Di Buat Oleh:
ANDIKA FIRDAUS
NIM. 1726201090
ANDIKA FIRDAUS
1726201090
Disetujui oleh:
Koordinator Pembimbing Kerja Praktek
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Teknik Industri
ii
KATA PENGANTAR
rahmat dan anugrah-Nya, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya Penulis dapat
Kerja Praktek, MKK-TID: 502 (2 SKS) Program Studi Teknik Industri di Sekolah
1. Ibu Dra. Hj. Sirlyana, M.P selaku Ketua di Sekolah Tinggi Teknologi Dumai.
2. Bapak Juni S, S.T,. M.T sebagai Pembantu Ketua I di di Sekolah Tinggi
Teknologi Dumai.
3. Bapak Ir. Yusrizal, M.M sebagai Pembantu Ketua II di di Sekolah Tinggi
Teknologi Dumai.
4. Hanifatul Rahmi,S.PD, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
5. Mr. Abdulsalam Alkharasani sebagai General Manager pada PT Pacific
Indopalm Industries.
6. Ibu Meutia Asnawi sebagai HR. & GA Section Head pada PT Pacific
Indopalm Industries.
7. Mr.C.Venkatesh.P selaku Production Manager di PT Pacific Indopalm
Industries.
8. Bapak Rifdi Agus selaku Production Superintendent di PT Pacific Indopalm
Industries.
9. Bapak Wardison Johardi selaku Pembimbing Lapangan di PT Pacific
Indopalm Industries.
10. Kepada seluruh karyawan PT Pacific Indopalm Industries Dumai.
11. Orang tua yang selalu mendoakan saya dan mendukung saya hingga berada di
pendidikan tingkat ini.
iii
12. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan Untuk itu, kritik dan saran yang membangun penulis
sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini ke depan.
Semoga laporan ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pegetahuan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.7. Pemasaran............................................................................................7
2.8. Produk..................................................................................................7
v
BAB III LANDASAN TEORI ..............................................................................9
3.4. Fraksinasi...........................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................19
BAB V PENUTUP................................................................................................32
5.1. Kesimpulan........................................................................................32
5.2. Saran..................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN..........................................................................................................34
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dilakukan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui proses
Kristalisasi (Crystalizer Section) di fraksinasi.
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dalam pembahasan topik ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa:
a. Memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari
jenjang perkuliahan ke perusahaan.
b. Menambah ilmu pengetahuan dalam proses Kristalisasi (Crystalizer Section) di
fraksinasi di PT Pacific Indopalm Industries.
2. Bagi akademis:
a. Menjalin hubungan kerja sama yang baik perusahaan dengan Sekolah Tinggi
Teknologi Dumai khususnya program studi Teknik Industri kepada pihak
perusahaan dan masyarakat sekitar.
b. Mempererat kerjasama antara akademis dengan instansi pemerintah maupun
perusahaan swasta.
2
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
DIREKTUR
GENERAL
MANAGER
SUPERINTEN
SUPERINTENDENT
DENT
SUPERVISOR SUPERVISOR
ANALYST FOREMAN
4
Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), kemudian dipecah lagi
menjadi fraksinya seperti olein dan stearin. Adapun penentuan tata letak PT
Pacific Indopalm Industries dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Faktor primer yaitu faktor yang langsung mempengaruhi tujuan utama pabrik
seperti:
a.Sumber bahan baku (raw material orientation)
b. Pemasaran (market orientation)
c.Pengangkutan
d. Tenaga kerja
e.Energi dan utilitas
f.Lingkungan
2. Faktor sekunder antara lain:
a.Pembangunan pabrik
b. Sistem sosial lingkungan pabrik
Pabrik dari PT Pacific Indopalm Industries ini terletak di tepi laut sehingga
memudahkan dalam pendistribusian bahan baku maupun produk serta
memudahkan dalam pengolahan air untuk utilitasnya.
5
Sabtu
Pukul 08.15 – 12.00 WIB (bekerja)
Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat)
6
8. Pelindung pengelasan (welding shield) bagi pekerja pengelasan.
9. Breathing apparatus untuk membantu pernafasan jika akan melakukan
pekerjaan di dalam tangki.
