Dumai
DI SUSUN OLEH :
NUR AIDA
NIS/NISN : 4167/0019438397
NUR AIDA
NIS/NISN : 4167/0019438397
Disetujui oleh:
Koordinator Pembimbing Kerja Praktek
ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berisi
tentang “PROSES FRACTIONATION REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL
(RBDPO) MENJADI STEARIN DAN OLEIN. Adapun tujuan dari pembuatan Laporan
Kerja Praktek ini adalah sebagai tugas mata kuliah untuk menepuh jenjang program studi
Strata 1, pada Sekolah Tinggi Teknologi Dumai.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sejak masa pelaksanaan kuliah kerja praktik hingga selesai laporan ini.
Dengan kerendahan hati dan ketulusan ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Ir., M Fajri M.T, selaku kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
Aceh.
2. Bapak Irfani, SE, M.Si, selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
3. Mr. Abdulsalam Alkharasani sebagai General Manager pada PT. Indopalm
Pacific Industri
4. Ibu Meutia Asnawi sebagai HRD Manager pada PT. Indopalm Pacific
Industri
5. Mr.C.Venkatesh.P selaku Production Manager di PT Pacific Indopalm Industries.
6. Bapak Rifdi Agus selaku Production Superintendent di PT. Pacific Indopalm
Industries Dumai.
7. Bapak Wardison Johardi selaku Pembimbing Lapangan di PT. Pacific Indopalm
Industries Dumai.
8. Kepada seluruh karyawan PT. Pacific Indopalm Industries Dumai, khususnya
bagian plant Produksi yang telah membantu penulis selama penulis menjalankan
Praktek Kerja Lapangan di PT. Pacific Indopalm Industries Dumai.
9. Kedua Orang Tua, kakak, adik dan keluarga tercinta yang telah memberikan
dukungan serta doa yang tulus dan ikhlas kepada penulis.
iii
10. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan Untuk itu, kritik dan saran yang membangun penulis sangat diharapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan laporan ini ke depan. Semoga laporan ini bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan.
Nur Aida
NIS/NISN: 4167 / 001565009052
iv
DAFTAR ISI
v
4.2.2 Peralatan Pendukung pada Proses Crytalizer ...............................26
4.2.3. Tahapan Proses yang Terjadi di Crystallizer...............................29
4.2.4. Proses Kerja di Crystallizer .........................................................31
4.3. Proses Filtrasi (Filtration Section).........................................................33
4.3.1. Tahapan Proses yang Terjadi di Filter Press ...............................33
4.3.2. Proses Kerja di Filter Press .........................................................35
4.4. Flow Chart Proses Pengolahan RBDPO Menjadi Olein dan Stearin ....37
4.5. Hasil Produksi (Out Put) .......................................................................38
BAB V PENUTUP ................................................................................................39
5.1. Kesimpulan ............................................................................................39
5.2. Saran ......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................40
LAMPIRAN ..........................................................................................................41
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun perumusan masalah dari laporan Kerja Praktek ini adalah bagaimana
proses fraksination di PT. Pacific Indopalm Industries Dumai.
Adapun tujuan dilakukan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui proses
fraksination di PT. Pacific Indopalm Industries Dumai.
1. Menambah pengetahuan peserta diperoleh dalam dunia industri.
2. Mendapatkan data-data pabrik dengan cara langsung melihat ke lapangan serta
pengambilan data-data secara wawancara kepada para petugas di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman bekerja langsung dalam pabrik.
4. Melatih peserta untuk biasa berkerjasama atau saling bertukar pikiran dengan
karyawan dalam lingkungan perusahaan.
5. Untuk mengetahui proses refinery minyak kelapa sawit yang menghasilkan RBDPO
di PT. Pacific Indopalm Industries.
6. Untuk megetahui proses fraksination yang menghasilkan produk RBDOL dan
RBDST.
2
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Investasi antara Indonesia dan Inggris telah terjalin sejak 30 Tahun yang lalu
Investasi Inggris mulai masuk ke Sumatra Utara pada tahun 1970 bergerak di bidang
usaha perkebunan karet dan coklat, berlokasi di kabupaten langkat.
Demikian juga Yaman sejak tahun 1997 telah mulai menanam modal di Sumatra
Utara dengan berdirinya PT Pacific Medan Industri. Perusahaan ini bergerak di bidang
usaha pengalengan minyak yang telah berproduksi komersial sejak November 1998
lalu. Pada mulanya, perusahaan ini mendapatkan bahan bakunya dengan membeli dari
perusahaan lain. Atas dasar inilah, maka Hayel Sayeed Anaam (HSA) group merasa
perlu untuk membangun pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Tujuannya
adalah untuk memenuhi permintaan dari PT Pacific Indopalm Industries.
Seiring dengan meningkatnya persaingan maka Hayel Sayeed Anaam membangun
pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terletak di Dumai Provinsi Riau.
Kegiatan produksi pertama kalinya yaitu pada November 2009 Departemen di PT
Pacific Indopalm Industries terdiri dari seksi yaitu seksi Refinery dengan kapasitas 1500
MT (Metric Ton) Refined Bleached and Deodorized Palm Oil perhari.
Produk akhir dari PT Pacific Indopalm Industries sebagian besar di ekspor ke luar
negeri seperti Pakistan, Yaman, India dan Negara lain, sedangkan sebagian kecil di
kirim ke dalam negeri sesuai dengan permintaan pasar dalam negeri.
Untuk mengoprasikan pabrik secara optimal, perusahaan ini juga menerapkan
Quality Management System yaitu ISO 9001:2008 dan HACCP dan telah mendapatkan
sertifikat. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggang perusahaan ini juga memiliki
sertifikat HALAL dan juga menjadi member RSPO.
Perusahaan juga memiliki fasilitas penyimpanan (bulking) dengan kapasitas 41.000
MT untuk memastikan operasi logistic yang efisien yang akan memenuhi kebutuhan
operasional pabrik dan juga memiliki armada tanker untuk menjamin kelancaran
pengambilan CPO dari perkebunan ke pabrik.
