Anda di halaman 1dari 11

sebelumnya saya akan mereview kembali tentang jenis proses pembuatan pulp, dan pada saat kapan

bahan kimia digunakan

topik kuliah kita sore ini adalah tentang "Penanganan bahan kimia industri pulp dan paper"

Pembuatan pulp mekanis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem penggerindaan (grinding)
dan penggilingan (refining). Dari kedua cara tersebut didapat proses pembuatan pulp mekanis yang
bervariasi, diantaranya adalah Stone Ground Wood (SGW), Refiner Mechanical Pulp (RMP), Thermo
Mechanical Pulp (TMP), dan Chemi Thermo Mechanical Pulp (CTMP).

1. Penggerindaan (Grinding)

Proses Penggerindaan ini, balok kayu yang telah dikuliti, ditekan diantara permukaan kasar
danabrasive dari batu gerinda dalam media air. Dengan kekuatan penekanan batu pembersih dan
pelumas. Mekanis penggerindaan adalah pembukaan serat dimana proses pengasahan adalah serta
atau kumpulan serat yang terurai dari kayu tersebut digiling menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

2. Penggilingan (Refining)

Beberapa jenis pembuatan kertas dengan penggilingan yang umum digunakan sebagai

berikut:

a. Stone Ground Wood (SGW)

Proses ini dikenal dengan proses pulp kayu asah. Alat yang digunakan adalah mesin gerinda dengan
bahan baku berbentuk gelondongan. Umumnya bahan baku yang digunakan adalah kayu terutama
kayu jarum yang seratnya lebih panjang dan dinding seratnya lebih tebal karena proses ini akan
banyak serat yang terputus. Kayu ditekan pada permukaan gerinda yang berputar dengan kecepatan
1000-1200 rpm dalam media air. Serat yang terlepas dicuci dari permukaan gerinda dengan
menggunakan air. Bubur pulp kemudian disaring untuk menghilangkan kotoran, selanjutnya bubur
tersebut dikentalkan dan diperoleh pulp yang siap digunakan. Dengan kekuatan penekanan pada
batu gerinda kayu diubah menjadi kumpulan serat, sedangkan air berfungsi sebagai pendingin,
pembersih, dan pelumas.

Mekanis penggerindaan adalah pembukaan serat dan proses pengasahan. Adanya grits pada batu
gerinda berfungsi sebagai pengurai serat kayu. Ketajaman grits, ukuran batu gerinda dan kecepatan
pergeseran kayu dengan batu gerinda mempengaruhi proses pembuatan serat. Pada proses
pengasahan, serat atau kumpulan serat yang terurai dari kayu digiling menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Pengasahan ini ditentukan oleh kehalusan permukaan batu gerinda. Variabel yang perlu
diperhatikan dalam sistem proses ini yaitu kekerasan batu gerinda, temperatur, laju alir (flow) dan
tekanan yang ditetapkan pada batu gerinda. Rendemen yang dihasilkan 90-95%. Selain sifat printing,
pulp yang dibuat dengan proses ini akan memiliki kekuatan dan derajat putih rendah tetapi memiliki
sifat ruah dan opasitas tinggi.
b. Refiner Mechanical Pulp (RMP)

Proses ini serpih kayu digiling dengan refiner berbentuk cakram (Disc Refiner). penggilingan pada
proses ini dilakukan pada tekanan atmosfer tanpa perlakuan awal. untuk menaikkan kualitas pulp,
RMP dimodifikasi menjadi proses refining dengan perlakuan awal secara kimia dikenal dengan Chemi
Refiner Mechanical Pulp (CRMP) yang mana dilakukan penambahan bahan kimia tanpa pemanasan
lalu direfining pada tekanan atmosfer. Dari proses ini dihasilkan pulp dengan serat lebih banyak dan
rendemennya lebih rendah disbanding pulp hasil SGW namun kekuatannya masih rendah.

c. Thermo Mechanical Pulp (TMP)

Proses Thermo Mechanical Pulp (TMP) dilakukan pemanasan awal terhadap serpih pada temperatur
di atas 100oC tanpa bahan kimia lalu direfining. Setelah itu dilakukan refining tahap kedua pada
tekanan atmosfer untuk meningkatkan kualitas pulp dan menurunkan konsumsi energy. Tujuan dari
pemanasan serpih adalah untuk melunakkan serpih agar mudah digiling dan serat murah diuraikan.
dibandingkan dengan pulp kayu asah maupun RMP, pulp TMP lebih kuat karena kandungan serat
panjang lebih banyak, lebih bersih, lebih sedikit mengandung shieves dan bulky lebih rendah.
Partikel shieves merupakan faktor yang dapat menurunkan kualitas kertas yang dihasilkan.
Keuntungan proses TMP ini adalah penggunaan bahan baku yang tidak terbatas, ekonomis,
peralatan sudah dapat dikendalikan dari pusat pengendali, serta limbahnya sedikit.

d. Chemi Thermo Mechanical Pulp (CTMP)

Proses CTMP adalah modifikasi dari proses TMP yaitu pemanasan awal dengan bahan kimia pada
temperatur di atas 100oC lalu direfining. Setelah itu direfining lagi pada tekanan atmosfer.
Penambahan bahan kimia pada proses CTMP bertujuan meresapkan bahan kimia ke dalam serpih
sehingga ikatan antar serat menjadi lemah dan waktu penggilingan serat akan mudah diuraikan dan
akan dihasilkan serat individu yang lebih fleksibel. Disamping itu, karena penambahan bahan kimia
dan pemanasan awal akan menyebabkan komponen kimia kayu seperti lignin dan ekstraksi larut.
Dengan adanya sedikit penambahan bahan kimia maka bahan baku menjadi lunak, mudah digiling
dan serat mudah terurai. Serat yang dihasilkan jadi lebih fleksibel dari serat TMP.

Serat yang fleksibel akan lebih rapat dalam lembaran, sehingga kekuatan lembaran meningkat.
Proses CTMP dapat menurunkan kandungan shieves, menurunkan tingkat kotoran, meningkatkan
ikatan dalam lembaran dan sifat ikatan antara seratnya. Dengan kualitas yang dimilikinya, pulp CTMP
menjadi lebih fleksibel penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan kertas. Jenis bahan kimia
yang digunakan pada proses CTMP adalah Na2SO3 untuk kayu jarum, NaOH untuk kayu daun atau
dengan mengkombinasikan Na2SO3 dan NaOH untuk kayu daun.

Penambahan bahan kimia pada proses pembuatan pulp tidak hanya dilakukan sebelum penggilingan,
tetapi dapat pula dilakukan pada saat penggilingan. Penambahan Na2SO3 ke dalam impressafiner
sebelum pemberian suhu menghasilkan pulp yang lebih putih 1-2 nilai, karena perlakuan tersebut
menghilangkan beberapa senyawa berwarna kayu dan menghilangkan garam-garam penyebab
korosi. Dengan penambahan bahan kimia menyebabkan energy yang digunakan pada proses CTM
lebih besar dari TMP tetapi kualitas produknya lebih baik.
2.1.2 Proses Semikimia dan Mekanis Kimia

Proses pulping semikimia dibagi menjadi dua tingkat. Awalnya serpih diproses bahan kimia yang
tidak terlalu banyak untuk melunakkan ikatan antara serat selulosa dengan menghilangkan lignin
dan hemiselulosa, kemudian dilanjutkan perlakuan mekanis dengan cara penggilingan untuk
memisahkan serat-seratnya. Proses mekanis kimia sama dengan semikimia, bedanya penggunaan
bahan kimia lebih sedikit lalu dilanjutkan dengan aksi mekanis yang lebih dominan yaitu
penggilingan. Rendemen dan sifat-sifat pulp semikimia merupakan intermediatepulpkimia dan
mekanis. Pulp ini cocok digunakan untuk lapisan tengah kertas karton gelombang.Pulping dengan
cara ini ada beberapa macam, diantaranya:

a. Neutral Sulfite Semi Chemical (NSSC)

NSSC adalah proses paling dominan dalam proses mekanis kimia. proses ini menggunakan
Na2SO3yang ditambah dengan Na2CO3 untuk menetralkan asam-asam organik bebas yang
terbentuk selama pemasakan. Kondisi proses yang umum dipakai adalah pada suhu 160-180oC,
waktu 1/4 -1 jam, pH cairan 7-9. Setelah melalui proses pemasakan serpih digiling dengan
menggunakan disc refiner, dicuci dan dibersihkan dan selanjutnya siap dibuat kertas. Pulp NSCC
dapat digunakan untuk kertas karton, kertas gelombang dan kertas bon.

b. Proses Asam Sulfit

Pulping semikimia ini menggunakan asam sulfit (H2SO3) atau cairan sulfit M(HSO3) yang berbasis Ca,
Mg, Na, dan NH4 (dinyatakan dengan M). Pulp sulfit rendemen tinggi didapat dari pemasakan pada
suhu yang rendah. Fibrilasi dan refining yang dilakukan dengan dua tingkat menggunakan single atau
double rotating disc refiner. Rendemen yang dihasilkan pada proses pulping ini berkisar diantara 55-
70%. Pulping semikimia dengan proses sulfit berbasis kalsium banyak digunakan untuk pulp kertas
koran.

c. Proses Bisulfit

Proses ini relatif lebih baru dari proses sulfit. Keuntungan proses ini adalah lebih sederhana dalam
persiapan cairan pemasak dan penyimpanan cairan pemasakan tanpa tangki bertekanan dan metode
recovery bahan kimia pemasak dapat diterapkan. Bahan kimia proses ini adalah M(HSO3) dimana M
adalah Ca, Mg, Na, dan NH4. Proses ini dapat dijalankan dengan baik pada digester kontinyu, suhu
tinggi dapat digunakan tanpa merusak serat dan menurunkan rendemen. Pemasakan dengan bisulfit
lebih cepat dari NSCC, tetapi produk yang dihasilkan lebih lemah. Pulp ini dapat digunakan untuk
kertas karton gelombang dan kertas karton. Rendemen yang dihasilkan sama dengan proses sulfit.

d. Proses Semikimia Kraft

Proses ini digunakan untuk kertas karton linear dengan bahan bakusoftwood yang menghasilkan
rendemen 56-65%. Bahan kimia yang digunakan adalah cairan kraft (NaOH dan Na2S). Rendemen
tinggi diperoleh dengan mengurangi bahan kimia pemasak dan waktu pemasakan. Serpih yang
keluar dari blow tank diuraikan dengan fiberizer dengan menambahkan filtrat lindi hitam yang masih
mengandung alkali untuk menurunkan konsumsi energy. Pulp yang telah diuraikan disaring dan
dicuci sebelum digiling dan disaring pada refining akhir. Kertas karton gelombang juga dapat dibuat
dari kayu hardwood dengan rendemen 60-70%. Pada rendemen tinggi ketahanan sobek pulp proses
ini lebih rendah dari pulp NSCC.

Proses Kimia

Proses pembuatan pulp kimia adalah proses pemisahan serat dari bagian kayu yang lain dengan cara
melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu sama lain dengan menggunakan bahan kimia
panas dan tekanan untuk mempercepat pelarutan dingin. Pada proses kimia, lignin diupayakan larut
semaksimal mungkin. Namun hal ini menyebabkan rendemennya rendah karena sebagian
karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) ikut terdegradasi. Alat yang digunakan pada pemasakan
adalah digester bacth dan kontinyu. Saat ini yang dominan dipakai pada industri adalah digester
kontinyu.

Proses pembuatan pulp secara kimia dibagi menjadi dua bagian yaitu proses alkali (soda dan sulfat)
dan proses asam (sulfit)

a. Proses Soda

Proses soda termasuk proses pulping secara alkali dengan NaOH sebagai bahan kimia pemasak pada
temperatur 165-170oC. Proses soda sangat cocok untuk memproses bahan baku non kayu. Kualitas
pulp kayu yang dihasilkan dari proses soda kurang bagus, pulpnya gelap sehingga proses pemutihan
lebih banyak mengkonsumsi bahan kimia yang menyebabkan limbah proses pemutihan tinggi.
Rendemen juga rendah sedangkan prosesnya tergolong mahal karena harga NaOH yang tinggi.

b. Proses Asam (Sulfit)

Proses soda digunakan oleh proses sulfit karena pulp sulfit lebih cerah, mudah digiling, dan lebih
murah. Bahan kimia yang dipakai adalah campuran H2SO3 dan ion bisulfit (HSO3-) dengan ion positif
Ca, Mg, NH3, dan Na dimana lignin diubah menjadi garam dan lignosulfonat. Pulp hasil proses sulfit
mudah diputihkan dengan rendemen pemutihan tinggi. Rendemen pemasakan rendah tapi seratnya
utuh dan stabil, mudah direfiner saat pembuatan kertas. Rendemen yang dihasilkan antara 45-60%.
Kekuatan pulp sulfit lebih baik dibandingkan pulp proses soda. Proses ini secara penuh
menggunakan netral sulfit dan alkali sulfit. Proses sulfit memiliki kekurangan dibandingkan proses
sulfat, yaitu:

• Menghasilkan gas buang SO2 yang bersifat korosif


• Tidak bisa dipakai untuk softwood yang banyak mengandung resin karena senyawa-senyawa
resin dalam kayu tidak larut dalam asam

• Tidak bisa dipakai untuk hardwood yang banyak mengandung tannin

Sedangkan kelebihan dari proses ini adalah pulp yang dihasilkan memerlukan energyrefining yang
rendah paa derajat giling yang sama dengan kraft dan memungkinkan peningkatan sistem recovery,
serta dengan sendirinya dapat memperbaiki pengendalian polusi.Pulp sulfit sangat cocok untuk
pembuatan kertas tisu, glassine, dan kertas cetak bermutu tinggi.

c. Proses Kraft

Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga
proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti kuat. Kekuatan proses kraft ini
dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung dalam larutan pemasak yang disebut “sulfidity”.
Keuntungan-keuntungan dari proses sulfat ini yaitu:

1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi.

2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies yang
berbeda.

3. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya tidak mahal.

4. Tersedianya peralatan-peralatan operasi yang standar.

5. Dampak pencemarannya bisa dikatakan sangat rendah.

6. Pendaurulangan bahan kimia yang sangat efisien.

7. Pendaurulangan panas yang begitu efisien.

8. Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin-resin sangat berkurang.

9. Dapat dihasilkan berbagai jenis pulp.

Adapun yang menjadi target pada proses pembuatan pulp dengan proses kraft adalah untuk
memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin
lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin yang
ada di antara atau di tengah-tengah lamella yang berfungsi sebagai pengikat serat. Bahan kimia yang
terdapat dalam larutan pemasak juga terserap ke dinding serat dan melarutkan lignin yang ada pada
kayu (Anonim, 2013).

2.1.4 Pemasakan Pulp dengan Proses Kraft


Proses ini menggunakan NaOH dan Na2S sebagai bahan pemasak dan temperatur 165-170oC.
Tujuan pemasakan kraft adalah pemisahan serat dari serpih kayu secara kimia dan melarutkan lignin
semaksimal mungkin yang terdapat pada dinding serat. Proses kraft disebut juga proses sulfat
karena pemakaian Na2SO4 sebagai make up pada proses perolehan kembali bahan kimia pemasak
yang menggantikan Na2CO3 pada proses soda. Komponen aktif dalam cairan pemasak adalah ion
OH- (hidroksil) dan ion SH- (hidrosulfida) yang berasal dari NaOH dan Na2S.

NaOH(ℓ) Na+(ℓ)+ OH-(ℓ) ..................(1)

Na2(ℓ) 2Na+(ℓ) + S2-(ℓ) ....................(2)

S2-(ℓ) + 2H2O(ℓ) H2S(ℓ)+ 2OH-(ℓ) ...........(3)

Konsentrasi dan total penambahan ion-ion SH- dan OH-adalah unsur utama dalam reaksi-reaksi yang
terjadi dalam proses pemasakan, baik dalam pemutusan lignin reaksi yang tak diharapkan seperti
degradasi selulosa.

Proses pembuatan pulp kimia adalah proses pemisahan serat dari bagian kayu yang lain dengan cara
melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu sama lain dengan menggunakan bahan kimia
panas dan tekanan untuk mempercepat pelarutan dingin. Pada proses kimia, lignin diupayakan larut
semaksimal mungkin. Namun hal ini menyebabkan rendemennya rendah karena sebagian
karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) ikut terdegradasi. Alat yang digunakan pada pemasakan
adalah digester bacth dan kontinyu. Saat ini yang dominan dipakai pada industri adalah digester
kontinyu.

Proses pembuatan pulp secara kimia dibagi menjadi dua bagian yaitu proses alkali (soda dan sulfat)
dan proses asam (sulfit)

a. Proses Soda

Proses soda termasuk proses pulping secara alkali dengan NaOH sebagai bahan kimia pemasak pada
temperatur 165-170oC. Proses soda sangat cocok untuk memproses bahan baku non kayu. Kualitas
pulp kayu yang dihasilkan dari proses soda kurang bagus, pulpnya gelap sehingga proses pemutihan
lebih banyak mengkonsumsi bahan kimia yang menyebabkan limbah proses pemutihan tinggi.
Rendemen juga rendah sedangkan prosesnya tergolong mahal karena harga NaOH yang tinggi.

b. Proses Asam (Sulfit)

Proses soda digunakan oleh proses sulfit karena pulp sulfit lebih cerah, mudah digiling, dan lebih
murah. Bahan kimia yang dipakai adalah campuran H2SO3 dan ion bisulfit (HSO3-) dengan ion positif
Ca, Mg, NH3, dan Na dimana lignin diubah menjadi garam dan lignosulfonat. Pulp hasil proses sulfit
mudah diputihkan dengan rendemen pemutihan tinggi. Rendemen pemasakan rendah tapi seratnya
utuh dan stabil, mudah direfiner saat pembuatan kertas. Rendemen yang dihasilkan antara 45-60%.
Kekuatan pulp sulfit lebih baik dibandingkan pulp proses soda. Proses ini secara penuh
menggunakan netral sulfit dan alkali sulfit. Proses sulfit memiliki kekurangan dibandingkan proses
sulfat, yaitu:
• Menghasilkan gas buang SO2 yang bersifat korosif

• Tidak bisa dipakai untuk softwood yang banyak mengandung resin karena senyawa-senyawa
resin dalam kayu tidak larut dalam asam

• Tidak bisa dipakai untuk hardwood yang banyak mengandung tannin

Sedangkan kelebihan dari proses ini adalah pulp yang dihasilkan memerlukan energyrefining yang
rendah paa derajat giling yang sama dengan kraft dan memungkinkan peningkatan sistem recovery,
serta dengan sendirinya dapat memperbaiki pengendalian polusi.Pulp sulfit sangat cocok untuk
pembuatan kertas tisu, glassine, dan kertas cetak bermutu tinggi.

c. Proses Kraft

Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga
proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti kuat. Kekuatan proses kraft ini
dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung dalam larutan pemasak yang disebut “sulfidity”.
Keuntungan-keuntungan dari proses sulfat ini yaitu:

1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi.

2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies yang
berbeda.

3. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya tidak mahal.

4. Tersedianya peralatan-peralatan operasi yang standar.

5. Dampak pencemarannya bisa dikatakan sangat rendah.

6. Pendaurulangan bahan kimia yang sangat efisien.

7. Pendaurulangan panas yang begitu efisien.

8. Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin-resin sangat berkurang.

9. Dapat dihasilkan berbagai jenis pulp.

Adapun yang menjadi target pada proses pembuatan pulp dengan proses kraft adalah untuk
memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin
lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin yang
ada di antara atau di tengah-tengah lamella yang berfungsi sebagai pengikat serat. Bahan kimia yang
terdapat dalam larutan pemasak juga terserap ke dinding serat dan melarutkan lignin yang ada pada
kayu (Anonim, 2013).

2.1.4 Pemasakan Pulp dengan Proses Kraft


Proses ini menggunakan NaOH dan Na2S sebagai bahan pemasak dan temperatur 165-170oC.
Tujuan pemasakan kraft adalah pemisahan serat dari serpih kayu secara kimia dan melarutkan lignin
semaksimal mungkin yang terdapat pada dinding serat. Proses kraft disebut juga proses sulfat
karena pemakaian Na2SO4 sebagai make up pada proses perolehan kembali bahan kimia pemasak
yang menggantikan Na2CO3 pada proses soda. Komponen aktif dalam cairan pemasak adalah ion
OH- (hidroksil) dan ion SH- (hidrosulfida) yang berasal dari NaOH dan Na2S.

NaOH(ℓ) Na+(ℓ)+ OH-(ℓ) ..................(1)

Na2(ℓ) 2Na+(ℓ) + S2-(ℓ) ....................(2)

S2-(ℓ) + 2H2O(ℓ) H2S(ℓ)+ 2OH-(ℓ) ...........(3)

Konsentrasi dan total penambahan ion-ion SH- dan OH-adalah unsur utama dalam reaksi-reaksi yang
terjadi dalam proses pemasakan, baik dalam pemutusan lignin reaksi yang tak diharapkan seperti
degradasi selulosa.

Pemutihan (Bleaching)

Proses pemutihan bersifat selektif membuang sisa lignin yang masih terkandung dalam pulp. Sifat
bahan kimia pemutih pada umumnya adalah oksidator kuat. Sasaran utama pemutih adalah untuk
memperoleh pulp dengan derajat putih dan kekuatan fisik yang tinggi. Pulp dengan kekuatan fisik
yang tinggi dilihat dari viskositas pulp putih. Kriteria brightness tinggi adalah pulp yang mempunyai
derajat putih tinggi dengan biaya pemutihan rendah dan limbahnya tidak merusak lingkungan.

Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak
selulosa. Dalam industripulp terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing
tahap dijabarkan di bawah ini:

1) C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam

2) E : eksktraksi alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada
tahap sebelumnya dengan larutan NaOH

3) D : klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam

4) O : oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa

5) H : hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa

6) P : peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa

7) DC atau CD yaitu campuran gas khlor dan khlordioksida.


Menurut (Reeve, D. W, 1989. Bleaching Chemistry) bahan kimia yang digunakan untuk pemutihan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Oksidator, berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan warna pada lignin yang
berwarna hitam atau gelap.

b. Alkali, berfungsi untuk mendegradasi lignin dengan hidrolisa dan membantu dalam
melarutkannya.

Proses pemutihan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Proses delignifikasi yang merupakan proses penghilangan lignin dengan parameter kontrol
adalah bilangan kappa.

b. Proses pencerahan pulp dengan parameter kontrolnya yaitu derajat putih.

Pada saat berlangsungnya proses pemutihan,ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi
jalannya proses, antara lain:

1) Konsentrasi, reaksi dapat lebih ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi bahan kimia
pemutih atau dengan mengatur konsistensi pulp yang akan diputihkan.

2) Waktu reaksi, pada umumnya perlakuan bahan kimia pemutih terhadap pulpakan lebih
reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi.

3) Temperatur, adanya peningkatan suhu akan meningkatkan reaksi pemutihan yang terjadi.
Penentuan suhu bervariasi tergantung jenis bahan kimia pemutih yang diberikan.

4) pH, mempunyai pengaruh yang sangat vital terhadap semua proses pemutihan. Dalam
proses pemutihan, kondisi pulp disesuaikan dengan kondisi pH dari masing-masing tahap proses
pemutihan.

seperti dijelaskan sebelumnya banyaknya jumlah bahan kimia untuk bleaching biasanya tergantung
dari besarnya bilangan Kappa

biasanya untuk proses pulping kayu jenis conifer, biasanya bilangan kappa adalah 20 - 30, yang mana
pulp yang dihasilkan masih berwarna kecoklatan (brown colour). Proses bleacing seperti "oxygen
delignification stage" dapat menurunkan bilangan kappa sampai 10-12. Artinya proses "bleaching"
secara oksigenasi dapat menurunkan bilangan kappa sampai lebih dari setengahnya
atas penjelasan diatas, selanjutnya dapat dilihat bahwa proses bleaching tersebut secara umum
terbagi 3:

Yaitu : (1) Elemental Chlorine Bleaching.

(2) Elemental Chlorine Free Bleaching (ECF).

(3) Totally Chlorine Free (TCF) bleaching.

Bahan kimia untuk proses bleaching biasanya diinjeksikan kedalam pulp dengan mencampurkan
bahan kimia tersebut dan selanjutnya dibilas/ dicuci dengan menggunakan air. Proses bleaching
diulangi sampai beberapa kali dan menghasilkan sejumlah besar volume air buangan (limbah). Selain
dihasilkan air limbah, tentu saja karena bleaching menggunakan sejumlah besar zat oksidatif seperti
Chorine yang menghasilkan polusi udara yang sangat berbahaya. Selain chlorine dihasilkan juga
bahan kimia lain seperti chloroform, methanol, formaldehyde, dan methyl-ethyl-ketone.
Kesimpulannya bergantung kepada bahan kimia bleaching yang digunakan airan air limbah juga bisa
mengandung turunan senyawa chlorine dan organics. Bahan organik tersebut merupakan campuran
bahan kimia yang sifatnya berbahaya dan beracun (seperti dioxins, furans dan chlorinated organics).
Walaupun bahan kimia ini di alirkan pada bagian penanganan limbah cair ( wastewater treatment
plant), namun bahan kimia yang disebutkan di atas tidak selalu dapat ditangani secara sempurna
sehingga seringkali ketika pelepasan limbah cair yang telah mengalami proses treatment ke sungai
akan terakumulasi konsentrasinya sehingga membahayakan lingkungan.

Penggunaan bahan kimia untuk bleaching adalah elemental chlorine (C), sodium hypochlorite (H),
chlorine dioxide (D), oxygen (O), ozone (Z) and hydrogen peroxide (P). In ozone and

hydrogen peroxide bleaching it is necessary to stabilise the

bleaching chemicals by removing metals from the pulp with a

complexing agent (Q) such EDTA or DTPA. The E extraction

stage uses sodium hydroxide to extract water insoluble chlorinated

lignin and other coloured compounds from the pulp.

The bleaching process generally consists of a series of

stages utilising alternating acidic and alkaline bleaching

agents.

pada proses bleaching dengan menggunakan ozone dan hidrogen peroxide (H2O2) diperlukan
untuk ,emstabilkan bahan kimia dan menghilangkan logam yang berasal dari pulp dengan
menggunakan larutan komplek seperrti EDTA dan DTPA
rangkaian proses bleaching juga menggunakan bahan alternatif seperti asam dan basa

gambar di atas adalah urutan proses bleaching yang terdapat di industri

menurut pendapat anda bagaimana caranya meminimumkan penggunaan bahan kimia berbahaya
yang ada pada prose produksi pulp dan kertas?

1. Meminimumkan jumlah kadar air kayu, karena ratio penggunaan bahan kimia sebanding
dengan jumlah berat bahan yang digunakan, jika kadar air chip kayu sedikit, maka jumlah
bahan kimia juga dapat diminimumkan
2. 2. iventarisasi pemakaian bahan kimia, usahakan penggunaan bahan kimia seminimum
mungkin dan hanya menggunakanan bahan tersebut bila dibutuhkan sewaktu2.... Proses
Optimasi
3. 3. merecovery bahan kimia kembali,
4. (4) mereduksi poengunaan air ketika proses pembilasan, air yang telah ditreatment di waste
water treatment dapat digunakan kembali sebagia air pembilas jangan langsung dibuang ke
badan air
5. (5) Meningkatkan efesiensi proses; misalnya memilih yang lebih aman (contohnya proses
kraft lebih baik dan amam bila dibandingkan dengan proses soda)

Anda mungkin juga menyukai