Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1

“PEMBUATAN MINYAK KEMIRI”

DISUSUN OLEH :

DEDE ALFIANSYAH
HANDRI
MUHAMAD SOFYAN MULSAF

XI KIMIA INDUSTRI 1

SMK NEGERI 2 CILEGON


BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA
PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KIMIA
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI DAN KIMIA ANALISIS
Jl.Ir. Sutami KM.03 Lebak Denok Citangkil Cilegon, Banten
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiri (Aleurites moluccana) dikenal dengan nama lain candle nut, merupakan
salah satu tanaman industri dari famili Euphorbiceae. Setiap tahun tanaman kemiri terus
mengalami peningkatan perluasan area karena pemanfaatannya bukan lagi sebagai
penghasil bumbu dapur tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan industri dan
tanaman obat. Dahulu ketika listrik masih jarang, minyak kemiri menggantikan fungsi
minyak tanah untuk menghidupkan lampu minyak atau lampu teplok. Biji kemiri yang
sudah diolah menjadi minyak dapat pula difungsikan sebagai bahan bakar alternatif
untuk mesin diesel (Hariani, dkk., 2013). Minyak kemiri mengandung ikatan asam
lemak tidak jenuh sekitar 85%. Di bidang kosmetika, minyak kemiri digunakan untuk
bahan perawatan rambut (zat yang khasiat sebagai penyubur rambut). Biji kemiri
mengandung minyak sebesar 55-65%, sedangkan kadar minyak dalam tempurung
sebesar 60%. Sedangkan asam lemak yang terkandung dalam kemiri terdiri dari 55%
asam pelmitat; 6,7% asam stearat; 10,5 % linoleat dan 28,5% linolenat (Siswani dan
Kristianingrum, 2006). Kemudahan kemiri untuk tumbuh di berbagai tempat membuat
produksi kemiri meningkat dari tahun ke tahun sehingga kemiri menjadi komoditas
dalam negeri dan ekspor di Indonesia. Pohon kemiri, tiap tahun pohon kemiri dapat
menghasilkan 80 kg biji kemiri per pohon. Hal inilah yang mendasari untuk
mengoptimalkan produk minyak kemiri. Untuk mendapatkan minyak kemiri dengan
kualitas baik maka perlu diperhatikan metode untuk mengekstraknya. Minyak kemiri
dengan kualitas baik dilakukan metode pengepresan dan ekstraksi.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Siswa dapat mengetahui cara pembuatan minyak kemiri
2. Siswa dapat membuat minyak kemiri dengan metode soxhlet
3. Untuk memahami penggunaan metode ekstraksi dan distilasi
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Kemiri dan Minyak Kemiri


2.1.1 Kemiri
Kemiri (aleuritas moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan
sebagai sumber minyak dan rempah – rempah. Kemiri terutama ditanam untuk
bijinya, yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan Indonesia. Kemiri
memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memeiliki
kandungan minyak yang hampir sama. Inti biji kemiri mengandung 60 – 66%
minyak. Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh
minyaknya. Dalam setiap penanaman masing – masing pohon akan menghasilkan
sekitar 30 – 80 kg kacang kemiri dan sekitar 15 – 20% dari berat tersebut
merupakan minyak yang didapat. Minyak kemiri terutama megandung asam
oleostearat. Minyak yang lekas mongering ini biasa digunakan untuk mengawetkan
kayu, sebagai pernis atau cat, melapisi kertas agar anti air. Bahan sabun, bahan
campuran isolasi, pengganti karet dan lain – lain. Dalam penulisan lontar, bii kemiri
yang telah dibakar digunakan untuk menghitamkan tulisan pada lebaran – lembaran
lontar. Kemiri mempunyai sifat untuk mengatasi dan mengobati peyakit diare,
disentri,msakit perut, sembelit, demam, dan juga sariawan. Manfaat kemiri
disebabakan karena kandungan yang ada di dalamnya seperti sponin, falvonoida,
dan polifenol. Komponen tersebut merupakan komponen yang baik bagi manusia.
Terdapat kandungan gi di dalam kemiri seperti protein, lemak, dan juga karbohidrat.
Kandungannya yang penting di dalam kemiri adalah vitamin , asam sulfate, serta
foto sentrol yang bias membantu menghambat terjadinya pembentukan kolesterol.

2.1.2 Minyak Kemiri


Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organic yang tidak larut atau
bercampur dengan air, tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat tambahan lain
yang dikenal awam, awam adalah terasa licin saat dipegang. Minyak adalah salah
satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang
terdapat di alam, serta tidak larut pada air, larut dalam pelarut organik non – polar,
misalnya dietil eter( C2H5OC2H5), benzene dan hidrokarbon lainnya yang
polaritasnya sama. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis
minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut
asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang. Dalam pembentukan minyak, enzim denaturase akan membantu
memasukan ikatan rangkap pada posisi tertentu dirantai asam lemak. Enzim akan
terus bekerja berurutan hingga menghasilkan produk akhir yaitu minyak.

Minyak kemiri merupakan minyak lemak yang memiliki banyak manfaat,


baik dalam bidang kesehatan maupun kosmetik dan industri. Selain itu, kemiri
merupakan tanaman asli Indonesia dan banyak dijumpai di daerah – daerah di
Indonesia. Dalam satu kali penanaman kemiri, masing – masing pohon akan
menghasilkan sekitar 30 – 80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 – 20 % dari berat
tersebut merupakan jumlah minyak kemiri yang dapat dihasilkan. Minyak kemiri
dapat dijadikan alternatif bahan bakar, dan digunakan dalam pengobatan berbagai
penyakit.

 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd.

 Kandungan Kimia
Daging biji, daun dan akar Aleurites moluccana mengandung saponin,
flavonoida dan polifenol, di samping itu daging bijinya mengandung minyak
lemak. (Anonimb, 1997). Pada korteksnya mengandung tannin (Anonima,
1997).
 Kegunaan dan Khasiat
Daging bijinya bersifat laksatif. Di Ambon korteksnya digunakan sebagai
anti tumor (Harini, 2000), di Jawa digunakan sebagai obat diare, sariawan dan
desentri, di Sumatera daunnya digunakan untuk obat sakit kepala dan
gonnorhea. (Anonima, 1997). Minyak kemiri dibuktikan berkhasiat sebagai
obat penumbuh rambut (Julaiha, 2003).

 Sifat kimia fisika


Sifat kimia dan fisika minyak kemiri menurut SNI 01-4462-1998.

No. Parameter Persyaratan


1. FFA (%) 0,10-1,50
2. Bilangan iodine (g 12/100 g sampel) 136-167
3. Bilangan penyabunan (mg KOH/g 184-202
sampel)
4. Warna Normal
5. Densitas (g/cm3) 0,9240-0,9290
6. Indeks bias 1,4730-14790

 Komposisi
Komposisi Kimia Minyak Kemiri
Asam lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh -
Asam palmitat 55
Asam stearat 6.7
Asam lemak tak jenuh -
Asam oleat 10.5
Asam linoleat 48.5
Asam linolenat 28.5
2.2 Teori Ekstraksi dan Prosesnya
2.2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat ke dalam komponen –
komponennya berdasarkan perbedaan kelarutannya dengan mengguankan zat
pelarut atau solven sebagai pemisah atau “ separating agent” dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak bercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satunpelarut ke pelarut yang lain. Apabila komponen yang
dipisahhkan berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan
atau ”LEACHING”, sedangkan istilah “ EKSTRAKSI” umum dipakai jika soluter
berada dalam fase cair. Seringkali campuran bahan padat dan cair ( misalnya bahan
alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanisn atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya
saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat – sifat
fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.

Berikut adalah istilah-istilah yang umumnya digunakan dalam proses ekstraksi


Bahan ekstraksi : campuran bahan yang akan diekstraksi
Pelarut : cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi
Ekstrak : bahan yang dipisahkan dari bahan ekstaksi ( hasil)
Larutan ekstrak : pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
Raffinat : bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya (residu)
Ekstraktor : alat ekstraksi
Ekstraksi padat – cair : ekstraksi dari bahan padat
Ekstraksi cair – cair : ekstraksi dari bahan cair

 Penerapan Teknologi Ekstraksi


Penerapan teknologi ekstraksi diantaranya adalah dalam industri – industri berikut:
1. Dalam produksi bahan bakar pada industry nuklir, proses cairan – cairan
coal tar.
2. Pemisahan hidrokarbon pada industry petrokimia
3. Pemisahan aromatik dari minyak bakar berbasis kerosin untuk meningkatkan
kuallitas pembakaran.
4. Pemisahan aromatik dari senyawa parifin atau nafta untuk meningkatkan
karakter viscositas suhu suatu minyak pelumas.
5. Pengambilan senyawa relative murni seperti benzena, toluene dan xylene dari
reformat yang dihasilkkan secara katalistis pada industri.
6. Produksi asam asetat anhidrat.
7. Ekstraksi fenol dari larutan coal tar
8. Permurnian penisilin

 Penyiapan Bahan yang akan Diekstrak dan Pelarut


Di dalam pemilihan solven untuk operasi ekstraksi ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu:
1. Selektivitas solven
2. Kemampuan tidak saling campur
3. Kelarutan
4. Densitas
5. Titik didih
6. Kemudahan pemungutan kembali solven
7. Tegangan antarmuka
8. Reaktivitas kimia
9. Sifat – sifat lain.

 Macam – Macam Ekstraksi


1. Ekstraksi cair – cair
Ekstraksi cair – cair adalah proses ekstraksi yang dilakukan untuk
memisahkan larutan ( cair) dengan pelarut atau solven yang juga berupa
cairan. Prinsip metode ekstraksi cair – cair adalah berdasarkan pada perbedaan
koefisien distribusi zat telarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak
saling campur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi diantara dua larutan larutan
yang tidak saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsentrasi zat terlarut
dalam kedua fase kesetimbangan. Prinsip kerjanya adalah pemisahan
berdasarkan perbedaan kelarutan.contoh proses ekstraksi cairan adalah
campuran aseton dan air diekstraksi dengan metil isobuti keton dan masih
bannyak lagi.
2. Ekstraksi padat - cair
Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi yang dilakukan untuk
memisahkan padatan dengan pelarut yang juga berupa cairan. Ekstraksi padat
cair disebut juga pengurasan (leaching). Sebagai contoh pembuatan ester(
essence) untuk bau – bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi,
pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat
dilihat sehari – hari ialah pelarutan komponen – komponen kopi dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Leaching dibagi menjadi dua yaitu,
1. Percolation ( liquid added into solids)
Pelarut dikontakan dengan padatan melalui proses tunak ataupun tak
tunak. Metode ini lebih banyak digunakan untuk pemisahan campuran
solid – liquid dimana jumlah padatan sangat besar dibandingkan fase
liquid.

2. Dispersed solids ( solids added into liquid)


Pada metode ini,padatan dihancurkan terlebih dahulu menjadi pecahan
kecil sebelum dikontakan dengan pelarut. Metode ini populer karena
tingkat kemurnian hasil prosses sehingga dapat menyeimbangi biaya
operasi pemisahan yang tinggi.

2.2.2 Proses Ekstraksi


1. Mencampur bahan ekstraksi dan pelarut dan membiarkannya saling berkontak.
Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang
sebenarnaya, yaitu pelarut ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan
atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut,
umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal – hal tertentu, larutn
ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.
2.3 Teori Distilasi dan Prosesnya

2.3.1 Distilasi
Destilasi (penyulingan) adalah proses pemisahaan komponen dari suatu
campuran yang berupa larutan cair cair dimana karakteristik dari campuran
tersebut adalah mampu campur dan mudah menguap ( volatile), selain itu
komponen komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap dan hasil
pemisahaan menjadi komponen komponen atau keompok kelompok komponen.
Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula proses
penyulingan merupakan proses pemisahan komponen komponennya berdasarkan
perbedaan titik didihnya.

 Macam – Macam Teknik Destilasi


1. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh berbeda. Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
zat cair yang titik didihnya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat
atau minyak. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut
melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah, namun
hasilnya tidak benar benar murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair
yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.

2. Destilasi bertingkat ( fraksionasi)


Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja
memiliki kondensor yang lebih banyak sehingga mampu memisahkan dua
komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses
ini akan didapatkan substans kimia yang lebih murni, karena melewati
kondensor yang banyak. Contoh proses destilasi bertingkat yaitu permurnian
minyak bumi untuk memisahkan gas, bensin, minyak tanah, dan sebagian dari
minyak mentah.
3. Destilasi uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa – senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 2000C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan
senyawa– senyawa ini dengan suhu mendekati 1000C dalam tekanan atmosfer
dengan menggunakan uap atau air mendidih. Aplikasi dari destilasi uap adalah
untuk mengekstrak beberapa produk alam seprti minyak eucalyptus, minyak
spritus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan
mungkin ditambahkan juga pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas
menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke dalam labu destilat.

4. Destilasi azeotrop
Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop( campuran campuran
dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan), biasanya dalam prosesnya
digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau
dengan menggunakan tenaga tinggi.

5. Destilasi vakum( destilasi tekanan rendah)


Destilasi vakum adalah teknik pemisahan du komponen yang titik
didihnya sangat tinggi. Metode yang digunakan adalah dengan menurunkan
tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga
menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya
tidak perlu terlalu tinggi. Destilasi yang dilakukan dalam tekanan operasi ini
biasanya karena beberapa alasan yaitu.
 Sistem penguapan relatif antar komponen biasanya meningkat seiring
dengan menurunnya bolling temperature.
 Destilasi pada temperature rendah dilakukan ketika mengolah produk yang
sensitif terhadap variabel temperature.
 Proses pemisahan dapat dilakukan terhadap komponen dengan tekanan uap
yang sangat rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada
titik didihnya.
 Reboiler dengan temperatur yang rendah yang menggunakan sumber energi
dengan harga yang lebih murah sepeti steam dengan tekanan rendah atau air
panas.

6. Refluks / destruksi
Refluks dialakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan
tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya
reaksi– reaksi senyawa organik adalah “lambat” maka campuran reaksi perlu
dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik
perekasi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya
dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya
dilakukan secara refluks.

7. Destilasi kering
Prinsipnya memanaskan material padat untuk mendapatkan untuk
mendapatkan fase uap dan cairnya. Contoh untuk mengambil cairan bahan
bakar dari kayu atau batu bata.

Proses Destilasi
1. Keadaan awal
Mula – mula, pada cairan terdapat campuran Adan B, dimana karakteristikdari
komponen komponen tersebut adalah komponen A lebih mudah menguap
dibandingkan komponen B.
2. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairnya dibiarkan dalam keadaan
setimbang.
3. Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat dan Bahan Ekstraksi

 Alat
1. Labu alas datar 7. Batu Didih
2. Kondensor 8. Gelas Beaker
3. Soxhlet 9. Selang gas dan air
4. Gelas Ukur 10 Kertas sarig
5. Hot Plate 11. Korek api
6. Klem dan Statif

 Bahan
1. n-heksana
2. biji kemiri

3.1.2 Alat dan Bahan Distilasi

 Alat
1. Labu Alas Bulat 6. Beaker Glass
2. Erlenmeyer 7. Gelas Ukur
3. Kondensor 8. Neraca Analitik
4. Heating Mantle 9. Selang gasdan air
5. Batu Didih 10. Klem dan Statif

 Bahan
1. Minyak kemiri hasil ekstraksi

3.1.3 Alat dan Bahan Uji Mutu


 Alat - Bahan
1. Piknometer 1. Minyak kemiri hasil destilasi
2. Neraca Analitik
3. Thermometer
4. Gelas Ukur
5. Beaker Glass
3.2 Diagram Alir
3.2.1 Diagram Alir Ekstraksi

3.2.2 Diagram Alir Distilasi

3.2.3 Diagram Alir Uji Mutu


3.3 Rangkaian Alat Percobaan (Alat Ekstraksi dan Alat Distilasi)
3.3.1 Alat Ekstaksi

3.3.2 Alat Distilasi


3.4 Prosedur Kerja (Ekstraksi, Distilasi, dan Uji Mutu)

3.4.1 OPERASI EKSTRAKSI PADAT-CAIR


(SOLID-LIQUID EXTRACTION =SLE)
1. Haluskan biji kemiri
2. Timbang kemiri 70 gram untuk soxhlet yang berukuran 500 ml dan 50 gram
untuk soxhlet yang berukuran 250 ml
3. Masukan kemiri yang sudah halus ke dalam selongsong/kertas saring lalu ikat
dengan benang kasur dan pastikan tidak ada kebocoran pada kertas saring
4. Pastikan meja kerja dan alat dalam kondisi bersih
5. Masukan selongsong berisi kemiri ke dalam tabung soxhlet
6. Rangkai unit alat soxhlet, dan pemanasnya dengan tegak lurus menggunakan
klem dan statif. Pastikan air pendingin bekerja dengan baik (mengalir secara
kontinyu)
7. Ambil pelarut n-heksana sebanyak 300 ml (untuk soxhlet dan labu yang
berukuran besar 500 ml) atau 200 ml (untuk soxhlet dan labu yang berukuran
250 ml) dengan menggunakan gelas ukur dan masukkan ke dalam labu alas
bulat, kemudian tambahkan batu didih ke dalamnya
8. Lakukan pengecekan K3 pra operasi
9. Lakukan operasi ekstraksi selama 3 siklus yang terjadi. Catat data waktu setiap
siklus.
10. Ukur volume ekstrak minyak kemiri dalam pelarut n-heksana yang dihasilan
11. Pisahkan minyak kemiri dari pelarutnya dengan operasi distilasi sederhana.
12. Bersihkan kembali meja kerja kemudian catat dan buat laporan seluruh
rangkaian kegiatan yang anda lakukan
Massa kemiri umpan (awal) = gram
Volume pelarut n-heksana = ml
Volume ekstrak dalam pelarut = ml
3.4.2 OPERASI DISTILASI SEDERHANA
(SIMPLE DISTILATION)
1. Siapkan unit alat distilasi sederhana yang telah dibersihkan
2. Pastikan meja kerja dalam kondisi bersih
3. Rangkai unit alat distilasi sederhana, dan pemanasnya menggunakan klem dan
statif. Pastikan air pendingin bekerja dengan baik (mengalir secara kontinyu).
4. Isi labu alas bulat dengan bahan minyak kemiri dalam pelarut n-heksana hasil
operasi ekstraksi tambahkan batu didih ke dalamnya
5. Hidupkan pemanas, dan lakukan proses distilasi
6. Control temperature o[erasi distilasi sesuai titik didih n-heksana.
- Merk Elektrotermal settingan awal berada pada skala 6, ketika mendidih
ubah settingan pada skala 3 atau 4
- Merk Gopal settingan awal berada pada skala 10, ketika mendidih ubah
settingan pada skala 5 atau 6
7. Catat waktu saat tetesan destilat pertama
8. Tamung distilat dan ukur volume distilat yang keluar menggunakan beaker
glass yang telah disediakan
9. Bersihkan kembali meja kerja
10. Murnikan minyak kemiri yang dihasilkan dalam oven untuk menghilangkan n-
heksana yang masih tertinggal dalam minyak
11. Ukur volume dan massa produk minyak kemiri murni menggunakan gelas ukur
12. Tentukan rendemen produk yang diperoleh
13. Lakukan uji kualitas produk minyak kemiri secara fisika dan kimia
14. Tentukan efisiensi distilasi dengan rumus dan perhitungan berikut:
Volume minyak kemiri = ml
Massa/berat minyak kemiri = gram
Volume cairan awal = ml
Volume distilat = ml

Efisiensi distilasi = volume distilat/volumecairan awal × 100%


3.4.3 UJI MUTU PRODUK MINYAK
1. Pakailah alat pelindung diri (APD), sebelum melakukan tahapan praktik
2. Pastikan jumlah dan kondisi alat dalam keadaan lengkap dan baik
3. Lakukan uji mutu produk minyak kemiri secara fisika, yang meliputi:
a. Bau
b. Warna
c. Densitas (ρ) dan specific gravity (SG) produk minyak kemiri.
ρ = massa minyak (g)
volume minyak (ml)

SG = ρ minyak
ρ air
4. Lakukan uji mutu produk minyak kemiri secara kimia, dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Membuat larutan asam oksalat 0,1 N dengan cara berikut :
a. Pastikan neraca dalam keadaan bersih, waterpass berada di dalam
lingkaran dan kabel telah terhubung ke aliran listrik
b. Kondisikan neraca pada posisi ON
c. Pastikan agar angka pada neraca menunjukan angka nol
d. Pastikan botol timbang beserta tutup dan kaca arloji dalam keadaan
bersih dan kering
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan dan Perhitungan


A. OPERASI EKSTRAKSI
M kemiri = 70 gram
V n-heksan = 300 ml
V ekstrak kemiri + pelarut n-heksan = 264 ml
Siklus Waktu Pengamatan
1 36 menit 18 detik Warna awal kemiri = putih kekuningan
2 11 menit 40 detik Warna awal n-heksan = bening
3 08 menit 17 detik Warna residu kemiri = putih
- Warna ekstrak kemiri + pelarut = putih kekuningan
- Kejadian selama siklus berlangsung = n-heksan
turun
- 3 siklus, dan setiap siklus berbeda beda waktunya

B. OPERASI DESTILASI
V cairan awal (ekstrak minyak kemiri + pelarut n-heksan) = 264 ml
V destilat (n-heksan) = 236 ml
V minyak kemiri = 11,5 ml
Waktu tetesan pertama = 10:17 WIB
M minyak kemiri = V × ρ
= 11,5 ml × 0,89703
= 10,315845 ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡
Efisiensi destilasi = 𝑥 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
236
= 𝑥 100%
300

= 78,67 %

Warna destilat = Putih keruh


Warna minyak kemiri = Kuning kecoklatan
Kejadian selama destilasi berlangsung = N-heksan berpisah dengan
minyak kemiri
C. UJI MUTU MINYAK KEMIRI (MASSA JENIS)
M piknometer kosong = 17,4105 gram
M pikno + isi = 26,3808 gram
V piknometer = 10 ml
ρ = M pikno + isi - M pikno kosong
volume pikno
= 26,3808 - 17,4105
10
= 0,89703 gr/ml
Bau minyak kemiri = sedikit bau gosong
Warna miyak kemiri = kuning kecoklatan
4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang di lakukan ialah penarikan minyak kemiri
dengan metode soxhlet. Hal pertama yang di lakukan ialah menimbang biji kemiri
sebanyak 70 gram yang sudah dihaluskan menggunakan parutan keju. Fungsi untuk
menghaluskan biji kemiri untuk mempercepat proses ekstraksi, karena luas
permukaannya lebih besar jadi laju reaksi lebih cepat berjalan. Ekstraksi dilakukan
selama 2 jam. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam. Setelah selesai di ekstraksi minyak
kemiri perlu melalui proses destilasi lagi untuk memisahkan pelarut dan minyak
kemirinya. Setelah proses distilasi dilakukan uji mutu minyak kemiri.

Berdasarkan data hasil percobaan dan analisis data dapat kita ketahui bahwa
dalam ekstraksi atau pembuatan minyak kemiri dengan metode soxhlet ini memiliki
banyak keuntungan selain penggunaannya yang sederhana dan mudah juga dapat
menghasilkan minyak kemiri lebih banyak dibanding metode modern yang lainnya.
Dalam percobaan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti dalam
penentuan suhu yang baik, pemotongan buah kemiri, pembungkusan buah kemiri
dengan kertas saring, pemasangan alat yang benar dan tepat, juga ketelitian dalam
melakukan proses ekstrasi maupun destilasi.

Pada percobaan ini ada 2 proses yang dilakukan yaitu proses ekstrasi dengan
soxhlet dan proses destilasi, pada proses ekstraksi hasil berupa cairan berwarna agak
kekuningan yang merupakan campuran/larutan n-hexane dan minyak kemiri yang
didapat. Pada proses ekstraksi sebenarnya diperbolehkan lebih dari 2 jam untuk
mendapatkan hasil ekstraksi/minyak yang lebih maksimal. Setelah dilakukan ekstrasi,
hasil yang didapat kemudian dilakukan proses destilasi sederhana untuk memisahkan
kandungan minyak dengan n-heksan. Pada proses destilasi didapatkan 2 hasil yaitu
destilat dan minyak kemiri. Minyak kemiri yang telah didapat merupakan minyak
kemiri murni dan memiliki bau kurang enak(gosong) dikarenakan tidak adanya
thermometer untuk menentukan suhu dan labu sedikit kotor jadi susah tercontrol dan
terlalu lama pada proses destilasi.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil percobaan, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa ektraksi/ pembuatan minyak kemiri dengan metode soxhlet memiliki keuntungan yang
lebih banyak dibanding dengan metode modern yang lain, namun ekstraksi dengan metode
ini juga dibutuhkan ketelitiaan dan kehati-hatian. Selain itu praktikan dapat mengetahaui
langkah – langkah ekstraksi minyak kemiri dengan baik sesuai prosedur yang telah
diterapkan.

Pada percobaan ini digunakan kemiri sebanyak 70 gram dengan pelarut n-heksan 300 ml,
sehingga menghasilkan minyak kemiri sebanyak 11,5 ml dengan pelarut n-heksan 236 ml dan
massa jenis 0,89703 gram/ml.

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa hasil dari praktikum ini dapat dikatakan
kurang begitu baik, karena dari segi warna yaitu kuning kecoklatan, dan bau gosong
dikarenakan karena tidak adanya thermometer untuk menentukan suhu dan labu sedikit kotor
jadi susah tercontrol dan terlalu lama pada proses destilasi jadi belom meperlihatkan minyak
kemiri dengan kualitas yang baik.

Anda mungkin juga menyukai