DODI INDRAWAN
1707035750
Disahkan Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrah–Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja
Praktek di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Perawang pada seksi Recavery Boiler
(RB) dengan judul “Pengaruh Kevakuman Terhadap Laju Penguapan Weak Black
Liquor (WBL) Pada Vacuum Evaporator (Ve) 11 Unit Rb#2”.
Laporan kerja praktek ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Riau, Pekanbaru. Laporan dibuat berdasarkan orientasi umum di
beberapa unit yang ada di PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Perawang.
Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka
pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan ini tidak akan berjalan lancar.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya
kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang selalu mengasihi, mendokan dan memberikan
motivasi bagi penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Ari Sandhyavitri, MSc selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Riau.
3. Bapak Ahmad Fadli, ST., MT., PhD selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau.
4. Bapak Dra. Yelmida, MSi selaku Ketua Program Studi D3 Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
5. Ibu Dra.Wisrayetti M,Si selaku Koordinator Kerja Praktek Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
6. Ibu Dra.Khairat M,Si selaku dosen pembimbing Kerja Praktek.
7. Bapak Ir. Ketut Pitter F.Gegel, selaku Kepala Dep. HRD PT. IKPP Tbk
Perawang.
8. Bapak Syaiful Yusri, selaku Koordinator Kerja Praktek PT. IKPP Tbk
Perawang.
9. Bapak Dasril, Bapak Khamid dan Bapak Frans Ade Putra selaku Pembimbing
iii
yang telah membantu, mengarahkan dan mengoreksi kegiatan yang penulis
lakukan selama pelaksanaan Kerja Praktek dan semua Staff RB-2.
10. Bapak-bapak yang berada di DCS ( Dwi, Dayang, Wendriwal, Syaiful,
Erizon, Effendi) serta abang-abang DCS (Syaiful, fajri, Dani, Budi) yang
telah membantu mengajarkan proses yang terjadi di recovery boiler.
11. Karyawan PT. IKPP Tbk Perawang di Recovery Boiler seksi 2 yang
namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Teman seperjuangan kerja praktek M.Baihaqi, Shinta Maudina dan
Nurvalis Anurtin yang selalu memberi semagat hingga laåporan ini selesai.
13. Teman – teman seperjuangan D3 Teknik Kimia Universitas Riau angkatan
2017 khusus nya D3 kelas B terima kasih buat dukungan dan motivasinya..
14. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan
terhadap industri dewasa ini. Industri juga memiliki kontribusi penting dalam
menentukan kemajuan suatu negara, khususnya Indonesia. Indonesia merupakan
suatu negara yang memiliki hutan yang luas dan besar. Banyak kekayaan alam
yang melimpah seperti kayu hutan. Kayu hutan memiliki banyak manfaat. Produk
yang dapat dihasilkan dari kayu hutan yaitu kertas. Hutan di Indonesia berpotensi
untuk dilestarikan sehingga pengolahan kayu hutan sangat berpotensi dalam skala
industri. Meningkatnya jumlah konsumsi kertas di masyarakat menunjukkan
semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap kertas. Kertas
digunakan sebagai alat tulis, pembungkus rokok, pembungkus makanan dan
minuman, tissue, dan sebagainya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang
mendorong berdirinya beberapa industri pulp and paper di Indonesia, termasuk di
Sumatera. Berdirinya pabrik kertas ini juga didukung oleh ketersediaan sumber
daya alam sebagai bahan bakunya. Dengan didirikannya pabrik kertas, selain
dapat memenuhi kebutuhan kertas, juga dapat mengurangi angka pengangguran
dan angka kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, didirikanlah PT. Indah
Kiat Pulp and Paper Tbk di Perawang sebagai salah satu pabrik kertas di
Indonesia. Sejak berdirinya PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, perekonomian
masyarakat Perawang khususnya mengalami peningkatan serta membawa
keuntungan finansial baik bagi masyarakat, pemerintah kabupaten, pemerintah
propinsi maupun pusat.
PT. IKPP Perawang merupakan salah satu perusahaan kertas yang ada di
Indonesia. PT. IKPP merupakan bagian perusahaan Asia Pulp and Paper
Company Ltd (APP). Sejak awal berdiri sampai saat ini PT. IKPP telah
meningkatkan kapasitas produksi pulp dari 105.000 ton menjadi 2 juta ton per
tahun. PT. IKPP memperoleh pasokan bahan baku dari Hutan Tanaman Industri
(HTI) yang dikelola oleh PT. Arara Abadi yang juga merupakan anak perusahaan
1
APP. PT. Arara Abadi merupakan perusahaan nasional yang bergerak dalam
bidang pengusahaan hutan tanaman industri untuk mendukung penyediaan bahan
baku kayu bagi industri pulp dan kertas khususnya PT. IKPP. Perusahaan PT.
Arara Abadi bekerja berdasarkan izin Menteri Kehutanan yang menetapkan
luasan areal sebesar 299.975 ha melalui SK No. 743/kpts-II/1996 tanggal 25
Nopember 1996. Areal HTI PT. Arara Abadi tersebar pada empat tempat yang
dikenal dengan istilah distrik dan setiap distrik tersusun atas beberapa resort
(Sihotang, 2013).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pulp and Paper
Pulp merupakan bahan baku berserat yang digunakan untuk pembuatan
kertas. Serat pulp sebagian besar berasal dari tumbuhan. Pulp adalah hasil
pemisahan serat dari bahan baku berserat kayu maupun non kayu melalui
berbagai proses pembuatannya yang dilakukan dengan proses mekanis, semikimia
dan kimia. Pulp terdiri dari serat-serat selulosa dan hemiselulosa sebagai bahan
baku kertas (Smook, 2002).
Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan
menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya
PGW (pine ground wood), SGW (semi ground wood). Proses semikimia
merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia, yang termasuk kedalam proses
ini diantaranya CTMP (Chemical Thermo Mechanical Pulping) dengan
memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehigga diperoleh pulp yang
memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik dari pada
pulp dengan proses mekanis (Biermann, 1966).
Paper atau kertas adalah barang baru ciptaan manusia berwujud lembaran-
lembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret dan
mempunyai sifat yang berbeda dari bahan bakunya. Kertas berbentuk bahan yang
tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat
yang digunakan biasanya alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan
banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas, misalnya kertas
pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang
menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia.
3
(berongga), relatif panjang sekitar 1,1 – 2,5 mm dengan ujung meruncing. Lebih
dari 90 % bahan baku pulp berasal dari kayu karena kayu mempunyai kelebihan
seperti rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, kandungan selulosa yang tinggi
dan kandungan lignin yang rendah, serta kekuatan pulp dan paper yang dihasilkan
cukup tinggi.
Kayu adalah bahan organik yang mengikat karbon. Dengan sangat sedikit
variasi antara spesies yang berbeda, materi kayu terdiri dari tiga unsur utama
karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen serta beberapa unsur anorganik, seperti
natrium, posstasium, kalsium, magnesium dan silikon, juga merupakan bahan
penting yang sebagian besar terlibat dalam metabolisme sel-sel hidup selama
pembentukan dan pertumbuhan kayu. Adapun komposisi dasar kayu dapat dilihat
pada Tabel 2.1 (Sixta, 2006).
Tabel 2.1 Komposisi dasar kayu
Element (s) Content (100%)
Carbon C 49
Hydrogen H2 6
Oxygen O2 44
Nitrogen N2 <1
Anorganic Elements Na, K, Ca, Mg, Si <<1
4
Tabel 2.2 Zat-zat makromulekul dari dinding sel kayu
komposisi Softwood (%) komposisi Hardwood (%)
Selulosa 40-44 40-44
5
dijumpai di Indonesia bagian barat, umumnya pohon ini banyak dijumpai di
Indonesia bagian timur seperti Flores, NTT dan Irian Jaya. Pohon Accacia
mempunyai banyak kei stimewaan, antara lain: mempunyai serat panjang, kadar
lignin sedikit, zat ekstraktif sedikit, dan dalam waktu enam tahun diameternya
mencapai 25 – 30 mm.
Setiap tahun produksi pulp and paper yang dihasilkan oleh industri pulp
terus meningkat. Oleh karena itu, industri pulp membutuhkan persediaan bahan
baku yang cukup sehingga dilakukan pengembangan pembibitan Accacia dan
MTHW sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) di daerah Riau sekitarnya. Hutan
tanaman industri ini dikelola oleh PT. Arara Abadi dan merupakan pensuplai
bahan baku PT. IKPP Perawang.
2.3.1 Selulosa
Selulosa merupakan polimer linear yang tersusun dari D-glukosa yang
terhubung secara seragam oleh ikatan 𝛽-glukosida. Rumus molekulnya adalah
(C6H10O5)n, di mana n adalah derajat polimerisasi dengan nilai kisaran mulai dari
beberapa ribu sampai puluhan ribu. Hidrolisis total selulosa menghasilkan D-
glukosa (sebuah monosakarida) akan tetapi hidrolisis parsial menghasilkan
disakarida (selulosa) dan polisakarida yang memilki n berurutan dari 3 ke 10.
Selulosa memiliki struktur kristal dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap
asam dan basa. Struktur monomer selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.1
(Biermann, 1996).
6
Selulosa yang terdapat dalam kayu sekitar 50-70% dan membentuk struktur
dari serat kayu. Bentuk dari serat selulosa sangat tahan terhadap kerusakan kimia
dan degradasi. Selulosa adalah karbohidrat yang tersusun atas unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O). Secara fisik selulosa adalah bahan yang berbentuk
padatan putih, berserat, tidak larut dalam air dan pelarut organik serta mempunyai
kuat tarik yang tinggi. Ikatan hidrogen antara selulosa membuat kuat tarik antar
serat menjadi tinggi (Biermann, 1996).
Selulosa adalah sumber daya polimer yang berlimpah tersedia di seluruh
dunia. Selulosa merupakan polimer yang memiliki rantai lurus dan tidak
bercabang. Produksi selulosa secara komersial terdapat pada kayu atau sumber-
sumber alami murni seperti kapas seperti yang terdapat pada Tabel 2.4.
