Anda di halaman 1dari 36

Politeknik Negeri Samarinda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu komoditi yang sangat penting dalam mendorong
perekonomian di Indonesia, di Sumatera Utara khususnya. Sebagai penghasil
devisa negara, kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang memberikan
sumbangan yang sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi,
sehingga telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan
ekspor minyak kelapa sawit (Anonim, 2010).
Kelapa sawit yang diproduksi kemudian diolah menjadi CPO (Crude Palm
Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dan PKO ini kemudian dijual baik didalam
negeri (domestik) maupun di luar negeri (ekspor). Di pasar ekspor, volume ekspor
minyak sawit mentah (CPO/ Crude Palm Oil) asal Indonesia terus meningkat
signifikan selama enam tahun terakhir (2004-2009), mencapai 94,27%, yakni dari
8,66 juta ton pada tahun 2004, meningkat drastis menjadi 16,83 juta ton pada
tahun 2009. India dan China adalah pasar ekspor utama Indonesia untuk CPO,
rata-rata mencapai 41,90% per tahun dari total volume ekspor produk sawit
tersebut selama 2004-2009. Bahkan pada tahun 2009, pasar ekspor dua negara itu
menyerap 48,38% volume ekspor CPO. Kinerja ekspor produk CPO semakin
meningkat ke negara-negara Uni Eropa, dengan peningkatan mencapai 113,26%
selama enam tahun terakhir, yakni dari 1,47 juta ton tahun 2004 menjadi 3,14 juta
ton tahun 2009 (Dinas Perindustriandan Perdagangan, 2010)

1.2. Tujuan
Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman kerja di laboratorium
Enviromental PT. Geoservices Balikpapan. Tujuan dalam praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah mempelajari beberapa parameter analisa CPO

1
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

(crude palm oil) dan CPKO (crude palm kernel oil) serta menganalisa
mutu dari produk CPO dan CPKO berdasarkan SNI 01-2901-2006
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dan lebih memfokuskan
terhadap permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas pada tugas khusus ini yaitu:
 Proses analisa CPO dan CPKO menggunakan parameter analisa yang
berbeda-beda yaitu, analisa moisture & volatile matter, analisa impurities,
analisa acidity, dan analisa penentuan nilai Iod.
 Mengelola dan menganalisa data yang ada, yang di dapat dilapangan.

2
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian CPO dan CPKO


Crude palm oil atau yang biasa disebut CPO Adalah minyak kelapa sawit
mentah yang berwarna kemerah-merahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau
dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit.. sedangkan CPKO (crude palm
kernel Oil) merupakan Crude Palm Kerner Oil merupakan bahan baku minyak
kelapa sawit yang disebut dengan istilah minyak Inti Sawit. Selain menghasilkan
minyak inti sawit PKO juga mempunyai produk sampingan antara
lain: Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee
Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation
Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.

2.2. Proses Penggolahan Buah Sawit Menjadi Minyak Sawit


Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak
sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit (so phisticated),
sehingga perlu mendapat penanganan khusus oleh tenaga–tenaga yang memiliki
keahlian dan keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baikdan memadai
untuk memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang mutu baik.
Diantara komoditas aneka tanaman (non-gula), pabrik kelapa sawit paling
rumit dan mahal, mengingat biaya investasi untuk membangun sebua unit pabrik
kelapa sawit dengan kapasitas 30-60 ton TBS/ jam membutuhkan biaya yang
sangat besar.
Secara umum, pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi dua jenis hasil akhir,
yaitu pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan inti sawit. Uraian ringkas
mengenai jenis pengolahan kelapa sawit sebagai berikut.

3
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

2.2.1 Penimbangan
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik biasanya
dilakukan menggunakan truk atau trailer ditarik dengan wheel tractor.
Setiap truk trailer yang sampai dipabrik harus ditimbang di toledo
(timbangan) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibngkar (terra). Selisih
timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan di olah.

2.2.2 Serasi buah


Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui
keadaan TBS yang masuk kedalam pabrik. Karena itu, perlu dilakukan
sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk
yang diangap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun
dari kebun pihak ketiga.
Sortasi dilakukan sesuai dengan kriteria panen yang dibagi dalam
fraksi sebagai berikut.
1. Fraksi 0 = sangat mentah (apkir)
2. Fraksi 1 = mentah
3. Fraksi 2 = matang normal
4. Fraksi 3 = matang normal
5. Fraksi 4 = matang normal
6. Fraksi 5 = terlalu matang
7. Fraksi 6 = terlalu matang
8. Fraksi 8 = tandan kosong

2.2.3 Penimbunan Buah (Loading Ramp)


Merupakan bagian di pabrik dari pintu masuk pabrik, timbangan dan
loading ram, di stasiun ini tandan buah segar (TBS) di timbang dan di sortir
antara yang mentah dan yang masak kemuadian TBS di masukkan kedalam
lori.

4
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

Gambar 2.1 Tandan Buah Sawit Segar

Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi
dengan TBS. Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer
carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3 lori yang masing –
masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer carriage
lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan
sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke
dalam sterilizer menggunakan loader.

2.2.4 Perebusan (Sterilizer)


Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut
dengan sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzim.
2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85-95 menit. Untuk media
pemanas dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) bertekanan 2 bar.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak
pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0
Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.

