Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengujian Mutu Biodiesel

NAMA : RIZA JULIANTI


NIM : K 4207244
BIDANG PEMINATAN : PMA (PENGENDALIAN MUTU
AGROINDUSTRI)
MATA KULIAH : PENGUJIAN MUTU 1
TRI SEMESTER : 4 (EMPAT)
TANGGAL PRAKTIKUM : 07 APRIL 2009
TANGGAL LAPORAN : 14 APRIL 2009
DOSEN : Dr. Ir. SAHIRMAN, MP

DIPLOMA 4 VEDCA JOINT PROGRAM POLITEKTIK NEGERI JEMBER


BIDANG PEMINATAN PENGENDALIAN MUTU AGROINDUSTRI
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN
JL. JANGARI KM.14 DS.SUKAJADI KEC.KARANG TENGAH
CIANJUR
2009

Pengendalian Mutu Agroindustri


D4 Vedca
Pengujian Mutu Biodiesel Dengan Parameter
Bilangan Asam, Viskositas, Massa Jenis, Bilangan Iod, dan Kadar Abu.

A. ACARA
Praktikum Pengujian Mutu Pada Biodiesel dengan parameter Bilangan Asam,
Viskositas, Massa Jenis, Bilangan Iod, dan Kadar Abu.

B. PRINSIP
1. Analisis Bilangan Asam
Pelarutan contoh lemak/minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol
netral 96%) dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH)

2. Viskositas (Cst) kinematic biodiesel pada suhu 40C (ASTM D 445)


Viskositas kinematik diukur dengan alat viskosimeter yang telah dikalibrasi
sampai volume cairan tertentu mengalir dibawah pengaruh grafitasi pada
suhu yang ditentukan dimana contoh masih dapat mengalir dalam pipa
viskosimeter kering.

3. Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C (ASTM D 1298)


Pada Suhu 40C adalah perbandingan antara massa jenis pada suhu tersebut
dengan massa jenis aquadest pada suhu yang sama yang dinyatakan dalam
gram/liter.

4. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)


Penambahan larutan iodium monoklorida dalam campuran asam asetat dan
karbontetrakhlorida kedalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu
dilakukan penetapan halogen yang dibebaskan dengan penambahan kalium
iodide (KI). Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat dan indikator kanji.

5. Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D 874)


Mengarangakan sampel kemudian mengabukan sampel tersebut pada sushu
775C dengan penambahan beberapa tetes asam sulfat pekat.
Pengendalian Mutu Agroindustri
D4 Vedca
C. TUJUAN
 Menentukan Mutu Biodiesel dengan parameter Bilangan Asam,
Viskositas, Massa Jenis, Bilangan Iod, dan Kadar Abu. dengan SNI 04-
7182-2006

D. TEORI DASAR

1. Mutu Produk dan Jasa


Penilaian terhadap mutu suatu produk dan jasa telah ada sejak dahulu.
Manusia berusaha membedakan masing-masing mutu suatu produk dan jasa
karena terbukti suatu produk dan jasa dapat lebih diterima dibandingkan
dengan mutu produk dan jasa yang lain. Penentuan pilihan bahwa yang satu
lebih dapat diterima dari yang lain berdasarkan persyaratan sifat tertentu
yang dituntut dari produk yang dipilih. Persyaratan tersebut akan bersifat
khas untuk setiap produk dan jasa selain adanya persyaratan yang berlaku
umum. Persyaratan tersebut dinamakan dengan persyaratan standar mutu
suatu produk dan jasa.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka mutu suatu produk dan jasa dapat
didefinisikan sebagai gabungan sifat-sifat yang khas yang terdapat dalam
suatu produk dan jasa dan dapat membedakan setiap satuan produk dan jasa
serta mempengaruhi secara nyata penentuan derajat penerimaan konsumen
terhadap produk dan jasa tersebut.

Mutu suatu produk dan jasa tidak tergantung pada salah satu sifat khas yang
ada pada produk dan jasa tersebut tetapi juga tergantung pada beberapa sifat
yang merupakan satu kesatuan yang dituntut kesempurnaannya dari produk
yang bersangkutan. Sebagai contoh mutu tepung ikan tidak hanya ditentukan
oleh kadar proteinnya saja melainkan juga ditentukan oleh kadar air, abu,
lemak, serat kasar, Ca, P dan NaCl.

2. Biodiesel
Indonesia mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap minyak
bumi sebagai bahan bakar. Tahun 2005 Pemerintah Republik Indonesia
Pengendalian Mutu Agroindustri
D4 Vedca
mengeluarkan Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005 mengenai penghematan
penggunaan energi termasuk dalam hal ini penggunaan bahan bakar dan
Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 serta Instruksi Presiden No. 5 tahun
2006 mengenai energi terbarukan. Berbagai kebijakan tersebut mendorong
pada penggunaan sumber energi alternatif termasuk dalam hal ini bahan
bakar biodiesel. Biodiesel dalam pengertian ilmiah berarti bahan bakar yang
digunakan untuk mesin diesel yang dibuat dari sumber daya hayati.