Sedangkan bahan lain yang mengandung selulosa terdapat pada sisa pertanian,
tanaman air, rumput dan zat tanaman lainnya (Sixta, 2006).
2.3.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polisakarida berantai pendek dan bercabang
dengan berat molekul yang lebih rendah dari pada selulosa. Hemiselulosa adalah
kelas polimer gula termasuk galaktosa, glukosa dan arabinose. Hemiselulosa
adalah polimer kondensasi dengan molekul air yang dihilangkan dengan setiap
hubungan. Hemiselulosa mempunyai peranan penting terutama dalam
meningkatkan kekuatan kertas seperti daya ikat serta menambah kekuatan tarik
dan sobek. Struktur monomer hemiselulosa dapat dilihat pada Gambar 2.2
(Biermann, 1996).
7
Selama proses pulping sejumlah tempat dan struktur dari bermacam–macam
hemiselulosa berubah. Hemiselulosa bersifat hidroskopis dan larut dalam larutan
alkali encer sehingga mudah dipisahkan dari selulosa. Hidrolisa semiselulosa
dalam asam menjadi komponen–komponen monomernya lebih mudah
dibandingkan dengan selulosa.
2.3.3 Lignin
Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan dalam pembuatan pulp
and paper karena akan membuat lembaran pulp kaku dan mengurangi aktivitas
ikatan permukaan antar serat yang akan menghalangi pengembangan serat
sehingga menurunkan ikatan antar serat dan merusak keutuhan dinding serat pulp
saat penggilingan. Lignin adalah polimer kompleks yang terdiri dari unit
fenilpropana dan memiliki struktur tiga dimensi yang amorf. Lignin lebih banyak
terdapat di lamella tengah dan daerah dinding sel utama dari serat kayu daripada
bagian lain dari dinding sel (Biermann, 1996).
Struktur kimia senyawa lignin sangat kompleks, rumus yang tepat untuk
senyawa lignin tidak jelas, tapi struktur tersebut terutama terdiri dari unit fenil
propan yang bersambung dalam tiga dimensi. Senyawa aromatik dari unit fenol
membuat lignin tahan terhadap asam mineral pekat, tetapi lignin akan larut dalam
larutan alkali encer dan dalam asam organik pekat. Unit–unit pembentuk lignin
terdiri dari p-koumaril alkohol, konoferil alkohol, dan sinapil alcohol. Kandungan
lignin harus dikurangi agar kertas yang dihasilkan kuat dan warnanya cerah.
Struktur monomer lignin dapat dilihat pada Gambar 2.3.
8
2.3.4 Ekstraktif
Ekstraktif adalah senyawa dengan sifat beragam dengan berat molekul
rendah hingga sedang, yang dengan definisi dapat larut (diekstrak) dalam pelarut
organik atau air. Ada ratusan senyawa dalam ekstraksi satu sampel kayu.
Ekstraktif memberi warna bau, rasa, dan kadang-kadang meluruhkan ketahanan
terhadap kayu. Komposisi ekstraktif sangat bervariasi dari spesies ke spesies dan
dari empulur ke gubal. Zat ekstraktif merupakan komponen kimia minor
pembentuk biomassa. Zat ekstraktif terdiri dari terpen, lignin, asam lemak, resin,
tanin, dan fenol. Pada tanaman zat ekstraktif berfungsi untuk memperkokoh
tanaman dan mengeluarkan getah untuk melindungi tanaman dari gangguan
serangga pengganggu. Komponen yang terkandung di dalam zat ekstraktif larut
dalam pelarut organik netral atau air (Biermann, 1996).
9
dengan hanya menggunakan gesekan mekanis untuk bahan lignoselulosa, tidak
ada bahan kimia selain air atau uap yang digunakan. Pada pembuatan pulp secara
mekanis menghasilkn yield sekitar 90-98%. Tetapi kertas yang dihasilkan dari
produksi dengan menggunakan metode mekanis tidak bagus baik itu kekuatan
tarik, sobek dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena pada metode mekanis
mengganggu ikatan hidrogen antara serat ketika kertas dibuat. Selain itu lignin
juga menyebabkan pulp menguning dengan paparan udara dan cahaya. Pembuatan
pulp dengan cara ini membutuhkan biaya yang besar, oleh karena itu proses ini
jarang digunakan. Pulp yang dihasilkan pada proses ini kurang kuat dan sulit
untuk diputihkan. Pada umumnya proses ini hanya digunakan untuk pembuatan
kertas koran dan kertas katalog (Biermann, 1996).
10
2.4.3 Proses Pembuatan Pulp Secara Kimia
Dalam proses pembuatan pulp secara kimia, serpihan kayu dimasak dengan
menggunakan bahan kimia pada suhu dan tekanan yang tinggi. Tujuannya adalah
untuk menurunkan dan melarutkan kandungan lignin dan meninggalkan sebagian
besar selulosa dan hemiselulosa dalam bentuk serat yang utuh. Dalam prakteknya,
metode pembuatan pulp secara kimia berhasil menghilangkan sebagian besar
lignin, proses pembuatan pulp secara kimia menurunkan dan melarutkan sejumlah
tertentu hemiselulosa dan selulosa sehingga hasil pulp relatif lebih banyak
dibandingkan dengan pembuatan pulp secara mekanis (Smook, 2002).
Proses pembuatan pulp secara kimia yang banyak digunakan antara lain
sebagai berikut:
a. Proses Soda
Proses soda menggunakan NaOH sebagai bahan kimia pemasak utama dan
bahan baku yang biasa digunakan adalah bukan kayu (non wood) seperti jerami,
bambu, dan ampas tebu. Reaksi yang terjadi adalah hidrolisa lignin, karbohidrat,
asam-asam organik, resin, dan lain-lain sehingga terlarut dalam larutan pemasak.
Dalam proses soda tidak menggunakan senyawa sulfur, sehingga bahaya
polusinya tidak terlalu besar.
Adapun keuntungan proses pembuatan pulp dari proses soda adalah sebagai
berikut:
1. Mudah dalam recovery atau mendapatkan kembali bahan kimia dalam
pemasakan (recovery NaOH dan back liquor).
2. Bahan baku yang dipakai dapat bermacam-macam.
11
b. Proses Sulfat/Kraft
Metode pembuatan pulp dengan menggunakan Proses kraft yaitu suatu
metode yang memasak serpihan kayu dengan menggunakan natrium hidroksida
(NaOH) dan natrium sulfida (NaS2). Tujuan dari proses ini yaitu untuk
mengurangi kerusakan pada karbohidrat. Pulp yang dihasilkan dari proses kraft
atau sulfat dicirikan dengan warna pulp yang diperolh berwarna coklat gelap.
Proses kraft dikaitkan dengan gas berbau busuk, terutama sulfida organik, yang
menyebabkan masalah lingkungan (Smook, 2002).
Adapun keuntungan proses pembuatan pulp dari proses soda adalah sebagai
berikut:
1. Berbagai jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan baku.
2. Waktu pemasakan relatif singkat.
3. Kekuatan serat setelah cooking tinggi.
4. Bahan kimia yang digunakan dapat didaur ulang (recycle) dan digunakan
kembali dalam proses berikutnya.
5. Menghasilkan produk samping yang berharga seperti terpentin dan tall
oil.
c. Proses Sulfit
Pada umumnya proses pembuatan pulp secara kimia menggunakan cairan
pemasak dari garam sulfit, misalnya kalsium, magnesium, natrium, dan
ammonium bisulfit. Bahan baku yang digunakan dalam proses ini biasanya kayu
berserat panjang (softwood) dan pulp yang dihasilkan berwarna putih keruh.
Tahapan- tahapan pembuatan pulp pada proses sulfit ini yaitu sebagai berikut:
1.Tahap penetrasi
Pada tahap penetrasi ini terjadi proses penetrasi bahan kimia aktif ke dalam
bahan baku.
2.Tahap pemasakan
Pada tahap pemasakan ini terjadi proses pemutusan rantai kimia antara
lignin dan selulosa. Proses sulfit memiliki beberapa keuntungan yakni
menghasilkan pulp yang relatif lebih putih sebelum mengalami proses pemutihan,
12
mudah dilarutkan dan mudah dimurnikan dengan larutan alkali, sedangkan
kerugian dari proses ini adalah waktu pemasakan lama dan menghasilkan limbah
yang sulit ditangani.
13
ini akan dialirkan ke belt press tank untuk dikembalikan ke pulp making(Job
Training Commite, 1994).
14
1. Pada 1st Press.
2. Pada 2nd Press.
3. Pada 3rd Press.
b. Finishing
Pekerjaan Finishing adalah tahap akhir dari proses pembuatan produk
kertas, adapun pekerjaan utamanya adalah menetukan ukuran dan mutu kertas,
serta melakukan penyortiran (sorting), penghitungan (counting), dan pengepakan
(packing). Di PT IKPP Perawang Bagian finishing mempunyai inisial FCP.
Bagian FCP dibagi menjadi beberapa bagian kembali yaitu:
a. FND: Mempunyai tugas membuat Big Sheet paper, Rol paper, dan Cut
Size paper.
b. CVD: Mempunyai tugas membuat Cut Size paper (A4, A3, B4, B5)
c. PKD: Mempunyai tugas membuat Packaging Material seperti Box,
Wrapper, P. Agular, dan Paper Core.
d. FMD: Bagian penunjang finishing diantaranya adalah Maintenance,
Electrical, Mechanical, dan Hydrolic.
15
2.6 Tahapan Proses Umum PT. Indah Kiat Pulp and Paper
Proses pembuatan pulp di PT. IKPP perawamg terdiri dari beberapa
tahapan mulai dari pengolahan bahan baku menjadi pulp sampai pemanfaatan
kembali limbah yang dihasilkan. Adapun diagram proses PT. IKPP perawang
dapat dilihat pada gambar 2.4.