5
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

Berikut proses perebusan sistem tiga peak :


1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.
Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10
menit. Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar. Uap dan kondensat dibuang
sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.
2. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar. Uap
kondensat dibuang lagi selama 3 menit.. Kemudian steam dimasukkan
lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit. Setalah peak
ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 – 50 menit. Uap
kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai tekanan 0.

2.2.5 Penebahan (Thresser)


Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan
mengggunakan hoisting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori
diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto feeder). Pada stasiun
ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara
berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang
telah direbus diatur pemasukannya dengan menggunakan auto feeder.
Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas
dari tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke
rethresser untuk pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai
kecepatan putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang
batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang
memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk tandan kosong
sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan
ke penampungan empty bunch.

2.2.6 Stasiun Press


Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian
diangkut dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan
berondolan ke distributing conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap

6
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau


pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat
dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap digester telah terisi penuh maka
brondolan menuju ke conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk
dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar daging buah
terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan
buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk
diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan
penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak terlalu kental
(penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat, sehingga
kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui
nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang pada screw press.
Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam. Tekanan mesin press
harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti
pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press
terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi. Minyak hasil mesin press
kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain adalah
ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan
menggunakan cake breaker conveyor (CBC).

2.2.7 Stasiun Pemurnian


Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung
kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-
lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu
dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari
beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang
meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous
Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank,
Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

7
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

a. Sand Trap Tank


Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak
mengandung kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank
untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi.
Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.

b. Vibrating Screen
Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat
dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses
penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan
padatan, seperti: serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang
masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah
double deck vibrating screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh
dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan
dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak
dipompakan ke crude oil tank.

c. Crude Oil Tank (COT)


Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank
untuk ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan
dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-
95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

d. Continous Settling Tank (CST)


Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan
ke buffer tank agar aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang.
CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sludge) berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 °C. Minyak
pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil tank,
sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada bagian bawah
dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge

8
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown
untuk dibawa ke sludge drain tank .

e. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan
(75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.

f. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan
densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan
perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang
besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan
minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan
keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan
air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan
untuk dibawa ke Fat Pit

g. Vacuum Drier
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di
sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran
minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah
pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap
lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke
storage tank.

h. Sludge Tank
Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan
underflownya dialirkan ke vibrating screen dan brush strainer atau

9
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

langsung ke bak transit untuk dipompakan ke sand cyclone. Untuk


mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan
menggunakan uap yang dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga
densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang melekat
pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Dari sand
cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai
umpan untuk decanter atau sludge centrifuge.

i. Sludge centrifuge
Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat
yang digunakan untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di
dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal.
Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm,
bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan
diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.
Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal
dimana pemisahannya, fraksi berat (lumpur, kotoran) terlempar ke
dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah. Minyak
yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank
sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke
CST. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih
besar akan terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle,
kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

j. Sludge drain tank


Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu
didrain menuju sludge drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir
tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan ditampung pada
reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk

10
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan air dialirkan menuju


fat pit.

k. Fat Pit
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu
ditampung di fat pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa
dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai pemanas
untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak
yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya
minyak ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank

l. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank
(tangki timbun), pada suhu simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan
pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa
minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).

m. Stasiun Kernel
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut,
pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan
yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor
(CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.

n. Cake Breaker Conveyor (CBC)


Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih
menggumpal masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor
namun screwnya dipasang plat persegi sebagai pelempar fiber dan nut.
CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan
membawanya ke depericarper.

11
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

o. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan
nut dari CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang
berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper
sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun
ke bawah masuk ke polishing drum.

p. Nut Polishing Drum


Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar.
Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut
yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh,
selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second
depericarper) untuk memisahkan batu dan benda – benda yang lebih
berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di
dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam
nut silo.

q. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti
lekang dari cangkangnya.

r. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami
gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan
kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang
masih bercampur dengan kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading
drum.

12
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

s. Kernel Grading Drum


Pada kernel grading drum ini di saring antara nut, shell dan kotoran
dengan nut yang belum terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos
dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan
dikembalikan ke nut conveyor.

t. Light Tenera Dry Separator (LTDS)


Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih
ringan akan dihisap oleh LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di
hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell
hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang
yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada clay bath.

u. Clay Bath
Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan
ini secara basah yang menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan
ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi sebagai
larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis.
Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20,
maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut dibuat larutan dengan
berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang
berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke
kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.

v. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel
conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses
pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan
menggunakan udara panas dari steam heater yang dihembuskan oleh Fan
kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada temperatur

13
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke
kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.

2.3. Macam-macam Produk pengolahan kelapa sawit


Secara umum hasil pengolahan kelapa sawit dibedakan kedalam 3 kategori,
yang masing-masing sebagai berikut.:
2.3.1 CPO (Crude Palm Oil).
CPO setelah melalui proses pemurnian akan menghasilkan minyak
kelapa sawit dan berbagai produk samping an yang antara lain:
margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery
Fats, Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender,
Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar
Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils
dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada
beberapa tahun mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan
diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk
menggunakan renewable energi.

