Anda di halaman 1dari 48

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2018

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas


(Free Fatty Acid) dan Bilangan Iodin
(Iodine Value) pada CPO (Crude Palm
Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
di PT. Sucofindo Medan

Gurning, Rani Febrina


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7972
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID)
DAN BILANGAN IODIN (IODINE VALUE) PADA CPO (CRUDE
PALM OIL) DAN CPKO (CRUDE PALM KERNEL OIL) DI
PT. SUCOFINDO MEDAN

TUGAS AKHIR

RANI FEBRINA GURNING


152401043

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID)
DAN BILANGAN IODIN (IODINE VALUE) PADA CPO (CRUDE
PALM OIL) DAN CPKO (CRUDE PALM KERNEL OIL) DI
PT. SUCOFINDO MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh


gelar Ahli Madya

RANI FEBRINA GURNING


152401043

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID )


DAN BILANGAN IODIN (IODINE VALUE) PADA CPO (CRUDE
PALM OIL) DAN CPKO (CRUDE PALM KERNEL OIL) DI
PT. SUCOFINDO MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 2018

RANI FEBRINA GURNING


152401043

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free


Fatty Acid) Dan Bilangan Iodin (Iodine Value)
Pada CPO(Crude Palm Oil) Dan CPKO(Crude
Palm Kernel Oil) Di PT.SUCOFINDO Medan
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Rani Febrina Gurning
Nomor Induk Mahasiswa : 152401043
Program Studi : Diploma 3 Kimia
Fakultas : MIPA - Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, juli 2018

Ketua Program Studi D3 Kimia Pembimbing,


FMIPA USU

Dr. Minto Supeno,M.S Dr. Adil Ginting,M.Sc


NIP. 196105091987031002 NIP 195307041980031002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID )
DAN BILANGAN IODIN (IODINE VALUE) PADA CPO (CRUDE
PALM OIL) DAN CPKO (CRUDE PALM KERNEL OIL) DI
PT. SUCOFINDO MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan penentuan Kadar Asam Lemak bebas dan


Bilangan Iodin pada CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil) di
PT. SUCOFINDO Medan yang dimana penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free
Fatty Acid) dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa dengan NaOH
0,2 N sebagai titran dan pada penentuan Bilangan Iodin (Iodine Value) dilakukan
dengan metode titrasi iodometri dengan menggunakan Larutan Standar Natrium
ThioSulfat (Na 2 S 2 O 3 ) 0,1N dengan penambahan indikator larutan pati. Dalam hasil
analisa yang diperoleh pada Kadar Asam Lemak Bebas untuk CPO(R23) = 4,16%,
CPO(R24) = 4,15%, CPKO(R25) = 2,73% dan CPKO(R26) = 2,72%. Dalam hasil
analisa yang diperoleh pada Bilangan Iodin untuk CPO(R23) = 53,48 meq,
CPO(R24) = 53,46 meq, CPKO(R25) = 17,97 meq dan CPKO(R26) = 17,96 meq.
Maka dari hasil tersebut diketahui bahwa Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan
Iodin dari CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil)telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kata Kunci : Bilangan Iodin (Iodine Value), CPO (Crude Palm Oil), CPKO
(Crude Palm Kernel Oil) dan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty
Acid)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DETERMINATION OF FREE FATTY ACID CONTENT AND IODINE
NUMBER ON CPO AND CPKO AT PT.SUCOFINDO MEDAN

ABSTRACT

An experiment was conducted on the determination of Free Fatty Acid


content and Iodine Number on CPO (Crude Palm Oil) and CPKO (Crude Palm
Kernel Oil) at PT.SUCOFINDO Medan where the determination of Free Fatty Acid
content was done by using acid base titration with NaOH 0,2N as titrant and on the
determination of the Iodine Number was carried out by titration method of iodometry
by using standard solution of Sodium Thiosulfate (Na 2 S 2 O 3 ) 0,1N with the addition
of indicator of starch solution. In the analysis results obtained at Free Fatty Acid
levels for CPO(R23) = 4,16%, CPO(R24) = 4,15%, CPKO(R25) = 2,73% and
CPKO(R26) = 2,72%. In the analysis results obtained at Iodine Number levels for
CPO(R23) = 53,48 meq, CPO(R25) = 53,46 meq, CPKO(R29) = 17,97 meq and
CPKO(R26) = 17,96 meq. Then from the result it is known that the Free Fatty Acid
content and Iodine Number from CPO (Crude Palm Oil) and CPKO (Crude Palm
Kernel Oil) has met Indonesian National Standards (SNI).

Keywords : Crude Palm Oil, Crude Palm Kernel Oil, Free Fatty Acid And
Iodine Value

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha pemurah dan
maha penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan tugas akhir ini dengan judul“PENENTUAN KADAR ASAM
LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID ) DAN BILANGAN IODIN (IODINE
VALUE) PADA CPO (CRUDE PALM OIL) DAN CPKO (CRUDE PALM
KERNEL OIL) DI PT. SUCOFINDO MEDAN”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Adil Ginting,M.Sc selaku


pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini.
Terima kasih kepada Bapak Dr. Minto Supeno,M.S Selaku Ketua Program Studi D3
Kimia FMIPA USU Medan dan Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu,M.Si Selaku Sekretaris
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Medan, Dekan dan Wakil Dekan FMIPA
USU, Seluruh Staf dan Dosen Program Studi FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU
dan rekan – rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak Saudin Gurning
dan Ibu Sarlina Leriana Panjaitan dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan
dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas
akhir ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membangun hingga selesainya tugas akhir ini.