Wood
Chip
preparation
Cooking Pulp
Pulp making
Washing black
liquor Listrik
Steam
Recovery dan Turbin
boiler panas
Weak white
liquor (WWL) Green liquor
White liquor
Recauticizing CaO
(WL)
Gambar 2.4 Diagram proses pembuatan pulp PT. Indah Kiat Pulpand Paper
Potongan kayu dari Hutan Tanaman Industri (HTI) milik PT. Indah Kiat
16
dengan panjang 2-3 meter dan diameter sekitar 30 cm. Selanjutnya kayu dikirim
ke debarker dengan tujuan untuk mengelupaskan kulit kayu. Debarker ini
berbentuk drum berputar dengan diameter 5,5 meter dan panjang 28 meter. Kulit
kayu yang sudah terpisah dihancurkan dengan mesin bark shredder dan dikirim ke
boiler untuk digunakan sebagai bahan bakar. Kayu yang telah dikuliti lalu
diumpankan ke chipper untuk memotong kayu menjadi serpihan kayu (chip)
berukuran standar (25 x 25 x 10 mm). Chips selanjutnya akan dikirim ke
penyaringan utama (main sreening) untuk memisahkan accepted, oversized, dan
pin chips dengan menggunakan three part screening (Arzinel, 2006).
17
sulfida, dan ion hidroksida digunakan dalam proses untuk degradasi lignin dan
melarutkan lignin dalam air. Pada saat yang bersamaan, karbohidrat dalam
molekul selulosa bereaksi dengan ion hidroksida dan menghasilkan yield yang
lebih rendah dan berkurangnya kekuatan pulp. Dalam perkembangannya Compact
CookingTM G2, impregnasi dilakukan pada suhu rendah, sekitar 100˚C. Hal ini
meminimalisir disolusi hemiselulosa dan memberikan yield pemasakan yang
tinggi (Arzinel, 2006).
Chip yang telah melalui tahap pemasakan awal selanjutnya chip
ditransferke digester. Transfer dilakukan dengan penggunaanHP feederyang
bertujuan untuk mengumpankan chip dan liquor dari impbin yang bertekanan
rendah (3–4 bar) ke digester yang memiliki tekanan tinggi (8–12 bar) yang
bekerja secara horizontal. Didalam digesterchip dimasak dengan temperature
160oC. White liquor yang telah dipanaskan masuk ke digester melalui
externalheader yang berada dibagian atas digester. (Arzinel, 2006).
Outlite device dengan kontroller kecepatan membantu mengeluarkan pulp
dari bagian bawah digester. Blowing pulp secara merata dari keseluruhan
bagianbawah digester tersebut akan menghasilkan pulp yang homogen serta
dapatdigunakan untuk mengontrol chip level pada digester. Pulp yang di blow
daridigester biasanya memiliki konsistensi sebesar 8% (Arzinel, 2006).
Liquor yang diekstrak ini masih mengandung fiber (kepingan kayu) yang
belum masak sehingga sebelum dikirim ke evaporatorblack liquor ini harus
disaring kembali ke impbin upper. Setiap wash liquor yang berlebih dari
brownstock washing dikirim langsung ke evaporator. Liquor ini juga dialirkan
setelah melewati fibre screen. Black liquor yang telah disaring didinginkan di
cooler hingga suhu turun menjadi 90℃ kemudian dikirim ke evaporator (Arzinel,
2006).
Pulp keluaran dari digester kemudian akan dialirkan ke unit pencucian
yang bernama pressure diffuser. Pulp masuk dari bagian atas pressure diffuser
sementara cairan pencuci disemprotkan dari dinding-dinding alat. Filtrat hasil
pencucian akan keluar melalui strainer yang bergerak naik yang digerakkan
dengan pompa hidraulik. Filtrat ini kemudian akan digunakan sebagai cairan
18
pengencer (dillution liquor) pada digester. Tujuan dari proses pencucian pulp ini
adalah secara ekonomis mengambil semaksimal mungkin bahan terlarut dalam
pulp baik bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik akan dibakar di
boiler dan menghasilkan energi, sedangkan bahan anorganik didaur ulang dan
digunakan kembali dalam proses pulping (Arzinel, 2006).
Pulp yang telah dibersihkan kemudian masuk ketahap penyaringan Tujuan
proses screening secara selektif memisahkan bahan-bahan terlarut yang tidak
diinginkan dalam pulp dengan pemisahan secara mekanik. Bahan-bahan yang
dipisahkan pada screening adalah:
a. Knot adalah bagian kayu yang belum masak
b. Debris adalah segala sesuatu yang terlihat pada akhir proses pemutihan
atau lembaran yang tidak diputihkan seperti noda gelap pada latar
belakang dari sheet.
c. Shieve adalah kumpulan dari dua atau lebih fiber-fiber yang tidak dapat
dipisahkan selama pemasakan atau dengan aksi mekanik. Shieve dapat
mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat permukaan kertas. Shieve pada
pulp chemical mungkin didefenisikan sebagai kumpulan fiber dengan
panjang 1-3 mm dan lebarnya 0,1-0,15 mm.
d. Chop adalah sisa-sisa dari bentuk yang tidak teratur dan biasanya
menimbulkan lebih banyak masalah dalam hard wood. Ini dikarenakan
adanya bentuk vessel yang tidak teratur dan cell-cell dalam hard wood.
e. Dirt adalah noda yang ada pada pulp chemical yang mengandung kotoran
partikel organik dan anorganik.
Pulp yang telah melewati tahap penyaringan selanjutnya masuk ke proses
thickener. Thickener adalah suatu proces pengentalan dari pada bubur kertas atau
white water dalam process pembuatan pulp, setelah itu masuk ke tahap
delignifikasi O2. Delignifikasi O2 merupakan proses delignifikasi tahap kedua.
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan lignin yang tersisa dalam pulp agar
warna pulp menjadi lebih cerah dan kappa number turun. Setelah proses
dilignifikasi O2 selanjutnya masuk ketahap bleaching. Bleaching merupakan
proses terakhir dalam penghilangan lignin dan semua bahan pengotor dalam pulp.
19
Pulp hasil dari Pulp Making masih berbentuk bubur pulp dan masih
mengandung banyak air. Karena alasan penyimpanan dan pengangkutan, pasar
menghendaki pulp berbentuk lembaran yang kadar air kurang dari 10%. Proses
pembuatan lembaran pulp ini ditangani oleh seksi Pulp Machine. Unit
PulpMachine terdiri dari empat tahapan yaitu: penyaringan, pengeringan,
pemotongan, dan pengemasan (Arzinel, 2006).
Proses penbuatan paper di PT.IKPP Perawang berada pada bagian Paper
Machine Section (PPM). Proses pembuatan kertas secara secara umum
hampirsama dengan pembuatan pulp sheet. Kertas merupakan lembran tipis dari
pulpyang telah dicampur dengan bahan adiktif berguna untuk
meningkatkankekuatan mekanis kertas. Mesin kertas pada PT. IKPP Perawang
terdapat limabuah yaitu PPM 1, PPM 2, PPM 3, PPM 4 dan PPM 5 dan terbagi
menjadi 3bagian utama yaitu Stock Preparation, Paper Machine, dan Finishing
(Arzinel, 2006).
20
2.6.3 Chemical Recovery Plant
Chemical Recovery Plant merupakan salah satu unit operasi yang ada pada
pabrik pulp yang berfungsi untuk memperoleh kembali bahan pemasak atau white
liquor dari black liquor. Selain memperoleh kembali bahan cairan pemasak, unit
ini juga berfungsi sebagai sumber energi dari realisasi pembakaran bahan organik
yang terlarut pada black liquor. Proses pemulihan bahan kimia pemasak pada unit
chemical recovery plant ini melibatkan tiga proses utama, yaitu : proses
penguapan, pembakaran dan recaustisasi (Arzinel, 2006).
21
2.6.5 Proses Rekaustisasi
Smelt yang diperoleh dari proses pembakaran heavy black liquor akan
dilarutkan terlebih dahulu menjadi green liquor. Pelarut smelt berasal dari lime
mud washer. Setelah itu green liquor akan diproses menjadi white liquor dengan
cara proses rekaustisasi. Proses rekaustisasi merupakan proses yang mengubah
senyawa Na2CO3 yang ada pada green liquor menjadi senyawa NaOH, selain itu
green liquor juga mengalami proses pengendapan untuk menghilangkan kotoran-
kotoran (dreg) yang mungkin terkandung dalam green liquor(Arzinel, 2006).
Setelah bersih, green liquor kemudian direaksikan dengan kapur (CaO)
agar dapat menjadi white liquor.White liquor yang dihasilkan akan disempurnakan
reaksinya di causticizer.Biasanya penyempurnaan reaksi berlangsung selama tiga
kali. Setelah itu, white liquor akan mengalami proses pengendapan untuk
memisahkan lumpur kapur atau biasa disebut lime mud (CaCO3). White liquor
yang telah mengalami proses pengendapan akan dikirim kembali ke digester
untuk digunakan kembali sebagai bahan pemasak, lime mud akan diproses
kembali menjadi kapur (CaO) dengan cara proses kalsinasi di lime kiln untuk
digunakan kembali dalam memproduksi white liquor(Arzinel, 2006).
22
menggantikan bahan kimia yang hilang. Untuk proses selanjutnya, white liquor
diperoleh dari caustizing dari green liquor dengan quick lime (CaO). Sedangkan
sisa cairan pemasak yang sudah melarutkan zat-zat organik kayu (lignin dan zat
non sellulosa) disebut black liquor (Bernard, 2006).
White liquor merupakan suatu larutan encer sodium hidroksida (NaOH)
dan Sodium Sulfida (Na2S), dan juga mmengandung bahan kimia yang tidak aktif
(dead load) antara lain Na2CO3, Na2SO4, Na2SO3, Na2S2O3 (Bernard, 2006).
Tabel 2.5 Distribusi bahan organik dalam lindi hitam kraft kayu lunak (Pinus
Merkusi)
Bagian Komponen Kandungan (% Padatan Kering)
Lignin 46
Asam Hidroksi 30
Asam Format 8
Asam Asetat 5
Ekstraktif 7
Senyawa lain 4
(Sumber: Bernard, 2006)
23
Cairan pemasak (liquor) ditambahkan ke serpihan kayu setelah pre-
steaming dimana kemudian impregnasi dimulai. Pada saat pemasakan, jika yang
digunakan sebagai cairan pemasak hanya white liquor, maka white liquor tidak
cukup menutupi seluruh permukaan serpihan kayu, sehingga perlu ditambahkan
black liquor. Perbandingan antara jumlah cairan pemasak terhadap serpihan kayu
yang dibutuhkan disebut batch ratio yaitu 3,9:1 artinya tiap 1 ton boundry chip
yang dimasak diperlukan cairan 3,9 m3. Kandungan air dalam serpihan kayu
termasuk total cairan pemasak (Bernard, 2006).