10. Apron atau protective suit (pakaian pelindung badan).
Kapasitas refinery plant I 1.500 ton dan refinery plant II 1.800 ton. Jenis
teknologi yang digunakan dalam pengolahan refinery adalah Lipico. Pada proses
fractionation plant I kapasitasnya 1.500 ton—Intersonikon 900 ton dan Oiltek 600
ton, sedangkan pada fractionation plant II kapasitasnya 1.600 ton dengan
teknologi Intersonikon.
2.7. Pemasaran
2.8. Produk
PFAD (Palm Fatty Acid Distilation) adalah asam lemak yang telah dipisahkan
dari minyak dengan cara distilasi vakum. Kadar asam lemak yang terkandung
dalam PFAD (Palm Fatty Acid Distilation) yang dihasilkan adalah berkisar
dari 85-90%.
7
c. RBDPS (Refined Bleached Deodorized plam Stearin)
RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) adalah fraksi lemak
padat yang berasal dari RBDPO (Refined Bleached Deodorized Oil) yang telah
mengalami refinasi lengkap. Stearin ini berwarna putih dan memiliki bau
seperti bau minyak.
d. RBDOL (Refined Bleached Deodorized Olein)
RBDOL (Refined Bleached and Deodorized Olein) adalah fraksi lemak cair
yang berasal dari RBDPO (Refined Bleached and Deodorized Oil) yang telah
mengalamin refinasi lengkap, olein juga disebut dengan minyak goreng yang
memiliki warna kuning keemasan.
8
9
BAB III
LANDASAN TEORI
Minyak sawit merupakan bahan yang tidak hanya digunakan dalam produk
makanan seperti dalam pembuatan margarin, biskuit, es krim dan minyak goreng,
akan tetapi juga dimanfaatkan untuk produk-produk non-makanan seperti dalam
pembuatan sabun, detergen, kosmetika, dan lain-lain (Herawati dan Syafsir
Akhlus, 2006). Pemisahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO)
dapat menghasilkan oleo kimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol.
10
Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak atau Lemak merupakan perpaduan dari
ester-ester asam lemak dan gliserol. Lemak minyak yang dikonsumsi (edible fat)
yang dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani.
tanaman atau hewani, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
sebagian besar minyak nabati masih berbentuk cair pada suhu kamar karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, seperti: asam oleat, linoleate, dan
asam linolenat titik sedangkan minyak hewani pada umumnya banyak
mengandung asam lemak jenuh, seperti asam palmitate, dan stearate sehingga
terbentuk pada suhu kamar.
11
suatu pengolahan agar minyak untuk pangan tersebut stabil dan layak dikonsumsi
masyarakat (Basiron, 2005).
Kimia penyulingan atau juga dikenal sebagai penyulingan alkali adalah
metode konvensional digunakan untuk menyempurnakan Crude Palm Oil. Proses
pemurnian Crude Palm Oil yang sering digunakan adalah (Basiron, 2005):
1. Degumming
Degumming merupakan tahapan paling awal yang dilakukan dalam proses
refinery plant. Pertama-tama, minyak CPO akan dipompa ke dalam pipa yang
kemudian akan dipanaskan terlebih dahulu dengan menggunakan heat exchanger
yang berasal dari pemanas. Setelah itu, minyak CPO akan dipanaskan kembali
dengan menggunakan heat exchanger dengan menggunakan steam. Setelah itu,
minyak CPO akan dipompa masuk ke dalam tank mixing, dan selama pemompaan
CPO akan ditambahkan oleh phosphoric acid dengan dosis konsentrasi 80-85%
sebanyak 0,05-0,2% dari berat CPO. Penambahan phosphoric acid ditentukan
oleh getah CPO dan nilai FFA dari CPO apabila semakin tinggi FFA maka
kandungan phosphorit akan semakin banyak.
2. Bleaching
Bleaching Earth (pemucatan warna) dan filtrasi pemucatan warna (yang
lebih dikenal dengan bleaching) dilakukan di atas pemanas atau di dalam
pengaduk dalam keadaan hampa udara (vacum air) dengan penambahan serbuk
pemutih Bleaching Earth untuk menurunkan kandungan warna pada minyak
pangan. Banyaknya Bleaching Earth yang ditambahkan antara 0,6% - 1,5%
tergantung kualitas Crude Palm Oil (CPO), Spesifikasi produk akhir yang
diminta, type Bleaching Earth dan temperatur pemutihan Crude Palm Oil
tersebut. Di negara Malaysia, bleaching dilakukan pada tekanan hampa udara 15-
20 mmHg pada 90 - 130oC selama 40 menit. Setelah proses bleaching selesai
dilakukan, langkah selanjutnya adalah menghilangkan jumlah kandungan zat
warna yang terasobrsi dalam CPO melalui proses filtrasi. setelah proses filtrasi,
hasil minyak pangan kemudian disaring. Hasil ini dari kesemua proses ini ditandai
dengan adanya warna terang dari proses netralisasi pemucatan warna palm oil
yang dikenal dengan BPO (Bleaching Palm Oil).
12
3. Deodorizing
Deodorization adalah langkah yang paling penting dalam proses pengolahan
minyak pangan. Deodorization ini dilakukan untuk menghilangkan bau minyak
dan sekaligus menyempurnakan warna. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi
atau menghilangkan tingkat penguapan relative (tingkat oksidasi/Relative Volatile
Ordouferous) dan aroma yang ada pada minyak pangan. Mengurangi tingkat
oksidasi dilakukan dengan cara mengurangi asupan free fatty acid (dibawah
0,10%). Kandungan Aldehyd, keton, warna (dibawah 3 red pada pengukuran
dengan Lovibond 5 ¼”cell).
Deodorization dilakukan dengan destilasi pada keadaan hampa udara yaitu 2-5
torr, daerah kedap udara dan pemanasan 250-260oC. Untuk melindungi CPO dari
proses oksidasi kembali, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
menghilangkan udara pada temperatur tinggi. Minyak makan didinginkan pada
suhu 55oC sebelum dialirkan ke polishing filter. Hasil akhir pemurnian Crude
Palm Oil adalah Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO).
Physical (steam) Refining Proces pengolahan palm oil selain secara kimia juga
dapat dilakukan secara fisik. Perbedaan utama dari secara fisik dan kimia dari
pengolahan palm oil adalah pada proses deacidification (pengasaman) dan
deodorization. Penyulingan fisik adalah alternatif yang modern untuk pengolahan
minyak sawit mentah dimana penghapusan asam lemak bebas adalah dengan cara
distilasi pada suhu yang lebih tinggi dan vakum rendah. Ini menggantikan reaksi
kimia menggunakan alkali (soda kaustik) dalam kimia pemurnian. Penyulingan
fisik juga dikenal sebagai deacidification dengan uap distilasi dimana asam lemak
bebas atau FFA dan komponen volatile lainnya distilasi dari minyak
menggunakan agen pengupasan efektif yang biasanya uap dibawah cocok
pengolahan kondisi (Meirelles dan Ceriani, 2005). Adapun keuntungan dari
metode penyulingan dari metode penyulingan fisik selama penyulingan kimia
metode pabrik kelapa sawit adalah:
a. Hasil lebih baik
b. Stabilitas minyak terjaga
c. menurunkan biaya peralatan
13
d. kesederhanaan operasi
14
3. Proses fraksinasi (fractionation process).
Dari tiga tahapan proses ini dihasilkan minyak goreng (olein) sebagai
produk utama dan juga dihasilkan lemak padat (stearin) dan asam lemak
penyulingan PFAD (palm fatty acid distilated) sebagai produk samping.
Proses pengolahan minyak sawit mentah harus selalu diawasi untuk
mendapatkan mutu atau kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan bersain
dengan produk sejenis lainnya. Penambahan zat kimia hanya berperan pada proses
pendahuluan saja dan pada proses selanjutnya yaitu refinery dan fraksinasi hanya
dilakukan proses fisika.
CPO memiliki syarat mutu produksi. Syarat mutu minyak kelapa sawit
kasar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1. Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Kasar (CPO)
Syarat
No Sifat Cara Pengujian
Kuning jingga
1 Warna Sampai hingga kemerah Visual
merahan
Asam lemak bebas
2 (sebagai asam palmitat), 5,00 BS 684-1958
%(bobot/bobot), maks
Kadar kotoran,
3 0,05 SNI 01-3184-1992
%(bobot/bobot), maks
Kadar air, %
4 0,45 BS 784-1958
(bobot/bobot), maks
Sumber: Badan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Untuk memperoleh minyak sawit yang sebanyak mungkin dari mesocrap
dengan mutu yang tinggi (ditentukan dari kandungan asam lemak bebas), buah
kelapa sawit yang diolah harus dalam keadaan masak yang optimal yaitu tingkat
kemasakkan (fraksi) yang tertera pada kriteria panen buah kelapa sawit.
Mutu minyak kelapa sawit dapat dilihat dari sifat fisikokimianya. Untuk
mengetahui sifat fisikokimia ini harus melalui pengujian laboratorium. Sifat
fisikokimia minyak kelapa sawit kasar meliputi warna, kadar air, asam lemak
15
bebas, bilangan iod, berat jenis, indeks refraksi, bilangan penyabunan, dan fraksi
tak tersabunkan . Berikut sifat fisikokimia minyak kelapa sawit kasar:
Tabel 3.2. Sifat Fisika kimia Minyak Kelapa Sawit Kasar
Kriteria Uji Syarat Mutu
Warnaa) Jingga kemerahan
a)
Kadar air 0,5 %
Asam lemak bebasaa) Maks, 5%
a)
Bilangan iod 50-55 g 1/100 g minyak
Bilangan asamb) 6,9 mg KOH/g minyak
b)
Bilangan peyabunan 224-249 mg KOH/g minyak
Bilangan iod (wijs)b) 44-45
Titik lelehb) 21-24ºC
b)
Indeks refraksi (40ºC) 36,0-37,5
Sumber:a) SNI (2006)
b) Hui (1996)
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester
dan gliserol dan asam lemak rantai panjang. Perbedaan asam asam lemak ini
tergantung dari panjang rantai derajat kejenuhannya. Asam lemak yang memiliki
rantai pendek memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah dan lebih
mudah larut dalam air. Sebaliknya, semakin panjang rantai asam asam lemak,
akan menyebabkan titik leleh yang tinggi. Titik leleh juga tergantung pada derajat
ketidak jenuhan. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak
kelapa sawit yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:0 (tidak
jenuh). Umumnya, komposisi asam lemak minyak kelapa sawit sebagai berikut:
Tabel 3.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
No Asam Lemak Kadar (%)
1 Asam Laurat 0,2
2 Asam Myristat 1,1
3 Asam Palmitat 44,0
4 Asam Stearat 4,5
5 Asam Oleat 39,2
6 Asam Linoleat 10,1
7 Lainnya 0,9
Sumber: Pahan, (2006)
Sedangkan menurut, Godin dan Spenley (1971), komposisi asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh pada CPO relatif sama, kandungan asam lemak
16
jenuh sebesar 49,9 % dan asam lemak tidak jenuh sebesar 49,3 %. Asam lemak
dominan pada CPO adalah palmitat sebesar 32 – 59 % dan oleat sebesar 27 – 52
%. Komposisi asam lemak pada minyak sawit kasar dapat dilihat pada tabel II.6
dibawah ini:
Tabel 3.4. Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit kasar
Jenis Asam Lemak Komposisi (%)
Laurat (C12:0) < 1,2
Miristat (C14:0) 0,5-5,9
Palmitat (C16:0) 32-59
Palmitoleat (C16:1) < 0,6
Stearat (C18:0) 1,5-8
Oleat (C18:1) 27-52
Linoleat (C18:2) 5,0-14
Linolenat (C18:3) < 1,5
Sumber : Godin dan Spenley (1971) dalam Salukhe et al. (1992)
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini terjadi
karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan
atom lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang
terkandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang
merupakan bahan vitamin A.
Minyak sawit juga GMO free, karena tidak ada kelapa sawit termodifikasi
genetik (GMO) yang dibudidayakan menghasilkan minyak sawit. Berikut
komponen dalam minyak kelapa sawit pada tabel.
Tabel 3.5.Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit
No Trigliserida Kadar (%)
1 Tripalmitin 3-5
2 Dipalmito Stearin 1-3
3 Oleo Miristopalmitin 0-5
4 Oleo Dipalmitin 21-43
5 Oleo Palmitostearin 10-11
6 Palmito Diolein 32-48
7 Stearao Diolein 0-6
8 Linoleo Diolein 3-12
Sumber: Ketaren, (1986)
Menurut Bonnie & Choo (2000), α-.carotene juga merniliki potensi untuk
mengurangi atheroslerosis di dalam arteri, begitu pula dengan β-karoten. Menurut
17
Food and Nutrition Board (2000) disebutkan bahwa β-karoten dapat mengurangi
resiko penyakit jantung, menjaga kesehatan mata.
3.4. Fraksinasi
yang sudah pernah mencapai 65°C tujuannya adalah untuk melelehkan kristal-
kristal yang ada di dalam minyak supaya proses kristalisasi dapat berjalan dengan
baik dan terkontrol selama proses pendinginan. Proses pembentukan dan
pertumbuhan kristal terjadi ketika minyak diagitasi dan didinginkan dengan
menggunakan sirkulasi air dingin (chilled-water) dalam (Basiron, 2005).
18
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Prinsip dari proses fraksinasi pada kondisi yang terkontrol oleh titik leleh
ari minyak (melted oil), digunakan sampai mencapai salah satu komponen dari
trigliserida tersebut mulai terkristalkan pada fase cairnya. Secara umum proses
tersebut atas tiga tahapan penting, yaitu:
l. Pendinginan di bawah titik leleh (superciiling of the melt).
2. Pembentukan inti kristal (formation of melt).
3. Pertumbuhan Kristal (crystal growth).
Proses fraksinasi diawali dari pemompaan RBDPO dari tanki dengan
pompa menuju ke crystalizer. Sebelum menuju ke crystalizer RBDPO dipanaskan
dia heat exchanger hingga temperatur ± 60oC-65oC yang bertujuan untuk
menghancurkan kristal minyak yang terbentuk pada fase minyak.
20
c. Control valve
Alat yang berfungsi untuk menindak lanjuti perintah yang diberikan
terhadap komputer melalui recipe yang telah diriset. Perintah yang ditindaklanj uti
adalah perintah penyesuaian setting temperatur yang diinginkan control valve
bekerja dengan membukak valve 0% sampai dengan 100% agar temperatur dapat
tercapai. Masalah-masalah pauda control valve sebagai berikut :
1. Adanya kotoran pada disc valve
2. Suplay angin tidak baik
3. Disc macet
4. Resistance Temperature Detector (RTD) tidak akurat
d. Chiller
Adalah peralatan penyuplai air dingin dengan temperatur 8oC. Air dingin
dipergunakan pada saat proses penurunan temperatur pada crystalizer dengan
temperatur dibawah suhu kamar atau biasa disebut dengan proses chilling.
Bagian-bagian dari chilling sebagai berikut:
a. Condensor, yaitu tabung cell dan tube yang memindahkan panas ke air cooling
tower.
b. Cooler, yaitu tabung cell dan tube yang berfungsi untuk mendinginkan aliran
air di tube dengan menggunakan zat pendingin (freon). Masalah yang sering
terjadi di chiler yaitu:
1. Tube block: aliran tidak beljalan dengan baik
21
2. Tube bocor: freon biasa habis
Pompa sirkulasi air tidak berjalan dengan baik
c. Washing tank
Washing tank berguna untuk menampung olein panas bekas pencucian filter
press. Untuk mencuci filter press, olein pencuci dipanaskan terlebih dahulu pada
tangki ini. Jika hasil fraksinasi (kristalisasi) jelek, olein yang keruh akan dioper
22
kedalam tangki ini. Sebelum diproses ulang di pompakan terlebih dahulu ke
preparation tank penampungan RPO dari deodorasi ) kemudian ke crystalizer.
23
tersebut di cairkan dengan coil pemanas yang dialiri steam, kemudian setelah cair
dipompakan ke storage.
f. Cooling tower
Merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mendinginkan air yang sudah
di gunakan untuk mendinginkan RPO, PFAD, agitator dan pompa. Air yang sudah
digunakan akan dialirkan kembali ke cooling tower untuk proses pendinginan
ulang, kemudian digunakan kembali untuk pendinginan.
24
a. Heating
RBDPO dari storage tank dipompakan melewati sistem perpindahan panas
(heat exchanger) dengan heat transfernya menggunakan steam untuk
mendapatkan temperatur 65oC. Sebagai temperatur ideal untuk mencairkan kristal
yang masih terdapat dalam minyak pada proses sebelumnya. Selain itu RBDPO
juga bisa langsung di pompakan menuju tank crystalizer tanpa melewati heat
exchanger apabila suhunya sudah memenuhi syarat untuk dilakukan proses
selanjutnya.
b.Filling
Filling merupakan proses pengisian tank crystalizer yang berkapasitas 40
MT. Proses filling RBDPO dalam tank crystalizer mencapai 100% dari kapasitas
tangki. Di dalam tank crystalizer terdapat agigator yang berfungsi untuk
melakukan pengadukan sehingga proses perpindahan panas dapat berjalan dengan
baik. Kecepatan awal putaran agigator sebesar 42 Hz. Proses filling berlangsung
selama 20-25 menit.
25
Agigator pada tangki Crystalizer di seting pada putaran 40 Hz, agar temperatur
RBDPO dalam tangki menjadi merata dan homogen. Selanjutnya temperatur air di
setting pada 65oC-43oC. Setting temperatur air yang diturunkan secara bertahap
bertujuan agar proses cooling dapat dikontrol. Proses cooling berlangsung selama
90-120 menit.
d.Chilling
Tahapan chilling adalah pendinginan lanjut terhadap minyak untuk
mencapai temperature minyak sampai dengan temperature dimana akan terbentuk
Kristal- kristal minyak karena telah tercapai titik beku minyak dengan kandungan
ikatan jenuh (stearin). Alur prosesnya yakni, Air chiller masuk ke tangki FT 9 =>
Crystalizer => keluar menuju tangki FT 8 => chiller => FT 9 masuk kembali ke
=> Crystallizer ( sistem sirkulasi). Tahapan chilling dilakukan dengan continue,
stabil dan perlahan sehingga Kristal minyak yang terbentuk dapat terkendali.
Tahapan chilling akan berlanjut sampai diperkirakan pengkristalan minyak telah
tercapai pada kondisi optimum. Tahapan ini menggunakan air dingin yang berasal
dari air chiller. Air yang dimasukkan ke dalam crystalizer mempunyai
temperature 11°C.
Setelah temperatur air cooling mencapai 35oC, maka air dari cooling tower
digantikan dengan air chiller water dengan temperatur 7-15oC, pada saat ini
temperatur RBDPO mencapai 43-35oC. Setelah proses pendinginan berlanjut dan
temperatur RBDPO mencapai 29oC dan temperatur air pada coil water 29-26oC,
e.Slow cooling
Pada temperatur RBDPO mencapai 31,5oC putaran agigator diubah ke low
speed yaitu di setting pada putaran 38 HZ. Bertujuan untuk persiapan
pembentukan kristal dan agar kristal tidak rusak akibat putaran cepat. hingga suhu
minyak mencapai 35-29oC proses pembentukan kristal dimulai proses
pembentukan kristal dimulai (crystal time), temperatur air di setting pada 25,5-
20oC dimana air pada suhu ini deregulasi untuk pembentukan dan pertumbuhan
kristal. Setting temperatur air pada tahap pembentukan knistal ditentukan sesuai
dengan kualitas produk yang diharapkan. Pada pembentukan kristal ini harus
dikontrol dari grafik yang ada dengan mempertahankan selisih temperatur
26
RBDPO dengan temperatur air tidak lebih dari 2 oC. Jika ada over shoot atau
temperatur mengalami kenaikan maka segera lakukan tindakan untuk menurunkan
temperaturnya agar kristal yang terbentuk tidak pecah atau berukuran kecil. Jika
kristal dengan ukuran kecil maka dapat lolos pada membran dalam proses filtrasi
dan menurunkan kualitas produk.
f. End cooling
Merupakan proses pendinginan terakhir sebelum di pompa menuju filter
press dimana suhu minyak sudah mencapai 25oC. Proses pendinginan ini
bertujuan untuk memperkeras kristal agar kualitas stearin bagus.
g. Holding
Pemberian waktu sejenak (tujuan utama dari holding adalah untuk
menghomogenisasikan/menyetarakan suhu minyak (olein) dengan kristal-kristal
(stearin) sebelum masuk ke tahapan draining/filtration dengan lamanya waktu
tidak ditentukan.
h. Draining /filtration
Minyak RBDPO dengan suhu 25oC siap untuk proses pemisahan antara
minyak cair (olein) dan minyak padat (stearin) melalui filter press dengan tekanan
filter press 3-9 bar.
27
4.2. Flowchart Diagram Fractionation Process
RBDPO
QC
CRYSTALLIZER SAMPEL CHECK ?
ST
COOLING RBDPO
CHILING
CRYSTALLIZATION
FILTRATION
QC SAMPLE
PLANT OLEIN TANK MELTING TANK
CHECK ?
ST ST
OLEIN STEARIN
Filter press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan hasil dari
proses kristalisasi minyak menjadi dua bagian yaitu fraksi padat (stearin) dan
fraksi cair (olein) sehingga didapat minyak goreng yang siap untuk dipasarkan.
Adapun bagian-bagian dari filter press adalah sebagai berikut.
1. Membrane Plate
Membrane Plate berfungsi untuk melakukan squeezing, dimana
didalamnya terdapat rubber yang berfungsi untuk melakukan penekanan terhadap
slury, sehingga yang akan tersisa berupa cake/stearin diantara chamber dan
membrane plate. Pada rubber (pada tahapan squeezing) diisi udara kompresi
28
untuk mengembangkan rubber tersebut sehingga dari pengembangan itu akan
menekan slury.
2. Rubber Membrane
Rubber merupakan bagian dari membrane plate, dimana berfungsi sebagai
media untuk mendorong atau menekan slury agar fraksi cair (olein) dapat
melewati filter cloth, dimana membrane ini mengandung karena diisi oleh udara
kompresi.
3. Combination Recessed Plate (chamber)
Chamber merupakan bagian dari plate yang berfungsi untuk menahan
membrane plate atau sebagai penahan dalam proses squeezing dari membrane
plate.
4. Filter Cloth
Filter cloth berfungsi sebagai penyaring Kristal di slury sehingga Kristal
yang terbentuk di minyak dapat terpisah, dimana pemisahnya harus ada
penekanan dari tekanan udara kompresi dari membrane plate.
5. Bagian Hidraulik
Unit hidraulik merupakan salah satu inti dari mesin press, karena mesin
press bergerak diatur oleh sistem hidraulik. Bagian-bagian dari hidraulik antara
lain :
a. Main Piston
Main piston di mesin press ini memiliki dua piston yang berfungsi untuk
menutup atau mendorong plate ke head dan membuka plate ke end dimana
tekanan maksimum adalah 2600 Kn.
b. Side Hidraulik
Side hidraulik di mesin press ini terletak disamping mesin press, dimana
jumlahnya ada 8 buah dan berfungsi untuk membantu menarik plate sewaktu
mesin plate melakukan open plate.
c. Pompa dan motor pompa hidraulik
Pompa dan motor pompa hidraulik berfungsi untuk mentransfer minyak
hidraulik ke silinder hidraulik, dimana kecepatan motor adalah 1500 rpm.
d. Box Hidraulik
29
Box hidraulik berfungsi untuk menampung minyak.
e. Valve Hidraulik
Valve hidraulik berfungsi untuk mengatur jumlah minyak hidraulik yang
masuk ke silinder piston.
6. Peralatan pendukung
Peralatan pendukung mesin antara lain :
a. Sight glass
Sight glass adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengontrol atau mengetahui
kondisi dari minyak (olein) secara visual, apakah ada Kristal yang ikut serta
oleinnya.
b. Pneumatic valve
Pneumatic valve berfungsi untuk mengontrol slury yang masuk.
c. Preasure Transmitter
Preasure transmitter berfungsi untuk mengetahui tekanan yang sedang
berlangsung di mesin filter press seperti proses squeezing.
d. Preasure Gauge
Preasure gauge merupakan alat yang berfungsi untuk mengetahui tekanan
yang sedang berlangsung, apakah itu tekanan slury yang masuk atau tekanan
dari hidraulik.
e. Temperatur Indikator
Temperatur indikator merupakan alat yang berfungsi untuk mengetahui
temperature minyak di mesin press, baik itu temperatur slury masuk filter press
maupun temperature minyak selama proses dan temperature slury keluar filter
press.
Filter press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan hasil dari
proses kristalisasi minyak menjadi dua bagian yaiiitu fraksi padat (stearin) dan
fraksi cair (olein) sehingga didapat minyak goreng yang siap untuk dipasarkan.
30
1. Filtrasi
Tahap filtrasi ini bertujuan untuk untuk memisahkan stearin dan olein
yang sudah terbentuk selama proses crystallization. Proses filtrasi yang dilakukan
oleh PT Pacific Indopalm Industries dengan menggunakan membrane plate filter.
Proses filtrasi dengan membrane plate filter meliputi tahapan yaitu:
a. Close filter
Close filter merupakan tahapan awal dari proses filtrasi, prosesnya adalah
mesin akan tertutup kembali setelah proses release stearin dari proses
sebelumnya.
b. Filtration
Filtrasi adalah tahapan pengisian mesin oleh minyak yang sudah mengalami
proses pengkristalan.
c. Squeezing
Squeezing merupakan tahapan pengepresan minyak dengan dibantu
menggunakan udara yang bertekanan tinggi. Pada tahapan ini terjadi
pembesaran membrane plate oleh udara yang ditahan oleh chamber plate.
Tujuannya untuk memfiltrasi olein yang masih tertinggal di dalam kristal.
d. blowing filtrate
Blowing merupakan tahapan pembersihan jalur minyak yang masuk dan olein.
e. cake discharge atau release.
Kemudian pada tahap terakhir cake discharge atau release terjadi proses
pelepasan stearin ke dalam bak stearin
31
32
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Basiron, Y. 2005. Palm oil. In: Shahidi F (ed.). Bailey’s Industrial Oil and Fat
Product. Ed ke-6. Vol ke-5. Hoboken: John Wiley & Sons Inc.
Gibon, James L., Donnelly Jr, James H., Ivancevich, John M., Konopaske, Robert
(2012). Organizationa Behavior, Structure, Processes, Fourteenth Edition
(International Edition).1221 Avenue of The Americas, New York, NY
10020: Mc Graw-Hill.
hingga suhu minyak mencapai 35-29oC proses pembentukan kristal dimulai
Herawati dan Akhlus, Syafsir. 2006. Kinerja (BHT) Sebagai Antioksidan Minyak
Sawit Pada Perlindungan Terhadap Oksidasi Oksigen Singlet, Akta
Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2006, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan
Kimia, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS
Keputih 60111. Diakses 24 mei 2007
Kapoor dan Nair, S. 2005, Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke 1. Jakarta:
Pene Fraksinasi rbit Universitas Indonesia
.
Keteran, S, 2009. Produk Lanjutan Crude Palm Oil (CPO), Graha Ilmu: Jakarta.
O’Brien, James. Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary.
2005. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: Salemba Empat.
33
LAMPIRAN
a. RBDPO/RPO b. Sterin
c. Olein
34