Medan, 2018
Penulis,

Rani Febrina Gurning

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i


ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR SINGKATAN ix
DAFTAR GAMBAR x

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Sejarah Kelapa Sawit 4


2.2 Perkembangan Kelapa Sawit Di Indonesia 4
2.3 Tanaman Kelapa Sawit 5
2.4 Klasifikasi Kelapa Sawit 6
2.5 Varietas Kelapa Sawit 6
2.6 Pengolahan Hasil Kelapa Sawit menjadi CPO dan CPKO 8
2.7 Standard Mutu CPO dan CPKO 11
2.8 Asam Lemak Bebas 12
2.9 Bilangan Iodin 13

Bab 3 Metode Penelitian

3.1 Alat dan Bahan 18


3.1.1 Alat 18
3.1.2 Bahan 18
3.2 Prosedur kerja 19
3.2.1 Penentuan kadar asam lemak bebas pada CPO 19
3.2.2 Penentuan bilangan iodin pada CPO 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

4.1 Data Percobaan 20


4.2 Perhitungan 21
4.3 Pembahasan 24
Bab 5 Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan 26
5.2 Saran 26

Daftar Pustaka 27
Lampiran 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Standar Mutu Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit 11


Tabel 2 Data Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Pada Crude Palm Oil 20
(CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
Tabel 3 Data Analisa Bilangan Iodin Pada Crude Palm Oil(CPO) 20
dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Spesifikasi Crude Palm Oil (CPO) 29


Lampiran 2. Spesifikasi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) 29
Lampiran 3. Gambar Penentuan Bilangan Iodin 31
Lampiran 4. Gambar Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

CPO Crude Palm Oil


CPKO Crude Palm Kernel Oil
SNI Standard Nasional Indonesia
TBS Tandan Buah Segar
PKO Palm Kernel Oil
FFA Free Fatty Acid
IV Iodine Value

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Penentuan Bilangan Iodin 31
Gambar 2 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari Benua Afrika.
Kelapa sawit banyak dijumpai di hutan hujan tropis Negara Kamerun, Pantai Gading,
Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, Dan Kongo. Penduduk
setempat menggunakan kelapa sawit untuk memasak dan bahan untuk kecantikan.
Selain itu buah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak nabati. Warna dan
rasa minyak yang dihasilkan sangat bervariasi.

Minyak kelapa sawit mengandung karatenoid yang cukup tinggi. Karatenoid


merupakan pigmen yang menghasilkan warna merah. Selain itu, terdapat kompenen
utama yaitu asam lemak tak jenuh palmitat yang menyebabkan minyak bertekstur
kental – semi padat dan menjadi lemak padat di daerah beriklim sedang. Minyak
kelapa sawit merupakan bahan baku yang penting untuk berbagai masakan
tradisional di Afrika Barat. Mulai abad ke – 14 hingga ke – 17, buah sawit dibawa
dari Afrika ke Amerika. Penyebarannya mencapai Amerika bagian timur.

Kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati memegang peranan


penting bagi perekonomian Negara. Penanaman kelapa sawit umumnya dilakukan di
Negara dengan beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi (minimum 1.600
mm/tahun). Perkembangan industry kelapa sawit di Negara beriklim tropis di dorong
oleh potensi produktivitas yang sangat tinggi. Pasalnya, kelapa sawit memberi hasil
tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya. Selain itu,
hasil panen kelapa sawit ternyata menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak
kelapa sawit dan minyak sawit kernel (inti). Kedua jenis minyak tersebut sangat
diminati oleh pasar global. (Lubis R E, 2011).

Asam lemak bebas adalah asam organik yang terdapat sebagai ester
trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini
adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang. Rantai karbon yang
jenuh ialah rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam
lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak tidak jenuh dapat
mengandung satu ikatan rangkap atau lebih. Asam oleat mengandung satu ikatan
rangkap. Adanya ikatan rangkap ini yang memungkinkan terjadinya isomer cis –
trans. Asam linoleat mempunyai dua ikatan rangkap, sedangkan asam linoleat
mempunyai tiga ikatan rangkap. (Poejiadi A, 1994)

Salah satu standart mutu minyak goreng adalah bilangan iodin yang dapat
menyatakan derajat ketidakjenuhan minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan
untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering.
Biasanya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau
ikatan tidak jenuh. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan
mengikat iod dalam jumlah yang besar. Bila bilangan iod semakin tinggi maka
kualitas dari suatu minyak goreng semakin bagus. Akan tetapi bila bilangan iodin
tinggi atau banyak ikatan tidak jenuh maka akan mudah teroksidasi sehingga minyak
menjadi tengik dan menurun daya simpannya (Ketaren,S. 1986).

Berawal dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk memilih


judul untuk karya ilmiah penulis, yang penulis beri judul: “PENENTUAN
KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID ) DAN BILANGAN
IODIN (IODINE VALUE) PADA CPO (CRUDE PALM OIL) DAN CPKO
(CRUDE PALM KERNEL OIL) DI PT. SUCOFINDO MEDAN.”

1.2. Permasalahan

Apakah kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan Bilangan Iodin
(Iodine Value) pada minyak CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm
Kernel Oil) yang dilakukan di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO sudah
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menentukan kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan Bilangan
Iodin (Iodine Value) pada minyak CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm
Kernel Oil), Sehingga dapat digunakan dengan baik sesuai dengan standar mutu dari
minyak sawit yang telah ditetapkan SNI.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan
Bilangan Iodin (Iodine Value) pada minyak CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO
(Crude Palm Kernel Oil) yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak
tersebut sudah memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat
melakukan penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu minyak tersebut.
Dapat mengetahui tingkat ketidakjenuhan dari minyak CPO (Crude Palm Oil) dan
minyak (Crude Palm Kernel Oil).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeisguineensis jack)berasal dari Nigeria, Afrika


Barat. Namun, ada sebagian pendapat yang justru menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Serikat yaitu Brazil. Hal ini karena lebih banyak ditemukan
spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan di Afrika. Pada kenyataannya
tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi
per hektar yang lebih tinggi.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi


pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan
devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit,
bahkan saat ini telah menempati posisi kedua di dunia. Indonesia adalah Negara
dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 34,18% dari luas areal
kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun 2004
– 2008 tercatat sebesar 75,54 juta ton Tandan Buah Segar (TBS) atau 40,26% dari
total produksi kelapa sawit. (Fauzi Y, 2012).

2.2 Perkembangan Kelapa Sawit Di Indonesia


Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataanya mampu
hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik
(perkebunannya dapat ditemukan antara lain di sumatera utara dan D.I. Aceh) dan
produk olahannya – minyak sawit – menjadi salah satu komoditas perkebunan yang
handal. Tentang minyak sawit ini, mereka yang berkompeten dan tahu persis ikhwal
minyak sawit Indonesia, punya jawaban yang kiranya dapat dipercaya: pangsa
pasarnya di dalam negeri besar dan pasaran ekspornya senantiasa terbuka. Konsumsi
minyak sawit dunia yang amat besar tidak mungkin terpenuhi oleh Malaysia, Nigeria
dan pantai gading – sebagai produsen utama. Beberapa pengkaji social – ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


komoditas perkebunan bahkan menyatakan optimism lain: keragaman kegunaan
minyak sawit – sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan memungkinkan
prospeknya lebih cerah dibandingkan dengan kopi dan karet olahan. Menurut laporan
biro pusat statistik, 1990, diantara ketiganya, karet olahan masih memberikan
sumbangsih perolehan ekspor yang terbanyak, 892,2 juta US Dollar, diikuti oleh kopi
369,2 juta US Dollar, dan minyak sawit 203,5 juta US Dollar.

Dengan mencermati hal – hal yang dipaparkan di atas, maka yakinlah bahwa
pemerintah tidaklah percuma memilih kelapa sawit sebagai salah satu komoditas
perkebunan yang, mendapatkan prioritas untuk pengembangan penamaannya.

Untuk mencapai semuanya di atas, kelapa sawit harus melewati rentang


waktu yang cukup panjang. Didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan baru
dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan – pada tahun 1911. Jadi
kelahiran perkebunannya membutuhkan waktu sekitar 63 tahun. (Tim Penulis, 1997)

2.3 Tanaman Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga
saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil
minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan
lain – lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit


memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolestrol dan dapat
diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk
kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, Vanaspati, lemak dan lain – lain),
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM,
dan lain lain.

Secara umum terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak kelapa
sawit yang berasal dari daging buah (sabut) dan minyak kelapa sawit yang berasal
dari ekstrak inti buah (kernel). Hasil ekstraksi daging buah disebut minyak mentah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan hasil ekstraksi inti buah disebut minyak
kernel atau KPO (Kernel Palm Oil). (Hadi M M, 2004)

2.4 Klasifikasi Kelapa Sawit


Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini
dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.
Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. giuneensis jacq
2. E. oleifera (H.B.K.) cortes
3. E. odora
(Pahan I, 2006)

2.5 Varietas Kelapa Sawit


Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas –
varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah; atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas – varietas tersebut, ternyata dikenal
juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain
mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

Bedasarkan ketebalan tempurungnya dan daging buah, dikenal lima varietas


kelapa sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran
sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


persentase daging buah terhadap buah bervariasi 35 – 50%. Kernel
(daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi
daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup
tinggi. Jenis pesifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan
dengan jenis yang lain.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya,
yaitu dura dan pisifera. Varietas ini lah yang banyak ditanam di
perkebunan – perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis,
ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut
di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi. Antara 60
– 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada
dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya
tipis sekali.
5. Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging
buah. Diwikka – wakka dapat dibedakan menjadi diwikka –
wakkapisifera dan diwikka – wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit
yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di
Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan
perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.
Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22
– 24%, sedangkan pada varietas dura antara 16 – 18%. Jenis kelapa sawit
yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinngi
sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak
mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit
dari varietas tenera.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya.
Varietas – varietas tersebut adalah
1. Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu mudan dan berubah
menjadi jingga kehitam – hitaman pada waktu masak. Varietas ini
banyak ditanam diperkebunan.
2. Virescens
Pada waktu mudah buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna
buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap
kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai dilapangan.
3. Albescens
Pada waktu muda buah berwarna keputih – putihan. Sedangkan
setelah masak menjadi kekuning – kuningan dan ujungnya berwarna
ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang dijumpai. (Tim Penulis, 1997)

2.6 Pengolahan Hasil Kelapa Sawit menjadi CPO dan CPKO


Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang
berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control
yang cermat, dimulai dari pengolahan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik
sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya.
Pada dasarnya ada dau macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik,
yaitu :
- Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah
- Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit

Tahap – tahap pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak


1. Pengolahan TBS ke pabrik
Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik kelapa
sawit untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka
kandungan ALB-nya samkin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut
maksimal 8 jam setelah pemanenan, TBS harus segera diolah. Asam lemak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung
didalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak
dan gliserol.

