BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman kerja di laboratorium
Enviromental PT. Geoservices Balikpapan. Tujuan dalam praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah mempelajari beberapa parameter analisa CPO
1
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
(crude palm oil) dan CPKO (crude palm kernel oil) serta menganalisa
mutu dari produk CPO dan CPKO berdasarkan SNI 01-2901-2006
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dan lebih memfokuskan
terhadap permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas pada tugas khusus ini yaitu:
Proses analisa CPO dan CPKO menggunakan parameter analisa yang
berbeda-beda yaitu, analisa moisture & volatile matter, analisa impurities,
analisa acidity, dan analisa penentuan nilai Iod.
Mengelola dan menganalisa data yang ada, yang di dapat dilapangan.
2
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
2.2.1 Penimbangan
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik biasanya
dilakukan menggunakan truk atau trailer ditarik dengan wheel tractor.
Setiap truk trailer yang sampai dipabrik harus ditimbang di toledo
(timbangan) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibngkar (terra). Selisih
timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan di olah.
4
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi
dengan TBS. Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer
carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3 lori yang masing –
masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer carriage
lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan
sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke
dalam sterilizer menggunakan loader.
5
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
6
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
7
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
b. Vibrating Screen
Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat
dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses
penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan
padatan, seperti: serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang
masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah
double deck vibrating screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh
dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan
dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak
dipompakan ke crude oil tank.
8
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown
untuk dibawa ke sludge drain tank .
e. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan
(75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
f. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan
densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan
perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang
besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan
minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan
keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan
air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan
untuk dibawa ke Fat Pit
g. Vacuum Drier
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di
sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran
minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah
pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap
lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke
storage tank.
h. Sludge Tank
Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan
underflownya dialirkan ke vibrating screen dan brush strainer atau
9
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
i. Sludge centrifuge
Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat
yang digunakan untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di
dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal.
Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm,
bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan
diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.
Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal
dimana pemisahannya, fraksi berat (lumpur, kotoran) terlempar ke
dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah. Minyak
yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank
sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke
CST. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih
besar akan terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle,
kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.
10
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
k. Fat Pit
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu
ditampung di fat pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa
dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai pemanas
untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak
yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya
minyak ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank
l. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank
(tangki timbun), pada suhu simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan
pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa
minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).
m. Stasiun Kernel
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut,
pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan
yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor
(CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
11
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
o. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan
nut dari CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang
berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper
sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun
ke bawah masuk ke polishing drum.
q. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti
lekang dari cangkangnya.
r. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami
gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan
kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang
masih bercampur dengan kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading
drum.
12
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
u. Clay Bath
Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan
ini secara basah yang menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan
ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi sebagai
larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis.
Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20,
maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut dibuat larutan dengan
berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang
berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke
kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.
v. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel
conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses
pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan
menggunakan udara panas dari steam heater yang dihembuskan oleh Fan
kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada temperatur
13
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke
kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.
14
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
15
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
phenolpthalein. Nilai FFA dalam CPO tidak lebih dari 3%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi FFA adalah :
Tingkat kematangan buah sawit
Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses
16
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
17
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
2.6.2 Mesoskarp
2.6.3 Endoskarp
18
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
b. Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan
rendemenminyak21-23%.
c. Pisifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, bijikecil, dan
rendemen minyak tinggi (23-25%). Tandan buah hampir selalu gugur sebelum
masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
19
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
BAB III
METODOLOGI
3.1.2. Peralatan:
1. Buret 25 ml (Skala 0,05 mL)
2. Erlenmayer 250 ml dan 500 ml
3. Hotplate
4. Neraca Analitik
20
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
b. Penentuan Keasaman
1. Timbang sampel sesuai dengan tingkat keasaman (lihat tabel),
masukan kedalam Erlenmeyer
Keasaman Massa Sampel (g) Ketelitian (g)
0-1 20 0.05
1-4 10 0.02
4-15 5 0.01
15-75 2.5 0.01
˃75 0.5 0.001
3.1.5. Perhitungan:
1. Standarisasi Larutan NaOH
𝑾𝑲𝑯𝑷
𝑴𝑵𝒂𝑶𝑯 = × 𝟎, 𝟐𝟎𝟒𝟐𝟑
𝑽𝑵𝒂𝑶𝑯
Dimana:
M NaOH = Konsentrasi NaOH (mol/L)
W KHP = Berat KHP (g)
V NaOH = Volume larutan NaOH
21
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
2. Penentuan Keasaman
3..2.1 Prinsip:
Metode ini melibatkan pemanasan sampel minyak di dalam oven yang
dilengkapi dengan termometer pada suhu 103 ±20C .
Contoh yang diperlukan: sampel minyak sawit dalam kondisi cair.
22
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
3.2.2 Peralatan:
1. Oven listrik yang dilengkapi dengan termometer digunakan pada suhu
103 ±20C
2.Cawan Petris diameter 5,5 – 7,0 cm
3. Desikator
3.2.3 Prosedur:
1. Keringkan cawan petri di dalam oven pada suhu 1030C selama 15 menit
2.Timbang cawan dengan ketelitian hingga 0,0001 g.
3. Masukkan sampel kedawan cawan petri 10 ± 1,0 g.
4. Masukan cawan petri kedalam desikator hingga minyak mendingin.
5.Timbang cawan dan sampel hingga ketelitian 0,0001 g
6. Masukan kedalam oven pada suhu 1030C selama 2,5 jam
7. Dinginkan cawan pada suhu ruangan dengan memasukan kedalam
8.Timbang cawan dan sampel dengan ketelitian hingga 0,0001 g.
9.Jika volatil meter melebihi 0,3 %, lanjutkan pemanasan hingga berat
interval 30 menit dan perbedaan berat setiap interval < 0,002 g.
𝑊𝑏−𝑊𝑑
Perhitungan: % Moisture & VM = x 100
𝑊𝑏−𝑊
Dimana:
W= Berat cawan
Wb= Berat cawan dan sampel
Wd= Berat cawan dan sampel setelah pemanasan
Hasil delaporkan hingga 3 desimal
Toleransi:
23
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
3.3.1 Prinsip :
Minyak yang telah dilarutkan disaring dan residu yang diperoleh selanjutnya
dicuci dengan pelarut. Residu kemudian dikeringkan dan ditimbang.
Contoh yang diperlukan : Sampel minyak yang telah dipanaskan beda suhu
60-700
3.3.2 Peralatan:
1. Wadah Gooch porselin diameter 20 mm
2. Kertas saring fiber glass whatment GF/B atau serupa
3. Lalu penyaring vakum volume II adaptor dan cincin untuk meletakan wadah
gooch
4. Erlenmeyer 250 ml
5. Oven listrik yang dilengkapi di termometer digunakan pada suhu 103 ± 20C
6. Desikator
3.3.4 Prosedur :
1. Letakan kertas saring pada wadah Gooch
2. Cuci dengan 10 ml n-heksan sambil divokumkan, kemudian keringkan
selama
30 menit Pada suhu 1030C pada suhu 1030C
1. Diinginkan wadah dan kertas saring didalam desikator kemudian timbang
hingga ketelitian 0.0001 g
2. Masukan kedalam erlenmeyer sekitar 20 g sampel dan tambahkan 100 ml
pelarut
24
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
3.3.5 Perhitungan:
Dimana:
W= Berat sampel
W1= Berat wadah dan kertas saring
W2= Berat wadah, kertas saring dan residu
Hasil dilaporkan hingga 3 desimal
Repeatibilitas :
Rentang Konsentrasi Repeatability
< 0.15 % 0.01 %
25
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
3.4.1 Prinsip :
3.4.2 Peralatan
1. Botol timbang atau vial berkapasitas 2-4 ml
2. Erlenmeyer 300 ml atau 500 ml bertutup gelas
3. Buret 50 ml
4. pipet 20 ml dan 25 ml
26
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
3.4.5 Prosedur
1. Standarisasi larutan Na2S2O3 0.1 N
1.1 Timbang kedalam Erlenmeyer 300 ml.
1.2 Larutkan dengan 25 ml air diionisasi.
1.3 Tambahkan 5 ml HCl pekat dan 20 ml larutan KI.
1.4 Kocok hingga larutan tercampur .
1.5 Tutup dengan kaca arloji dan biarkan 5 menit diruang gelap.
1.6 Tambahkan 100 ml air diionisasi.
1.7 Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sehingga warna kuning .
1.8 Tambahkan 2 ml larutan kanji hingga larutan berwarna biru.
1.9 Lanjutkan titrasi hingga 1 tetes dapat berubah warna dari hijau
1.10 Hitung konsentrasi aktual larutan Na2S2O3 dengan rumus
1.11 Lakukan titrasi blangko tanpa K2Cr2O7.
27
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
3.4.6 Perhitungan :
20,394 𝑥 𝑤 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
Na2S2O3 = 𝑉 . 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
Dimana
N = Normalitas larutan Na2S2O3
V2 = Volume larutan Na2S2O3 yang digunakan untuk menitrasi blanko
(ml)
28
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
29
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
30
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
31
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
BAB V
PEMBAHASAN
Crude Palm Oil (CPO) Adalah minyak kelapa sawit mentah yang berwarna
kemerah-merahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan
daging buah kelapa sawit. Sedangkan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) merupakan
bahan baku minyak kelapa sawit yang disebut dengan istilah minyak Inti Sawit.
Selain menghasilkan minyak inti sawit PKO juga mempunyai produk sampingan
yang antara lain: Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream,
Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild,
Imitation Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
Pada Proses Penggolahan Buah Sawit Menjadi Minyak Sawit ini melalui
beberapa macam proses yaitu dengan cara loading ramp,
sterillizer,thresser,stasiun proses, dan stasiun pemurnian. Pada loading ramp
tandan buah segar (TBS) masuk kedalam lori, kemudian di rebus dalam suatu
bejana yang di sebut dengan sterillizer setelah itu pada thresser tandan buah segar
(TBS) direbus untuk dipisahkan antara berondolan dan tandonnya, kemudian
berondolan tersebut jatuh ke conveyor, dan proses selanjutnya adalah minyak
yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang
berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain, jadi untuk mendapatkan
minyak yang memenuhi standar maka diperlukan pemurnian terhadap minyak
tersebut
Pada analisa CPO dan CPKO ini menggunakan empat macam parameter,
yaitu analisa moisture dan volatil matter, analisa impurities (penentuan zat
pengotor), analisa Acidity (penentuan keasaman), kemudian paramatter yang
terakhir yaitu iodine value (penentuan nilai iod). Pada analisa moisture dan
volatile matter menggunakan prinsip gravimetri dimana sejumlah sampel
ditimbang lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 oC selama 2,5 jam setelah
dipanaskan sampel ditimbang kembali sehingga dappat diketahui jumlah zat yang
menguap (zat terbang dan air). Kemudian paramater yang kedua yaitu zat
penggotor. Zat pengotor yang dimaksud yaitu kotoran – kotoran berupa sisa-sisa
32
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
lumpur dan zat-zat lain yang tidak tersaring selama proses pemurnian CPO. Pada
anaisa parameter ini digunakan larutan Hexanes yang fungsinya sebagai pelarut
minyak. Namun agar minyak dapat terlarut sempurna dibutuhkan pemanasan pada
suhu 60-70° C. Minyak yang telah terlarut kemudian disaring untuk memisahkan
endapan-endapan kotoran yang terkandung pada minyak. Kemudian endapan ini
dikeringkan dengan oven lalu ditimbang untuk mengetahui jumlah zat
pengotornya. Paramater yang ketiga yaitu analisa asam lemak bebas.keasaman
pada analisa, keasaman tersebut kita bisa mengetahui berapa % FFA yang
terkndung dalam sampel minyak tersebut, dan kemudian paramatter yang terakhir
adalah penentuan nilai iod, pada penentuan nilai iod inilah analisanya
menggunakan larutan wijs, pada larutan wijs tersendiri berfungsi sebagai reaktan,
karena larutan wijs akan bereaksi dengan minyak tersebut, karena larutan wijs
merupakan campuran dari asam asetat dan iodin, maka dari itulah pada analisa
iodin menggunakan larutan wijs, disamping menggunakan larutan wijs pada
analisa nilai iod ini menggunakan larutan scyklohexan karena berfungsi untuk
mencampur minyak dengan larutan, agar bisa bisa larut. Kemudian dititrasi
denggan Natrium thiosulfat untuk mengetahui volume, pada volume nilai iod juga
akan berpengaruh.
Dalam analisa terdapat data yang tidak sesuai dengan standar baku mutu,
misalnya pada analisa moisture dan volatil matter terdapat data yang over itu
menunjukan bahwa kadar air yang rendah sangat penting untuk meminimalkan
terjadinya reaksi hidrolisa lemak pada CPO saat penyimpanan dan transportasi.
Yang kedua pada analisa impuirities atau disebut juga dengan zat pengotor semua
data masuk pada range standar bahan baku mutu. Pada impuirities tingginya kadar
kotoran di sebabkan oleh kurang terjaganya kebersihan peralatan dan wadah
selama pengolahan dan penanganan CPO. Selanjutnya yang ketiga adalah analisa
asam lemak bebas atau yang dikenal dengan istilah Acidity
(zat pengotor) pada analisa ini ada satu data yang tidak masuk range, tingginya
kadar asam lemak bebas dalam sampel CPO dapat dipengaruhi oleh kadar asam
lemak bebas awal dalam sampel, kadar air dan suhu sealama penanganan dan
transportasiserta mengindikasikan penanganan bahan baku tandan sawit (TBS)
33
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
yang kurang baik sebelum ekstraksi CPO.dan yang terakhir adalah analisa
bilangan iod pada percobaan ini terdapat 4 data yang merupakan percobaan
hasilnya tidak memasuki range, karna di sebabkan massa sampel lebih banyak
sehingga iod yang di serap juga lebih banyak, sehingga volume titrasi natrium
thiosulfatnya juga sedikit.
34
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang di peroleh selama Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adala h sebagai berikut:
Terdapat analisa yang tidak bermutu yang tidak sesuai dengan standar mutu SNI
nya.dan ada sebagian sampel yang sesuai dengan standart baku mutunya.
6.2 Saran
Penulis memberikan saran dan masukan yang mungkin dapat
dipertimbangkan sebagai acuan dalam proses pelatihan kepada para mahasiswa
magang (PKL) di kemudian hari, yakni:
a. Semoga PT. G eoservices (Ltd) dapat selalu menerima para peserta PKL
dari dunia Pendidikan. Karena kami sangatlah memerlukan ilmu dan
pengalaman dari Anda. Dengan bantuan Anda, sama halnya anda telah
ikut serta ikut memajukan dunia Pendidikan di Indonesia.
b. Untuk Politeknik Negeri Samarinda agar lebih memperhatikan
mahasiswanya dalam pelaksanaan kegiatan PKL dan memperpanjang
waktu pelaksanaan PKL. Karena waktu PKL saat ini dirasa masih belum
cukup untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan.
35
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda
DAFTAR PUSTAKA
36
PT. Geoservices Balikpapan