Penggunaan biodiesel mempunyai banyak keuntungan diantaranya adalah


 Dapat mengurangi emisi/ pancaran gas yang menyebabkan pemanasan
global
 Dapat mengurangi emisi udara beracun dari knalpot, bersifat
biodegradable, cocok untuk lingkungan sensitif dan mudah digunakan
(Tyson, 2004)
 Karena biodiesel mempunyai efek pelumasan, penggunaaan biodiesel
akan menurunkan biaya pemeliharaan (penggantian filter oli,
penggantian filter bahan bakar, penggantian jumlah filter udara) dan
peningkatan kualitas udara emisi cerobong dilihat dari ammonia, free
chlorine, NO2 dan Hidrolic acid (Tribudiman, 2005)
 Meningkatkan kualitas emisi udara dilihat dari parameter CO, NOx,
SOx, CO2 yang lebih rendah dari minyak petrodiesel. (Nakazono, 2001)

Indonesia mempunyai 30 spesies tanaman yang minyaknya dapat digunakan


untuk biodiesel diantaranya jarak dan kelapa sawit.

Menurut SNI 04-7182-2006 Biodiesel adalah ester alkil (metal, etil,


isopropil dan sejenisnya) dari asam-asam lemak. Standar ini digunakan
untuk bahan baker substitusi motor diesel yaitu sebagai campuran (blening)
dengan bahan baker diesel pada kendaraan bermotor atau motor diesel
lainnya. Bahan bakar diesel yang dicampurkan meliputi antara lain minyak
solar, minyak diesel dan minyak bakar yang memenuhi persyaratan
spesifikasi yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Pengendalian Mutu Agroindustri


D4 Vedca
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
 Hot plate
 Erlenmeyer 250mL, 150mL  Statif
 Neraca Analitik  Piknometer
 Pipet tetes  Penangas air
 Pipet volum  Pendinagin
 Pipet ukur  Termometer
 Pipet filler  Oven
 Buret,  Viskosimeter Oswald
 Tanur/muffle
 Erlenmeyer 500mL

2. Bahan
a. Sampel ; Biosolar (B20)
b. Bahan Kimia;
 NaOH
 Alkohol Netral 95%
 Aquadest
 Indikator PP
 Asam oksalat
 Asam Sulfat Pekat
 Kalium Iodida (KI)
 Karbon Tetra Klorida
 Indikator Kanji
 Larutan Wij

Pengendalian Mutu Agroindustri


D4 Vedca
F. PROSEDUR
1. Analisis Bilangan Asam
a. Pereaksi:
1) Larutkan Alkohol 95% netral (alkohol 95% ditambah PP kemudian
ditambah NaOH 0,1N tetes demi tetes (titrasi) sampai terbentuk
warna merah muda).
2) Indikator PP 0,5% (larutan 0,5 gram PP dalam 100mL alcohol 95%)
3) Larutan Standar NaOH 0,1 N (membuat larutan NaOH 50% yaitu
NaOH 100 gram dilarutkan dalam 100mL aquadest, Ambil 5,26 mL
larutan NaOH 50% (19N) kedalam labu ukur 1000mL diencerkan
sampai tanda. Lakukan standarisasi Larutan NaOH 0,1 N).

b. Cara Kerja;
1) Lakukan standarisasi NaOH 0,1 N. Timbang dengan teliti 1,1 gram
asam oksalat (C2H2O42H2O) BM 126 dimasukkan kedalam
erlemneyer 250mL. ditambahkan 25mL Aquadest. Setelah larut
ditambahkan 2-3 tetes indicator PP dan dititrasi dengan NaOH yang
akan distandarisasi sampai warna merah jambu.
G asam oksalat x2
N NaOH =
0.126 x mL NaOH

2) Ditimbang 2-5gram contoh dimasukkan kedalam erlenmeyer 250mL


3) Ditambahkan 50mL etanol netral 95% gojok hingga minyak larut.
4) Ditambahkan 3-5 tetes indikator PP
5) Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap bertahan
selama 15 detik.
6) Dilakukan penetapan blanko.