2. Perebusan TBS
Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau
tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya besarnya tekanan
uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu 125°C. Perebusan
yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel.
Sebaliknya perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan
semakin banyak buah ynag tidak rontok dari tandannya. Tujuan perebusan
adalah
- Menurunkan enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB.
- Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang.
- Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses
pemerasan, serta
- Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga
memudahkan pemisahan minyak.

3. Perontokan dan pelumatan buah


Setelah peerebusan lori – lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat
dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dan diangkat dengan alat
Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan
membalikkan TBS kea atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher,
buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester) untuk lebih
memudahkan penghancuran daging buah. Dan pelepasan biji, selama proses
pelumatan TBS dipanasi (diuapi).

4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit


Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilakukan
pengadukan selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji
sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat
yang digunakan dalam ekstraksi minyak, yaitu :
- Ekstraksi dengan sentrifugasi
- Ekstraksi dengan cara srew press
- Ekstraksi dengan bahan pelarut
- Ekstraksi dengan tekanan hidrolis

5. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit


Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar
tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar
kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan
setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan
dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Proses penjernihan
dilakukan untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak sawit
ini dapat ditampung dalam tangki penampungan dan siap dipasarkan atau
mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni
(Processed Palm Oil, PPO) dan hasil olahan lainnya. Sedangkan sisa olahan
yang berupa lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan proses daur ulang
untuk diambil minyak sawitnya.

6. Pengeringan dan pemecahan biji


Biji sawit yang telah dipisahkan pada proses pengadukan, dioalh lebih lanjut
untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji – biji sawit dikeringkan
dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50°C.
akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga
memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji – biji sawit yang
sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.

7. Pemisahan inti sawit dari tempurung


Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus
segera dikeringkan dengan suhu 80°C. Setelah kering, inti sawit dapat
dipakai atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Hasil samping pengolahan
minyak yang dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sedangkan tempurung dapat
digunakan sebagai bahan bakar, sebagai pengeras jalan, atau dibuat arang
dalam industri pabrik bahan aktif. (Tim Penulis, 1997)

2.7 Standar Mutu CPO dan CPKO


Didalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan
menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar – benar
murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti
yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, antara lain titik
lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua yaitu mutu
minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat
mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi
kadar asam lemak bebas (ALB, FFA), air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit
dalam arti yang kedua lebih penting. (Tim Penulis, 1997)
Tabel 1. Standar mutu minyak sawit dan minyak inti sawit
Karakteristik Minyak Minyak Keterangan
Sawit Inti Sawit
Asam Lemak Bebas 5% 3,5% Maksimal
Kadar Kotoran 0,5% 0,02% Maksimal
Kadar Zat Menguap 0,5% 0,2% Maksimal
Bilangan Peroksida 6 meq 2,2 meq Maksimal
Bilangan Iodine 44 – 58 10,5 – 18,5 -
mg/gr mg/gr
Kadar Logam (Fe, Cu) 10 ppm - -

Lovibond 3–4R - -

Kadar Minyak - - Maksimal


Kontaminasi - - Maksimal
Kadar Pecah - - Maksimal
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1989

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Minyak sawit berwarna merah jingga karena mengandung karotena. Minyak
sawit yang bermutu baik adalah yang mudah dipucatkan, karena pada
penggunaannya konsumen menghendaki warna yang sepucat mungkin agar tidak
mempengaruhi warna makanan yang terbuat dari atau memakai minyak sawit. Daya
pemucatan akan rendah jika minyak telah teroksidasi atau terhidrolisis terlalu jauh.

Minyak kelapa sawit dapat dipucatkan dengan penyerapan zat warnanya oleh
tanah pemucat pada suhu rendah sampai 100°C. tetapi karotena adalah termolabil,
terutama dalam keadaan hampa udara. Karena itu minyak sawit dapat juga
dipucatkan pada suhu tinggi (sekitar 250°C). Tetapi pada suhu tinggi tersebut dapat
terbentuk persenyawaan antara rantai asam lemak yang teroksidasi dengan karotena
yang tidak mudah diadsorbsi oleh tanah pemucat, sehingga akan menyebabkan sisa
warna setelah pemucatan menjadi lebih banyak. Dengan demikian untuk
memperoleh minyak sawit dengan daya pucat yang tinggi oksidasi harus ditekan
serendah – rendahnya.