2.3.2 CPKO (Crude Palm Kernel Oil).


CPKO juga merupakan bahan baku minyak kelapa sawit yang disebut
dengan istilah minyak Inti Sawit. Selain menghasilkan minyak inti sawit
PKO juga mempunyai produk sampingan yang antara
lain: Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee
Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild,
Imitation Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.

2.3.3 Oleochemicals kelapa sawit.


Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk
oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile
Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers, Detergent,

14
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan


FoodProtective Coatings.

2.3.4 Produk Turunan CPO


Produk CPO memiliki banyak kegunaan di berbagai industri antara lain :
 industri sabun berupa bahan penghasil busa
 industri baja berupa bahan pelumas
 industri pangan berupa minyak goreng, margarin, shortening, dan
vegetable ghee
 industri oleokimia, antara lain berupa fatty acids, fatty alcohol dan
glycerin, dan biodiesel
.
2.4 Parameter Mutu Minyak Sawit
2.4.1 FFA ( Free Fatty Acid)
FFA atau Free Fatty Acid adalah group dari asam organik yang
terdapat dalam minyak sawit. FFA di dalam minyak sawit, sebagian besar
palmitat, stearat dan oleat. Kandungan palmitat lebih banyak didalam
minyak sawit sehingga Berat molekulnya digunakan dalam
perhitungan. FFA terbentuk akibat adanya air dan katalis melalui reaksi
hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gloserol
Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama
hidrolisis enzimatik. Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid
yang ada didalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA
dipercepat bila mesocarp buah sawit pecah atau memar. Kedua hidrolisis
katalis secara spontan. Reaksi ini dipengaruhi oleh kandungan FFA yang
ada didalam buah sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan
suhu dan waktu. Free fatty scid (asam lemak bebas) dalam minyak
produksi adalah untuk menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak
dengan melarutkan lemak tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan
menetralisasi larutan tersebut dengan alkali dengan menggunakan indikator

15
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

phenolpthalein. Nilai FFA dalam CPO tidak lebih dari 3%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi FFA adalah :
 Tingkat kematangan buah sawit
 Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
 Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses

2.4.2 Moisture content


Penentuan kadar air pada minyak produksi adalah untuk menilai
kandungan zat menguap dalam minyak, yaitu jumlah zat/bahan yang
menguap pada suhu 103 deg C, termasuk di dalamnya air serta dinyatakan
sebagai berkurangnya berat apabila sampel dipanaskan pada suhu 103 degan
C. NIlai moisture content pada CPO tidak lebih dari 0,3%.

2.4.3 Impurities content


Kadar kotoran pada minyak produksi adalah untuk menilai kadar
kotoran dalam minyak yang berupa zat yang tidak larut dalam pelarut
organik yang telah ditentukan, kemudian disaring dengan media penyaring
dan dicuci dengan pelarut tersebut, dikeringkan lalu ditimbang. Niali dirt
content pada CPO tidak lebih dari 0,03%.

2.4.4 Iodine Value


Iodine Value adalah suatu besaran untuk mengukur derajat ketidak
jenuhan dalam asam lemak. Ini dinyatakan dengan jumlah gram iodine yang
diserap oleh 100 g lemak. Bilangan iodine tergantung pada jumlah asam
lemak tidak jenuh dalam minyak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan
dalam iso oktan kemudian ditambahkan larutan Iodine berlebih, sisa iodine
yang tidak bereaksi dititrasi dengan Na. thiosulfat. Spesifikasi > 50.
Bilangan Iod adalah sifat kimia minyak yang dipake untuk
mengetahui banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dalam
minyak. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak atau lemak mampu
menyerap sejumlah iod dan membentuk ikatan jenuh. Besarnya jumlah iod

16
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

yang diserap oleh minyak inilah yang menunjukan banyaknya ikatan


rangkap. Bilangan iod dinyatakan dalam jumlah gram iod yang diserap 100
gram minyak atau lemak. Penentuan bilangan iod ini bisa dilakukan dengan
cara Hanus, cara Kaufmann dan Von Hubl, dan cara Wijs.
Perhitungan bilangan Iod dengan rumus :
(𝑉2 − 𝑉1 ) × 𝑁 × 12,69
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑜𝑑 =
𝑊
Keterangan :
V1 = adalah volume titrasi contoh uji, dinyatakan dalam mililiter.
V2 = adalah volume titrasi blangko, dinyatakan dalam mililiter.
N = adalah normalitas Na2S2O3.
W = adalah berat contoh uji, dinyatakan dalam gram.
12,69 = adalah bobot setara dari bilangan iod.
126,9 = adalah berat atom bilangan iod

2.5 Syarat Mutu


SNI 01-2901-2006
Syarat mutu kualitas minyak kelapa sawit mentah adalah :

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu


1 Warna - Jingga kemerah-merahan
2 Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 maks
3 Asam lemak bebas (asam %, fraksi masa 0,5 maks
palmitat)
4 Bilangan yodium g Yodium/ 100g 50-55

17
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

2.6 Bagian-bagian dari Kelapa sawit


Buah kelapa sawit terdiri dari 4 bagian penting yang diantaranya adalah:
2.6.1 Eksoskarp

bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin

2.6.2 Mesoskarp

serabut buah yang mengandung banyak minyak

2.6.3 Endoskarp

cangkang pelindung inti

2.6.4 Inti sawit (kernel)

sebetulnya adalah biji yang merupakan bagian dalam perbanyakan


generatif tanaman. Inti sawit terbagi menjadi 2 komponen, yakni: (1) Endosperm,
merupakan jaringan cadangan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak,
dan protein difungsikan untuk mensuplai kebutuhan nutrisi dalam pertumbuhan
embrio dan kecambah muda. (2) Embrio, merupakan adalah suatu tumbuhan
kecil (miniature plant) yang merupakan cikal bakal dari individu sawit baru.
Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda tergantung dari
varietas asal tanamannya. Biji varietas dura afrika memiliki panjang 2--3 cm
dengan rata-rata bobot mencapai 4gram.,biji-1. Biji varietas dura deli memiliki
panjang 3-5 cm dengan rata-rata bobot 13 g.biji-1, sedangkan biji varietas tenera
afrika memiliki panjang 2-3 cm dengan rata-rata bobot 2 gram, biji-1. Biji kelapa
sawit tidak segera dapat berkecambah atau tumbuh setelah matang, karena
adanya masa dormansi yang merupakan sifat bawaan.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit di bedakan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a. Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis,dan rendemen
minyak15-17%.

18
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

b. Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan
rendemenminyak21-23%.
c. Pisifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, bijikecil, dan
rendemen minyak tinggi (23-25%). Tandan buah hampir selalu gugur sebelum
masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.

19
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

BAB III
METODOLOGI

3.1. Penentuan Keasaman


Konformabilitas: PORIM P2.5 (1995) Acidity
3.1.1. Prinsip:
Sejumlah massa lemak dilarutkan dalam isopropanol atau etanol netral dan
asam lemak bebas dinetralisir dengan larutan standart basa.
Contoh yang diperlakukan : minyak dalam bentuk cair dilakukan pada suhu
600 – 700 C dan setelah dihomogenkan.

3.1.2. Peralatan:
1. Buret 25 ml (Skala 0,05 mL)
2. Erlenmayer 250 ml dan 500 ml
3. Hotplate
4. Neraca Analitik

3.1.3. Zat kimia


1. Larutan standart NaOH 0.1 untuk minyak mentah dan 0.02 N untuk
minyak suling
2. Larutan indikator phenolphtalin 1.0% dalam iso propanol atau etanol.
3. Isopropanol / Etanol 95% netral. Tempatkan 50 ml isopropanol atau
etanol kedalam erlenmeyer dan didihkan diatas hotplate tambahkan 0.5
ml phenolphtalin lalu tambahkan tetes pertetes 0.1 N NaOH hingga
warna larutan menjadi merah muda terang.

3.1.4. Prosedur Analisa


a. Standarisasi NaOH 0,1 N
1. Timbang 0.51 ± 0.0005 gram KHP dan masukan kedalam Erlenmeyer
300 ml.

20
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

2. larutkan dengan 30 ml air delonisasi, tambahkan 3 tetes larutan


indikator, dan titrasi tambahkan 3 tetes larutan indikator dan titrasi
dengan larutan NaOH . Catat volume titran larutan NaOH.
3. Hitung konsentrasi aktual larutan NaOH dengan rumus pada
perhitungan 1.

b. Penentuan Keasaman
1. Timbang sampel sesuai dengan tingkat keasaman (lihat tabel),
masukan kedalam Erlenmeyer
Keasaman Massa Sampel (g) Ketelitian (g)
0-1 20 0.05
1-4 10 0.02
4-15 5 0.01
15-75 2.5 0.01
˃75 0.5 0.001

2. Tambahkan 50 ml isopropanol netral


3. Letakkan diatas hotplate pada suhu 400C
4. Titrasi dengan NaOH sambil dikocok hingga larutan berwarna merah
muda terang (warna tersebut bertahan selama 30 detik).

3.1.5. Perhitungan:
1. Standarisasi Larutan NaOH
𝑾𝑲𝑯𝑷
𝑴𝑵𝒂𝑶𝑯 = × 𝟎, 𝟐𝟎𝟒𝟐𝟑
𝑽𝑵𝒂𝑶𝑯
Dimana:
M NaOH = Konsentrasi NaOH (mol/L)
W KHP = Berat KHP (g)
V NaOH = Volume larutan NaOH

21
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

2. Penentuan Keasaman

% Asam lemak bebas (sebagai asam palmitat) = (25.6 x N x V) / W (i)


% Asam lemak bebas (sebagai Asam larut) = (20.0 x N x V) / W (ii)
% Asam lemak bebas (sebagai asam oleat) = (28.2 x N x V ) / (iii)
Dimana : N = Normalitas
V = Volume NaOH (ml)
W = Berat Sampel
Catatan :
(i) = untuk minyak kelapa sawit dan bagian-bagianya
(ii) = untuk minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit dan bagiannya.
(iii)= untuk minyak jagung,minyak kedelai dan minyak cair lainya
Asam lemak bebas, dibawah 0.15% dilaporkan dalam bentuk 3
desimal dan diatas 0.15% dilaporkan dalam bentuk 2 desimal.

pelaporan Konsentrasi % FFA Ketelitian


< 1.5 % 0.001
˃ 1.5 % 0.01

Toleransi Konsentrasi % FFA Repeatibility


< 0.1 % 0.004 %
1.5 % - 5 % 0.02 %

3.2 Penentuan Kadar Air


Konformibilitas: PORIM p2.1 (1995) Volatil Metter

3..2.1 Prinsip:
Metode ini melibatkan pemanasan sampel minyak di dalam oven yang
dilengkapi dengan termometer pada suhu 103 ±20C .
Contoh yang diperlukan: sampel minyak sawit dalam kondisi cair.