c. Penetapan
V x T x 56,1
Bilangan Asam (mg NaOH/gram minyak) =
M

Keterangan :
V ; volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi contoh (mL)
T ; normalitas
m ; bobot contoh (gram)
M ; bobot molekul asam lemak yang dinyatakan sengai asam oleat 282
2. Viskositas (Cst) kinematic biodiesel pada suhu 40C (ASTM D 445)
a. panaskan aquadest pada suhu 40 C
b. masukkan dalam tabung viskosimeter oswald
c. catat waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera
d. panaskan biodiesel pada suhu 40C
e. Masukan dalam tabung viskosimeter oswald
f. Catat waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera.
g. Hitung viskositas biodiesel dengan rumus berikut:
d2 . t2
Viskositas = ŋ
d1 . t1

ŋ = viskositas aquadest suhu (40C)


d2 = densitas aquades suhu 40C (gr/mL)
t1 = waktu yang diperlukan untuk mengalir (detik)
d2 = densitas biodiesel suhu 40C (gr/mL)
t2 = waktu yang diperlukan untuk menalir biodiesel (detik)

3. Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C (ASTM D 1298)


a. cuci dan bersihkan piknometer dengan aquades dilanjutkan dengan
etanol kemudian dikeringkan dalam oven.
b. Timbang bobot piknometer kosong (m0)
c. Isi piknometer dengan aquadest pada suhu 40C sampai penuh (tanda
tera). Hindari terbentuknya gelembung
d. Masukkan piknometer dalam penangas air pada suhu 40C selama 30
menit. Pastikan suhu penangas air 40C .keringkan air dipermukaan
piknometer.
e. Timbang piknometer berisi aquadest (m1)
f. Kosongkan piknometer kemudian cuci dengan Alkohol dan keringkan
g. Isi piknometer dengan biodiesel suhu 40C sampai tanda tera. Hindari
terbentuknya gelembung
h. Masukkan piknometer dalam penangas air suhu 40C selama 30 menit,
kemudian diangkat dan dibersihkan permukaannya dengan kertas tissue.
i. Timbang neraca analitik (m2)
j. Tentukan massa jenis dengan rumus berikut:
m2-m0
=Fx
m1 – m0

F ; massa jenis aquadest pada ruang hampa. Massa jenis aquadest


pada suhu 40C = 993 kg/m3

4. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)


a. ditimbang dengan teliti sejumlah contoh berdasarkan bilangan iod dari
contoh tersebut kedalam erlenmeyer 500mL (tutup).
Nilai bilangan iod Contoh (gram) Nilai Bilangan iod Contoh (gram)
<5 3,00 51-100 0,2
5-20 1,00 101-150 0,13
21-50 0,4 151-200 0,1

b. Ditambahkan 15 mL karbon tetrakhlorida dengan menggunakan gelas


ukur untuk melarutkan lemak.
c. Ditambahkan dengan tepat 25mL larutan wijs dengan menggunakan
pipet gondok kemudian erlenmeyer ditutup.
d. Disimpan selama 1-2 jam dalam tempat ruang gelap. Untuk contoh yang
mempunyai bilangan iod diats 50 disimpan selama 2 jam.
e. Ditambahkan 10mL larutan KI 20% dan 100mL air suling. Erlenmeyer
ditutup dengan segera kemudian dikocok dan dititrasi dengan larutan
thiosulfat 0,1 N dan larutan kanji sebagai indikator. Bilangnan iod
contoh ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

12,69 x T x (V1-V2)
Bilangan Iod =
m
T ; normalitas larutan standar natrium thiosulfat 0,1 N
V1 ; volume larutan tio 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi blanko
(mL)
V2 ; volume larutan tio 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi contoh
(mL)
m ; bobot contoh

5. Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D 874)


a. krus dipanaskan pada suhu 775C selama 10menit, kemudian didinginkan
sampai mendekati suhu kamar selajutnya ditimbang dengan ketelitian 0,1
mg.
b. Contoh yang ditimbang ditentukan bobotnya mengikuti rumus ;
c. Contoh dibakar dengan api dan dijaga agar contoh terbaka merata.
d. Contoh didinginkan pada suhu rung kemudian ditambahkan asam sulfat
dengan hati-hati beberapa tetes sampaikelihatan basah kemudian
dilanjutkan pembakaran kembali.
e. Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C dan diteruskan sampai
terjadi oksidasi sempurna.
f. Contoh didinginkan dan ditambahkan 3 tetes air dan 10 tetes asam sulfat.
Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C selama 30 menit kemudian
didinginkan sampai pada suhu ruang kemudian ditimbang dengan
ketelitian timbangan 0,1mg.
g. Pekerjaan tersebut diulangi sampai perbedaan bobot 1 mg = 0,001 gram.
h. Untuk contoh yang diprediksi mengandung abu sulfat 0,02% b/b atau
kurang maka perlu blanko.
i. Penentuan abu sulfat blanko dilakukan dengan cara penambahan 1mL
asam sulfat pada krus yang sudah diketahui bobotnya kemudian
panaskan sampai terbakar dan selanjutnya diabukan dalam furnance
775±25C selama 30 menit.
j. Kemudian dinginkan sampai dengan suhu ruang. Selanjutnya dilakukan
pekerjaan seperti diatas. Bobot abu sulfat contoh dikoreksi dengan
blanko.

Perhitungan kadar abu sulfat = (w/W x 100%)


W ; bobot contoh
w ; bobot abu sulfat

G. DATA HASIL PENGAMATAN


Sampel: Biosolar B20
Tabel data Pengamatan

Jenis Sampel
No. Jenis Pengujian
B 20 (Biosolar) B 100 (Biodiesel)
1 Bilangan Asam 1,026 2,1
2 Viskositas (Cst) kinematic biodiesel
1,5954 2,44 Cst
pada suhu 40C (ASTM D 445)
3 Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C
836,6246 869,4901
(ASTM D 1298)
4 Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998) 8,9719 27,055
5 Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D
0,26
874)

H. PERHITUNGAN
1. Analisis Bilangan Asam
a. Standarisasi larutan NaOH
gram asam oksalat = 0,1014 gram
mL titar NaOH = 18,8 mL
Normalitas NaOH =
g Asam Oksalat x 2
=
0,126 x mL NaOH

0,1014 x 2
=
0,126 x 18,8

= 0,0856 N

b. Bilangan Asam
1) mL sample = 3,5135
V sample = 1,2mL
V blanko = 0,15 mL
N NaOH = 0,0856 N

V x T x 56,1
Bilangan Asam (mg NaOH/gram minyak) =
m

((1,2 – 0,15)x 0,0856 x 40)


=
3,5135
= 1,02325

2) m = 3,1612
V sample = 1,1 mL
V blanko = 0,15 mL
Bil. Asam = V x N x 40

(1,1 – 0,15) x 0,0856 x 40)


=
3,1612
= 1,02897

1,02325 + 1,02897
Rata-rata =

2. Viskositas
d2 . t2
Viskositas = ŋ
d1 . t1

ŋ = viskositas aquadest suhu (40C)


d2 = densitas aquades suhu 40C (gr/mL)
t1 = waktu yang diperlukan untuk mengalir (detik)
d2 = densitas biodiesel suhu 40C (gr/mL)
t2 = waktu yang diperlukan untuk menalir biodiesel (detik)

d2 . t2
Viskositas = ŋ
d1 . t1

0,82888 . 57
= 0,658 .
0,983368 . 20

= 1,58

3. Massa Jenis
Kode Piknometer M0 M1 M2 Massa Jenis
1 33,9725 58,5567 54,6947 836,6246
2 33,1739 57,7541 53,8738 (Kg/m3)

4. Bilangan Iod
a. Standarisai Larutan Thiosulfat
g KIO3 = 0,1472 gram
mL titar Thio = 42,25 mL

g KIO3
Normalitas Thiosulfat =
0,03567 x mL thio

= 0,1472
0,03567 x 42,25
= 0,0977 N

b. Perhitungan
1). T ; 0,0977 N
V1 ; 21,5 mL
V2 ; 18,55 mL
m ; 0,4042 gram

12,69 x T x (V1 – V2)


Bilangan Iod =
m

12,69 x 0,0977 x (21,5 – 18,55)


=
0,4042

= 9,0486

2). T ; 0,0977 N
V1 ; 21,5 mL
V2 ; 18,6 mL
m ; 0,4082 gram
12,69 x T x (V1 – V2)
Bilangan Iod =
m

12,69 x 0,0977 x (21,5 – 18,6)


=
0,4082

= 8,8952

9,0486 + 8,8952
Rata-rata = = 8,9719
2

5. Kadar abu tersulfatkan


a. W sampel ; 0,5099 gram
W cawan ; 20,3521 gram
W cawan + abu ; 20,3534 gram
W cawan abu – W cawan
Kadar Abu Tersulfatkan = 100%
W sampel

20,3534 – 20,3521
=
0,5099

= 0,255 %

b. W sampel ; 0,5286 gram


W cawan ; 30,1677 gram
W cawan + abu ; 30,1691 gram

W cawan abu – W cawan


Kadar Abu Tersulfatkan = 100%
W sampel

30,1691 – 30,1677
=
0,5286

= 0,265 %

0,255 + 0,265
Rata-Rata = = 0,26 %
2

I. PEMBAHASAN

Pengujian bertujuan untuk menguraikan suatu kesatuan bahan menjadi unsur-


unsurnya atau untuk menentukan komposisi kesatuan bahan tersebut. Dalam memilih
prosedur yang tepat tentunya tidak lepas dari tujuan pengujian. Misalnya dalam
pengawasan proses, selayaknya dipilih prosedur pengujian yang cepat dan hemat
sehingga dapat diperoleh data dengan segera meskipun mungkin ketepatan dan
kecermatan prosedur tersebut rendah

Contoh yang dianalisis mutunya pada praktik penguian


mutu Biodiesel (Biodiesel dalam pengertian ilmiah
berarti bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel
yang dibuat dari sumber daya hayati) adalah contoh
Biosolar, Biosolar adalah biodiesel yang mengalami
penambahan solar dan tentu saja kualtasnya berada
dibawah biodiesel. Hal ini dapat dilihat dengan jelas
dari perbandingan warna antara keduanya, dimana
biosolar memiliki warna yang relatif lebih keruh
(oranye) dibandingan biosolar yang bening (kuning). Dalam melakukan pengujian ini
Contoh atau cuplikan yang diambil untuk diuji harus bersifat representatif artinya
mewakili sifat keseluruhan bahan. Yang paling ideal tentunya apabila keseluruhan
bahan diuji. Akan tetapi hal ini tidak praktis, boros dan tidak perlu.

Selama menunggu saat pengujian, kemungkinan besar contoh yang telah diambil akan
mengalami perubahan-perubahan. Oleh karena itu untuk bahan (atau komponen) yang
mudah mengalami perubahan harus diusahakan untuk segera dipengujian atau
didahulukan dari bahan lain yang lebih stabil. Perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi selama menunggu saat pengujian misalnya Perubahan kimiawi, Perubahan
biokimiawi atau enzimatis, Perubahan yang disebabkan karena adanya kontaminasi
mikrobiologis, Perubahan fisis dan Perubahan mekanis.

Namun demikian tidak selalu contoh harus diperlakukan menurut cara-cara tersebut
diatas, tergantung dari sifat bahannya sendiri. Bagi contoh yang cukup stabil, tanpa
adanya perlakuan apapun (mungkin sekedar menjaga dari kontaminasi atau
pengotoran) telah memadai, termasuk dengan sample yang diuji yaitu
biodiesel/biosolar, sample ini merupakan sample yang awet, terutama apabila tempat
pemyimpanannya berada di tempat yang aman dan jauh dari sumber kontaminasi.

Setelah mendapatkan contoh yang representatif, bahan contoh tersebut umumnya


perlu dipersiapkan sebelum diuji. Dalam hal ini untuk mencegah kontaminasi maka
pengambilan contoh biosolar tidak langsung diambil dari tempatnya kan tetapi
diambil dengan cara memindahkan sebagian isi yang diperlukn (tidak berlebihan)
kedalam wadah lainnya misalnya beaker glass untuk kemudian baru dapat diambil
sampelnya dengan menggunakan pipet Volum, pipet ukur ataupun pipet tetes.

1. Pengujian Bilangan Asam


Pada pengujian bilangan asam bertujuan untuk mengetahui nilai asam pada
sampel. Dalam pengujian ini dilakukan terlebih dahulu standarisasi terhadap
NaOH, hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai Normalitas dari NaOH yang
akan digunakan untuk penitaran (titrasi) dengan cara menimbang dengan teliti 1,1
gram asam oksalat (C2H2O42H2O) dengan BM 126 dimasukkan kedalam
erlemneyer 250mL. ditambahkan 25mL Aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3
tetes indicator PP yang berfungsi sebagai penujuk akhir titrasi, setelah itu
Ditimbang 2-5gram contoh dimasukkan kedalam erlenmeyer 250mL,
Ditambahkan 50mL etanol netral 95% gojok hingga minyak larut. Ditambahkan
3-5 tetes indikator PP dan Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna
merah muda tetap bertahan selama 15 detik. Setelah itu Dilakukan penetapan
blankonya

2. Pengujian Viskositas
Pengujian Viskositas Viskositas (Kekentalan) adalah salah satu sifat reologi yang
amat penting pada banyak produk pangan. Sifat kental penting perananya baik
dalam uji mutu dan standarisasi mutu maupun juga dalam pengendalian proses
selama pengolahan.
Dalam pengujian mutu kekentalan dapat diukur secara fisis dengan instrument
atau secara organoleptik oleh penguji mutu atau panelis. Instrument fisik yang
digunakan untu mengukur kekentalan secara umum disebut viskosimeter. Dikenal
banyak jenis viskosimeter yang sagnat spesifik untuk jenis produk pangan
tertentu.
Penetapan kekentalan larutan atau cairan digunakan viskosimeter dan ada
beberapa viskosimeter yaitu;
1. viskosimeter Oswald
2. viskosimeter stromer
3. viskosimeter PVF Brookfield
4. viskosimeter “Ubbelhde”
Dalam hal ni digunakan alat viskosimeter Oswald yang menggunakan prinsipada
kecepatan aliran bahan pada suatu pipa kapiler. Satuan dari viskosimeter ini
adalah sentipoise.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memanaskan aquadest pada suhu
40 C kemudian masukkan dalam tabung viskosimeter oswald dan catat waktu
yang diperlukan untuk mencapai tanda tera. Setelah itu panaskan sampel biosolar
pada suhu 40C dan Masukan dalam tabung viskosimeter oswald lalu Catat waktu
yang diperlukan untuk mencapai tanda tera. Baru setelah itu didapatkan nilainya
dengan cara Hitung viskositas biosolar.

Untuk produk tertentu termasuk biosolar/biodiesel kekentalan juga penting


sebagai petunjuk zat-zat tertentu. Kekentalan juga penting sebagai petunjuk untuk
menyatakan kemurnian cairan minyak biosolar. Kekentalan juga dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya kerusakan penyimpangan atau penurunan mutu pada
beberapa produk, suatu Produk jika kekentalannya menurun atau disebut menjadi
encer maka memberikan petunjuk adanya kerusakan atau penyimpangan mutu.
Lawan dari kental adalah encer yaitu sifat mudah mengalir. Mengalir adalah suatu
prosses dimana tiap-tiap partikel atau molekul dalam benda itu bergerak pada arah
yang sama. Produk dinyatakan kental apabila nilai kekentalannya tinggi,
sebaliknya jika nilai kekentalannya rendah disebut encer. Jadi pengertian kental
dan encer ditentuksn oleh nilai atau tingkat kekentalnnya.

3. Pengujian Massa Jenis


Pada pengujian ini dilakukan dengan cara mencuci dan membersihkan piknometer
dengan aquades agar tidak terkontaminasi sumber pengotor dari alat dilanjutkan
dengan etanol kemudian dikeringkan dalam oven (air akan mempengaruhi
pengujian massa jenis karena masa jenis air relatif lebih kecil dibanding sampel
bosolar). Timbang bobot piknometer kosong (m0) setelah itu Isi piknometer
dengan aquadest pada suhu 40C sampai penuh (tanda tera). Hindari terbentuknya
gelembung karena gelembung akan membuat pengujian tidak valid. Masukkan
piknometer dalam penangas air pada suhu 40C selama 30 menit. Pastikan suhu
penangas air 40C dan keringkan air dipermukaan piknometer. Lalu Timbang
piknometer berisi aquadest (m1) Kosongkan piknometer kemudian cuci dengan
Alkohol dan keringkan Isi piknometer dengan sampel biosolar suhu 40C sampai
tanda tera. Hindari terbentuknya gelembung Masukkan piknometer dalam
penangas air suhu 40C selama 30 menit, kemudian diangkat dan dibersihkan
permukaannya dengan kertas tissue. Dan meimbang pada neraca analitik (m2)
baru setelah itu ditentukan massa jenisnya.

4. Bilangan Iod
Penentuan bilangan iod dilakukan dengan cara menambahkan dengan tepat 25mL
larutan wijs dengan menggunakan pipet gondok kemudian erlenmeyer ditutup.
Erlenmeyer tersebut Disimpan selama 1-2 jam dalam tempat ruang gelap. Untuk
contoh yang mempunyai bilangan iod diatas 50 disimpan selama 2 jam. Setelah
itu ditambahkan 10mL larutan KI 20% dan 100mL air suling. Erlenmeyer ditutup
dengan segera kemudian dikocok dan dititrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N dan
larutan kanji sebagai indikator. Setelah itu Bilangan iod contoh ditentukan dengan
rumus yang ditentukan sesuai prosedur. Setelah itu dilakukan Penambahan larutan
iodium monoklorida dalam campuran asam asetat dan karbontetrakhlorida
kedalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan penetapan halogen
yang dibebaskan dengan penambahan kalium iodide (KI). Banyaknya iod yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dan indikator kanji.
Ditambahkan 15 mL karbon tetrakhlorida dengan menggunakan gelas ukur untuk
melarutkan lemak.