Berikut ini adalah keuntungan-keuntungan dari rendahnya perbandingan
cairan pemasak terhadap kayu :
a. Produktifitas tinggi, disebabkan pengisian serihan kayu ke dalam bejana
pemasak (serpihan kayu yang mampu dimasak).
b. Biaya yang diperlukan untuk pemanasan cairan pemasak rendah.
c. Biaya yang diperlukanuntukevaporasi, cairanpemasakdirecoveryrendah.
Jenisperbandngancairanpemasakterhadapserpihankayu(liquor to wood
ratio) dalampabrikbiasanyaberkisarantara 3-5.
2.8.2 Paper
Ada beberapa jenis kertas yang diproduksi oleh PT. IKPP Perawang dan
24
setiap kertas yang diproduksi memiliki aplikasi bagi kehidupan sehari hari antara
lain.
1. Briefcard
Format : Lembar besar, Rolls
Ukuran : 140-250 gsm
Penggunaan akhir aplikasi :
Kartu menu, Kartu nama, Kartu ucapan, Brosur, Album foto, Sampul
buku, Tas belanja
2. Cast Coated
Permukaan : Glossy Coated
Format : Lembar besar, Rolls
Ukuran: 80 gsm & 90 gsm
Penggunaan akhir aplikasi :
Aplikasi label lem basah, label minuman, Anggur label, label makanan
kaleng, pembungkus gula premium, Tekanan aplikasi perekat sensitif,
aplikasi seni grafis aplikasi pembungkus premium
3. Kemasan makanan
Permukaan : PE & PE Laminated Non
Format : Lembar , Rolls
Ukuran: 170-250 gsm
Proses cetak : Flexo
Penggunaan akhir aplikasi :
Hot & Cold Drinks, Sup, Noodle Bowl, Ice Cream & Cup Yoghurt
4. KertasWarna
Potong Ukuran Zat: 70 - 80 gsm Printer inkjet
Penggunaan akhir aplikasi: • Fotokopi Kertas
• Agenda
• Pemakaian pribadi.
25
BAB III
DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI
26
Proses reaksi kimia membutuhkan energi inisiasi (initial energy, activation
energy), untuk memacu rekasi kimia itu sendiri. Jika proses reaksi kimia
sudahterjadi, maka proses reaksi kimia itu akan mengkasilkan kalor/panas yang
akan digunakan sebagai pemicu proses reaksi kimia dari campuran bahan bakar
dan oksidiser yang belum terbakar (Smook, 1989).
Pembakaran (cumbustion) juga disebut juga sebagai chemical reaction
(reaksi kimia) antara bahan bakar (fuel) dan oksidiser (segala sesuatu yang
mengandung oksigen). Udara sangat penting untuk pembakaran black liquor dan
heavy fuel oil. Pada proses pembakaran recovery boiler, terjadinya pembakaran
dari solar disebabkan adanya fluktuasi dari karakteristik black liquor dari satu
plant ke plant lain (Smook, 1989).
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari proses pembakaran,
dibutuhkan proses pembakaran yang sempurna. Adapun syarat-syarat agar dapat
terjadi pembakaran yang sempurna yaitu :
1. Kuantitas udara (oksigen) yang disupply kebahan bakar cukup.
2. Oksigen dan bahan bakar benar-benar tercampur.
3. Campuran bahan bakar dan udara terjaga di atas temperature
pengapiannya.
4. Volume furnace cukup luas sehingga memberikan waktu yang cukup bagi
campuran bahan bakar dan udara untuk terbakar sempurna.
Reaksi campuran organik dalam proses pembakaran :
C + O2 CO2 + Heat
Carbon Oksigen Carbondioksida
2C + O2 2CO2 + Heat
Carbon Oksigen Carbonmonoksida
CO + ½ O2 CO2 + Heat
Carbon monoksida Oksigen Carbondioksida
2H2 + O2 2H2O + Heat
Hidrogen Oksigen Water
Transformasi yang terjadi pada recovery boiler bukan hanya terkait pada
pembakaran tetapi juga melibatkan reduksi sodium sulfate menjadi sodium
sulfida. Reaksinya yaitu :
27
Na2SO4 + 2C + Heat Na2S + 2CO2 ................ (3.1)
Sodium Sulfat Carbon Sodium Sulfida Carbon
Sodium sulfat membantu dalam proses pemasakan di digester agar
mencapai reduksi maksimum dari sulfat menjadi sulfide melalui proses recovery
boiler. Ukuran kualitas reduksi ini dinamakan Reduction Efficiency. Kecepatan
reduksi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑁𝑎2 𝑆
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (%) = 𝑥 100% ....................................... (3.2)
𝑁𝑎2 𝑆+ 𝑁𝑎2 𝑆𝑂4
28
bahan pencampur pembuatan GL. Jadi sisa udara yang dilepaskan melalui stack
ke atsmosfer dalam kondisi aman untuk kehidupan sekitar (IKPP, 1994).
29
boiler water. Primary dan secondary digunakan untuk tambahan pengontrolan
kadar uap basah dan padat dalam steam. Drum dilas dengan pengelasan lebur dan
kontruksi plat. Level normal air di steam drum adalah 100 mm dibawah garis
tengah dari pada drum(Smook, 1989).
3.3.3 Superheater
Super heater terdiri dari empat tingkatan yaitu primary, secondary dan
tertiary dan dua attemperator. Attemperator ganda dimaksudkan untuk
menghasilkan kualitas steam yang bersih dan metal temperatur yang baik.Pipa
superheater interconnection menyilang guna penyerapan panas yang seimbang.
Supemrheater ditempatkan diatas furnace dan diatas nose dan screen berguna
untuk melindungi super heater dari radiasi panas langsung (Smook, 1989).
30
3.2.7 Economizer
Economizer merupakan gabungan dari dua bagian aliran panjang yang
terdiri dari elemen-elemen dan finned tube. Elemen headernya dibuat miring
bertujuan untuk menghindari tumpukan garam pada elemen(Smook, 1989).
31
penghubung air dari steam drum ke generation bank. Campuran air dan steam
yang ada di generation bank akan mengalir ke steam drum dan didalam steam
drum ini air boiler fase cair dan fase uap dipisahkan oleh cyclone separator.
Dimana uap yang terbentuk terkumpul pada level atas steam drum dimanakan
saturated steam dan air boiler pada level bawah steam drum disirkulasikan
kembali (IKPP, 1994).
Akibat pelepasan uap yang terbentuk kadar mineral di steam drum makin
lama semakin mengental. Maka untuk menstabilkan kadar air mineral dari
sejumlah kecil air boiler didalam steam drum dibuang secara kontiniu menuju
kontinual blow down expantion tank. Di continual blow down expantion tank air
boiler sebagian berubah menjadi uap dan dialirkan menuju dearator, sementara
sisanya dibuang ke blow down tank.Untuk menjaga mutu air boiler, disuntikkan
senyawa kimia sodium hydroksida (NaOH) dan sodium phospat (Na3PO4)
diperpipaan feedwater menuju economizer I (IKPP, 1994).
32
secondary air system.Udara dimasukkan dari FDF melalui airport/winbox pada
dinding furnace. Winbox dilokasikan dalam tiga level yang berbeda sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Udara dari primary FD Fan dihembuskan menuju
primary air ductring yang terpasang disekeliling dinding luar dari furnace yang
selanjutnya didistribusikan kesetiap winbox. Air duct ring primary dihubungkan
ke 38 winbox, yang dibagi atas 4 unit air port dan setiap bagian diatur oleh sebuah
damper. Lokasi primary air port berada pada level 1 meter diatas lantai furnace
(IKPP, 1994).
Udara dari secondary FD Fan dihembuskan menuju secondary air duct ring
yang terpasang disekeliling dinding furnace (luar) yang selanjutnya
didistribusikan ke setiap lubang winbox, melalui pengaturan masing-masing
damper air port. Secondary air port berada pada level sekitar 4 meter diatas
furnacefloor, dimana pada load tersebut ditempatkan 8 unit start up burner
dihubungkan langsung dari secondary air duct ring melalui pengaturan damper
tersendiri untuk setiap start up burner(IKPP, 1994).
Udara dari tertiary FD Fan dihembuskan menuju tertiary air duct ring yang
terpasang dinding luar furnace pada bagian depan dan belakang furnace, Level
posisi HBL spray gun, dimana pendistribusian udara kesetiap lubang air port
diatur melalui damper air port. Udara primary dan secondary dipanaskan terlebih
dahulu pada masing-masing air heater sebelum didistribusikan ke air duct ring
dan udara tertiary didistribusikan langsung tanpa pemanasan (IKPP, 1994).
2. Flue Gas
Flue gas terbentuk akibat adanya pembakaran dari bahan bakar black liquor
atau fuel oil dimana flue gas ini akan tertarik melalui superheater bank,
generating bank, economizer bank dan electric precipitator oleh dua buah induced
draft fan (IDF).Pengontrolan press dari furnace dilakukan untuk menjaga tekanan
didalam bagian atas furnace tetap konstan yaitu diantara 3-10 mm WG.
Pengontrolan ini terjadi oleh adanya signal dari furnacepressure indicator
mengatur speed putaran dari IDF yang dapat menyeimbangkan draft didalam
boiler. Recovery boiler ini dilindungi oleh tekanan yang sangat tinggi apabila
terjadi oleh sebuah “Pressure Switch”, dimana primary dan secondaryair fan akan
33
trip dengan sendirinya apabila terjadi tekanan furnace yang tinggi sekali.
Sedangkan untuk tekanan furnace yang rendah sekali juga dapat membuat IDF
trip dengan sendirinya, karena furnace pressure controller dan precipitator outlet
duct pressure indicators mempunyai informasi alarm untuk flow dan high
pressure yang diset dekat ke normal press untuk memberikan aba-aba dan
memberikan tindakan mencegah boilertrip (IKPP, 1994).
34
ujung rod didalam eccentric. Dalam mempergunakan lip angle (sudut lidah
spraygun) harus dipilih dengan hati-hati untuk dimensi furnace yang sesuai.
Karena untuk furnace yang lebih lebar dan lebih besar penggunaan lip angle dari
spraygun yang terlampau kecil dapat menyebabkan masalah pembakaran pada
dinding tempat spraygun yang berlawanan dan bila lip angle yang terlampau besar
akan dapat menyebabkan masalah pada dinding tempat spraygun yang sejajar
sehingga dapat menimbulkan terjadinya carry over. Pergerakan osilasi dari
spraygun tidak boleh terlampau lebar dan temperatur dibagian daerah pengeringan
tidak boleh terlampau tinggi pada ruang pembakaran karena dapat mempengaruhi
atau menimbulkan terjadinya penguapan dari senyawa alkali dari dalam charbed
(IKPP, 1994).
Tekanan penyemprotan black liquor ke furnace biasanya bervariasi diantara
100kPa-200 kPa (1-2 bar). Untuk tekanan penyemprotan yang tinggi akan
menyebabkan butiran-butir penyemprotan kecil sekali sehingga dapat
menyebabkan kemungkinan carry over dan penempelan deposit didaerah bagian
dalam boiler. Temperatur penyemprotan black liquor yang terlalu rendah akan
menyebabkan kurangnya distribusi yang merata sehingga akibatnya black charbed
(charbed yang gelap), karena itu kondisi pembakaran yang diinginkan adalah
pembakaran black liquor yang mempunyai tekanan dan temperatur yang stabil.
Tekanan penyemprotan dari black liquor juga tergantung kepada viskositas yang
tinggi dibutuhkan tekanan penyemprotan yang lebih tinggi. HBL dipompakan ke
mixing tank dan dicampur dengan ash (dust) serta salt cake make up (Na2SO4
powder) dan diaduk dengan agitator. Dipanasi dengan low press steam hingga
temperatur sekitar 105°C-115°Cuntuk memperoleh campuran yang sempurna dan
tidak menggumpal. Kemudian HBL dipompakan pada steam perpipaan menuju
spray gun dan dipanasi kembali dengan medium press steam secara kontak
langsung (direct steam heater) untuk mencapai temperatur yang sesuai sekitar
115°C -120°C (IKPP, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran HBL adalah :
1. % total solid
2. Viskositas
35
3. Temperatur
4. Sudutpenyemprotan
5. Jenis spray gun dan ukurannozzle spraygun
6. Lajualirudara
Viskositas HBL sangat tergantung pada % total solid dan temperatur HBL.
Bila viskositasnya tinggi akan menyebabkan semprotan HBL terlalu kasar
sehingga sulit terbakar di furnace. Sebaliknya apabila viskositasnya rendah, akan
menyebabkan semprotan HBL terlalu halus dan meningkatkan terjadinya carry
over dan chemical loss (TRS). Flow penyemprotan HBL tergantung pada tekanan
penyemprotan, ukuran nozzle serta jumlah spray gun yang dipakai. Pembentukan
charbed didasar furnace tergantung pada viskositas, flow penyemprotan HBL,
sudut penyemprotan, jenis dari spraygun dan jumlah pemberian udara serta
tekanan(IKPP, 1994).
36
kecil dengan menggunakan steam medium pressure (12 bar) yang arahnya
langsung berlawanan dengan arah aliran smelt yang jatuh kedalam dissolving tank.
Dengan tujuan yang sama, green liquor juga disirkulasikan dan disemprotkan ke
smelt yang jatuh dalam membantu mengurangi kebisingan yang mungkin terjadi.
Densitas dari green liquor dalam dissolving tank dikontrol dengan pengaturan
flow weak wash dalam pipa yang terpisah masuk kedalam dissolving tank.
Terkadang adakalanya aliran weak wash yang masuk kedalam dissolving tank
kurang maka dalam hal ini dapat digunakan air sebagai pelarut bila diperlukan.
Dalam pengukuran level dan densitas dalam dissolving tank yang menggunakan
“bubble pipe” untuk mencegah kemungkinan terjadinya mampat pada bubble
pipe, aliran sealing wate yang stabil tetap dialirkan ke dalam bubble pipe (IKPP,
1994).
Gas yang terjadi di dissolving tank yang terdiri dari campuran seperti udara,
uap air yang terkontaminasi dengan abu dan senyawa sulfur dikeluarkan ke udara
atmosfir melalui stack (cerobong). Untuk pengadukan green liquor yang merata
didalam dissolving tank digunakan agitator dengan dua unit impeler. Dissolving
tank ini juga dilengkapi dengan perpipaan untuk overflow, dari dan inlet make up.
Recovery boiler ini mempunyai lima buah smeltspout dimana masing-masing
smeltspout ditutupi dengan sebuah “mini hood” yang dapat dicuci secara terus-
menerus dengan air bagian bawah didalamnya(IKPP, 1994).
37
dalam lance tube(IKPP, 1994).
38
apabila terjadi kebocoran yang parah pada perpipaan boiler yang menyebabkan air
masuk kedalam furnace. Sistem ini dioperasikan pada saatemergency dan
berlangsung cepat agar boiler terhindar dari kerusakan yang lebih parah(IKPP,
1994).
39
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
Unit utilitas merupakan unit penunjang agar suatu proses produksi dapat
berjalan lancar. Unit utilitas memegang peranan penting karena unit ini berfungsi
untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan proses produksi seperti: air, steam, dan
listrik serta recovery cairan yang telah digunakan. Unit utilitas di PT. Indah Kiat
PulpandPaper Tbk, Perawang terdiri dari:
1. Unit penyediaan air
2. Unit penyediaan steam
3. Unit penyediaan listrik
4. Unit pengolahan limbah
5. Unit pembuatan bahan kimia.
40
dan anion. Kondisi air proses dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kondisi Air Proses
Parameter Kadar
Ph 8-9
Konduktivitas ≤ 2 ppm
SiO2 ≤ 0,1 ppm
Kesadahan Total 0
(Sumber: PT. IKPP, 1994)
41
Air yang digunakan adalah pure water. Air sebagai bahan baku utama
dipanaskan sehingga dihasilkan uap panas (steam) berupa steam bertekanan
tinggi, menengah, dan rendah. Steam bertekanan tinggi dan menengah dikirim ke
turbin generator untuk menghasilkan listrik sedangkan steam bertekanan rendah
dikirim ke heater untuk menghasilkan energi yang sama. Dari heater kemudian
dikirim ke unit-unit yang membutuhkan seperi pulp making, pulp machine dan
lain-lain. Steam bertekanan tinggi dan menengah dapat diubah menjadi steam
bertekanan rendah dengan reducing valve (Dehartin, 1996).
42
4.4 Unit Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair, padat dan gas. Penanganan
limbah tersebut terdiri dari:
43
3. Limbah padat yang sifatnya berbahaya dan tidak dapat digunakan kembali
(B3) dikirim kelandfill. Contohnyafly ash batu bara (IKPP, 1994).
44
BAB V
ORGANISASI DAN EKONOMI PERUSAHAAN
5.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visidari PT. Indah Kiat Pulp and Paper adalah menjadi perusahaan kertas
yang berstandar Internasional dengan kualitas kertas yang sangat baik, dan bias
bersaing dengan perusahaan kertas lainnya baik dari tingkat domestic maupun
internasional. Sedangkan Misi dari PT. Indah Kiat Pulp and Paper adalah berkerja
dengan intregritas dan komitmen kepada pelanggan, karyawan dan para pemegang
saham dalam waktu yang bersamaan dan memantapkan perhatian kepada
pengawasan terhadap kualitas dan performa dan prima dari produk kertas industri
PT. Indah Kiat Pulp and Paper (PT. IKPP, 1995).
45
c. Sebelah Barat: Kecamatan Minas
d. Sebelah Timur: Kecamatan Sei Mandau, Kecamatan Koto Gasib
PT. Indah KiatPulp and Paper merupakan sector industri yang menjadi
motor penggerak perekonomian yang sangat dominan diperawang tidak saja bagi
Perawang sendiri tapi juga menjadi sector andalan Kabupaten Siak. Sehingga
tidak berlebihan apabila daerah ini disebut daerah industry (PT. IKPP, 1995).
46
tidak berlebihan apabila daerah ini disebut daerah industry (PT. IKPP, 1995).
Mill Head
Finance &
President Office Accounting Division
Paper Maintance
Procurement Power Division Division
Mechanical Maintance
Division
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Perawang (PT.
IKPP, 1995).
47
Tabel 5.1 Daftar Level dan Jabatan Karyawan PT.IKPP Perawang Tbk
Level Nama Jabatan
1 Operator
2 Karyawan terampil
3 Karyawan terampil khusus
4 Wakil kepala regu
5 Kepala regu
6 Wakil kepala shift/Asisten
7 Kepala shift/Asisten
8 Wakil kepala seksi
9 Kepala seksi
10 Wakil kepala departemen
11 Kepala departemen
12 Wakil direktur
13 Direktur
14 Senior Direktur
15 Wakil presiden direktur
16 Presiden direktur
Division Head
Expert Specialist
Senior expert : plan, ISO, Sustainability,
Steering Committee
Senior expert : Project-Modification
Senior expert : Chemical iquor balance &
shutdown plan, Spare part
Expert : RC-LK process optimization
Expert : RB-VE process optimization
Operator, MBOS, KPI, PPO, ISO, OHSAS, Efficiency, Project, Modification Jet Washer Operation
Minilab Analyst ADM, Training SMK3, Officer Reporting Work Planner and Maintenance
48
BAB VI
TUGAS KHUSUS
6.1 Judul
Pengaruh Kevakuman Terhadap Laju Penguapan Weak Black Liquor
(WBL) Pada Vacuum Evaporator (VE) 11 Unit Rb#2
6.2 Latar Belakang
Weak black liquor (WBL) merupakan sisa larutan yang digunakan pada
proses pemasakan kayu menjadi pulp. WBL dapat mencemari lingkungan jika
tidak diolah kembali sebelum dibuang ke lingkungan atau dimanfaatkan kembali.
Komposisi WBL terdiri dari sodium, hydrogen, karbon, oksigen, sulfur,
potassium, klorida dan silica ( PT . IKPP,1994). Karakteristik WBL dapat dilihat
pada Tabel 6.1
Tabel 6.1 karakteristik Weak black liquor
Parameter Kuantitas
Na2SO4 320 ppm
NaOH 85 ppm
SiO2 120 ppm
Na2CO3 170 ppm
H2S 45 ppm
pH 12,5
PT. IKPP Tbk memanfatkan kembali WBL tersebut menjadi bahan bakar
recovery boiler (RB). Total solid WBL sekitar 15 – 85% air. WBL perlu
ditingkatkan total solidnya agar memungkinkan pada proses pembakaran.
Peningkatan konsentrasi WBL menjadi Heavy Black Liquor (HBL) dilakukan
pada vacuum evaporator. HBL memiliki total solid sekitar 70 – 72% degan nilai
bakar sekitar 14500 Kj (Manahan, 1993).
49
6.3 Tujuan
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kevakuman
terhadap laju penguapan air yang terkandung didalam Weak Black Liquor
(WBL). Dimana laju penguapan (evaporation rate ) harus > 6,02.
6.4 Ruang Lingkup
Tugas khusus ini dilaksanakan di PT. IKPP Perawang seksi RB 2 pada
tanggal 02 Januari – 31 Januari 2020. Dalam tugas khusus ini penulis mencoba
mencari hubungan kecepatan penguapan WBL degan sistem kevakuman pada unit
vakum evaporator 11 dan menganalisa faktor–faktor yang mempengaruhi proses
evaporasi agar diperoleh HBL sesuai konsentrasi yang diinginkan.
6.5 Tinjauan Pustaka
Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, unit
evaporasi mempunyai dua fungsi, yaitu mengubah panas dan memindahkan uap
yang terbentuk dari bahan cair. Heating element evaporator terdiri dari kumpulan
tube-tube. Liquor dipekatkan dengan cara mengalirkan black liquor melalui tube
(perpipaan), dimana steam sebagai media pemanas dialirkan melalui permukaan
perpipaan bagian luar (shell side). Dalam hal ini temperatur liquor yang lebih
rendah dibandingkan dengan temperatur steam akan menyebabkan terjadinya
perpindahan panas sehingga steam terkondensasi dan menghasilkan energi panas.
Energi panas tersebut mengalir melalui permukaan perpipaan dan diserap oleh
liquor sehingga kandungan air dari liquor menguap. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan pada praktek evaporasi adalah (IKPP, 1994):
1. Pembentukan scale pada liquor side
Scaledeposits dapat terjadi pada salah satu effect atau lebih di evaporator.
Scale terbentuk seperti insulator dan akan mengurangi koefisien heat
transfer atau kemampuan perpipaan memindahkan panas akan berkurang.
Pembentukan scale yang tidak cepat diatasi sehingga scale tersebut
mengeras akan menyebabkan perpipaan/tube tersumbat.
50
2. Temperatur liquor & heating vapor
Heat transfer coefficient akan naik sehubungan dengan naiknya
temperatur pengoperasian black liquor dan vapor condensing pada out side
tube. Pengoperasian pada temperatur yang tinggi dapat mengakibatkan
terbentuknya scale dengan cepat.
3. Flow liquor melalui tube (perpipaan), circulation rate
Tubular liquor flow akan menentukan ketebalan dari liquor film pada
perpipaan. Dalam hal falling film evaporator, tubular liquor flow
merupakan hal utama ditentukan dengan kecepatan aliran sirkulasi.
Koefisien transfer akan berkurang dengan bertambah tebalnya liquor film.
4. Konsentrasi NCG (Non Condensible Gas) pada shell side
Nilai koefisien heat transfer akan berkurang dengan naiknya konsentrasi
NCG, oleh sebab itu NCG harus dibuang secara kontinyu melalui venting.
5. Level condensate pada shell side
Pembentukan condensate pada shell side dari setiap heater element tidak
dapat dibiarkan mengumpul pada bagian bawah perpipaan untuk
menghindari kehilangan heat transfer dari permukaan tube, dan mencegah
flooding dari NCG line.
6. Heat flux pada tubular (perpipaan)
Tubular heat flux dapat diartikan sebagai jumlah panas yang ditransfer
per jam, per m2heating surface. Dengan merubah heat flux, sangat sedikit
pengaruhnya terhadap koefisien perpindahan panas pada falling film
evaporator.
7. Vapor velocity tubular
Koefisien heat transfer naik dengan naiknya kecepatan dari liquor film.
Dengan cara meningkatkan vapor pada bagian dalam tube akan menaikkan
perpindahan panas.
8. Konsentrasi liquor
Koefisien heat transfer akan turun dengan naiknya konsentrasi liquor (%
Total Solid Liquor); viskositas liquor naik dengan naiknya konsentrasi;
liquor viscosity turun dengan naiknya temperatur; dan konsentrasi liquor
51
tinggi akan menaikkan BPR sehingga akan membuat lebih sulit untuk
penguapan liquor.
52
1. Aliran Liquor
WBL dari washer masuk ke tangki WBL A atau B yang dilengkapi
dengan level indicator, kemudian dipompakan menuju FFT (Feed
FlashTank) yang berjumlah 2 unit. Di dalam FFT terjadi proses flashing.
Dari FFT-1 liquor mengalir ke FFT-2 dan selanjutnya masuk ke body PF-6,
PF-5, PF-4, PF-3, dan PF-2 dilengkapi dengan pompa sirkulasi dan pompa
transfer. Selain itu, dilengkapi juga dengan control valve untuk mengatur
level sekaligus jumlah liquor yang ditransfer di setiap PF. Liquor yang
keluar dari PF-2 kemudian dialirkan ke PF-1. PF-1 memiliki 3 body yang
beroperasi dan 1 body ekstra yang standby. Pada PF-1 hanya ada 1 pompa
yang berfungsi sebagai transfer dan sirkulasi, tidak seperti di PF lain yang
dilengkapi dengan 2 unit pompa. Keempat body di PF-1 dihubungkan
melalui perpipaan satu sama lain sesuai dengan program sequencenya yang
dilengkapi dengan Automatic On-Off Valve. Ada 4 selector untuk
penggantian sequence. Melalui selector inilah dikontrol pengeluaran liquor
dari sistem. Misalnya Selector "S1" untuk pengeluaran liquor dari PF-1D,
Selector "S2" untuk pengeluaran liquor dari PF-1A, dan seterusnya.
Pengoperasian dari tiap selector terdiri dari 3 posisi yang berbeda dari body
yang bekerja pada sirkulasi liquor. Sebagai contoh untuk selector "S4"
posisi-04 (S403) berarti mengalirkan liquor dan PF-2 ke PF-1D, dari PF-1D
ke PF-1B, dari PF-1B ke PF-1A dan terakhir masuk ke Product Flash Tank
(PFT). Jadi, S101 adalah DBA, atau secara sistematis alirannya dapat ditulis
sebagai berikut:
PF-2 →PF-1D →PF-1B →PF-1A→ HBL flash tank.
53
Gambar 6.1 Aliran Liquor
54
"Double Jacketed" agar temperatur yang dinginkan dapat tercapai. Di HBL
tank juga dilengkapi dengan pompa sirkulasi yang berfungsi untuk
menghomogenkan temperatur liquor agar tidak terjadi penyumbatan. Dari
HBL tank, liquor kemudian dikirim ke RB sebagai bahan bakar.
55
dikontrol menggunakan control valve dengan tujuan untuk menjaga tekanan
vapour yang keluar PF-6 sesuai dengan yang diinginkan.
3. Aliran kondensat
Proses evaporasi pada keempat body di PF-1 menghasilkan steam
condensate yang masing-masing masuk ke drainer condensate tank dan
selanjutnya ditransfer ke SteamCondensat Flash Tank (SCFT). Vapour dari
flash tank terdiri atas 2 stage, pada stage pertama vapour dialirkan ke PF-2
dan pada stage kedua vapour dialirkan ke PF-3 untuk desuperheating LP-
steam. Pada perpipaan utama steam condensate, terdapat control valve
untuk mengatur level, dan conductivity meter untuk mengetahui kebersihan
kondensat. Selanjutnya berdasarkan konduktivitasnya, steamcondensate
akan dialirkan menuju unit Power Generation (PG), clean condensate tank
dan spill tank. Untuk nilai konduktivitas ≤ 5 µΩ/cm2 steamcondensate
dikirim unit Power Generation, 5 ≤ nilai konduktivitas ≤ 20 µΩ/cm2
steamcondensate dipompakan menuju clean tank condensate tank, dan
untuk nilai konduktivitas ≤ 20 µΩ/cm2 steam condensate dipompakan
menuju spill tank.
Vapour dari vapour body PF-1 yang telah melepas panas di PF-2 akan
terkondensasi di dalam heating element dan mengalir turun ke bottom
header heating elementnya, lalu keluar menuju condensate flash tank PF-2.
Sisa vapour kemudian digabungkan dengan vapour dari PF-2 menuju
header PF-3 dan kondensat dialirkan menuju condensate flash PF-3. Proses
tersebut berlangsung seterusnya hingga PF-4. Pada PF-2, PF-3, PF-4
dihasilkan dua jenis kondensat yaitu 75% clean condensate dan 25%
intermediate condensate.
Vapour hasil penguapan dari PF-4 dan vapour flashing dari condensate
flash tank PF-4 dialirkan menuju header heating element PF-5. Heating
element akan terbagi dua tingkat. Vapour akan terkondensasi sebagian pada
tingkat I dan menghasilkan intermediate condensate sementara sisa vapour
dikondensasikan pada tingkat II dan dihasilkan foul condensate. Proses
tersebut diterapkan pada PF-5, PF-6 dan surface condenser. Foul
56
condensate dari PF-5 dan PF-6 mengalir keluar menuju foul condensateflash
tank dan foul condensate dari surface condenser disambungkan ke pipa inlet
foul condensate pump setelah flash tank. Foul condensate dipompakan
keluar melalui pengaturan control valve yang berdasarkan indikasi level di
foul condensate flash tank.
Condensate pada surface condenser 1 masuk ke clean condensate pot.
Sedangkan pada surface condenser 2 terbagi atas 2 bagian, di mana dari
bagian pertama mengalir clean condensate dan dari bagian kedua mengalir
foul condensate yang kemudian dialirkan ke pot masing-masing. Clean
condensate merupakan kondensat yang sudah bersih, dan foul condensate
merupakan kondensat yang masih mengandung metanol dan NCG (non
condensible gases). Clean condensate pot menerima condensate dari PF-6,
surface condenser 1, dan bagian pertama surface condenser 2. Sedangkan
foul condensate pot menerima kondensat dari PF-6, bagian kedua surface
condenser 2, dan inter condenser (vacuum system). Masing-masing
kondensat ini dapat dipompakan menuju clean/foul condensate tank atau ke
spill tank tergantung konduktivitasnya. Ke dalam clean condensate tank
juga akan masuk clean condensate dari evaporation chain pot, hot water
dari trim condenser pada stripping system dan stripped condensate juga dari
stripping system. Pada foul condensate tank juga akan dimasukkan foul
condensate dari evaporation chain pot, post condenser (vacuum system),
dan dari digester. Clean condensate dapat dikirim ke washing system atau ke
pulpmill, sedangkan foul condensate dikirim ke stripping system.
57
condenser. Pada saat start up, MP steam dimasukkan ke start up ejector
untuk membangkitkan kevakuman. Pada operasi normal, start up ejector
ditutup dan two stage ejector di start untuk mempertahankan kevakuman
sesuai desain.
NCG diisap oleh ejector no 1 dan kemudian dilewatkan melalui inter
condenser, di mana steam dikondensasikan dan masuk ke foul condensate
pot. Keadaan tekanan stage 1 sebagian masih vakum. Gas diisap dari inter
condenser ke ejector no 2 dan dilewatkan melalui post condenser di mana
steam dikondensasikan dan masuk ke foul condensate tank. Setelah dari
stage 2 tekanan sedikit di atas tekanan atmosfer (1 atm). Vent dari post
condenser bergabung dengan gas outlet dari stripping system dan kemudian
masuk ke ruang sistem pembakaran NCG.
5. Stripping System
Vacuum Evaporator di lengkapi dengan satu unit stripper sistem.
Stripper System ini berfungsi untuk mengolah Foul Condensate agar
menjadi lebih bersih dan bisa dialirkan ke Clean Condensate Tank. Foul
condensate dialirkan dari foul condensate tank melalui feed preheater untuk
dinaikkan temperaturnya menuju stripper. Foul Condensate dimasukkan
melewati bagian atas stripper coloumn yang nantinya akan melewati tray-
tray yang terdapat di dalam kolom kemudian dari dasar di hembuskan
pemanas (vapour-SPC dan LiveSteam). LP steam digunakan pada saat start
up, maka terjadi kontak langsung antara kondensat dengan vapour sehingga
terjadi pelepasan gas dari kondensat. Dengan adanya pelepasan gas ini maka
kondensat yang jatuh ke bagian bawah stripping coloumn akan lebih bersih,
kemudian akan dipompakan ke clean condensate tank melalui preheater
untuk menurunkan temperaturnya.
Vapour dari bagian atas kolom dikondensasikan di reflux condenser dan
ditampung di reflux condensate pot. Vapour dan gas yang belum
terkondensasi di reflux condenser akan dialirkan ke trim condenser untuk
didinginkan lalu ditampung di reflux condensate pot. Gas yang belum juga
bisa terkondensasi di trim condenser inilah yang disebut dengan Non
58
Condensible gas (NCG) yang akan dikirim ke RB yang disebut dengan
Stripper Odorous Gas (SOG) untuk dibakar. Kondensat yang telah
terkumpul di reflux condensate pot dipompakan kembali ke bagian atas
kolom sebagai refluks. Sebelum masuk kembali ke kolom, condensate reflux
dilewatkan melalui turpentine decanter. Media pendingin untuk reflux
condenser adalah liquor dan untuk trim condenser adalah warm water dari
surface condenser 1 dan 2.
59
7. Sistem pencucian (Washing System)
Ada beberapa kemungkinan sistem pencucian yang dapat dilakukan
terhadap PF-1 dan juga pengiriman outletnya.
a) PF-1 dan PFT
Untuk pencucian PF-1 dilengkapi dengan on-off valve, sehingga bisa
diatur seperti yang diinginkan dan dapat dipilih body mana dari PF-1 dan
PFT yang mau dicuci. Untuk bahan pencucian bisa digunakan cooling
water, clean condensate dari clean condensate tank, atau spill liquor dari
spill tank. Outlet pencucian bisa juga diseleksi manual valvenya, antara
lain ke spill sump, spill tank, atau ke WBL tank.
b) Evaporation Chain: PF-2, 3, 4, 5, 6
Semua valve yang digunakan untuk pencucian adalah manual valve.
Bahan yang digunakan untuk pencucian sama dengan liquor washing
untuk PF-1 dan PFT. Aliran inletnya adalah sebelum feed flash tank
(FFT). Aliran outletnya dikirim ke spill sump.
c) Spill Tank
Aliran yang masuk ke spill tank antara lain over flow WBL tank, over
flow HBL tank, HBL produk yang memiliki %TS di bawah standar,
contaminated condensate dari clean dan foul condensate pot, waste
liquor dari sewer,liquor dari spill sump, atau drain dari PF-1 dan PFT.
Kemungkinan aliran dari spill tank dipompakan ke WBL tank, proses
washing/pencucian PF-1 dan PFT, ataupun ke evaporation chain (saat PF
stop). Bila tangki over flow, masuk ke spill sump.
d) Spill Sump
Spill berfungsi untuk menampung liquor yang over flow dari spill
tank, dan dari evaporator chain apabila konduktivitasnya tinggi sehingga
tidak bisa dikirim ke waste treatment system. Dari spill sump dapat
dipompakan ke WBL tank ataupun spill tank.
60
adalah memisahkan air dari black liquor dengan cara penguapan.Hal – hal yang
berkaitan dengan Vacuum Evaporator, yaitu:
1. Boiling Point (Titik Didih)
Tekanan air berbanding lurus dengan temperatur titik didih air, bila
tekanan turun maka titik didih air akan turun. Maka dengan kondisi udara
vacuum 0,15 bar (-850 mbar) pada evaporator hanya diperlukan temperatur
55°C untuk mendidihkan air.
2. Boiling Point Rise
Untuk larutan air yang mengandung padatan lain yang terlarut, titik
didihnya akan lebih tinggi disebabkan molekul air terikat lebih kuat dengan
padatannya sehingga dibutuhkan panas yang lebih besar untuk menguapkan
airnya. Perbedaan antara temperatur titik didih larutan dengan temperatur
uap air yang terbentuk (basis air murni) disebut dengan boiling point rise
atau boiling point elevation. Semakin besar jumlah padatan yang terlarut
atau %TS, semakin banyak panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur selaras dengan kenaikkan titik didih.
3. Steam Economy
Steam Economy adalah istilah yang digunakan untuk menghitung jumlah
air yang diuapkan per ton steam pemanas. Steam economy dapat dihitung
dengan (Job Training Committe, 2017) :
𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑆𝑡𝑒𝑎𝑚 𝑒𝑐𝑜𝑛𝑜𝑚𝑦 = 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛 …………………..(1)
61
tinggi dibandingkan dengan 3 effect.
4. Evaporation Rate
Evaporation rate merupakan jumlah air yang diuapkan per ton steam
pemanas. Di mana dengan menghitung evaporation rate, dapat diketahui
efisiensi evaporator dalam menguapkan air. Nilai standar evaporation rate
adalah 6. Dimana pada kondisi ini 1 ton steam pemanas menguapkan 6 ton
air dari WBL. Analisa efisiensi evaporasi menggunakan persamaan 2
berikut (Manahan, 1993):
𝑋−𝑌
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝐿𝑝 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑚…………………..(2)
62
yang masih memiliki %TS rendah akan naik keatas dan yang sudah memiliki
%TS tinggi akan turun kebawah dan kemudian didalam PFT ada kondensat yang
berfusi untuk mengisap penguapan yang terjadi.
6.6.6 Stripper
Column dan bagian dalam stripper termasuk trays terbuat dari 304 L SS.
Column dilengkapi dengan satu feed nozzle dan satu reflux inlet nozzle. Tiga
tempat pengambilan sampel disediakan untuk berbagai stage untuk menguji
performance dari kolom. Stripper berfungsi untuk mengolah foul condensate agar
menjadi lebih bersih dan bisa dialirkan ke Clean Condensate Tank.
63
unit tersebut terbuat dari 304 L stainless steel untuk semua bagiannya yang
kontak langsung dengan liquor dan vapour. Black liquor meninggalkan PF-
1 masuk ke PFT pada tekanan dan temperatur yang tinggi, dan oleh sebab
itu harus didinginkan ke temperatur di bawah atmospheric boiling point,
agar aman untuk disimpan di HBL Tank.
b) Steam Condensate Flash Tank (SCFT)
Steam condensate flash tank terbuat dari konstruksi carbon steel.
Steamcondensate di flashing 2 kali untuk mengurangi pemakaian steam dan
untuk pendinginan agar safe untuk dikumpulkan di storage tank. Level di
tangki dikontrol dengan menggunakan control valve untuk mengontrol
pengoperasian condensate pump.
c) Condensate Flash Tank (CFT)
Digunakan untuk menurunkan temperatur kondensat yang berasal dari
PF-6 sampai PF-2.
d) Feed Flash Tank (FFT)
FFT digunakan untuk menurunkan temperatur feed dari PF-1 sebelum
memasuki PF-6. Uap (vapour) yang dihasilkan akan memasuki vapour body
PF-4 dan PF-5 untuk menyediakan tambahan panas (heat recovery) untuk
membantu menaikkan steameconomy. Tangki didesain horizontal dan
terbuat dari carbon steel.
64
d) Condensate Tank, untuk menampung kondensat yang dihasilkan selama
proses berlangsung.
6.6.9 Condenser
1. Reflux Condenser
Fungsi dari reflux condenser adalah untuk mengkondensasikan sebagian
uap air, metanol, dan yang lainnya yang berasal dari stripping tower
berdasarkan jumlah dan temperatur black liquorinlet. Untuk
mengkondensasikan strippervapour digunakan black liquor dengan %TS
sekitar 45%. Vapour yang tidak terkondensasi di reflux condenser masuk ke
trim condenser.
2. Surface Condenser (SC)
Digunakan untuk mengkondensasi vapour dari PF terakhir dengan
menggunakan cooling water pada bagian dalam perpipaan dan vapour pada
bagian luar perpipaan (shell side). Surface condenser terbuat dari bahan
carbonsteel dengan tube dan tube sheets dari stainless steel 304 SS. Unit ini
dilengkapi dengan external plenum untuk meratakan pendistribusian aliran
vapour dan meminimumkan pressure drop. Vapour side pada unit ini dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu bagian terbesar yang berfungsi untuk
mengkondensasikan vapour dan bagian terkecil yang berfungsi untuk
mendinginkan NCG sebelum masuk ke ejector. Apabila gas keluar dari
surface condenser terlalu panas, volume vapour akan banyak terbawa
sehingga beban ejector bertambah melebihi kapasitasnya dan juga akan
mengakibatkan penurunan tekanan yang drastis pada perpipaan ventilasi
(venting pipe).
65
Distributing Control System (DCS). Data-data yang diambil dari Distributing
Control System (DCS) adalah Outlet WBL, Inlet HBL, %TS, dan total LP steam
yang dihimpun dalam DailyLog 1 dan DailyLog 2.
Tabel 6.2 data aktual dan hasil perhitugan Evaporation Rate dari vacuum
evaporator 11 bulan januari 2020.
No Tanggal Out Sp. Gr In Sp. Gr Steam X Y Evapora
WBL (kg/m3) HBL (kg/m3) (Ton) tion rate
(m3) (m3)
1 02/01/20 13519 1073 2272 1411 1962 14505887 3205792 5.75
2 03/01/20 13419 1064 2530 1440 1885 14277816 3643200 5.64
3 04/01/20 13613 1063 2502 1369 1881 14470619 3492792 5.83
4 05/01/20 13787 1066 2561 1425 1884 14696942 3649425 5.86
5 06/01/20 13885 1063 2413 1439 1888 14759755 3472307 5.97
6 07/01/20 14345 1070 2389 1420 1910 15349150 3392380 6.26
7 08/01/20 14118 1068 2462 1423 1864 15078024 3503426 6.20
8 09/01/20 14007 1061 2598 1429 1963 14861427 3712542 5.67
9 10/01/20 13779 1063 2031 1414 1967 14647077 2871834 5.98
10 11/01/20 13388 1066 2766 1437 1915 14271608 3974742 5.37
11 12/01/20 13336 1069 2406 1414 1908 14256184 3402084 5.68
12 13/01/20 13191 1071 2476 1416 1816 14127561 3506016 5.84
13 14/01/20 13565 1062 2540 1406 2105 14406030 3571240 5.14
14 15/01/20 13592 1061 2410 1444 1844 14421112 380040 5.93
15 16/01/20 13839 1062 2606 1434 1940 14697018 3737004 5.64
16 17/01/20 14191 1063 2364 1438 1952 15084033 3399432 5.98
17 18/01/20 13851 1061 2208 1415 1861 14695911 3124320 6.21
18 19/01/20 13641 1065 2848 1405 1864 14527665 4001440 7.71
19 20/01/20 13475 1067 2263 1442 1687 14377825 3263246 6.58
20 21/01/20 13881 1072 2859 1440 1489 14894313 4116960 5.49
(Sumber: PT. IKPP, DCS RB 2)
66
6.7.2 Pembahasan
Dari data perhitungan yang tercantum pada lampiran A, hasil perhitungan
efisiensi evaporation rate pada bulan januari 2020 dapat dilihat pada gambar 6.2
sebagai berikut
Januari 2020
9
8
EVAPORATION RATE
7
6
5
4
3
2
1
0
9 januari 2020
2 januari 2020
3 januari 2020
4 januari 2020
5 januari 2020
6 januari 2020
7 januari 2020
8 januari 2020
10 januari 2020
11 januari 2020
12 januari 2020
13 januari 2020
14 januari 2020
15 januari 2020
16 januari 2020
17 januari 2020
18 januari 2020
19 januari 2020
20 januari 2020
21 januari 2020
Gambar 6.2 Perbandingan evaporation rate vs tanggal
Dari gambar 6.2 dapat dilihat bahwa setiap harinya efisiensi evaporasi
Berada pada kisaran 5-7. Nilai efisiensi evaporasi terbesar terdapat pada tanggal
19 januari 2020 sebesar 7.09 dan efisiensi evaporasi terkecil pada tanggal 14
januari 2020 yaitu sebesar 5.1. Perbedaan efisiensi evaporasi disebabkan oleh
perbedaaan kondisi WBL yang akan di proses menjadi HBL , dimana semakin
besar % TS dalam evaporator maka laju penguapan (evaporation rate) akan
semakin kecil, hal ini di karenakan jika semakin banyak padatan (solid) yang
masih terkandung didalam WBL maka semakin sedikit air yang diuapkan
sehingga laju penguapan akan semakin kecil. Adapun pengaruh kondisi
kevakuman terhadap laju penguapan adalah kondisi vakum akan membuat waktu
penguapan menjadi lebih cepat sehingga akan sangat mempengaruhi laju
penguapan WBL, dimana penurunan tekanan digunakan untuk menurunkan titik
didih cairan ( WBL) agar lebih rendah dari pada titik didih air biasa pada tekan
normal yaitu 1 atm , sehingga tanpa memerlukan suhu yang tinggi penguapan
67
akan tetap berlansung. Semakin rendah tekanan dalam ruang evaporator (semakin
tinggi tekanan vakum) maka akan semakin tinggi transfer panas yang terjadi .
semakin tinggi derajat kevakuman akan memberikan kerapatan jenis fluida dalam
ruang akan semakin rendah yang berarti pergerakan fluida akan semakin cepat.
Selama penguapan terjadi perubahan suhu yang disebabkan oleh perubahn
tekanan , sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan tekanan merupakan
fungsi dari kenaikan suhu (Manahan, 1993).
68
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat dirangkum dari pelaksanaan kerja praktek
adalah sebagai berikut:
1. Proses pembuatan pulp adalah proses pemisahan serat atau selulosa yang
terdapat dalam kayu secara mekanik atau secara kimiawi. Metode
pembuatan pulp pada PT. IKPP adalah metode kraft yang menggunakan
larutan kimia pemasak campuran antara Natrium Sulfida (Na2S) dan Soda
(NaOH) dengan tujuan untuk mengurangi kerusakan pada karbohidrat.
2. Proses pembuatan kertas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu persiapan bahan
baku (stock preparation), pembentukan lembaran, dan penyelasaian akhir.
3. Unit utilitas di PT. IKPP Tbk. Perawang terdiri dari unit penyediaan air,
steam, listrik dan unit pembuatan bahan kimia. Sementara limbah yang
diolah berupa limbah cair, padat, dan gas.
4. Vacuum evaporator merupakan suatu unit yang berfungsi mengolah limbah
hasil pencucian pulp di pulp making menjadi bahan bakar di unit
recoveryBoiler dengan cara meningkatkan kadar solid di dalam black liquor
melalui proses evaporasi.
5. Prinsip kerja vacuum evaporator adalah memekatkan weakblack liquor
(WBL) hasil pencucian pulp di pulp making menjadi heavyblack liquor
(HBL) melalui proses evaporasi secara vakum untuk mengurangi kandungan
airnya.
6. Evaporation rate vacuum evaporator 11 pada bulan Januari 2020 berada
pada rentang 5,14 -7,71.
7.1 Saran
Melihat permasalahan yang terjadi di pabrik selama kerja praktek
berlangsung, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
69
1. Koordinasi antar petugas DCS dan lapangan harus selalu terjaga dengan
baik agar pengoperasian berjalan secara optimal.
2. Maintenance secara berkala harus selalu dilakukan mengingat effect
bekerja dengan persen total solid yang besar, agar tidak terdapat kerak
yang nantinya akan mengurangi efisiensi energinya.
3. Selalu bekerja dengan baik dan teliti sesuai dengan SOP (Standar Operasi
Prosedur), serta gunakan APD yang sesuai agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak dinginkan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Dehartin. B., 1996, Diktat Pembuatan Pulp Proses Kraft, Pulp Making Section
PT. IKPP Perawang, Riau.
Job Training Comite, 1994, Diktat Training Proses Pembuatan Pulp dan Kertas,
PT . IKPP Perawang, Riau.
PT. IKPP. 1994. Diktat Training Proses Pembuatan Pulp dan Kertas. Perawang,
Riau.
Smook, G.A. 1989. Handbook for Pulp and Paper Technologies. Canadian Pulp
And Paper Association, Canada.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Metode Menentukan Evaporation Rate
Untuk menghitung i evaporation rate dalam menghasilkan hbl dibutuhkan
data sebagai berikut :
1. Jumlah WBL out
2. Jumlah HBL in
3. Spesific grafity WBL dan HBL
4. Low preasure steam ( LP steam)
Data yang akan dipakai dalam perhitungan yaitu data aktual dari VE 11
yang bisa diambil dari Log 1 dan Log 2. Berikut contoh perhitungannya :
Perhitungan evaporation rate pada tanggal produksi 02 Januari 2020
Diketahui :
WBL out = 13519 m3
Sp. Gr WBL = 1073kg/ m3
HBL in = 2272 m3
Sp. Gr HBL = 1411 kg/ m3
Lp steam = 1962000 kg
Ditanya :
Evaporation rate ?
Jawab :
X = WBL out x Sp. Gr WBL
= 13519 m3 x 1073 kg/ m3
= 14505887 kg
Y = HBL in x Sp. Gr HBL
= 2272 m3 x 1411 kg/ m3
= 3205792 kg
𝑋−Y 14505887 𝑘𝑔−3205792 𝑘𝑔
Evaporation Rate =
𝐿𝑝 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑚
=
1962000 𝑘𝑔
= 5.75
Dilakukan perhitungan yang sama untuk data berikutnya
A-1