diperhitungkan bahwa kandungan zat-zat yang bisa menyebabkan
pencemaran akan lebih kecil lima kali dari nilai standard yang
ditetapkan oleh peraturan pemerintah Indonesia. Kualitas air yang
dihasilkan dari secondary effluent treatment ini telah diperhitungkan
secara ekonomis dalam pengelolaannya dan sudah dianggap cukup
ekonomis mengingat bahwa air tersebut masih akan mengalami proses
pengecekan pada dillution Section.
Section ini dimaksudkan menerima filtrat dari filtration section
dan mengambil P, F, dan N dengan metode koagulasi dan sedimentasi.
Untuk mengambil fluorine dengan metode koagulasi dan sedimentasi
dilakukan dengan penambahan Ca2+ dan Al3+, fluorin direaksikan
dengan penambahan beberapa chemical dalam solid yang sukar larut
dalam air. Seperti diketahui CaF2 sukar terurai menjadi Ca2+ dan F- dan
terbentuk dengan penambahan Ca2+. Metode ini kemudian dipakai
untuk fluorin treatment. sebagai garam Ca(OH)2 disuplay dari primary
effluent treatment section.
Ca2+ + 2F- → CaF2
Kelarutan CaF2 4,9x10-11 (mol/L)3, dengan penambahan Ca2+
konsentrasi F- akan berkurang. Sebenarnya konsentrasi F- ini akan sukar
berkurang dengan penambahaan air dan memberikan garam Ca2+ secara
berlebihan karena bentuk CaF2 merupakan koloid dalam liquid. Ini
sudah lama diketahui bahwa penggunaaan alum atau garam-garam Al
yang lain sebagai koagulan, fluorin dapat diambil tetapi mekanisme
pengambilannya masih belum jelas karena ada suatu pendapat yang
menyatakan bahwa Al dan F sulit membentuk garam Na3AlF6, dan F
yang lain diabsorbsi flok Al(OH)3 dan mengendap bersama-sama.
Menggunakan Al3+ sehingga derajat treatment yang lebih tinggi perlu
diakukan tetapi adsorsi merupakan faktor utama dan Al3+ berlebih perlu
diberikan untuk mengurangi konsentrasi F ini, berarti bahwa penurunan
konsentrasi F seperti yang diinginkan juga konsentrasi raw water yang
tinggi sangat tidak ekonomis. Oleh karena itu dilihat dari segi ekonomi
konsentrasi F outlet didesain 10 mg/L. Dengan cara yang sama untuk F
sebagian P bereaksi dengan Ca2+ menjadi kalsium fosfat
(CaHPO4.2H2O, Ca(H2PO4)2) dan sebagian diabsorbsi dengan flok
Al(OH)3.
Sludge dipisahkan di thickener (D6654) dikirim ke filtration
Section di dehidrasi. dalam waste water mengandung pula SO42- ini
berarti mempercepat terjadinya CaSO4.2H2O. Dengan penambahanan
Ca2+ dimaksudkan untuk menurunkan kecepatan terjadinya
CaSO4.2H2O. Jumlah Ca(OH)2 hanya bereaksi dengan F dan P dan
NaOH sebagai sumber alkali direaksikan dengan alum dan ini untuk
mengatur pH.
Al2(SO4)3 + 6 NaOH → 2 Al(OH)3 + 3 Na2SO4

Gambar 4.8 Secondary effluent treatment Section


d. Dilution section
Pada dillution Section, treated water tersebut akan diencerkan
dengan air laut sehingga kualitasnya dapat memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan Pemerintah Indonesia. Setelah mengalami proses
pengenceran tersebut pada akhirnya waste water akan dibuang ke laut

Anda mungkin juga menyukai