5. Kada Abu Tersulfatkan


Kadar abu tersulfatkan merupakan pengujian yang menujukan bahwa sample
kotor atau tidak yang terlarut dalam sulfat. Pengujian ini dilakukan dengan cara
pada krus dipanaskan pada suhu 775C selama 10menit, kemudian didinginkan
sampai mendekati suhu kamar selajutnya ditimbang dengan ketelitian 0,1 mg.
Contoh biosolar yang ditimbang ditentukan bobotnya mengikuti rumus yang yang
telah ditentukan sesuai prosedur. Contoh dibakar dengan api dan dijaga agar
contoh terbakar merata bila tidak terbakar mrata maka pembakaran tidak akan
sempurna. Contoh biosolar didinginkan pada suhu ruang kemudian ditambahkan
asam sulfat dengan hati-hati beberapa tetes sampai kelihatan basah kemudian
dilanjutkan pembakaran kembali. Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C
untuk mendapatkan abunya sehingga diteruskan sampai terjadi oksidasi sempurna.
Contoh biosolar yang menjadi abu didinginkan dan ditambahkan 3 tetes air dan 10
tetes asam sulfat. Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C selama 30 menit
kemudian didinginkan sampai pada suhu ruang kemudian ditimbang dengan
ketelitian timbangan 0,1mg. Pekerjaan tersebut diulangi sampai perbedaan bobot 1
mg = 0,001 gram. Untuk contoh yang diprediksi mengandung abu sulfat 0,02%
b/b atau kurang maka perlu blanko. Penentuan abu sulfat blanko dilakukan dengan
cara penambahan 1mL asam sulfat pada krus yang sudah diketahui bobotnya
kemudian panaskan sampai terbakar dan selanjutnya diabukan dalam furnance
775±25C selama 30 menit. Kemudian dinginkan sampai dengan suhu ruang.
Selanjutnya dilakukan pekerjaan seperti diatas. Bobot abu sulfat contoh dikoreksi
dengan blanko yang dibuat.

Jenis Sampel
No. Jenis Pengujian
B 20 (Biosolar)
1 Bilangan Asam 1,026
2 Viskositas (Cst) kinematic biodiesel
1,5954
pada suhu 40C (ASTM D 445)
3 Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C
836,6246
(ASTM D 1298)
4 Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998) 8,9719
5 Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D
0,26
874)

Dari data dapat dibandingkan dengan syarat mutu SNI Biodisel yaitu pada bilangan
asam pada sampel memiliki nilai 1,026 mg/KOH/g, viskositas 1,5954 cSt, Massa
Jenis 836,6246 kg/m3 , Bilangan Iod 8,9719 %, dan kadar Abu tersulfatkan 0,26 %.
Keseluruhan nilai ini dibandingkan dengan persyaratan mutu SNI (Standar
Nasional Indonesia merupakan standar mutu yang diterapkan di Indonesia) yang
berlaku di Indonesia, berikut inia dalah daftar persyaratan mutu bagi biodiesel

Persyaratan Mutu
Syarat mutu biodiesel ester alkil menurut SNI 04-7182-2006.
Parameter Satuan Nilai
1. Massa jenis pada 40C kg/m3 850 – 890
2. Viskositas kinematik pada 40C mm2/s (cSt) 2,3 – 6,0
3. Angka setana Min 51
4. TiTitik nyala (mangkok tertutup) C Min 100
5. TiTitik kabut C Min 18
6. Korosi lempeng tembaga (3 jam Maks no 3
pada 50C)
7. Residu karbon %-massa
Parameter Satuan Nilai
 Dalam contoh asli, atau Maks 0,05
 Dalam 10% ampas distilasi Maks 0,30
8. Air dan sedimen %-vol Maks 0,05*
9. Temperatur distilasi 90% C Maks 360
10. Abu tersulfatkan %-massa Maks 0,02
11. Belerang ppm-m Maks 100
(mg/kg)
12. Fosfor ppm-m Maks 10
(mg/kg)
13. Angka asam mg-NaOH/g Maks 0,8
14. Gliserol bebas %-massa Maks 0,02
15. Gliserol total %-massa Maks 0,24
16. Kadar ester alkil %-massa Min 96,5
17. Angka iodium %-massa Maks 0,02
18. Uji Halphen Negatif

Setelah dibandingkan maka dapat diketahui bahwa sample Biosolar B20 yang
dianalisis beberapa parameter tersebut belum memenuhi persyaratan mutu untuk
biodiesel. Hal ini mungkijn dikarenakan sample yang diuji merupakan sample
niodiesel yang ditambahkan solar sehingga kualitasnya kurang susuai dengan
persyatan mutu yang ditentukan

Berdasarkan sifat-sifat bahan atau komponen bahan yang spesifik, meskipun suatu
bahan mungkin bersifat sangat spesifik (khusus) terhadap suatu perlakuan tertentu,
namun bahan tersebut pada umumnya masih akan terpengaruh dan berperilaku
lain terhadap perlakuan yang lain. Dengan demikian untuk penentuan suatu bahan
tertentu yang bagaimana spesifiknya-pun masih dapat ditempuh beberapa
prosedur. Dan karena setiap prosedur pengujian memiliki kekhasan tertentu
beserta kelemahan dan kekuatannya sendiri-sendiri maka demi untuk
keseragaman (konsistensi) maka untuk keperluan tertentu harus dipilih satu
prosedur yang sama. Dalam laporan, cara pengujian yang dipakai dicantumkan
atau bahkan disertakan prosedur kerjanya.