Dari uraian diatas jelas bahwa minyak sawit yang bermutu baik adalah yang
kadar ALB rendah dan mempunyai daya pemucatan yang tinggi, sedangkan pada
penyimpanan, baik kadar ALB maupun daya pemucatan tersebut hendaklah dapat
dipertahankan cukup lama tanpa banyak berubah. (Mangoensoekarjo, 2008)

2.8 Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang ikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Untuk itulah dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak
bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai
tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada
minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini
akan dipercepat dengan adanya faktor – faktor panas, air, keasaman, dan katalis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB
yang terbentuk.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang


relative tinggi dalam minyak sawit antara lain :
- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,
- Keterlambatan dalam pengumpalan dan pengangkutan buah,
- Penumpukan buah yang terlalu lama, dan
- Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik. (Tim Penulis,1997)

Dalam perhitungan kadar asam lemak bebas minyak sawit dianggap sebagai
asam palmitat (berat molekul 256). Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase
yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler
terganggu. Enzim yang berada di dalam jaringan daging buah tidak aktif karena
terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak
yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif dibawah 15°C dan non aktif
dengan temperatur di atas 50°C. apabila trigliserida bereaksi dengan air maka
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. (Sumarna, 2014)

2.9 Bilangan Iodin

Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi
dengan iodin atau senyawa iodin. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang
tinggi akan mengikat iodin dalam jumlah yang lebih besar.

Bilangan iodin di tetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau


lemak (0,1 sampai 0,5 gr) dalam kloroform atau karbon tetra klorida. Kemudian
ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat yang gelap
dengan periode waktu yang dikontrol, kelebihan dari iodin yang tidak bereaksi
diukur dengan jalan menitrasi larutan-larutan campuran tadi dengan natrium
tiosulfat. Reaksi dari ion yang berlebihan tersebut adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 Na 2 S 2 O 3 + I 2 2 NaI + Na 2 S 4 O 6

Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator
amilum.Bilangan iodin dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau
lemak dan juga dapat digunakan menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak
bukan pengering. Minyak mengering mempunyai bilangan iodin yang lebih dari 130.
Minyak yang mempunyai bilangan iodin 100 sampai 130 bersifat setengah
mengering.

Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iodin dan membentuk senyawa jenuh. Besarnya jumlah iodin yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.Bilangan iodin
dinyatakan sebagai jumlah gram iodin yang diserap oleh 100gr lemak/minyak.

Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung
pada macam halogen dan struktur dari asam lemak. Dalam urutan iod > brom > flour
> klor, menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin bertambah.
Penentuan bilangan iodin biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann, dan Wijs
dan perhitungan bilangan iodin dari masing-masing cara tersebut adalah sama.
Semua cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi dimana pereaksi halogen berlebihan
ditambahkan pada contoh yang diuji. Stelah reaksi sempurna kelebihan reaksi
ditentukan jumlahnya dengan titrasi (Ketaren S, 1986).

Bilangan iodin berbanding langsung dengan derajat ketidakjenuhan.Bilangan


iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga berguna
sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang tinggi biasanya
berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan
.selama pemprosesan minyak dan lemak, sebagai derajat pertambahan hydrogenasi,
bilangan Iodin berkurang. (Lawson H.W,1985)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


A. Cara Hanus
Pembuatan Pereaksi Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam larutan asam
asetat glasial (Larutan Hanus). Untuk membuat larutan ini, 20 gram iodium bromide
dilakukan dalam 1000 ml alcohol murni yang bebas dari asam asetat. Jumlah contoh
yang ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu sekitar 0,5
gram untuk lemak, 0,25 gram
untuk minyak,dan 0,1 sampai 0,2 gram untuk minyak dengan derajat
ketidakjenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 ml pereaksi harus ada kelebihan
pereaksi sekitar 60 persen.

Prosedur :

Contoh minyak atau lemak dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 200 dan
300 ml yang bertutup. Kemudian, dilarutkan dengan 10 ml Kloroform atau karbon
tetraklorida, dan ditambahkan 25 ml pereaksi. Reaksi dibiarkan selama 1 jam di
tempat yang gelap. Sebagian iodium (I 2 ) akan dibebaskan dari larutan (larutan KI
yang digunakan adalah KI 10 persen atau 10 ml larutan KI 15 persen). Iod yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium thiosulfate 0,1 N dengan indikator
larutan pati. Titrasi untuk blanko dilakukan dengan cara yang sama.

B. Cara Kaufmann dan Von Hubl

Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yang terdiri dari campuran 5,2
ml larutan brom murni didalam 1000 ml methanol dan dijenuhkan dengan natrium
bromide. Contoh yang telah ditimbang dilarutkan dalam 10 ml kloroform kemudian
ditambahkan 25 ml pereaksi. Di dalam pereaksi ini, natrium bromide akan
mengendap. Reaksi dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi dengan
larutan natrium thiosulfat 0,1 N dengan indikator larutan pati. Blanko dikerjakan
dengan cara yang sama.

Pada cara Von Hubl dugunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 gram iod
di dalam 500 ml etanol dan larutan 30 gram merkuri klorida di dalam 500 ml etanol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kedua larutan ini baru dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh
berumur lebih dari 48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil
dibandingkan dengan cara-cara lainnya, sehingga membutuhkan waktu reaksi selama
12 sampai 14 jam.

C. Cara Wijs
Pembuatan Larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 gram iod monoklorida dalam 1000
ml asam asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu
dengan melarutkan 13 gram iod dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian
dialirkan gas klor sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah
gas klor yang dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar, dan
bersifat tidak tahan lama: Larutan ini sangat peka terhadap cahaya, panas, dan udara,
sehigga harus disimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
Prosedur:
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1 - 0,5 gram di
dalam Erlenmeyer 500 ml yang bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml karbon
tetraklorida sebagai pelarut. Ditambahkan 25 ml larutan wijs dengan pipet, dengan
kelebihan volume pereaksi sekitar 50-60 persen. Dengan cara yang sama dibuat juga
larutan blanko. Erlenmeyer disimpan di tempat gelap pada suhu 25º ± 5ºC selama 30
menit. Akhirnya ditambahkan 20 ml larutan kalium iodide 15 persen dan 100 ml air.
Kemudian, botol ditutup serta dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan
larutan natrium thiosulfat 0,1N dengan menggunakan indikator larutan pati.
(Ketaren S,1986)
a. Titrasi Iodometri

Titrasi Iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I 2
yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat
agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai
akhirnya lenyap. Namun lebih mudah dan lebih jelas bila ditambahkan amilum ke
dalam larutan sebagai indikator.Amilum dengan I 2 membentuk suatu kompleks
berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I 2 sedikit sekali.Pada titik akhir
titrasi, iod yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan
amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah
tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning-muda). Maksudnya ialah
agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal
itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir titrasi tidak
kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan
amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir.
(Harjadi, 1993).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Erlenmeyer 250 mL
b. Buret 25 mL
c. Neracaanalitik digital
d. Hotplate
e. Spatula
f. Gelas ukur 100 mL
g. Statifdanklem
h. Erlenmeyer asah bertutup 500 mL
i. Pipet volumetrik 25 mL
j. Pipettakar 20 mL
k. Buret 50 mL
l. Beaker glass 100 mL
m. Pompahisap
n. Botolsemprot/ botolaquadest

3.1.2 Bahan
a. Sampel CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
b. NaOH 0,25N
c. Alkoholnetralpanas (etilalkohol 95% yang
telahdinetralkandenganNaOHmenggunakanIndikatorphenolptalein)
d. IndikatorPhenolptalein
e. Larutancyclohexan : glacial acetic acid (C 6 H 12 : CH 3 COOH) = 1:1
f. Larutanwijs
g. Aquadest
h. Kaliumiodida (KI 10 %)
i. Larutan standard Thio (Na 2 S 2 O 3 ) 0,1 N
j. Strach solution

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Pada CPO
a. Ditimbang Erlenmeyer kosong menggunakan neraca analitik
b. Dimasukkan sampel CPO ±7 gram kedalam erlenmeyer
c. Ditambahkan 50 mL alkohol netral panas
d. Ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein
e. Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,25N hingga terjadi
perubahan warna menjadi merah lembayung
f. Dicatat volume larutan standar NaOH 0,25N yang terpakai
g. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap sampel CPKO

3.2.2 Penentuan bilangan iodin pada CPO


a. Ditimbang Erlenmeyer asah kosong menggunakan neraca analitik
b. Dimasukkan sampel CPO ±0,2 gram kedalam erlenmeyer asah
c. Ditambahkan 15 mL cyclohexan : glacial acetic acid (C 6 H 12 :
CH 3 COOH)= 1:1
d. Ditambahkan 25 mL larutan wijs
e. Disimpan di tempat yang gelap selama ±1 jam
f. Ditambahkan 20 mL KI 10%
g. Ditambahkan 100 mL aquadest
h. Dititrasi dengan larutan standard Thio (Na 2 S 2 O 3 ) 0,1N
sampaiberwarnakuning
i. Ditambahkan Strach solution secukupnya
j. Dititrasi kembali hingga larutan menjadi bening
k. Dicatat volume larutan standard Thio (Na 2 S 2 O 3 ) 0,1N yang terpakai
l. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap sampel CPKO dengan
berat sampel ±1 gram

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


Tabel 2. Data Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Pada Crude Palm Oil(CPO)
dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
No Sampel kode Berat Berat Berat Normal Berat Volume Kadar
Erlenmeyer Erlenme Sampel itas molek Titrasi Asam
kosong (g) yer + (g) NaOH ul NaOH Lemak
Sampel (N) asam (mL) Bebas
(g) (%)
1 CPO R23 114,8067 121,8231 7,0164 0,2814 256 4,05 4,16

R24 132,7353 139,7711 7,0358 0,2814 256 4,05 4,15

2 CPKO R25 108,6770 115,6789 7,0019 0,2814 200 3,4 2,73

R26 111,2472 118,2710 7,0238 0,2814 200 3,4 2,72

Tabel 3. Data Analisa Bilangan Iodin Pada Crude Palm Oil(CPO) dan Crude
Palm Kernel Oil (CPKO)
No Sampel Kode Berat Berat Berat Volume Volume Normalit Bilangan
Erlenme Erlenme Sampel Blanko Titrasi as Iodin
yer yer + (g) (mL) Sampel Na 2 S 2 O 3 (Mg/L)
kosong Sampel (mL) (N)
(g) (g)
1 CPO R23 171,7067 171,9145 0,2078 48,0 39,1 0,0984 53,48

R24 174,4425 174,6492 0,2067 48,0 39,15 0,0984 53,46

2 CPKO R25 182,0922 183,1063 1,0141 48,0 33,4 0,0984 17,97

R26 172,2423 173,2644 1,0221 48,0 33,3 0,0984 17,96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
Untuk menentukan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang
terkandung dalamCrude Palm Oil(CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
dapat digunakan rumus yaitu:

(𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽)𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵 𝒙𝒙 𝑩𝑩𝑩𝑩 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂


FFA (%) = 𝒙𝒙 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑾𝑾 𝒙𝒙 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏

Keterangan :

𝑽𝑽𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵 = Volume peniteran NaOH (mL)

𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵 = Normalitas NaOH (N)

BM asam oleat = 282

BM asam palmitat = 256

BM asam laurat = 200

W = Berat sampel (g)

A. Nama sampel : Crude Palm Oil(CPO)


1. Berat erlenmeyer kosong = 114,8067 g
Berat erlenmeyer + sampel = 121,8231 g
Berat sampel = 7,0164 g
Normalitas NaOH = 0,2814 N
Volume titrasi NaOH = 4,05 mL

4,05 mL x 0,2814 N x 256


FFA (%) = x 100%
7,0164 g x 1000

= 4,16 %

2. Berat erlenmeyer kosong = 132,7353 g


Berat erlenmeyer + sampel = 139,7711 g

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berat sampel = 7,0358 g
Normalitas NaOH = 0,2814 N
Volume titrasi NaOH = 4,05 mL

𝟒𝟒,𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝐱𝐱 𝟎𝟎,𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐 𝐱𝐱 𝟐𝟐𝟐𝟐,𝟔𝟔


FFA (%) = x 100%
𝟕𝟕,𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝐠𝐠 𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱𝐱

= 4,15 %

B. Nama sampel : Crude Palm Kernel Oil (CPKO)


1. Berat erlenmeyer kosong = 108,6770 g
Berat erlenmeyer + sampel = 115,6789 g
Berat sampel = 7,0019 g

Normalitas NaOH = 0,2814 N

Volume titrasi NaOH = 3,4 mL

3,4 mL x 0,2814 N x 20,0


FFA (%) = x 100%
7,0019 g x 1000

= 2,73 %

2. Berat erlenmeyer kosong = 111,2472 g


Berat erlenmeyer + sampel = 118,2710 g
Berat sampel = 7,0238 g
Normalitas NaOH = 0,2814 N
Volume titrasi NaOH = 3,4 mL

3,4 mL x 0,2814 N x 20,0


FFA (%) = x 100%
7,0238 g x 1000

= 2,72 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.2 Penentuan Bilangan Iodin
Untuk menentukan bilangan iodin (iodine value) yang terkandung
dalamCrude Palm Oil(CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dapat
digunakan rumus yaitu:

(𝑉𝑉𝑉𝑉 −𝑉𝑉𝑉𝑉)𝑥𝑥 𝑁𝑁𝑡𝑡ℎ 𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑥𝑥 𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐼𝐼2


IV =
𝑊𝑊
Keterangan
Vb = Volume Peniteran Blanko (mL)
Vs = Volume Peniteran Sampel (mL)
𝑁𝑁𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 = Normalitas Thio (Na 2 S 2 O 3 ) (N)
BE I 2 = 12,69

W = Berat Sampel (gram)

A. Nama sampel : Crude Palm Oil (CPO)


1. Berat Sampel = 0,2078 g
Volume Titrasi Blanko = 48,0 mL
Volume Titrasi Sampel = 39,1 mL
Normalitas Thio = 0.0984 N

(48,0 𝑚𝑚𝑚𝑚 −39,1 𝑚𝑚𝑚𝑚 )𝑥𝑥 0,0984 𝑁𝑁𝑁𝑁 12,69


IV =
0,2078 𝑔𝑔

= 53,48 meq

2. Berat Sampel = 0,2067 g


Volume Titrasi Blanko = 48,0 mL

Volume Titrasi Sampel = 39,15 mL

Normalitas Thio = 0.0984 N

(48,0 𝑚𝑚𝑚𝑚 −39,15 𝑚𝑚𝑚𝑚 )𝑥𝑥 0,0984 𝑁𝑁𝑁𝑁 12,69


IV =
0,2067 𝑔𝑔

= 53,46 meq

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Nama sampel : Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
1. Berat Sampel = 1,0141 g
Volume Titrasi Blanko = 48,0 mL
Volume Titrasi Sampel = 33,4 mL
Normalitas Thio = 0.0984 N

(48,0 𝑚𝑚𝑚𝑚 −33,4 𝑚𝑚𝑚𝑚 )𝑥𝑥 0,0984 𝑁𝑁𝑁𝑁 12,69


IV =
1,0141 𝑔𝑔

= 17,97 meq

2. Berat Sampel = 1,0221 g


Volume Titrasi Blanko = 48,0 mL
Volume Titrasi Sampel = 33,3 mL
Normalitas Thio = 0.0984 N

(48,0 𝑚𝑚𝑚𝑚 −33,3 𝑚𝑚𝑚𝑚 )𝑥𝑥 0,0984 𝑁𝑁𝑁𝑁 12,69


IV =
1,0221 𝑔𝑔

= 17,96 meq

4.3 Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata – rata kadar asam
lemak bebas untuk CPO(R23) = 4,16%, CPO(R24) = 4,15%, CPKO(R25) = 2,73%
dan CPKO(R26) = 2,72% , dan rata – rata bilangan iodin untuk CPO(R23) = 53,48
meq, CPO(R24) = 53,46 meq, CPKO(R25) = 17,97 meq dan CPKO(R26) = 17,96
meq.