PT Pacific Indopalm Industries terletak di tepi laut memiliki dermaga sendiri.
Investasi ini telah memberikan perusahaan keunggulan kompetitif dikarenakan kapal
berkapasitas hingga 50.000 MT dapat langsung sandar di dermaga ini. Perusahaan juga
memiliki fasilitas pumping yang berkapasitas tinggi untuk memuat ke kapal dengan
kapasitas maksimum pumping rate 1.800 MT/jam dan dapat menjamin waktu loading
yang minimal sehingga mengurangi biaya pemuatan pelanggan.
PT Pacific Indopalm Industries juga menghasilkan listrik sendiri dengan memiliki
boiler bertekanan tinggi dan turbin uap. Investasi ini membantu perusahaan dalam
memasok kebutuhan steam dan listrik secara konsisten dengan biaya yang kompetitif.
Untuk menggerakkan boiler, perusahaan ini menggunakan bahan bakar yang ramah
lingkungan non BBM, yaitu cangkang kelapa sawit (Palm Kernel Shell) untuk
menghasilkan power.
4
Untuk keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari komitmen manajemen
perusahaan yang professional dan memiliki karyawan yang terlatih di bidang masing-
masing dan bertanggung jawab dalam melaksanakan dengan metode yang paling
efiesien.
Grup memulai bisnis di Indonesia pada 1999 dan sekarang ini focus pada bisnis
utama pada perdagangan minyak dan produk-produk berkualitas tinggi lainnya dengan
harga yang terjangkau.
Saat ini group memiliki 6 perusahaan di Indonesia sebagai berikut:
1. Pacific Palmindo Industri, Medan (Manufaktur)
2. Pacific Medan Industri, Medan (Manufaktur)
3. Oleochem & Soap Industri, Medan (Manufaktur)
4. Pacific Indopalm Industries, Dumai (Manufaktur)
5. Pacific Indomas, Jakarta (Perdagangan)
6. Mega Karya Jaya Raya, Jakarta, Papua (Pekebunan Kelapa Sawit)
5
2.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
6
7
BAB III
LANDASAN TEORI
Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan serabut/kulit luar buah kelapa
sawit melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan
pengepresan. CPO ini diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit yang telah
mengalami beberapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Minyak ini
merupakan produk level pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar 30% dari
nilai tandan buah segar. CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri minyak
goreng, industri sabun, dan industri margarin. Dilihat dari proporsinya, industri yang
selama ini menyerap CPO paling besar adalah industri minyak goreng (79%), kemudian
industri oleokimia (14%), industri sabun (4%), dan sisanya industri margarin (3%).
Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri atas asam
lemak dan gliserol. Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak atau lemak merupakan
perpaduan dari ester-ester asam lemak dan gliserol. Lemak minyak yang di konsumsi
(edible fat) yang dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau
hewani. Dalam tanaman atau hewani, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber
cadangan energi. Sebagian besar minyak nabati masih berbentuk cair pada suhu kamar
karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu seperti asam oleat, linoleat
dan asam linolenat. Sedangkan minyak hewani pada umumnya banyak mengandung
asam lemak jenuh, seperti asam palmitat dan stearat, sehingga terbentuk padat pada
suhu kamar.
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari
daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak
kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal
dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal dengan minyak inti sawit atau Kernel
Palm Oil (KPO). Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan serabut/kulit luar buah
kelapa sawit melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan
pengepresan. CPO ini diperoleh dari bagian mesokrap buah kelapa sawit yang telah
mengalami beberapa proses yaitu, sterilisasi, pengepresan. Minyak ini
merupakan produk level pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar 30% dari
nilai tandan buah segar (Mangoensoekarjo, 2005).
Minyak sawit merupakan bahan yang tidak hanya digunakan dalam produk
makanan seperti dalam pembuatan margarin, biskuit, es krim dan minyak goreng, akan
tetapi juga dimanfaatkan untuk produk-produk non-makanan seperti dalam pembuatan
sabun, detergen, kosmetika, dan lain-lain (Herawati dan Syafsir Akhlus, 2006).
Pemisahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) dapat menghasilkan
oleo kimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Crude Palm Oil (CPO)
adalah minyak atau Lemak merupakan perpaduan dari ester-ester asam lemak dan
gliserol. Lemak minyak yang dikonsumsi (edible fat) yang dihasilkan oleh alam yang
dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. tanaman atau hewani, minyak tersebut
berfungsi sebagai sumber cadangan energi. sebagian besar minyak nabati masih
berbentuk cair pada suhu kamar karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh,
seperti: asam oleat, linoleate, dan asam linolenat titik sedangkan minyak hewani pada
umumnya banyak mengandung asam lemak jenuh, seperti asam palmitate, dan stearate
sehingga terbentuk pada suhu kamar.
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemak. CPO berupa minyak yang agak kental berwarna
kuning jingga kemerah-merahan karena kandungan karotenoida (terutama β-karotena).
Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari
jenis tenera kurang lebih 500-700 ppm. Karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat
kanker paru-paru dan payudara, dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A
didalam tubuh. β-karotena merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A)
dalam proses metabolisme dalam tubuh.
Minyak kelapa sawit mengandung kolesterol rendah, antara 12-19 ppm (rata-rata
16 ppm); sebagai perbandingan minyak kedele mengandung 20-35 ppm (28 ppm),
minyak rape 25-50 ppm, dan minyak jagung 10-95 ppm. Minyak kelapa sawit yang
dimurnikan (refined) menjadi minyak goreng kandungan kolesterolnya akan turun
sampai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Telah dibuktikan
bahwa minyak goreng kelapa sawit, terutama minyak goreng merah (red cooking oil),
8
cenderung mengurangi terjadinya trombosit pada urat nadi, tidak meningkatkan tekanan
darah tinggi, dan tidak menimbulkan kanker.
9
3.1.2. Kualitas Mutu CPO, RBDPO dan RBDOL
Kualitas mutu CPO, RBDPO dan RBDOL yang terdapat di PT. Pacific
Indopalm Industries dapat dilihat pada tabel berikut:
Parameter CPO
IV 50-55 Max
Parameter RBDPO
IV 50-55
PV 5 Max
SMP 33-39
10
Tabel 3.3. Spesifikasi untuk parameter mutu RBDOL
Parameter RBDPO
IV 56
PV 5 Max
SMP 24 Max
11
yang diserap oleh 100 gram minyak atau lemak. Semakin tinggi nilai IV menyatakan
bahwa kandungan asam lemak tak jenuh nya banyak, sehingga ikatan rangkap (tak
jenuh) yang ada dalam minyak banyak sehingga tampilan fisik nya cair. Selain itu IV
tinggi menunjukan bahwa fraksi padat (stearin) sedikit, dan fraksi cair olein banyak.
Semakin rendah nilai IV menyatakan bahwa kandungan asam lemak tak jenuh nya
sedikit, sehingga ikatan rangkap (tak jenuh) yang ada dalam minyak juga sedikit
sehingga tampilan fisiknya kental. Akibatnya minyak dengan IV tinggi tinggi susah
dicerna oleh tubuh, dikarenakan minyak tersebut mempunyain melting point diatas
40°C, sedangkan suhu tubuh sendiri berkisar 36-37°C. maka dari itu pada suhu tersebut
minyak IV rendah belum meleleh secara sempurna. Adapun nilai CP ini dipengaruhi
oleh nilai IV dan adanya Moisture.
5. Colour (Warna)
Komponen utama yang menyebabkan warna pada minyak goreng adalah pigmen
kroten sebagai penyumbang warna kuning, antosianin sebagai penyumbang warna
merah dan klorofil sebagai penyumbang warna hijau. Pengukuran pada Lovibond
Tintometer ditentukan pada komposisi warna merah dan kuning. Nilai colour meningkat
baik karena lama waktu pemanasan maupun karena kanaikan temperature pemanasan.
Metode yang digunakan dalam penentuan warna adalah dengan menggunakan
pencocokan warna dari transmisi cahaya melalui cairan minyak atau lemak pada batasan
12
tertentu ke warna dari sumber sinar yang sama, yang ditransmisikan melalui standar
glass.
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau
kesalahan selama pemerosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan
sekaligus cara pencegahannya.
13
3.2. Proses pengolahan Crude Palm Oil secara umum
1. Degumming
Degumming merupakan tahapan paling awal yang dilakukan dalam proses
refinery plant. Pertama-tama, minyak CPO akan dipompa ke dalam pipa yang kemudian
akan dipanaskan terlebih dahulu dengan menggunakan heat exchanger yang berasal dari
14
pemanas. Setelah itu, minyak CPO akan dipanaskan kembali dengan menggunakan heat
exchanger dengan menggunakan steam. Setelah itu, minyak CPO akan dipompa masuk
ke dalam tank mixing, dan selama pemompaan CPO akan ditambahkan oleh phosphoric
acid dengan dosis konsentrasi 80-85% sebanyak 0,05-0,2% dari berat CPO.
Penambahan phosphoric acid ditentukan oleh getah CPO dan nilai FFA dari CPO
apabila semakin tinggi FFA maka kandungan phosphorit akan semakin banyak.
2. Bleaching
Bleaching Earth (pemucatan warna) dan filtrasi pemucatan warna (yang lebih
dikenal dengan bleaching) dilakukan di atas pemanas atau di dalam pengaduk dalam
keadaan hampa udara (vacum air) dengan penambahan serbuk pemutih Bleaching Earth
untuk menurunkan kandungan warna pada minyak pangan. Banyaknya Bleaching Earth
yang ditambahkan antara 0,6% - 1,5% tergantung kualitas Crude Palm Oil (CPO),
Spesifikasi produk akhir yang diminta, type Bleaching Earth dan temperatur pemutihan
Crude Palm Oil tersebut. Di negara Malaysia, bleaching dilakukan pada tekanan hampa
udara 15-20 mmHg pada 90 - 130oC selama 40 menit. Setelah proses bleaching selesai
dilakukan, langkah selanjutnya adalah menghilangkan jumlah kandungan zat warna
yang terasobrsi dalam CPO melalui proses filtrasi. setelah proses filtrasi, hasil minyak
pangan kemudian disaring. Hasil ini dari kesemua proses ini ditandai dengan adanya
warna terang dari proses netralisasi pemucatan warna palm oil yang dikenal dengan
BPO (Bleaching Palm Oil).
3. Deodorizing
Deodorization adalah langkah yang paling penting dalam proses pengolahan
minyak pangan. Deodorization ini dilakukan untuk menghilangkan bau minyak dan
sekaligus menyempurnakan warna. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi atau
menghilangkan tingkat penguapan relative (tingkat oksidasi/Relative Volatile
Ordouferous) dan aroma yang ada pada minyak pangan. Mengurangi tingkat oksidasi
dilakukan dengan cara mengurangi asupan free fatty acid (dibawah 0,10%). Kandungan
Aldehyd, keton, warna (dibawah 3 red pada pengukuran dengan Lovibond 5 ¼”cell).
15
Deodorization dilakukan dengan destilasi pada keadaan hampa udara yaitu 2-5
torr, daerah kedap udara dan pemanasan 250-260oC. Untuk melindungi CPO dari proses
oksidasi kembali, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menghilangkan udara
pada temperatur tinggi. Minyak makan didinginkan pada suhu 55oC sebelum dialirkan
ke polishing filter. Hasil akhir pemurnian Crude Palm Oil adalah Refined Bleached and
Deodorized Palm Oil (RBDPO).