Dari referensi prosedur pengujian yang ideal sebaiknya memenuhi syarat-syarat


penting berikut ini: sahih, tepat, cermat, cepat, hemat, selamat, dapat diulang,
khusus, andal dan mantap.

1. Prosedur pengujian yang ideal harus sahih (valid) untuk mengukur besaran
tertentu. Prosedur pengujian tersebut sahih apabila dalam perancangannya
didasari oleh dasar-dasar ilmiah yang menurut logika sesuai untuk pengukuran
yang dimaksud oleh prosedur.

2. Prosedur pengujian harus memiliki nilai ketepatan yang tinggi. Ketepatan


(akurasi) menunjukkan tingkat kebenaran angka-angka yang dihasilkan oleh
prosedur tersebut. Ketepatan suatu prosedur dapat juga diartikan bahwa
tingkat kesalahannya sekecil mungkin.

3. Prosedur pengujian yang baik juga memiliki nilai kecermatan yang tinggi.
Kecermatan (presisi) ini berhubungan dengan daya ukur suatu cara pengujian.

4. Sebaiknya suatu prosedur juga cepat, artinya dapat menghasilkan suatu angka
akhir dalam waktu yang pendek atau relatif hemat dalam penggunaan waktu.

5. Prosedur juga sebaiknya hemat, tanpa harus menggunakan bahan, alat, biaya
atau keterampilan yang rumit, sulit dan mahal untuk mendapatkannya.

6. Suatu prosedur juga sebaiknya memiliki tingkat keselamatan yang tinggi


sehingga tidak menyebabkan cedera atau gangguan kesehatan bagi
pelaksananya, baik dalam waktu pendek maupun dalam waktu jangka panjang.

7. Prosedur pengujian seharusnya memiliki nilai keterulangan (reprodusibilitas),


yaitu cara pengujian tersebut harus dapat dipakai untuk menentukan satu hal
yang sama berulang-ulang dengan hasil yang secara statistik tidak berbeda.

8. Memiliki sifat khusus (spesifik), artinya prosedur tersebut khusus berlaku


untuk pengukuran hal yang lain.

9. Dapat diandalkan (reliabilitas) sehingga prosedur tersebut dapat dilaksanakan


dalam kondisi yang tidak terlalu menuntut kondisi yang sangat tepat.

10. Prosedur sebaiknya juga mantap (stabil) sehingga dapat dilaksanakan dalam
tahapan waktu yang wajar (cukup santai) sehingga tidak harus dituntut tahapan
waktu yang eksak dan kalau keadaan memaksa, penyelenggaraan prosedur
tersebut dapat dilanjutkan pada waktu lain (ditunda).

Persyaratan prosedur tersebut di atas apabila dipenuhi semua akan menghasilkan


suatu prosedur pengujian yang dapat dikatakan sempurna. Namun demikian jarang
sekali ada prosedur yang sempurna. Semua prosedur tertentu yang memang sulit
dirancang, karena sifat bahan yang akan dipengujian memang tidak
memungkinkan, dapat hanya mampu memenuhi beberapa persyaratan di atas.
Prosedur tersebut terpaksa diterima dan dipergunakan karena tidak ada pilihan
lain. Namun demikian, syarat pertama yaitu kesahihan atau validitas harus tetap
terpenuhi.

J. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis terhadap Sampel biosolar dengan parameter tertentu
didapat data yang akan dibandingkan dengan syarat mutu SNI Biodisel SNI 04-
7182-2006. yaitu bilangan asam pada sampel memiliki nilai 1,026 mg/KOH/g,
viskositas 1,5954 cSt, Massa Jenis 836,6246 kg/m 3 , Bilangan Iod 8,9719 %, dan
kadar Abu tersulfatkan 0,26 %. Setelah dibandingakan maka disimpukan bahwa
sample biodiesel yang dianalisis memiliki mutu yang tidak sesuai demngan
persyaratan mutu yang berlaku, sehingga kualitasnya dikatakan kurang baik. Hal
tersebut dapat dikarenakan kontaminasi tinggi pada sample, prosedur pengujian
yang belum sempurna, penguji yang kurang kompeten ataupun dapat disebabkan
karena sample telah mengalami penambahan solar.

K. DAFTAR PUSTAKA

Sahirman. Modul PJJ Pengujian Mutu 1. 2008 . Diploma IV PPPPTK


VEDCA Cianjur.

SNI 04-7182-2006 : Biodiesel


http:// id.wikipedia.org/wiki/biodiesel

Anda mungkin juga menyukai