22
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

3.2.2 Peralatan:
1. Oven listrik yang dilengkapi dengan termometer digunakan pada suhu
103 ±20C
2.Cawan Petris diameter 5,5 – 7,0 cm
3. Desikator

3.2.3 Prosedur:
1. Keringkan cawan petri di dalam oven pada suhu 1030C selama 15 menit
2.Timbang cawan dengan ketelitian hingga 0,0001 g.
3. Masukkan sampel kedawan cawan petri 10 ± 1,0 g.
4. Masukan cawan petri kedalam desikator hingga minyak mendingin.
5.Timbang cawan dan sampel hingga ketelitian 0,0001 g
6. Masukan kedalam oven pada suhu 1030C selama 2,5 jam
7. Dinginkan cawan pada suhu ruangan dengan memasukan kedalam
8.Timbang cawan dan sampel dengan ketelitian hingga 0,0001 g.
9.Jika volatil meter melebihi 0,3 %, lanjutkan pemanasan hingga berat
interval 30 menit dan perbedaan berat setiap interval < 0,002 g.

𝑊𝑏−𝑊𝑑
Perhitungan: % Moisture & VM = x 100
𝑊𝑏−𝑊

Dimana:
W= Berat cawan
Wb= Berat cawan dan sampel
Wd= Berat cawan dan sampel setelah pemanasan
Hasil delaporkan hingga 3 desimal
Toleransi:

Rentang Konsentrasi (%) Repeatability


0,040 – 0,300 0,003%

23
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

3.3 Penentuan zat pengotor

Konformabilitas = PORM P2. 2 (1995) Impuritis

3.3.1 Prinsip :
Minyak yang telah dilarutkan disaring dan residu yang diperoleh selanjutnya
dicuci dengan pelarut. Residu kemudian dikeringkan dan ditimbang.
Contoh yang diperlukan : Sampel minyak yang telah dipanaskan beda suhu
60-700
3.3.2 Peralatan:
1. Wadah Gooch porselin diameter 20 mm
2. Kertas saring fiber glass whatment GF/B atau serupa
3. Lalu penyaring vakum volume II adaptor dan cincin untuk meletakan wadah
gooch
4. Erlenmeyer 250 ml
5. Oven listrik yang dilengkapi di termometer digunakan pada suhu 103 ± 20C
6. Desikator

3.3.3 Zat Kimia :


Pelarut petrolium ether atau n-heksan yang telah disaring dengan
whatman GF/B

3.3.4 Prosedur :
1. Letakan kertas saring pada wadah Gooch
2. Cuci dengan 10 ml n-heksan sambil divokumkan, kemudian keringkan
selama
30 menit Pada suhu 1030C pada suhu 1030C
1. Diinginkan wadah dan kertas saring didalam desikator kemudian timbang
hingga ketelitian 0.0001 g
2. Masukan kedalam erlenmeyer sekitar 20 g sampel dan tambahkan 100 ml
pelarut

24
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

3. Hangatkan dan kocok untuk memperoleh larutan yang homogen


4. Saring larutan sampel melalui wadah Gooch dalam kondisi vakum
5. Gunakan 10 ml pelarut untuk memindahkan minyak dan zat-zat yang tidak
larut kedalam Gooch
6. Cuci dengan 10 ml pelarut hingga semua minyak hilang
7. Pastikan semua larutan sampel dari erlenmeyer telah pindah kedalam wadah
Gooch
8. Bersihkan wadah dengan tissue lalu keringkan wadah beserta residu
kedalam oven pada suhu 1030C selama 30 menit
9. Diinginkan di dalam desikator hingga mencapai suhu kamar.
10. Timbang wadah beserta residu hingga ketelitian 0.0001 g

3.3.5 Perhitungan:
Dimana:
W= Berat sampel
W1= Berat wadah dan kertas saring
W2= Berat wadah, kertas saring dan residu
Hasil dilaporkan hingga 3 desimal
Repeatibilitas :
Rentang Konsentrasi Repeatability
< 0.15 % 0.01 %

3.4 Penentuan Nilai IOD (Metode Sikloheksana)

Konformabilitas : PORIM P3.2a (1993) Iodine value (cylohexane Methode)

25
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

3.4.1 Prinsip :

penambahan larutan iodium monoklorida kedalam campuran asam asetat


dan siklo heksan, reaksi iodium monoklorida yang tersisa setelah reaksi
dengan menambahkan larutan kalium iodida dan aquades dan titrasi larutan
iodium bebas dengan larutan standart natrium thiosulfat.
Contoh yang diperlukan: minyak dalam bentuk cair (dilelehkan pada suhu
60-700 C) dan telah dihomogenkan.

3.4.2 Peralatan
1. Botol timbang atau vial berkapasitas 2-4 ml
2. Erlenmeyer 300 ml atau 500 ml bertutup gelas
3. Buret 50 ml
4. pipet 20 ml dan 25 ml

3.4.3 Zat kimia


1. Air di ionisasi yang sudah dididihkan
2. Larutan wijs
3. Larutan kalium Iodida (KI) 15%. Timbang 15 gram KI kedalam
100 ml air deionisasi.
4. Sikloheksan sikloheksan segar harus digunakan hasil yang tidak
menentu bisa diakibatkan oleh siklo heksan yang lama.
5. Larutan kanji. Campurkan 1 gram tepung kanji dan sedikit air
diionosasi sambil diaduk, tambahkan 200 ml air mendidi. Ambil 5
ml dari larutan kedalam 100 ml air dan tambahkan 0.05 ml larutan
iodida. Warna biru harus dihilangkan dengan menambahkan 0.05
ml larutan Natrium thiosulfat 0.1 N
6. Larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0.1 N. Larutan 24.8 gram
Na2S2O3. 5H2O atau 15.8 gram Na2S2O3 anhidrat kedalam air
deionisasi hingga 1 liter dengan labu ukur. Asam Klorida (HCl )
pekat ρ 1.19 gram/ml

26
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

7. Kalium dikromat (K2Cr2O7) kalium dikromat dihaluskan lalu


dipanaskan pada suhu 1100C hingga berat konstan. Didinginkan
didalam desikator.

3.4.5 Prosedur
1. Standarisasi larutan Na2S2O3 0.1 N
1.1 Timbang kedalam Erlenmeyer 300 ml.
1.2 Larutkan dengan 25 ml air diionisasi.
1.3 Tambahkan 5 ml HCl pekat dan 20 ml larutan KI.
1.4 Kocok hingga larutan tercampur .
1.5 Tutup dengan kaca arloji dan biarkan 5 menit diruang gelap.
1.6 Tambahkan 100 ml air diionisasi.
1.7 Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sehingga warna kuning .
1.8 Tambahkan 2 ml larutan kanji hingga larutan berwarna biru.
1.9 Lanjutkan titrasi hingga 1 tetes dapat berubah warna dari hijau
1.10 Hitung konsentrasi aktual larutan Na2S2O3 dengan rumus
1.11 Lakukan titrasi blangko tanpa K2Cr2O7.

2. Penentuan Nilai Iod


2.1 Timbang sampel (ketelitian 0.0001 gram) didalam botol timbang atau
vial. Berat sampel yang digunakan bervariasi bergantung pada perkiraan
angka Iod (lihat tabel).
Tabel: Berat sampel berdasarkan jenis produk minyak
Produk Nilai Iod Berat
perkiraan Sampel (g)
Hydrogenate palm <5 3.00
kernel oil, oleat, streat
Palm kornel oil, oleat, 5-25 1.00
streat
Special high IV olein 25-60 0.4
Soya been Oil 60-100 0.3
Soya been Oil >100 0.15

27
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

2.2 Tempatkan sampel kedalam Erlenmeyer, tambahkan 20 ml sikloheksan


untuk melarutkan lemak, jika diperlukan, pemanasan sampel terlebih dahulu
untuk memudahkan proses pelarutan.
2.3 Tambahkan 25 ml reugent wijs, pasang peratup erlenmeyer lalu kocok
kemudian tempatkan pada ruang yang gelap selama 1 jam. Untuk
sampel yang memiliki angka Iod > 150 ditempatkan diruang gelap
selama 2 jam
2.4 Tambahkan 20 ml KI dan 100 ml aquades
2.5 Titrasi dengan naatrium tiosulfat hingga warna kuning dari Iod
2.6 Tambahkan Indikator kanji 1-2 ml dan lanjutkan titrasi hingga warna
biru hilang
2.7 Lakukan proses analisa secara duplo
2.8 Lakukan analisa terhadap blangko.

3.4.6 Perhitungan :

1. Standarisasi Larutan Na2S2O3

20,394 𝑥 𝑤 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
Na2S2O3 = 𝑉 . 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3

N Na2S2O3 = Normalitas larutan Na2S2O3 (N)


W K2Cr2O7 = Berat Penimbangan K2Cr2O7 (g)
V Na2S2O3 = Volume larutan Na2S2O3 (mL)
11. Penentuan Nilai Iod
Nilai Iod =

Dimana
N = Normalitas larutan Na2S2O3
V2 = Volume larutan Na2S2O3 yang digunakan untuk menitrasi blanko
(ml)

28
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

V1 = Volume larutan Na2S2O3 yang digunakan untuk menitrasi sampel


(ml)
W = Berat Sampel

Hasil dilaporkan satu decim


Repeatibilitas = , 0,5
Hasil delaporkan hingga 3 desimal
Toleransi:

Rentang Konsentrasi (%) Repeatability


0,040 – 0,300 0,003%

29
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Analisa Acidity (Keasaman)

Tabel 4.1 analisa acidity

NO Tanggal Analisa Kode Sampel Standart Hasil Kesimpulan


Bahan Baku Analisa
1 Tanggal Analisa CPKO NO 1 4-15 2.45 -
2 Selasa, 9 Juli 2013 CPKO 4-15 7.78 OK
Composite
3 Selasa, 9 Juli 2013 CPO NO 2 4-15 4.94 OK
4 Selasa, 9 Juli 2013 CPO NO 4 4-15 4.73 OK
5 Selasa, 9 Juli 2013 CPO NO 2 4-15 7.79 OK
6 Selasa, 16 Juli 2013 CPO NO 4 4-15 4.74 OK
7 Selasa, 16 Juli 2013 CPO NO 5 4-15 5.08 OK
8 Selasa, 16 Juli 2013 CPO NO 2 4-15 4.84 OK
9 Kamis, 15 Agustus CPO NO 4 4-15 4.76 OK
2013
10 Kamis, 15 Agustus CPO NO 5 4-15 4.92 OK
2013

4.2 Analisa Moisture dan Zat Pengotor

Tabel 4.2 analisa moisture dan zat pengotor

NO Tanggal Analisa Kode Sampel Standart Hasil Kesimpulan


Bahan Baku Analisa
1 Selasa, 9 Juli 2013 CPKO NO 1 0.5 0.81 Over
2 Selasa, 9 Juli 2013 CPKO 0.5 0.44 OK
Composite
3 Selasa, 9 Juli 2013 CPO NO 2 0.5 0.54 OK
4 Selasa, 9 Juli 2013 CPO NO 4 0.5 0.86 Over
5 Senin, 17 Juli 2013 CPO NO 4 0.5 0.40 OK
6 Senin, 17 Juli 2013 CPO NO 5 0.5 0.62 OK
7 Senin, 17 Juli 2013 CPO NO 2 0.5 0.49 OK

30
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

8 JumaT, 02Agustus CPO NO 2 0.5 0.62 OK


2013
9 Jumat , 02 Agustus CPO NO 4 0.5 0.51 OK
2013
10 Jumat , 02 Agustus CPO NO 5 0.5 0.51 OK
2013

4.3 Iodin Value (Penentuan Bilangan Iod)

Tabel 4.3 analisa iodin value (bilangan iod)

NO Tanggal Analisa Kode Sampel Standart Hasil Kesimpulan


Bahan Baku Analisa
1 Sabtu, 13 Juli 2013 CPKO NO 1 50-55 14.43 Percobaan
2 Sabtu, 13 Juli 2013 CPKO 50-55 19.29 Percobaan
Composite
3 Sabtu 13 Juli 2013 CPO NO 2 50-55 22.69 Percobaan
4 Sabtu, 13 Juli 2013 CPO NO 4 50-55 16.18 Percobaan
5 Kamis, 18 Juli 2013 CPO NO 2 50-55 49.40 LOW
6 Kamis, 18 Juli 2013 CPO NO 4 50-55 54.82 OK
7 Kamis, 18 Juli 2013 CPO NO 5 50-55 58.70 OK
8 Rabu, 14 Agustus CPO NO 2 50-55 53.63 OK
2013
9 Rabu,14 Agustus CPO NO 4 50-55 52.91 OK
2013
10 Rabu, 14 Agustus CPO NO 5 50-55 53.76 OK
2013

31
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

BAB V
PEMBAHASAN

Crude Palm Oil (CPO) Adalah minyak kelapa sawit mentah yang berwarna
kemerah-merahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan
daging buah kelapa sawit. Sedangkan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) merupakan
bahan baku minyak kelapa sawit yang disebut dengan istilah minyak Inti Sawit.
Selain menghasilkan minyak inti sawit PKO juga mempunyai produk sampingan
yang antara lain: Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream,
Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild,
Imitation Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
Pada Proses Penggolahan Buah Sawit Menjadi Minyak Sawit ini melalui
beberapa macam proses yaitu dengan cara loading ramp,
sterillizer,thresser,stasiun proses, dan stasiun pemurnian. Pada loading ramp
tandan buah segar (TBS) masuk kedalam lori, kemudian di rebus dalam suatu
bejana yang di sebut dengan sterillizer setelah itu pada thresser tandan buah segar
(TBS) direbus untuk dipisahkan antara berondolan dan tandonnya, kemudian
berondolan tersebut jatuh ke conveyor, dan proses selanjutnya adalah minyak
yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang
berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain, jadi untuk mendapatkan
minyak yang memenuhi standar maka diperlukan pemurnian terhadap minyak
tersebut
Pada analisa CPO dan CPKO ini menggunakan empat macam parameter,
yaitu analisa moisture dan volatil matter, analisa impurities (penentuan zat
pengotor), analisa Acidity (penentuan keasaman), kemudian paramatter yang
terakhir yaitu iodine value (penentuan nilai iod). Pada analisa moisture dan
volatile matter menggunakan prinsip gravimetri dimana sejumlah sampel
ditimbang lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 oC selama 2,5 jam setelah
dipanaskan sampel ditimbang kembali sehingga dappat diketahui jumlah zat yang
menguap (zat terbang dan air). Kemudian paramater yang kedua yaitu zat
penggotor. Zat pengotor yang dimaksud yaitu kotoran – kotoran berupa sisa-sisa

32
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

lumpur dan zat-zat lain yang tidak tersaring selama proses pemurnian CPO. Pada
anaisa parameter ini digunakan larutan Hexanes yang fungsinya sebagai pelarut
minyak. Namun agar minyak dapat terlarut sempurna dibutuhkan pemanasan pada
suhu 60-70° C. Minyak yang telah terlarut kemudian disaring untuk memisahkan
endapan-endapan kotoran yang terkandung pada minyak. Kemudian endapan ini
dikeringkan dengan oven lalu ditimbang untuk mengetahui jumlah zat
pengotornya. Paramater yang ketiga yaitu analisa asam lemak bebas.keasaman
pada analisa, keasaman tersebut kita bisa mengetahui berapa % FFA yang
terkndung dalam sampel minyak tersebut, dan kemudian paramatter yang terakhir
adalah penentuan nilai iod, pada penentuan nilai iod inilah analisanya
menggunakan larutan wijs, pada larutan wijs tersendiri berfungsi sebagai reaktan,
karena larutan wijs akan bereaksi dengan minyak tersebut, karena larutan wijs
merupakan campuran dari asam asetat dan iodin, maka dari itulah pada analisa
iodin menggunakan larutan wijs, disamping menggunakan larutan wijs pada
analisa nilai iod ini menggunakan larutan scyklohexan karena berfungsi untuk
mencampur minyak dengan larutan, agar bisa bisa larut. Kemudian dititrasi
denggan Natrium thiosulfat untuk mengetahui volume, pada volume nilai iod juga
akan berpengaruh.
Dalam analisa terdapat data yang tidak sesuai dengan standar baku mutu,
misalnya pada analisa moisture dan volatil matter terdapat data yang over itu
menunjukan bahwa kadar air yang rendah sangat penting untuk meminimalkan
terjadinya reaksi hidrolisa lemak pada CPO saat penyimpanan dan transportasi.
Yang kedua pada analisa impuirities atau disebut juga dengan zat pengotor semua
data masuk pada range standar bahan baku mutu. Pada impuirities tingginya kadar
kotoran di sebabkan oleh kurang terjaganya kebersihan peralatan dan wadah
selama pengolahan dan penanganan CPO. Selanjutnya yang ketiga adalah analisa
asam lemak bebas atau yang dikenal dengan istilah Acidity
(zat pengotor) pada analisa ini ada satu data yang tidak masuk range, tingginya
kadar asam lemak bebas dalam sampel CPO dapat dipengaruhi oleh kadar asam
lemak bebas awal dalam sampel, kadar air dan suhu sealama penanganan dan
transportasiserta mengindikasikan penanganan bahan baku tandan sawit (TBS)

33
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

yang kurang baik sebelum ekstraksi CPO.dan yang terakhir adalah analisa
bilangan iod pada percobaan ini terdapat 4 data yang merupakan percobaan
hasilnya tidak memasuki range, karna di sebabkan massa sampel lebih banyak
sehingga iod yang di serap juga lebih banyak, sehingga volume titrasi natrium
thiosulfatnya juga sedikit.

34
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang di peroleh selama Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adala h sebagai berikut:
Terdapat analisa yang tidak bermutu yang tidak sesuai dengan standar mutu SNI
nya.dan ada sebagian sampel yang sesuai dengan standart baku mutunya.

6.2 Saran
Penulis memberikan saran dan masukan yang mungkin dapat
dipertimbangkan sebagai acuan dalam proses pelatihan kepada para mahasiswa
magang (PKL) di kemudian hari, yakni:
a. Semoga PT. G eoservices (Ltd) dapat selalu menerima para peserta PKL
dari dunia Pendidikan. Karena kami sangatlah memerlukan ilmu dan
pengalaman dari Anda. Dengan bantuan Anda, sama halnya anda telah
ikut serta ikut memajukan dunia Pendidikan di Indonesia.
b. Untuk Politeknik Negeri Samarinda agar lebih memperhatikan
mahasiswanya dalam pelaksanaan kegiatan PKL dan memperpanjang
waktu pelaksanaan PKL. Karena waktu PKL saat ini dirasa masih belum
cukup untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan.

35
PT. Geoservices Balikpapan
Politeknik Negeri Samarinda

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2013 Crude Palm Oil http://mydolping.blogspot.com diakses pada


tanggal 17 juli 2013 jam 12.30 WITA
Habibie,2010 makalah teknologi pengolahan kelapa sawit menjadi cpo dan cpko
http:// habibiezone.wordpress.com diakses pada tanggal 17 juli 2013 pada
jam 12.40 WITA
Eben,reymon,2013. Hasil perkebunan kelapa sawit
http://reymons1212.blogspot.com diakses pada tanggal 17 juli 2013
jam12.45 WITA
Anonim,2009 sawit http:// www.datacon.co.id diakses pada tanggal 22 juli 2013
jam 04.39 WITA
Anonim,2013. Marfologi buah kelapa sawit http:// tanimedia.blogspot.com
diakses pada tanggal 25 agustus jam 14.30 WITA
Diajeng,2011. Prosedur analisa penentuan bilangan iod http://
diajengsurendeng.blogspot.com diakses pada tanggal 22 juli 2013 pada
jam 14.30 WITA.
Sunarko. budidaya pengolahan sawit.Argomedia Pustaka.: Jakarta, 2007

36
PT. Geoservices Balikpapan

Anda mungkin juga menyukai