Physical (steam) Refining Proces pengolahan palm oil selain secara kimia juga
dapat dilakukan secara fisik. Perbedaan utama dari secara fisik dan kimia dari
pengolahan palm oil adalah pada proses deacidification (pengasaman) dan
deodorization. Penyulingan fisik adalah alternatif yang modern untuk pengolahan
minyak sawit mentah dimana penghapusan asam lemak bebas adalah dengan cara
distilasi pada suhu yang lebih tinggi dan vakum rendah. Ini menggantikan reaksi kimia
menggunakan alkali (soda kaustik) dalam kimia pemurnian. Penyulingan fisik juga
dikenal sebagai deacidification dengan uap distilasi dimana asam lemak bebas atau FFA
dan komponen volatile lainnya distilasi dari minyak menggunakan agen pengupasan
efektif yang biasanya uap dibawah cocok pengolahan kondisi (Meirelles dan Ceriani,
2005). Adapun keuntungan dari metode penyulingan dari metode penyulingan fisik
selama penyulingan kimia metode pabrik kelapa sawit adalah:
a. Hasil lebih baik
b. Stabilitas minyak terjaga
c. menurunkan biaya peralatan
d. kesederhanaan operasi
3.2.1. Refinery
Refinery merupakan unit pengolahan awal CPO agar menjadi RBDPO. Tujuan
utama dilakukan proses refinery adalah untuk mengurangi atau menghilangkan pengotor
yang larut maupun tidak larut yang berada di dalam CPO seperti serat, air dan
komponen-komponen tak larut minyak, asam lemak bebas atau Free Fatty Acid (FFA),
fosfolipid, logam berat, produk oksidasi, dan komponen-komponen penyebab bau
dengan menggunakan tiga tahapan proses yaitu: degumming, bleaching, deodorizing,
16
sehingga nantinya akan dihasilkan kualitas produk RBDPO (Refined, Bleached,
Deodorized Palm Oil) yang sesuai dengan spesifikasi yang diingkan (Gibon, 2012).
Menurut Basiron (2005) proses refinery dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu
physical refining dan chemical refining. Proses refinery yang dilakukan PT Kreasijaya
Adhikarya Dumai menggunakan metode physical refining karena cenderung lebih
efektif dalam hal biaya, lebih efisien, dan lebih sederhana dibandingkan dengan
chemical refining.
Bahan pendukung yang dipakai dalam proses refinery di PT. Pacific Indopalm
Industrie sebagai berikut :
1. Bleaching Earth
Bleaching earth sendiri merupakan tanah pemucat yang diaktifkan dengan asam,
karbon aktif, tanah pemucat alami, dan silica sintetis, yang setelah digunakan akan
menghasilkan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berupa spent earth (Fattah et
al, 2014). Bleaching earth memiliki fungsi utama yaitu untuk membersihkan atau
menjernihkan minyak karena memiliki kemampuan mengadsorpsi atau mengendapkan
semua komponen yang bersifat polar yang berada di Crude Palm Oil,
Proses bleaching juga bisa mencegah kerusakan minyak karena selain zat warna
tadi, BE juga dapat mengadsorpsi pengotor-pengotor lain yang terdapat dalam CPO
seperti sisa tandan, sejumlah kecil logam, dan pengotor hasil oksidasi minyak yang
biasanya berwarna gelap. Akan tetapi, harap diingat pula untuk CPO biasanya proses
bleaching dilakukan dengan menggunakan suhu yang relatif tinggi (100-120oC). Sudah
tentu dengan suhu demikian menyebabkan CPO menjadi teroksidasi walaupun untuk
skala lab, biasanya proses oksidasi minyak bisa diminimalisasi atau bahkan dihindari
dengan mengkondisikan set alat bleaching dalam kondisi vakum untuk mencegah
adanya oksigen atau juga lebih baik lagi sebelum dilakukan proses bleaching. Oksigen
yang ada dalam set alat bleaching dibuang terlebih dahulu dengan gas nitrogen. Proses
bleaching dengan menggunakan BE juga mempunyai kelemahan terhadap kualitas CPO
karena banyak sekali zat-zat yang justru diperlukan seperti beta karoten dan vitamin E
yang ikut teradsorbsi oleh Bleaching Earth (BE). Bleaching Earth dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
17
Gambar 3.1. Bleaching Earth
Sumber: Pacific Indopalm Industrie Dumai, 2021
18
Gambar 3.2. Phosporic Acid (H3PO4)
Sumber: PT. Pacific Indopalm Industrie Dumai, 2021
Pada proses refenery yang menjadi fokus pengolahan yaitu kandungan Free
Fatty Acid (FFA), colour pada RBDPO yang dihasilkan. Perlakuan untuk bahan baku
(CPO) yang digunakan yaitu tergantung dari kualitas minyak yang akan diolah yang
meliputi Colour, FFA, Determinant Of Bleaching Indeks (DOBI).
Minyak kelapa sawit terdiri dari berbagai macam komponen. Berikut komponen
penyusun minyak kelapa sawit:
Tabel 3.4. Kandungan Logam di dalam CPO (Cruide Palm Oil)
Logam Konsentrasi (mg/L)
Fosfor 180
Kalium 2270
Magnesium 615
Kalsium 439
Karbon 25440
Boron 7,6
Besi 46,5
Mangan 1,98
Tembaga 0,89
Seng 2,30
Sumber: Basiron, 2005
Minyak sawit mentah adalah sebagian besar bahan dasar untuk pembuatan
produk produk tersebut di atas. Proses pengolahan minyak sawit mentah yang berlaku di
PT. Pacific Indopalm industries terdiri dari beberapa tahapan dan secara garis besar
dapat dituliskan:
19
1. Proses perlakuan pendahuluan (pretreatment process)
2. Proses pemurnian (refinery process)
3. Proses fraksinasi (fractionation process).
Dari tiga tahapan proses ini dihasilkan minyak goreng (olein) sebagai produk
utama dan juga dihasilkan lemak padat (stearin) dan asam lemak penyulingan PFAD
(Palm Fatty Acid Distillated) sebagai produk samping.
Umumnya, komposisi asam lemak minyak kelapa sawit sebagai berikut:
Tabel 3.5. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
No Asam Lemak Kadar (%)
1 Asam Laurat 0,2
2 Asam Myristat 1,1
3 Asam Palmitat 44,0
4 Asam Stearat 4,5
5 Asam Oleat 39,2
6 Asam Linoleat 10,1
7 Lainnya 0,9
Sumber: Pahan, 2006
Disamping bahan baku utama tersebut, ada beberapa bahan baku pendukung
yang digunakan dalam proses produksi, yaitu:
1. Phosporit Acid (H3PO4)
Asam Phospat (H3PO4) berfungsi untuk mengikat posfatida (gum/getah), kandungan
logam dan kotoran lainnya menjadi gumpalan-gumpalan dalam proses degumming,
Phosporit Acid yang yang dibutuhkan pada tahap degumming adalah berkisar antara
0.04-0.05%.
2. Bleaching Earth
Bleaching Earth berfungsi untuk mengadsorpsi kotoran-kotoran (impurities) yang
telah terikat dari proses degumming seperti kandungan logam, karoten, kelembapan,
bahan tak larut atau zat-zat yang bersifat koloidal seperti resin, gum, protein, dan
fosfotida dalam CPO, dimana kesemua ini merupakan kandunga dari CPO.
Bleaching Earth juga berfungsi sebagai bahan pemucatan dalam pengambilan warna
CPO dalam Bleaching Section.
20
3. Black Carbon
Black Carbon berfungsi sebagai absorber untuk mengikat warna keruh pada CPO
yang masuk kedalam bleacher.
3.2.2. Fractination
Minyak RBDPO dari proses refinery di tampung ke dalam tank buffer yang
menggunakan katrol ganda, kemudian RBDPO akan dipompa dan masuk ke dalam heat
exchanger agar minyak yang masuk ke tank crystallization suhu minyak sudah
mencapai suhu yang diinginkan yaitu 65oC. Kemudian pada tank crystallization akan
dilakukan pendinginan secara terkontrol dengan menggunakan cooling tower dan
chiller cooling. Proses kristalisasi minyak dengan pendinginan pada suhu terkontrol
akan menghasilkan 2 macam fase yaitu: fase cair dengan titik leleh yang rendah (olein)
dan fase dengan titik leleh yang tinggi (stearin). Hal ini sesuai dengan teori dari Kapoor
& Nair (2005) yang mengatakan bahwa komponen trigliserida yang terdapat pada
minyak sawit terdiri dari kombinasi asam lemak dengan panjang rantai dan tingkat
kejenuhan yang berbeda, sehingga dapat dipisahkan berdasarkan titik leleh rendah dan
titik leleh tingginya.
Metode fraksinasi dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu dry fractionation,
detergent fractionation dan solvent fractionation. Metode yang dilakukan oleh PT.
Pacific Indopalm Industries adalah metode dry fractionation, alasannya karena metode
ini tidak membutuhkan bahan-bahan kimia atau bahan aditif lainnya. Proses fraksinasi
diawali dengan minyak RBDPO dihomogenisasi dengan suhu yang sudah pernah
mencapai 65°C tujuannya adalah untuk melelehkan kristal-kristal yang ada di dalam
minyak supaya proses kristalisasi dapat berjalan dengan baik dan terkontrol selama
proses pendinginan. Proses pembentukan dan pertumbuhan kristal terjadi ketika minyak
diagitasi dan didinginkan dengan menggunakan sirkulasi air dingin (chilled-water)
dalam (Basiron, 2005).
21
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Proses fraksinasi yang dilakukan oleh PT. Pacific Indopalm Industries dibagi
menjadi 2 tahapan. Tahapan pertama adalah proses pengkristalan atau yang sering
disebut tahap crystallization, tujuan utamanya adalah untuk memisahkan komponen
minyak padat dengan komponen minyak cair berdasarkan perbedaan titik beku minyak.
Hal ini sesuai dengan teori fraksinasi memiliki tujuan untuk memisahkan trigliserida
dalam minyak yang memiliki titik leleh yang berbeda, sehingga minyak kelapa sawit
dapat dipisahkan dari fraksi padat (fraksi jenuh dengan titik leleh yang tinggi) dengan
fraksi cair (fraksi dengan titik leleh lebih rendah). Tahap kedua adalah tahap filtrasi,
tahap filtrasi bertujuan untuk memisahkan bagian stearin (minyak padat) dan olein
(minyak cair) menggunakan membrane filter dengan tekanan tinggi.
23
b. Agigator
Alat untuk melakukan pengadukan sehingga proses perpindahan panas dapat
berjalan dengan baik sehingga pembentukan kristal dapat terkontrol. Masalah-masalah
pada agigator sebagai berikut:
1. Saft patah
2. Blade jatuh/bengkok
3. Gear box bermasalah
24
c. Control valve
Alat yang berfungsi untuk menindak lanjuti perintah yang diberikan terhadap
komputer melalui recipe yang telalh diriset. Perintah yang ditindaklanj uti adalah
perintah penyesuaian setting temperatur yang diinginkan control valve bekerja dengan
aksi bukan valve 0% sampai dengan 100% agar temperatur dapat tercapai. Masalah-
masalah pada control valve sebagai berikut :
1. Adanya kotoran pada disc valve
2. Suplay angin tidak baik
3. Disc macet
4. Resistance Temperature Detector (RTD) tidak akurat
d. Chiler
Adalah peralatan penyuplai air dingin dengan temperatur 8-12oC. Air dingin
dipergunakan pada saat proses penurunan temperatur pada crystallizer dengan
temperatur dibawah suhu kamar atau biasa disebut dengan proses chilling. Bagian-
bagian dari chilling sebagai berikut:
a. Condensor, yaitu tabung cell dan tube yang memindahkan panas ke air cooling tower.
b. Cooler, yaitu tabung cell dan tube yang berfungsi untuk mendinginkan aliran air di
tube dengan menggunakan zat pendingin (freon). Masalah yang sering terjadi di
chiler yaitu:
25
1. Tube block: aliran tidak beljalan dengan baik
2. Tube bocor: freon biasa habis
3. Pompa sirkulasi air tidak berjalan dengan baik.
26
c. Washing tank
Washing tank berguna untuk menampung olein panas bekas pencucian filter
press. Untuk mencuci filter press, olein pencuci dipanaskan terlebih dahulu pada tangki
ini. Jika hasil fraksinasi (kristalisasi) jelek, olein yang keruh akan dioper kedalam tangki
ini. Sebelum diproses ulang di pompakan terlebih dahulu ke preparation tank
penampungan RPO dari deodorasi ) kemudian ke crystalizer.
27
cairkan dengan coil pemanas yang dialiri steam, kemudian setelah cair dipompakan ke
storage.
f. Cooling tower
Merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mendinginkan air yang sudah di
gunakan untuk mendinginkan RPO, PFAD, agitator dan pompa. Air yang sudah
digunakan akan dialirkan kembali ke cooling tower untuk proses pendinginan ulang,
kemudian digunakan kembali untuk pendinginan.
28
4.2.3. Tahapan Proses yang Terjadi di Crystallizer
Terdapat beberapa tahapan proses fraksinasi yang terdapat di crystallizer unit
yaitu:
a. Heating
RBDPO dari storage tank dipompakan melewati sistem perpindahan panas (heat
exchanger) untuk mendapatkan temperatur 65oC. Sebagai temperatur ideal. Selain itu
RBDPO juga bisa langsung di pompakan menuju tank cryslaIIizer tanpa melewati heat
exchanger apabila suhunya sudah memenuhi temperature yang diinginkan.
b. Filling
Filling merupakan proses pengisian tank crystallizer yang berkapasitas 40 MT.
Proses filling RBDPO dalam tank crystallizer mencapai 100% dari kapasitas tangki. Di
dalam tank crystallizer terdapat agigator yang berfungsi untuk melakukan pengadukan
sehingga proses perpindahan panas dapat berjalan dengan baik. Kecepatan awal putaran
agigator sebesar 42 Hz. Proses filling berlangsung selama 20-25 menit.
c. Cooling/fast cooling
RBDPO dalam tangki kristallizer didinginkan dengan menggunakan air dari
cooling tower yang dialirkan melalui coil water yang terdapat dalam tangki kristalizer.
Temperatur air cooling tower yang digunakan adalah 45-35o C. Agigator pada tangki
kristallizer di seting pada putaran 42 Hz, agar temperatur RBDPO dalam tangki menjadi
merata dan homogen. Hingga penurunan suhu minyak dari 65-43 oC. Setting temperatur
air yang diturunkan secara bertahap bertujuan agar proses cooling dapat dikontrol.
Proses cooling berlangsung selama 90-120 menit.
d. Cilling
Setelah temperatur air cooling mencapai 35oC, maka air dari cooling tower
digantikan dengan air chiller water dengan temperatur 8-15oC, pada saat ini temperatur
RBDPO mencapai 43-35oC. Setelah proses pendinginan berlanjut dan temperatur
RBDPO mencapai 29oC dan temperatur air pada coil water 29-26oC.
29
e. slow cooling
Pada temperatur RBDPO 31,5 oC putaran agigator diubah ke low speed yaitu di
setting pada putaran 38 HZ. Bertujuan untuk persiapan pembentukan kristal dan agar
kristal tidak rusak akibat putaran cepat, hingga suhu minyak mencapai 35-29oC proses
pembentukan kristal dimulai (crystal time), temperatur air di setting pada 25.5-20oC
dimana air pada suhu ini deregulasi untuk pembentukan dan pertumbuhan kristal.
Setting temperatur air pada tahap pembentukan knistal ditentukan sesuai dengan
kualitas produk yang diharapkan. Pada pembentukan kristal ini harus dikontrol dari
grafik yang ada dengan mempertahankan selisih temperatur RBDPO dengan temperatur
air tidak lebih dari 2oC. Jika ada over shoot atau temperatur mengalami kenaikan maka
segera lakukan tindakan untuk menurunkan temperaturnya agar kristal yang terbentuk
tidak pecah atau berukuran kecil. Jika kristal dengan ukuran kecil maka dapat lolos pada
membran dalam proses filtrasi dan menurunkan kualitas produk.
e. End cooling
Merupakan proses pendinginan terakhir sebelum di pompa menuju filter press
dimana suhu minyak sudah mencapai 25oC. Proses pendinginan ini bertujuan untuk
memperkeras kristal agar kualitas stearin bagus.
f. Holding
Pemberian waktu sejenak (tujuan utama dari holding adalah untuk
menghomogenisasikan/menyetarakan suhu minyak (olein) dengan kristal-kristal
(stearin) sebelum masuk ke tahapan draining/filtration dengan lamanya waktu tidak
ditentukan.
g. Draining /filtration
Minyak RBDOL dengan suhu 25oC siap untuk proses pemisahan antara minyak
cair (olein) dan minyak padat (stearin) melalui filter press dengan tekanan filter press
3-9 Barr.
30
4.2.4. Proses Kerja di Crystallizer
Proses kerja di crystallizer melalui beberapa tahapan proses yaitu:
1. FiIIing
Minyak (RBDPO) yang telah dipanaskan di Heat Exchanger PHE 1 akan
dialirkan menuju crystallizer hingga high level (100%) dan pompa (Feeding) akan
mati. Pada saat level minyak di crystallizer telah mencapai 100%. Sedangkan untuk
pompa cooling water pump akan hidup pada saat level minyak di crystallizer telah
mencapai high level, dan aka mati pada saat level minyak di crystallizer telah mencapai
low-low level (llw).
2. Crystallization
Setelah level minyak high level, maka pompa cooling tower pump akan hidup.
Pada saat inilah awal pendinginan secara bertahap di crystallizer dimulai. Pendinginan
minyak di crystallizer diatur secara bertahap dengan mengatur atau mengontrol
temperatur air dan volume yang masuk ke crystallizer sehingga minyak yang
didinginkan akan mengikuti GRAFIK kristalisasi yang di yakinkan akan berbentuk
kristal yang mudah untuk di filtrasi. Air pendingin yang masuk ke crystallizer dibagi
atas dua macam,yaitu:
31
32oC, kemudian pendinginan dilanjutkan dengan menggunakan air chiller. Yang pada
tahap ini valve yang terbuka adalah valve V8C1.
32
4.3. Proses Filtrasi (Filtration Section)
4.3.1. Tahapan Proses yang Terjadi di Filter Press
Bagian-bagian dari Filter Press
1. Filter cloth.
Adalah media penyaringan yang terbuat dari kain khusus dengan ukuran lubang
pori-pori yang khusus.
2. Plat filter.
Adalah plate tempat penampungan Kristal yang selanjutnya akan dilakukan
pengepresan sehungga butiran Kristal stearin berbentuk cake.
3. Cyclone Tank.
Merupakan tangki tempat penampungan Kristal atau stearin ditampung setelah
dilakukan proses squeezing.
Kerusakan yang sering terjadi di filter press adalah :
a. terkoyaknya kain filter cloth, mengakibatkan pemisahan olein dan stearin tidak
sempurna.
b. patahnya selang hidrolik yang menyebabkan proses squeezing tidak maxsimal.
Tahap operasi pada filter press adalah sebagai berikut:
33
area filter press cloth dan ketebalan celah plate, maka pompa nemo akan
berhenti/stop dengan sendirinya.
b. Pemerasan (squeezing)
Proses squeezing adalah proses pemerasan Kristal, agar cake stearin keras dan
kering tidak ada olein yang tersisa agar untuk mendapatkan yield yang bagus. Pada
tahap ini pemberian tekanan pada bidang plate, sehingga plate menekan ke arah masing-
masing celah plate sehingga butiran-butiran Kristal yang tertangkap tertekan. Kristal
tersebut memadat dan kering sehingga terbentu cake.
Proses squeezing terbagi 4.
1. Tahap pertama menggunakan waktu 100 detik dengan pressure mencapai 1 bar,
menggunakan putaran pompa 40 Hz.
2. Tahap kedua menggunakan waktu 150 detik dengan preesure 3 bar,
menggunakan putaran pompa squeezing 45 Hz.
3. Tahap ketiga menggunakan waktu 150 detik dengan preesure 6 bar sampai 7 bar,
dengan menggunakan putaran pompa squeezing 45 Hz.
4. Tahap keempat dengan waktu 150 detik dengan preesure 9 bar, dengan putaran
pompa 45 Hz.
c. pressure pre-release 1
yaitu proses membuang tekanan yang tadinya 6 bar menjadi 3 bar.
d. core blowing
proses core blowing yaitu pembersihan sisa-sisa minyak (Olein), menggunakan
angina len feeding yang dipakai pada saat proses filing, dari kristalizer menuju filter
press, dengan cara buka valve angin 9A/9B hingga terbuka, membersihkan len minyak
masuk yang ada di plat filter hingga menuju tangki core blow FT 10 Farm selama 100
detik.
34
membrane agar stearin yang terbentuk di dalam filter cloth mudah jatuh ke dalam
melting tank, menggunakan waktu 120-130 detik. Stearin akan dicairkan dengan coil
pemanas menggunakan air hot water dan seterusnya dipompa untuk ditransfer ke
storage tank stearin.
35
berbentuk kristal dianggap telah tersuplay ke semua area filter cloth dan celah plate,
pada tahap ini valve yang terbuka adalah V1A. Sedangkan fraksi cair (olein) yang telah
terpisah oleh fraksi padat (stearin) akan lewat melalui pori-pori filter cloth ke selang
olein menuju tangki penampungan. Selanjutnya proses pengepresan (squeezing) proses
ini menggunakan tekanan sebesar 1-9 barr akan kadar minyak olein pada stearin
berkurang. Membran plate dan butiran kristal yang terperangkap di celah plate akan
tertekan dan mengakibatkan minyak yang masih terkandung didalamnya akan keluar
dari butiran kristal sampai benar-benar habis, sehingga butiran kristalnya berbentuk
cake stearin menggunakan tenaga udara yang bertekanan 7-9 bar,dilanjutkan dengan
proses core blow yaitu pembersihan butiran-butiran kistal pada bagian plate yang tidak
terkena tekanan udara pada tahap squeezing. Pada proses ini valve yang terbuka adalah
9A/9B, melalui valve tersebut minyak masuk dengan tekanan minyak 4-6 bar melalui
ujung line feeding yang akan dikembalikan ke pangkal Iine feeding pada filter press dan
dimasukkan ke tank syclone. Tahap ini bertujuan untuk memperkecil jumlah fraksi cair
yang terdapat didalam fraksi padat, apabila tidak dilakukan maka fraksi cair akan ikut
jatuh ke tangki penampungan fraksi padat (cake stearin). Apabila tahap core blowing
berakhir, dilanjutkan dengan tahap blowing yaitu dimana tahap ini merupakan akhir
proses pengurangan kandungan fraksi cair didalam fraksi padat. Sehingga cake stearin
benar-benar kering dari fraksi cair (olein). dilanjutkan dengan tahap
pembukaan/penarikan plate-plate (opening) untuk merenggangkan plate sehingga cake
stearin yang telah kering tersebut berjatuhan ke bak stearin. Ketebalan cake stearin
yang dijatuhkan adalah 4-5 cm, kemudian cake stearin yang telah jatuh akan dicairkan
menggunakan coil pemanas dengan suhu 65-70oC setelah itu baru dipompakan ke
tangki penyimpanan stearin.selanjutnya pelepasan tekanan hidrolik dari 120-360 bar
sampai ke titik nol. Proses terakhir adalah pencucian filter press (washing), ini
dilakukan pastikan suhu minyak washing didalam washing tank 65-75oC. Setelah suhu
minyak washing tercapai, maka lakukan proses pencucian filter press dengan memilih
posisi “washing” pada filter press. Proses washing ini lamanya 20-25 menit.
36
Gambar 4.11 Proses Tahapan Filtrasi pada Filter Press
Sumber PT. Pacific Indopalm Industries
RBDPO
QC
CRYSTALLIZER SAMPEL CHECK ?
ST
COOLING RBDPO
CHILLING
CRYSTALLIZATION
FILTRATION
QC SAMPLE
PLANT OLEIN TANK MELTING TANK
CHECK ?
ST ST
OLEIN STEARIN
Gambar 4.12. Flowchart Proses Pengolahan RBDPO Menjadi Olein dan Stearin
Sumber: PT. Pacific Indopalm Industries, 2021
37
Gambar 4.4 menunjukkan flowchart proses pengolahan RBDPO menjadi olein
dan stearin. Dapat dilihat proses pengolahan RBDPO menjadi produk akhir Olein dan
Stearin, langkah awal yaitu minyak RBDPO dari tanker dialirkan menuju Heat
Exchanger dengan mengunakan pompa. Sebelum menuju ke crystallizer, RBDPO
dipanaskan dia Heat exchanger hingga temperature ± 60oC- 65oC yang bertujuan untuk
menghancurkan kristal minyak yang terbentuk pada fase minyak. Lalu minyak dari Heat
Exchanger menuju tanki crystallizer diproses untuk membentuk butiran cristal minyak
untuk selanjutnya dilakukan proses pemisahan fraksi padat (stearin) dan fraksi cair
(olein) menggunakan filter press, lalu minyak stearin dan olein akan dipompakan
menuju tanki penampungan.
Setelah melewati semua proses, mulai dari proses refinery pengubahan CPO
(Crude Palm Oil) menjadi RBDPO (Refined Bleached Dedorized Palm Oil) dan
kemudian memasuki tahap fractionation dimana RBDPO (Refined Bleached Dedorized
Palm Oil) akan diolah lagi menjadi dua produk, yaitu olein dan stearin.
Dari semua proses, produk akhir yang dihasilkan adalah olein dan stearin
RBDOL, dimana produk olein ini adalah minyak goreng yang dikonsumsi setiap hari
oleh masyarakat. Sementara stearin yang dihasilkan akan melewati proses pengolahan
lagi, untuk menjadi bermacam-macam produk turunan dari stearin seperti mentega,
campuran kosmetik, dan lain-lain.
38
39
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan hasil kegiatan Kerja Praktek yang dilaksanakan adalah proses
fraksinasi merupakan proses untuk mengolah produk setengah jadi yang dihasilkan oleh
proses refinery. Dalam proses fraksinasi dilakukan proses pemisahan antara fraksi padat
(stearin) dan fraksi cair (olein). Proses pengolahan RBDPO menjadi fraksi padat
(stearin) dan fraksi cair (olein) di PT. Pacific Indopalm Industries Dumai melalui 2
tahapan proses yaitu RBDPO dari tank Farm dialirkan menuju Heat Exchanger dengan
mengunakan pompa. Sebelum menuju ke crystallizer RBDPO dipanaskan dia Heat
Exchanger hingga temperature ± 60oC-65oC yang bertujuan untuk menghancurkan
kristal minyak yang terbentuk pada fase minyak. Lalu minyak dari Heat Exchanger
menuju tanki crystallizer diproses untuk membentuk butiran kristal minyak untuk
selanjutnya dilakukan proses pemisahan fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein)
menggunakan filter press, lalu minyak stearin dan olein akan dipompakan strorage tank.
Pada PT. Pacific Indopalm Industries kapasitas pengolahan minyak RBDPO
menjadi OLEIN dengan menggunakan 2 plan proses pengolahan IV 56, plan 1
berkapasitas 1.500 MT/hari dan plan 2 dengan kapasitas 1.800 MT/hari.
5.2. Saran
Pada PT. Pacific Indopalm Industries yang harus diperhatikan adalah kinerja alat
dengan menetapkan jadwal perawatan preventive dan corrective untuk mengurangi
kemungkinan losses product, kemudian pada proses crystallization lebih memerhatikan
grafik air agar tidak terjadi overshoot pada saat proses pengkristalan. Pada karyawan
disarankan agar konsisten dalam menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Basiron, Y. 2005. Palm oil. In: Shahidi F (ed.). Bailey’s Industrial Oil and Fat Product.
Ed ke-6. Vol ke-5. Hoboken: John Wiley & Sons Inc.
Gibon, James L., Donnelly Jr, James H., Ivancevich, John M., Konopaske, Robert
(2012). Organizationa Behavior, Structure, Processes, Fourteenth Edition
(International Edition).1221 Avenue of The Americas, New York, NY 10020:
Mc Graw-Hill.
Herawati dan Akhlus, Syafsir. 2006. Kinerja (BHT) Sebagai Antioksidan Minyak Sawit
Pada Perlindungan Terhadap Oksidasi Oksigen Singlet, Akta Kimindo Vol. 2
No. 1 Oktober 2006, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia, Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih 60111. Diakses 24
mei 2007
Kapoor dan Nair, S. 2005, Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
.
Keteran, S, 2009. Produk Lanjutan Crude Palm Oil (CPO), Graha Ilmu: Jakarta.
O’Brien, James. Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. 2005.
Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: Salemba Empat.
40
Lampiran 1. Struktur Organisasi
GENERAL MANAGER
Trucks
41
41
( OLEIN ) ( RBDPO/RPO )
( STEARIN )
1
41