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen turun.
Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak sawit. Terbentuknya asam lemak bebas pada minyak sawit ditentukan
disebabkan oleh aktivitas enzim lipase. Enzim lipase umumnya terdapat pada produk
– produk pertanian penghasil minyak atau lemak diantaranya buah kelapa sawit,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


enzim ini bertujuan atau berperan membentuk minyak, tetapi setelah buah tersebut
dipanen enzim lipase ini memecah minyak yang dikandungnya.mreaksi hidrolisa
akan dipercepat dengan adanya faktor – faktor pemanasan, air, keasaman, dan
katalis.

Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas


yang relative tinggi antara lain:

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu


2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,
penumpukan buah yang terlalu lama
3. Adanya mikroorganisme (jamur atau bakteri tertentu) yang dapat
hidup pada suhu dibawah 50°C
4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik
5. Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara
minyak dengan udara.

Bilangan iodin dapat menyatakan derajat ketidakjunuhan dari minyak atau


lemak.Bilangan iodin minyak atau lemak yang tinggi biasanya berupa cairan,
sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan.

Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam
jumlah yang besar. Bila bilangan iodin semakin tinggi maka kualitas dari suatu
minyak goreng semakin bagus.Jadi parameter iodin ini sangat penting untuk menjaga
kualitas dari suatu minyak sehingga mutunya dapat terjamin dan harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata – rata kadar asam lemak
bebas untuk CPO(R23) = 4,16%, CPO(R24) = 4,15%, CPKO(R25) = 2,73% dan
CPKO(R26) = 2,72% , dan rata – rata bilangan iodin untuk CPO(R23) = 53,48
meq, CPO(R24) = 53,46 meq, CPKO(R25) = 17,97 meq dan CPKO(R26) = 17,96
meqmasih dibawah ambang batas standar SNI
- Diperoleh kualitas minyak CPO dan CPKO masih sesuai dengan standar mutu
yang ditetapkan oleh SNI.

5.2. Saran

- Diharapkan untuk menganalisa minyak CPO dan CPKO menggunakan parameter


yang lain, seperti penentuan kadar air, bilangan peroksida, bilangan penyabunan,
penentuan titik leleh supaya wawasan kita tidak terpaku pada kadar asam lemak
bebas bilangan iodin saja.
- Diharapkan pada saat penambahan larutan wijs terhindar dari cahaya, panas dan
udara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hadi, M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Harjadi, W. 1993.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka


Utama.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan


Pertama. Jakarta: UI-Press.

Lawson, H. W. 1985. Standard for Food and Oils. Volume 5. Connecticut: Avi
Publishing Company.

Lubis, R. E. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka

Mangoensoekarjo, S. 2008. Manajemen agribisnis kelapa sawit. Yogyakarta: gadjah


mada university press

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI – press. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama

Sumarna, D. 2014. Studi metode pengolahan minyak kelapa sawit merah (red palm
oil) dari crude palm oil. Jurnal jurusan teknologi hasil pertanian fakultas
pertanian universitas mulawarman

Tim penulis, PS. 1997. Kelapa Sawit. Jakarta: Penerbit Swadaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Spesifikasi Crude Palm Oil (CPO)

1.1 Spesifikasi Crude Palm Oil (CPO) menurut SNI 01-2901-1992


1. colour,appearance - orange to reddish
2. FFA as palmitic %(w/w) 5,00 max
3. Moisture %(w/w) 0,05 max
4. Impurities %(w/w) 0,45 max

1.2 Spesifikasi Crude Palm Oil (CPO) menurut Gabungan Pengusaha Kelapa
Sawit Indonesia ( Indonesian Palm Oil Producer Association) (GAPKI)
1. FFA (as palmitic acid) 5,00% max
2. Moisture and impurities 0,50% max

1.3 Spesifikasi Crude Palm Oil (CPO) menurut National Institute Of Oilseed
Products (NIOP) Trading Rules 1993-1994
1. FFA (as palmitic) (at time of shipment) 5% max
2. M & I (combined)

Lampiran 2. Spesifikasi Crude Palm Kernel Oil (CPKO)

1.1 Spesifikasi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menurut SNI 01-0003-1987
1. colour,appearance - yellowish white
2. FFA as palmitic %(w/w) 5,0 max
3. Moisture %(w/w) 0,05 max
4. Impurities %(w/w) 0,45 max

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Spesifikasi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menurut Malayan Edible Oil
Manufacturers’ Association (MEOMA) Product Specifications
1. FFA (as lauric) 5,0% max
2. M&I 0,5% max
3. Iodine value (wijs) (at time of shipment) 19 max

1.3 Spesifikasi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menurut Federasi Asosiasi
Minyak Dan Lemak Nabati Indonesia (Federation Of Indonesian Vegetable
Oils And Fats Association) (FAMNI) Product Specifications
1. FFA (as lauric ) 5,0% max
2. Moisture 0,45% max
3. Impurities 0,05% max
4. Iodine value (wijs) 18 max

1.4 Spesifikasi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menurut National Institute Of
Oilseed Products (NIOP) Trading Rules 1993-1994
1. FFA (as lauric) (at time of shipment) 5% max
2. M&I (combined) (at time of shipment) 0,5% max
3. FFA (as lauric) 5% basis
(at time of arrival on C.I.F. or time of shipment on F.O.B.)
4. Iodine value (wijs) (at time of shipment) 19 max

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3.

CPO CPKO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 1. Penentuan Bilangan Iodin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4.

CPO CPKO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai