Anda di halaman 1dari 35

PENENTUAN KADAR SELULOSA DAN LIGNIN DARI

SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT


MELALUI PEMBUATAN PULP MENGGUNAKAN
PROSES SODA BERDASARKAN LAMA
WAKTU PEMANASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

FAJAR GUNAWAN TARIGAN


132401021

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN KADAR SELULOSA DAN LIGNIN DARI
SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
MELALUI PEMBUATAN PULP MENGGUNAKAN
PROSES SODA BERDASARKAN LAMA
WAKTU PEMANASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MEMPEROLEH AHLI MADYA

FAJAR GUNAWAN TARIGAN


132401021

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR SELULOSA DAN LIGNIN DARI


SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
MELALUI PEMBUATAN PULP MENGGUNAKAN
PROSES SODA BERDASARKAN LAMA
WAKTU PEMANASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 09 Agustus 2018

Fajar Gunawan Tarigan


132401021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : Penentuan Kadar Selulosa dan Lignin Dari Serat Tandan


Kosong Kelapa Sawit Melalui Pembuatan Pulp
Menggunakan Proses Soda Berdasarkan Lama Waktu
Pemanasan
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Fajar Gunawan Tarigan
Nim : 132401021
Program Studi : Diploma Tiga (D3) Kimia
Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, 09 Agustus 2018

Ketua Program Studi D3 Kimia Pembimbing,

Dr. Minto Supeno, MS Dr. Mimpin Ginting, MS


NIP. 196105091987031002 NIP. 195510131986011001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN KADAR SELULOSA DAN LIGNIN DARI
SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
MELALUI PEMBUATAN PULP MENGGUNAKAN
PROSES SODA BERDASARKAN LAMA
WAKTU PEMANASAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar selulosa dan lignin dari serat tandan
kosong kelapa sawit melalui pembuatan pulp menggunakan proses soda
berdasarkan lama waktu pemanasan dengan menggunakan reaktor. Analisa ini
bertujuan untuk mengetahui kadar selulosa dan lignin yang terdapat pada serat
tandan kosong kelapa sawit. Hasil yang diperoleh dari kadar selulosa serat TKKS
yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 14-1303-1989) terdapat
pada lama waktu pemansan 60 menit dan 75 menit sebesar 82% dan 80 %.
Sedangkan kadar lignin dari serat TKKS diperoleh sebesar rata-rata 6%. Nilai ini
lebih kecil dibandingan SNI 14-0492-1990 yang berkisar 20-50%.

Kata kunci : TKKS, selulosa, lignin, proses soda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DETERMINATION THE CONTENT OF CELLULOSE AND
LIGNIN FROM THE FIBER OF EMPTY OIL
PALM BUNCHES THROUGH PULPING USING A SODA
PROCESS BASED ON THE LENGTH
OF HEATING TIME

ABSTRACT

Determination the content of cellulose and lignin from the fiber of empty
oil palm bunches through pulping using a soda process based on the length of
heating time using a reactor. This analysis aims to determine the levels of
cellulose and lignincontained in the empty fruit bunches of oil palm. The results
obtained from the levels of TKKS fiber cellulose in accordance with Indonesian
National Standards (SNI 14-1303-1989) were found at 60 minutes and 75 minutes
for heating time of 82% and 80%. While lignin levels and TKKS fibers were
obtained at an average of 6%. This value is smaller than SNI 14-0492-1990,
which rangers from 20-50%.

Keywords : TKKS, cellulose, lignin, soda process

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan berkatNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini disusun sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program studi D3 Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan
judul “PENENTUAN KADAR SELULOSA DAN LIGNIN DARI SERAT
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MELALUI PEMBUATAN PULP
MENGGUNAKAN PROSES SODA BERDASARKAN LAMA WAKTU
PEMANASAN”.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak menemukan kendala.
Namaun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan,
bimbingan dan dukungan berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Dr.Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS selaku Dosen Pembimbing yang memberikan
bimbingan kepada penulis dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirin dalam membantu penulisan Tugas Akhir ini.
5. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta serta saudara dan saudari saya yang
telah memberikan bantuan berupa dukungan moril dan material yang sangat
membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Dr. Tjahjono Hennawan selaku Kepala Laboratorium Oleo Kimia
PPKS yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Teman-teman seangkatan D3 Kimia stambuk 2013 dan teman teman anggota
Gematalas yang banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih


terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan laporan dimasa yang akan
datang. Akhir kata, semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
Mahasiswa dan pembaca sekalian demi menambah pengetahuan tentang Tugas
Akhir ini.

Medan, 09 Agustus 2018

Fajar Gunawan Tarigan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN i
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Hipotesis 3
1.4 Tujuan Percobaan 3
1.5 Manfaat Percobaan 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Deskripsi Tanaman Sawit 4
2.1.1 Tandan Kosong sawit 5
2.2 Pulping 6
2.2.1 Metode Pembuatan Pulp 7
2.3 Selulosa 7
2.3.1 sumber Selulosa 7
2.3.2 Struktur Selulosa 9
2.3.3 Sifat Selulosa 10
2.3.4 Sifat Kimia Selulosa 11
2.4 Lignin 13
BAB 3 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat 15
3.2 Metode Penelitian 15
3.2.1 Alat 15
3.2.2 Bahan 15
3.2.3 Prosedur Percobaan 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 17
4.1.1 Kadar Selulosa 17
4.1.2 Kadar Lignin 17
4.2 Pembahasan 18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 19
5.2 Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.1.1 Komposisi Kimia dari TKKS 6
4.1.1 Hasil perhitungan kadar seluosa 17
4.1.2 Hasil perhitungan kadar lignin 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1. Contoh perhitungan kadar selulosa 23
2. Contoh perhitungan kadar lignin 23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

SNI = Standar Nasional Indonesia


TKS = Tandan Kelapa Sawit
TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu komoditas
perkebunan unggul Indonesia. Sejarah panjang perkebunan yang telah
memberikan warna tersendiri bagi perkembangan pertanian dan perekonomian
Indonesia. Data menunjukkan bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia tahun 2009 mencapai 7,5 juta Ha dan merupakan perkebunan kelapa
sawit yang terluas di dunia.demikianpula produksi minyak sawit Indonesia tahun
2009 mencapai 21,5 juta ton dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui
malaysia (badrun,2010). Sumatra utara merupakan salah satu provinsi yang
memiliki tahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas, yaitu sekitar 229,512
Ha pada tahun 2007 (Mulia,2007)

Di Indonesia terdapat banyak perkebunan kelapa sawit baik milik


pemerintah, milik swasta maupun milik rakyat. Kelapa sawit adalah salah satu
komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Khususnya
untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kayu kelapa sawit merupakan salah
satu limbah hasil perkebunan yang ketersediaannya yang berlimpah dan belum
optimal dimanfaatkan. Selama ini kayu kelapa sawit merupakan biomassa terbesar
dari hasil peremajaan tanaman kelapa sawit masih dibiarkan jadi limbah pertanian
yang tidak termanfaatkan. Penanggulangan limbah peremajaan ini membutuhkan
biaya yang besar yang biasanya dilakukan dengan meracuni, menumpuk dan
membakarnya. Hal ini tentu juga akan menimbulkan emisi yang dapat mencemari
udara dan berdampak pada kelestarian lingkungan (Desyanti, 2000).

Satu hektar perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya memproduksi sekitar


55 ton bahan kering dalam bentuk biomassa berserat sementara menghasilkan 5,5
ton minyak. Dari pohon kelapa sawit, serat lignoselulosa dapat diekstraksi dari
batang, daun,buah dan tandan buah kosong (TKS). Tandan kosong adalah massa
fibrosa setelah dipisahkan dari buah. Di antara berbagai serat sumber disebuah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pohon kelapa sawit,tandan kosong sawit memiliki potensi untuk menghasilkan
sampai 73% serat dan karena itu lebih baik dalam hal ketersediaan dan biaya.
Industri kelapa sawit harus membuang sekitar 1,1 ton TKS per setiap ton minyak
yang diproduksi (Shinoja, 2010)

Pada umumnya proses pembuatan pulp menggunakan proses sulfit, proses


kraft ataupun proses soda. Mengingat potensi tandan kosong kelapa sawit yang
besar untuk dijadikan pulp, sebagaimana yag telah diuraikan diatas maka penulis
sangat tertarik membahas masalah tersebut dengan mengambil judul
“PENENTUAN KADAR SELULOSA DAN LIGNIN DARI SERAT TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT MELALUI PEMBUATAN PULP
MENGGUNAKAN PROSES SODA BERDASARKAN LAMA WAKTU
PEMANASAN”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar selulosa pulp yang dihasilkan dengan menggunakan
metode soda ?

2. Berapakah kadar lignin pulp yang dihasilkan dengan menggunakan metode


soda ?
3. Apakah ada perbedaan kadar selulosa dan lignin yang dihasilkan
berdasarkan perbedaan waktu pemanasan ?

1.3 Hipotesis
Kadar selulosa dan lignin pulp dengan metode soda memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) 14-0444-1989.

1.4 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui kadar selulosa dan lignin pulp yang dihasilkan dari
serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dari hasil pengerjaan di Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
2. Untuk mengetahui apakah kadar selulosa dan lignin pulp yang dihasilkan
dengan metode soda memenuhi SNI

1.5 Manfaat Percobaan


1. Menambah ilmu pengeahuan bagi pembaca dalam proses penentuan
selulosa dan lignin pada serat tandan kosong kelapa sawit
2. Sebagai masukan dan rujukan bagi pembaca dalam mempelajari proses
penentuan kadar selulosa dan lignin pada serat tandan kosong kelapa sawit
dengan menggunakan metode soda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Tanaman Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat, pada kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya,
seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu
memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Indonesia merupakan
penghasil utama minyak sawit (Fauzi, 2003).

Kelapa sawit termasuk kelas Angiospermae, orde Palmales, famili


Palmaceae, sub-famili Palminae, genus Elaeis dan beberapa spesies antara lain
Elaeis guineensis Jack dari Afrika, Elaeis melano cocca dan Elaeis odora dari
Amerika Selatan (Tim penulis PS, 1997).

Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil, ciri-ciri dari


tumbuhan monokotil tersebut adalah, tidak memiliki : kambium, pertumbuhan
sekunder, lingkaran tahun, sel jari-jari, kayu awal, kayu akhir, cabang, mata kayu.
Batang terdiri dari serat dan parenkim. Pohon kelapa sawit produktif sampai umur
25 tahun, ketinggian 9-12 m dan diameter 45-65 cm diukur dari permukaan tanah.
(Tomimura, 1992).

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Perkebunannya dapat ditemukan antara lain di
Sumatera Utara dan Aceh, produk olahannya yang berupa minyak sawit
merupakan salah satu komoditas yang handal (Risza, 1995).

Untuk Indonesia saat ini, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain dapat menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat juga sebagai sumber devisa negara
(Fauzi, 2003).

Tumbuhan yang mengandung banyak serat dikenal sebagai lignoselulosa


yang merupakan sumber utama dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lignoselulosa banyak terdapat pada kayu, sisa peninggalan perkebunan,
tumbuhan berair, rumput dan jenis tumbuhan lainnya. Tumbuhan dengan serat
tinggi memiliki karakteristik dan struktur yang dapat digunakan dalam pembuatan
komposit, tekstil, dan pembuatan kertas. Dan dipakai untuk menghasilkan bahan
bakar, bahan kimia, enzim, dan bahan makanan. (Reddy, 2000).

2.1.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit adalah salah satu jenis limbah padat industri
kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen
terbesar dalam limbah padat tersebut adalah selulosa. Selain dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pupuk organik, tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan
serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret
sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil), papan ukuran
kecil, dan bahan pengepak industri. Serat kelapa sawit memiliki diameter yang
lebih besar, lebih kaku dan lebih lentur dibandingkan dengan serat kelapa. Pabrik
dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam mampu menghasilkan serat
sebanyak 30 ton per hari (Tim Penulis, 1997).

Serat alami yang berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS) mencapai ratusan
ton per hari per PKS yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit maupun serat
buah. Tentu saja hal ini menimbulkan masalah pengolahan limbah padat dari PKS
dan areal perkebunan, yang dalam ini limbah serat alami tersebut masih dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Serat perasan buah sawit mwrupakan
limbah yang diperoleh dari buah dalam proses pemerasan. Ada yang
menggunakan limbah ini sebagai bahan bakar dan abunya digunakan sebagai
pupuk karena kaya akan unsur kalium (K) (Tim Penulis, 1997).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1 Komposisi Kimia dari TKKS
Komponen Nilai (%)
Selulosa 42,7 – 65
Lignin 13,2 – 25,31
Hemiselulosa 17,1 – 33,5
Holoselulosa 68,3 – 86,3
Abu 1,3 – 6,04
Sumber: Shinoja, 2011

2.2. Pulping

Pulping adalah usaha untuk mendapatkan serat-serat dengan cara melarutkan


lignin semaksimal mungkin. Tujuan utama dari proses Pulping adalah
mendapatkan serat sebanyak mungkin yang diindikasikan dengan nilai rendemen
14 yang tinggi dengan kandungan lignin seminimal mungkin, yang diuraikan oleh
nilai bilangan kappa. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat
(kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya. Pulp terdiri dari
serat-serat (selulosa dan hemiselulosa) yang digunakan sebagai bahan baku kertas.
Pada umumnya pulp yang dihasilkan pada dewasa ini adalah pulp kimia. Pulp
kimia adalah pulp yang diperoleh dengan proses kimia, sehingga sebagian besar
komponen kimia nonserat dihilangkan dan serat-serat terpisah tanpa suatu
pengerjaan mekanis. Proses pemutihan pulp dapat menghilangkan lignin yang
tetap ada pada serat selulosa setelah proses pulping (proses pembuatan bubur
kertas) secara bersamaan. Proses pemutihan pulp juga dapat menghilangkan
hemiselluosa yang terkandung dalam pulp (Raharja, 2007).
Pada saat proses Pulping, lignin akan terdegradasi oleh larutan pemasak
menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat larut dalam lindi hitam. Peristiwa ini
disebut delignifikasi (Rahmawati, 1999). Pembuatan Pulp secara kimia bertujuan
untuk memisahkan lignin yang terikat pada serat secara selektif (Sjostrom, 1995).
Pembagian pulp kimia berdasarkan bahan kimia yang digunakan dalam proses
pemasakan terdiri atas pulp soda, sulfat dan sulfit. (Joedodibroto, 1983). Proses
pulping yang optimal untuk serat tanaman non kayu adalah proses alkali
menggunakan NaOH. Terdapat tiga komponen pada bubur kertas (pulp) yaitu
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dewasa ini proses Pulping kimiawi diarahkan
pada proses Pulping bebas belerang untuk mengurangi masalah lingkungan hidup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(pencemaran air dan udara), jadi diantaranya dilakukan dengan mengembangkan
proses soda, yaitu proses pemasakan secara alkali dengan NaOH sebagai
larutannya (Tapanes et al. 1992).

2.2.1. Metode Pembuatan Pulp


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Pulping merupakan
proses pemisahan serat selulosa dari bahan pencampuran (lignin dan pentosan),
pelepasan bentuk bulk menjadi serat atau kumpulan serat. Lignin harus
dihilangkan karena dapat membuat kertas mengalami degradasi.
Metode pembuatan pulp ada dua macam yaitu metode kimia (chemical
pulping) dan metode mekanikal (mechanical pulping). Tapi disini akan dibahas
secara garis besarnya saja agar lebih mudah dipahami. Penjelasannya sebagai
berikut:
1. Metode Mekanis (ground wood) - Pemisahan serat secara mekanis -
Kekuatan dan derajat putih kertas tidak diutamakan - Cocok untuk kertas
koran dan tisu. - Konversi 95%
2. Metode Kimia Pemisahan selulosa dengan bahan kimia. Bahan pemisah
berupa:
a. Basa (proses soda dan proses kraft)
b. Asam (proses sulfit, proses magnetic, dan proses netral sulfit). Dasar
pemilihan proses yakni: - Bahan baku yang digunakan sifat pulp -
Kekuatan dan derajat putih kertas diutamakan - Cocok untuk kertas
tulis (HVS) - Konversi 65 – 85 %
3. Metode Semi Kimia - Metode campuran antara kimia-pelunakan dengan
larutan sulfit, sulfat atau soda dan mekanis untuk pemisahan serat. -
Jenis metode : metode soda dingin dan metode chemi ground wood -
Konversi 85 – 95 %

2.3. Selulosa

2.3.1. Sumber Selulosa

Selulosa alkali, biasanya dipreparasi dari bubur kayu yang dipisahkan dari
lignin melalui reaksi dengan larutan alkali dan dibiarkan menjadi matang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bersamaan dengan itu berat molekulnya berkurang. Pengurangan berat molekul
mungkin timbul terutama dari degradasi oksidatif. Etil selulosa yang paling
banyak di gunakan, terutama dalam aplikasi–aplikasi plastik yang mirip dengan
aplikasi selulosa asetat. Metil selulosa dapat larut dalam air dan dipakai sebagai
bahan pengental makanan dan sebagai bahan dalam beberapa perekat, tinta, dan
formulasi–formulasi proses akhir tekstil dan sebagai bahan pengemulsi (misalnya,
dalam cat–cat lateks). Hidroksil propil selulosa yang diapit antara dua film yang
tidak larut dalam air akhir–akhir ini telah di pakai dalam pembuatan botol–botol
yang dapat terdegradasi (degradable). Ketika film luar terkelupas, hidroksi propil
selulosa segera larut yang dengan demikian mengurangi masalah sampah padat
yang biasanya dikaitkan dengan botol–botol yang tidak dapat di daur ulang
(Stevens, 2001).

Selulosa pada tumbuhan terdapat di dalam dinding sel pelindung tanaman,


terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bahan kayu. Selnya hidup di
dalam jaringan kolenkim. Selulosa juga terdapat pada biji kopi dan serat kulit
kacang. Selulosa pada daun, pembuluh xylem dan floem akan terletak
berdampingan dan jaringannya tersusun pada tulang daun. Meskipun susunan jala
yang tampak pada daun, kedua jaringan ini akan disatukan dalam berkas–berkas
yang direkatkan oleh pektin dan selulosa. Selulosa pada hewan tingkat rendah
terdapat di dalam organisme primitif, seperti rumput laut, flagelata, dan bakteri,
misalnya pada bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco merupakan sumber
selulosa yang diproduksi sebagai hasil proses fermentasi dalam substrat air kelapa
dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Kelebihan selulosa yang
dihasilkan dari nata de coco adalah tidak bercampur dengan lignin dan
hemiselulosa (Saxena, 1995).
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa
Natrium Hidroksida (NaOH) 17,5 %, selulosa dapat dibagi menjadi tiga jenis
yakni:
a. Alpha Selulosa
α selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang yang tahan
dan tidak larut dalam larutan NaOH 17,5 % atau larutan basa kuat dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DP (Derajat Polimerisasi) 600 – 15000. α – selulosa digunakan sebagai
penduga atau tingkat kemurnian selulosa. Selulosa dengan derajat
kemurnian α di atas 92% memenuhi syarat untuk bahan baku pembuatan
bahan peledak. Sedangkan selulosa dengan kualitas dibawahnya
digunakan sebagai bahan baku pada industri pembuatan kertas dan
industri kain (serat rayon). Semakin tinggi kadar alpha selulosa, maka
akan semakin baik mutu bahannya.
b. Betha Selulosa
β Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek yang larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat
Polimerisasi) berkisar antara 15 – 90. Betha selulosa ini dapat
mengendap jika ekstrak dinetralkan.
c. Gamma Selulosa
γ Selulosa (Gamma Cellulose) adalah selulosa berantai pendek yang larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat
Polimerisasi) kurang dari 15. Kandungan utamanya adalah hemiselulosa.
(Putra , 2012).

2.3.2 Struktur Selulosa

Selulosa ialah polimer tak bercabang dari sejumlah glukosa yang


bergabung lewat ikatan 1,4-β-glikosidik. Pemeriksaan selulosa dengan sinar X
menunjukkan bahwa selulosa terdiri atas rantai linear dari unit selulosa, yang
oksigen cincinnya berselang-seling dengan posisi “ke depan” dan “ke belakang”
(Hart, 2003).

Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, selulosa


tidak larit dalam air, dan bukan karbohidrat pereduksi. Selulosa merupakan
senyawa organik yang melimpah di bumi. Diperkirakan terdapat sekitar 100
milliar ton selulosa dibiosintesis tiap tahun dan selulosa mencakup 50% dari
karbon tak bebas di bumi. Rumus empirik selulosa adalah (C6H10O5)n dengan n >
1500 dan berat molekul > 250.000 (Fessenden, 1986). Selulosa terdiri dari rantai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


polimer linear D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β (1-4) glikosidik yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.1 Struktur selulosa (Lehninger, 1990)

2.3.3 Sifat Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan


katun yang berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak larut
dalam air, dan bukan merupakan karbohidrat pereduksi. Jika dihidrolisis dalam
suasana asam akan menghasilkan banyak molekul D-glukosa. Selulosa
mempunyai ikatan β pada unit-unit monosakaridanya. Selulosa umumnya terdiri
dari sekitar 300.000 satuan monomer dan mempunyai berat molekul berkisar dari
250.000 sampai lebih dari 1.000.000 g/mol, dengan rumus molekul (C5H10O5)n
(Riswiyanto, 2009).

Selulosa berfungsi sebagai bahan struktur dalam jaringan tumbuhan dalam


bentuk campuran polimer homolog dan biasanya disertai polisakarida lain seperti
lignin dalam jumlah yang beragam. Lignin dapat dihilangkan dengan cara
delignifikasi.
Pada beberapa faktor yang mempengaruhi delignifikasi yaitu:
a. Jenis bahan delignifikasi
Bahan yang dapat digunakan dalam proses delignifikassi yaitu asam phosfat,
asam klorida, asam sulfat, dan yang basa seperti NaOH, natrium sulfit dan
natrium sulfat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Waktu delignifikasi
Pada proses delignifikasi waktu berpengaruh pada hasil delignifikasi, biasanya
digunakan waktu 1-3 jam.
c. Temperatur delignifikasi
Temperatur operasi mempengaruhi kualitas dari produk delignifikasi yang
dihasilkan (Widodo, 2012).

2.3.4 Sifat Kimia Selulosa

Ditinjau dari strukturnya, dapat saja diharapkan selulosa mempunyai


kelarutan yang besar dalam air karena banyaknya kandungan gugus hidroksil yang
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air (antaraksi yang tinggi antara
pelarut-terlarut). Akan tetapi kenyataannya tidak demikian dan selulosa bukan
hanya tak larut dalam air tetapi juga dalam pelarut lain. Penyebabnya ialah
kekakuan rantai dan tingginya gaya antar-rantai akibat ikatan hidrogen.

Antar gugus hidroksil pada rantai yang berdekatan. Faktor ini dipandang
menjadi penyebab kekristalan yang tinggi dari serat selulosa. Jika ikatan hidrogen
berkurang, gaya antaraksi pun berkurang dan oleh karenanya gugus hidroksil
selulosa harus diganti sebagian atau seluruhnya oleh pengesteran. Hal ini dapat
dilakukan dan ester yang dihasilkan larut dalam sejumlah pelarut. Selulosa juga
larut dalam larutan tembaga (II) hidroksida beramonia.

Pembentukan kompleks yang melibatkan gugus hidroksil selulosa, ion


Cu2+ dan amonia menjelaskan gejala larutnya selulosa dalam larutan tembaga (II)
hidroksida beramonia. Selulosa yang secara langsung dapat dijadikan serat
sangatlah terbatas dan yang lazim dilakukan ialah memproses larutan turunan
selulosa dan kemudian membuat polimer itu menjadi bentuk yang dikehendaki
(misalnya serat atau lapisan tipis) setelah selulosa dikembalikan lagi. Selulosa
yang diperoleh dengan cara itu disebut selulosa teregenerasi. Sangat sukar untuk
mengukur massa molekul nisbi selulosa karena (i) tidak banyak pelarut untuk
selulosa, (ii) selulosa sangat cenderung terombak selama proses, dan (iii) cukup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rumit menggunakan selulosa dari sumber yang berbeda. Cara yang acapkali
dipilih ialah menitratkan selulosa dengan cara tak merusak dan massa molekul
nisbi bagi selulosa didapat dari nitratnya. Dengan cara itu diperoleh massa
molekul nisbi selulosa kapas sekitar satu juta (Coed, 1991).

Degradasi pada selulosa dapat terjadi selama proses pembuatan pulp. Keadaan ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Degradasi oleh hidrolisa asam
Terjadi pada temperatur yang cukup tinggi dan berada pada media asam dalam
waktu yang cukup lama. Akibat dari degradasi ini adalah terjadinya reaksi yaitu
selulosa terhidrolisa menjadi selulosa dengan berat molekul yang rendah.
Keaktifan asam pekat untuk mendegradasi selulosa berbeda-beda. Untuk keaktifan
yang sangat tinggi dimiliki oleh asam oksalat, asam nitrat, asam sulfat, dan asam
klorin. Asam sulfat yang pekat (75%) akan menyebabkan selulosa berbentuk
gelatin, asam nitrat pekat akan menyebabkan selulosa membentuk ester sementara
asam pospat pada temperatur rendah akan menyebabkan sedikit berpengaruh pada
selulosa.
2. Degradasi oleh oksidator
Senyawa oksidator sangat mudah mendegradasi selulosa menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil yang disebut oksiselulosa. Hal ini terjadi tergantung dari
oksidator dan kondisinya. Macam-macam oksidator adalah sebagai berikut:
NO2 mengoksidasi hidroksil primer dari selulosa menjadi karboksil. Oksidasi ini
tidak akan memecah rantai selulosa kecuali jika terdapat alkali.
Klorin mengoksidasi gugus karboksil dan aldehid. Oksidasi karboksil menjadi
CO2 dan H2O sedangkan oksidasi aldehid menjadi karboksil dan bila oksidasi
diteruskan akan menjadi CO2 dan H2O.
Hipoklorit akan menghasilkan oksidasi selulosa yang mengandung presentase
gugus hidroksil tinggi pada kondisi netral atau alkali.
3. Degradasi oleh panas
Pengaruh panas lebih besar bila dibandingkan dengan asam atau oksidator. Pada
serat-serat selulosa yang dikeringkan ditemperatur tinggi akan mengakibatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kertas kehilangan sebagian higroskopisitasnya (swealling ability). Hal ini
disebabkan karena:
Bertambahnya ikatan hidrogen antara molekul-molekul selulosa yang
berdekatan.
Terbentuknya ikatan rantai kimia diantara molekul-molekul selulosa yang
berdekatan.
Pemanasan serat-serat pulp pada temperatur kurang lebih 100 0C akan
menghilangkan kemampuan menggembung sekitar 50% dan pemanasan diatas 20
0
C dan dalam waktu lama akan mengakibatkan serat-serat selulosa kehilangan
strukturnya secara total (Solechudin, 2002).

2.4 Lignin

Lignin merupakan polifenol yang strukturnya tiga dimensi dan bercabang


banyak. Strukturnya kompleks dengan bobot molekul tinggi. Lignin merupakan
suatu senyawa poliaromatik yang terdapat pada bagian lamella tengah sel kayu.
Lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel secara bersama-sama.
Dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi
untuk memberikan ketegaran pada sel. Lignin juga berpengaruh dalam
memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kondisi air, serta
lignin mempertinggi sifat ketahanan dalam kayu yang membuat kayu tahan
terhadap serangan cendawan dan serangga (Haygreen, 1989).

Semakin berkembangnya pohon, baik karena semakin tua, bertambahnya


umur maupun lebih cepat membesarnya batang bagian pangkal dari bagian ujung
batang, akan diikuti dengan proses lignifikasi dinding sel yang mengalami
penuaan. Menurut Sjostrom (1998), lignin dapat dibagi ke dalam beberapa
kelompok menurut unsur-unsur strukturnya, yaitu :

1. Lignin guasil : terdapat pada kayu daun jarum (26 – 32%), produk
polimerisasi dari koniferol alkohol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Lignin guasil-siringil : merupakan ciri kayu daun lebar (20 – 28%), pada
kayu tropis >30%, merupakan kopolimer dari koniferol alkohol dan sinapil
alkohol, perbandingan 4:1 sampai 1:2 untuk kedua unit monomer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

3.2 Metode Penelitian


3.2.1 Alat Merk
1. Reaktor -
2. Oven -
3. Desikator -
4. Beaker Glass Pyrex
5. Termometer -
6. Hot plate -

3.2.2 Bahan
1. serat tandan kosong kelapa sawit
2. Air suling(l)
3. KOH(s)

3.2.3 Prosedur Percobaan


A. Pembuatan Larutan KOH 5,6 %
Ditimbang pellet KOH sebanyak 1120 gram kemudian dilarutkan
kedalam 2000 mL air suling

B. Pulping
Ditimbang serat tandan kosong kelapa sawit sebanyak 2000 gram,
kemudian dimasukkan kedalam reaktor. Kemudian ditambahkan larutan
KOH 5,6 %, hingga serat TKKS terendam seluruhnya, kemudian ditutup
rapat reaktor. Dinyalakan alat reaktor dengan waktu menyala hingga waktu
yang ditentukan. Kemudian dimatikan dan ditunggu hingga dingin. Setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dingin, keluarkan air pada reaktor dengan menekan keran pembuangan
pada reaktor. Setelah air pembuangan habis, buka tutup reaktor
Catatan : waktu pemasakan selama 45 menit; 60 menit; 75 menit dan 90 menit

C. Penentuan selulosa
Dicuci besih serat TKKS yang diperoleh dari reaktor dengan air suling
hingga bersih. Kemudian di oven pada suhu 105oC hingga kering. Lalu
didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat tetap. Dihitung
rendemen selulosa dengan perhitungan sebagai berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎 = 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

D. Penentuan Kadar Lignin


Dimasukkan 10 mL air pembuangan kedalam cawan porselen, ditimbang,
kemudian diuapkan diatas penangas air hingga kering. Dioven pada suhu
105oC selama 4 jam, kemudian didinginkan dalam desikator. Ditimbang.
Rendemen lignin dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)𝑥100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari perhitungan Kadar selulosa dan lignin pulp didapatkan hasil sebagai
berikut :

4.1.1 Kadar selulosa


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap sampel serat
tandan kosong kelapa sawit pada proses pulping dalam reaktor berdasarkan lama
waktu pemasakan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Hasil perhitungan kadar selulosa


Lama waktu
Berat sampel awal Berat sampel akhir Kadar selulosa
pemasakan
(gram) (gram) (%)
sampel (menit)
45 2000 1200 60
60 2000 1640 82
75 2000 1600 80
90 2000 1760 88

4.1.2 Kadar Lignin


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap sampel serat
tandan kosong kelapa sawit pada proses pulping dalam reaktor berdasarkan lama
waktu pemasakan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1.2 Hasil perhitungan kadar lignin


Lama waktu
Berat sampel awal Berat sampel akhir Kadar lignin
pemasakan
(gram) (gram) (%)
sampel (menit)
45 91.1216 91.1762 3.99
60 91.1896 91.1388 5.08
75 91.2371 91.1542 8.29
90 91.2113 91.145 6.63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Pembahasan
Pada hasil pengujian, diperoleh kadar selulosa dari serat tandan kosong
kelapa sawit dengan metode soda dimana soda yang digunakan merupakan kalium
hidroksida (KOH) 5,6 % serta berdasarkan lama waktu pemasakan pada reaktor,
menunjukkan penambahan kadar selulosa meningkat dengan bertambah lamanya
waktu pemasakan. Namun hasil yang diperoleh yang tidak semua memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI 14-1303-1989) dengan kadar selulosa berkisar
61-85%.Hasil yang memenuhi kadar selulosa yang sesuai dengan SNI terdapat
pada lama waktu pemasakan 60 dan 75 menit dengan kadar selulosa 82% dan
80% . Sedangkan pada waktu pemasakan 45 menit hasil yang diperoleh kadar
selulosa 60% tidak memenuhi standar, hal ini disebabkan kurangnya lama waktu
pemasakan sehingga hasil yang dihasilkan kurang optimal. Dimana hal ini
berbandingan terbalik dengan waktu pemasakan yang lebih lama 90 menit dengan
kadar yang diperoleh sebesar 88%, hal ini disebabkan proses pengerjaan yang
kurang teliti.

Kadar Lignin yang diperoleh rata-rata sebesar 6%, hasil yang diperoleh
tidak memenuhi SNI dimana kadar lignin sesuai SNI 14-0492-1990 berkisar 20-
50%. Hasil yang diperoleh sangat rendah, hal ini disebabkan kurang optimalnya
pada proses pengerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hasil penentuan kadar selulosa yang memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI 14-1303-1989) diperoleh dengan waktu pemanasan 45, 60,
75 dan 90 menit dengan kadar berturut-turut sebesar 60%, 82%, 80% dan
88%.

2. Hasil penetuan kadar lignin yang diperoleh dengan waktu pemanasan 45,
60, 75 dan 90 menit dengan kadar rata-rata sebesar 6%.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam percobaan analisa selanjutnya menggunakan metode


yang berbeda sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Coed, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung: ITB.


Desyanti. 2000. Pemanfaatan Kayu Sawit (Elais Guineensis Jacq) sebagai inti
papan blok . IPB (Tesis)
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah
Indusri Kelapa Sawit. Departemen Pertanian. Jakarta
Fauzi, I.Y. 2003. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Hart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Haygreen JG, JL Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar.
Sutjipto A. Hadikusuma, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Terjemahan dari : Forest Products and Wood Science,
An Introduction
Lubis, A.U. 1994. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. Pematang
Siantar: Pusat Penelitian Perkebunan.
Poedjiadi,A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: ITB Bandung .384
Prayitno, T.A. 1994. Bentuk Batang dan Sifat Fisik Kayu Kelapa Sawit.
Yogyakarta: UGM Lap. Penelitian Fak.Kehutanan
Putra R,. 2012. Ekstraksi Serat Selulosa Dari Tanaman Enceng Gondok
(Eichornia Crassipes) Dengan Variasi Pelarut. Jakarta : Universitas
Indonesia
Risza, S. 1995. Kelapa Sawit. Semarang: Penerbit Kanisius
Shinoj,S. 2011. Oil palm fiber (OPF) and its composites. Directorate of Oil Palm
Research.Indian Council of Agricultural Research. Pedavegi. Eluru.
Andhra Pradesh 534 450. India.
Salam, A. 2007. Bleaching of Kenaf and Cornhusk Fibers Industrial and
Engineering Chemistry Research, 46, 1452-1458
Sjostrom E. 1998. Kimia Kayu. Dasar-Dasar Penggunaan. Edisi Kedua.
Hardjono S, penerjemah; Soenardi P, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Terjemahan dari: Wood Chemistry : Fundamentals and
Applications.

Solecchudin, 2002. Buku Kerja Praktek. PT Kertas Lecces Persero, probolinggo

Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta: Pradnya Paramita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sujasman, A. 2009.Penyediaan Papan Partikel Kayu Kelapa Sawit (KKS) Dengan
Resin Poliester Tak Jenuh (Yucalac 150 BTQN-EX). Medan: Universitas
Sumatera Utara
Sukatik,. 2006. Impregnasi Kayu Kelapa Sawit (KKS) Dengan Resin Getah Pinus
Merkusii Berbasis Air. Politeknik Negeri Padang
Tim penulis PS,. 1997. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Tomimura,. 1992. Chemical Characteristics of Palm Tunk.Vol 2. Journal Japan
Agric
Widodo, L.U.2012. Kajian Isolasi Alpha-Selulosa Batang Tanaman Ubi Kayu
Secara Basa.alpha Selulosa. 21:12-30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran

Lap.1 Contoh Perhitungan Kadar Selulosa

Berat awal serat TKKS = 2000g


Berat setelah pemasakan TKKS = 1200g
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎 = 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1200𝑔
𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎 = 𝑥100%
2000𝑔

Rendmen selulosa = 60 %

Lap.2 Contoh Perhitungan Kadar lignin


Berat awal 10 mL air pembuangan + cawan porselin = 91.1216g
Berat sampel + cawan porselen dikeringkan = 91.1762g
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)𝑥100%

𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = (91.1216 − 91.1762)𝑥100%

Rendemen lignin = 3.99%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai