Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PEMBUATAN PULP I

MODUL 1
CHIP PREPARATION

Dosen Pengampu
Chairul, ST, MT

Kelompok 5 A:

Arya Dwi Mulya 2107024446


Grace Olivia 2107036667
Maghfiroh Ramadhani 2107035480

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I LANDASAN TEORI ..................................................................................1
1.1 Industri Pulp .............................................................................................1
1.2 Bahan Baku ...............................................................................................1
1.3 Bulk Density ..............................................................................................2
1.4 Kadar Air Pada Kayu ................................................................................3
1.5 Klasifikasi Chips.......................................................................................5
BAB II METODE PERCOBAAN ........................................................................6
2.1 Alat dan Bahan .........................................................................................6
2.2 Prosedur Kerja ..........................................................................................6
2.3.1 Analisa Bulk Density .....................................................................6
2.3.2 Chip Moisture .................................................................................6
2.3.3 Klasifikasi Chip ..............................................................................7
2.3.4 Packing ...........................................................................................7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................8
3.1 Hasil ..........................................................................................................8
3.2 Pembahasan ..............................................................................................8
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................10
4.1 Kesimpulan .............................................................................................10
4.2 Saran .......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11
LAMPIRAN A PERHITUNGAN
LAMPIRAN B DOKUMENTASI

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar B.1 Kalibrasi Toples dengan Air ············································· 15


Gambar B.2 Berat Toples Kosong ····················································· 15
Gambar B.3 Berat Chip di Toples ······················································ 15
Gambar B.4 Berat Chip Oversize······················································· 15
Gambar B.5 Berat Chip Large Accept ················································· 16
Gambar B.6 Berat Chip Small Accept ················································· 16
Gambar B.7 Berat Pins ·································································· 16
Gambar B.8 Berat Fines ································································· 16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Densitas dari Wood Chip .........................................................................3


Tabel 1.5 Pengelompokan Ukuran Chip ..................................................................5
Tabel 3.1 Data Pada Chip Kayu Accasia Mangium .................................................8
Tabel 3.2 % Massa Chips ........................................................................................8

iv
BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 Industri Pulp


Pada dasarnya, hampir semua tanaman berserat dapat dibuat menjadi pulp
dan kertas. Akan tetapi, harga dan kualitas pulp dan kertas yang dihasilkan belum
tentu sama antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sumber
bahan bakunya. Sumber bahan baku pulp dan kertas yang utama adalah tanaman
yang memiliki serat, dimana terdapat pembagian lagi didalamnya, yaitu kayu
berdaun jarum, kayu berdaun lebar, tanaman berserat bukan kayu, serta serat
sekunder yang didapat dari kertas bekas. Bahan baku untuk pulp dan kertas ini
dikumpulkan menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan berkayu (wood) dan
tumbuhan bukan kayu (non wood). Sumber utama untuk bahan baku pulp dan kertas
adalah kayu yang terbagi dalam dua jenis yaitu kayu daun (hardwood) yang
mempunyai serat-serat pendek dan kayu jarum (softwood) yang mempunyai serat
panjang.

1.2 Accasia Mangium


Kayu Accasia mangium selama ini selalu dikaitakan dengan pandangan
kayu yang berasal dari pohon cepat tumbuh yang umumnya digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Secara umum karakteristik kayu Accasia
mangium berwarna coklat muda keabu-abuan dan agak mengkilap, dengan
permukaan yang memiliki kesan raba agak halus. Tanaman Accasia mangium
merupakan salah satu jenis tanaman yang umum digunakan untuk program
pembangunan hutan tanaman di Asia dan Pasifik. Jenis ini memiliki pertumbuhan
pohon yang cepat, memiliki kualitas pertumbuhan pohon yang cepat, memiliki
kemampuan toleransi terhadap jenis tanah dan lingkungan. Di Indonesia sendiri
sekitar 1,3 juta hektar tanaman Accasia mangium dibangun untuk tujuan produksi
kayu pulp (Hanri, 2003). Pada tempat yang baik, Acacia mangium dapat mencapai
tinggi 30 m dengan diameter sampai 90 cm serta batang bebas cabang 10 – 15 m.
Rotasi 2 tebang pohon ini mencapai 10 – 20 tahun dengan riap 45 m3/ha/tahun.
Sedangkan pada lahan yang terganggu, bekas perladangan, bekas terbakar, lereng

1
yang terjal, tanaman ini memiliki kualtitas tumbuh yang baik dan mampu
memproduksi kayu 20 m3/ha/tahun. (Sindusuwarno dan Utomo, 1981). Sedangkan
untuk Accasia crassicarpa produksi rata-rata pertahunnya mencapai 27
m3/ha/tahun. Untuk spesies Eucalyptus yang ada di Indonesia diantaranya adalah
Eucalyptus deglupta dengan riap 25-40 m3/ha/tahun, Acacia crassicarpa dengan
riap 20-30 m3/ha/tahun dan Eucalyptus grandis dengan riap 25 m3/ha/tahun. Pulp
Accasia mangium memiliki kualitas yang cukup baik.
Accasia mangium merupakan bahan baku utama dalam pembuatan wood
chip. Wood Chip merupakan bahan baku untuk pembuatan pulp. Chip adalah kayu
yang telah dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil dengan ukuran dan
ketebalan tertentu. Keseragaman dari chip dan produktivitas dari sebuah pabrik
pulp tergantung oleh banyak faktor, tetapi kualitas chip tetap menjadi faktor yang
paling penting. Chip yang berkualitas baik akan memudahkan pada saat proses
pemasakan dalam digester. Jika kualitas chip rendah maka akan menyebabkan
pemakaian log meningkat dan pemakaian chemical untuk proses pemasakan chip
juga meningkat sehingga biaya yang dikeluarkan juga akan lebih besar dan pulp
yang dihasilkan akan menurun serta kualitasnya juga ikut menurun. Kualitas Chip
sangat menetukan terutama didalam proses pembuatan pulp dikarenakan dapat
memaksimalkan kayu menjadi pulp dan memaksimalkan kualitas pulp yang
dihasilkan.

1.3 Bulk Density


Bulk Density dapat diartikan sebagai berat (massa) per volume. Volume
ditentukan dengan menggunakan tube, dimana chip sebagai sampel dibiarkan jatuh
kebagian terbawah tube dengan adanya gaya gravitasi. Tinggi dari kolom chip yang
terbentuk kemudian dikali dengan luas penampang tube. Selanjutnya sampel di
timbang dan densitas material bisa di tentukan. (G.A. Smook, 1988). Menurut
(Kocurek, M.1989) ada beberapa definisi yang harus diketahui dalam menentukan
densitas dari wood chips, yaitu :
Tabel 1.3 Densitas dari Wood Chip
Densitas Wood Chip Keterangan
Bulk Volume Volume Chips yang di packing secara
longgar.

2
Bulk Density Massa Chips kering setelah di oven per
volume sampel.
Massa Chips kering setelah di oven per
Basic Density green volume.
Bulk Density per basic density dari
Solid Volume Content Rasio sampel.
Pada dasarnya, pengukuran bulk density bergantung pada beberapa faktor, seperti
bentuk partikel – partikel dasar dan penurunan kerapatan curah. Distribusi ukuran
partikel yang tidak rata danfraksi yang halus pada sebuah kayu akan membuat
pengukuran bulk density menjadi lebih besar.

1.4 Kadar Air (Moisture Content)


Kadar Air Pada Kayu Haygreen dan Bowyer (1982) mendefinisikan kadar
air sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen terhadap berat kayu bebas air
atau berat kering tanurnya. Di dalam kayu, kadar air pada kayu berkisar antara 40
sampai 200%. Keragaman nilai kadar air dapat terjadi antar spesies, bahkan antara
bagian dari pohon yang sama. Kadar air adalah banyaknya air atau presentase air
yang dikandung oleh sepotong kayu terhadap berat kering kayu tersebut.
Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan zat atau cairan tergantung
pada suhu dan kelembaban udara sekeliling. Standar yang ditentukan untuk
menentukan kadar air dengan mengeringkan kayu dalam oven pada suhu 100-
105°C hingga kayu mencapai berat yang tetap. Pada kondisi ini kandungan air
masih 1%. Sifat fisika kayu dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Kadar air
kayu rata – rata adalah 15 %. Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat
higroskopis, dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat berubah-
ubah sesuai dengan suhu dan kelembaban. Kadar air merupakan gambaran
mengenai banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Kadar air didefinisikan sebagai
berat air yang dinyatakan sebagai persen (%) berat kayu bebas air atau berat kering
tanur (BKT).
Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan air tegantung pada
suhu dan kelembapan udara disekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu
selalu berubah-rubah menurut keadaan udara atau atmosfer disekelilingnya. Kayu
memiliki kandungan air lebih banyak pada kayu muda atau hijau yang akan
mengalami penyusutan yang besar dibandingkan dengan kayu tua. Air terdapat

3
pada seluruh dinding sel dan dinding kayu jika seluruh sel kosong dan dinding sel
jenuh air maka kondisi ini disebut titik jenuh serat, biasanya kadar air berada antara
23-27% karna sifat hidrokopis semua kayu berusaha untuk mencapai kadar air yang
seimbang (Basri, E. 2008).
Penyusutan kayu berbeda tergantung pada lokasi kayu pada log. Lebih dekat
posisinya ke arah hati kayu (pusat lingkaran tahun) lebih kecil pula penyusutannya.
Akan berguna sekali pada waktu kita ingin membuat pelebaran papan dengan
melihat penampang kayu dan mengaturnya sesuai dengan arah penyusutan sehingga
walaupun terjadi penyusutan bentuk pelebaran papan tidak terlalu jauh berbeda.
Kadang kala berat kadar air kayu lebih besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan
air ini diketahui dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat,
kekuatan, dan penyusutan. Kandungan air juga memungkinkan terjadinya serangan
dari berbagai serangga dan jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh dan juga
dapat merusak struktur penyusun kayu tersebut.
Dalam keadaan dimana kadar air kayu sangat tinggi, maka dilakukanlah
pengeringan kayu. Pengeringan kayu adalah proses untuk melepas sebagian air
yang terkandung di dalam kayu sehingga mencapai kadar air kayu tertentu atau
kadar air yang diinginkan. Pengukuran kadar air kayu dapat dilakukan baik di
lapangan maupun di laboratorium. Pada dasarnya, kadar air didefinisikan sebagai
berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan, biasanya dalam Persen (%)
dari berat kering tanur, berat penyusutan, pengembembangan, kekuatan, dan sifat-
sifat lainnya tergantung pada kadar air. Bila kayu dengan kadar air maksimum di
keringkan, air yang pertama –tama menguap adalah air bebas, Kadar air (KA) akan
turun sampai titik jenuh serat (TJS). Selama proses ini tidak terjadi perubahan
dimensi kayu, setelah tercapai titik jenuh serat, air terikat menguap dari dinding sel
dan KA (Kadar Air) turun di bawah TJS (Titik jenuh Serat). Dalam fase ini terjadi
penyusutan dimensi kayu. Penyusutan Kayu ini disertai dengan pengurangan kadar
air nol (kering tanur). Penyusutan kayu dari titik jenuh serat sampai kondisi kering
tanur di sebut penyusutan total (Basri, 2008).

1.5 Klasifikasi Chips


Beberapa isitilah dalam mengklasifikasikan chips, yaitu: (Rivai, R. 2011)

4
Size Distribution Pengelompokan chips dari berbagai bentuk dan ukuran. Size
Classification Prosedur untuk memisahkan chips melalui serangkaian screen, dan
dikelompokkan berdasarkan bentuk dan ukurannya. Chips Classifier Alat yang
digunakan untuk mengelompokan ukuran chips dapat dilihat pada Tabel 1.5
Tabel 1.5 Pengelompokan Ukuran Chip
No. Klasifikasi chip Ukuran Keterangan
(mm)
1 Oversize Chips >45 Chips yang tidak bisa melewati first
screen pada alat classifier.
2 Overthick Chips >8 Chips yang berhasil melewati first
screen tetapi tertahan pada second
screen.
3 Large accept Chips >13 Chips yang melewati 2 screening teratas
pada alat classifier, tetapi tertahan pada
screen ke-3.
4 Small accept Chips >7 Chips yang melewati 3 screening teratas
pada alat classifier, tetapi tertahan pada
screen ke-4.
5 Pin Chips >3 Chips yang melewati 4 screening teratas
pada alat classifier, tetapi tertahan pada
screen ke-5.
6 Fines Partikel <3 Partikel yang bisa melalui seluruh
screening pada alat clasifier

5
BAB II
METODE PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


Pada percobaan Chip Preparation, alat yang digunakan adalah Neraca
Kasar, Neraca Analitik, Oven, Desikator, Gelas Ukur, Wadah, Cawan Alumunium,
Plastik packing, dan Tray. Bahan yang digunakan adalah sampel wood chip

2.3 Prosedur Kerja


Pada percobaan Chip Preparation ini memiliki empat tahapan kerja yaitu : Analisa
Bulk Density, Analisa Chip Moisture, Pengklasifikasian Chip dan Proses Packing.
Adapun prosedur kerjanya sebagai berikut :
2.3.1 Analisa Bulk Density
Adapun prosedur percobaan dari Analisa Bulk Density yaitu :
a. Menyiapkan toples terlebih dahulu, kemudian dibilas hingga bersih dan
dikeringkan dengan tissue. Kalibrasi dilakukan dengan mengisi air di gelas
takar kemudian air dituang kedalam toples.
b. Air yang diperlukan untuk mengisi toples dicatat volumenya.
c. Berat kosong toples ditimbang menggunakan neraca kasar dan hasilnya
dicatat
d. Chips dimasukkan kedalam toples dan dihentakkan sebanyak 3 kali,
permukaan wadah diratakan menggunakan penggaris.
e. Berat Chips dalam toples ditimbang dan dicatat hasilnya (duplo)

2.3.2 Analisa Chips Moisture


Adapun prosedur percobaan dari Analisa Chips Moisture yaitu :
a. Berat kosong tray ditimbang dengan neraca kasar.
b. Chips diambil sebanyak 600 gram, kemudian diletakkan diatas tray.
Pengambilan chips sebanyak 600 gram dilakukan dengan cara
menimbang.
c. Chips dimasukkan kedalam Oven dengan suhu 105°C selama 2 jam.

6
d. Chips dikeluarkan, kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 15
menit.
e. Chips ditimbang berat keringnya lalu dicatat.
f. Pengulangan dilakukan sampai berat pada chips kering konstan

2.3.3 Klasifikasi Chips


Adapun prosedur percobaan klasifikasi Chip yaitu :
a. Berat kosong wadah ditimbang.
b. Chips kemudian diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu oversize (> 45
mm), large accept (13 mm – 45 mm), small accept (7 mm – 13 mm), pins (3
mm – 7 mm), fines (< 3 mm). Masing – masing jenis Chips ditimbang,
hasilnya dicatat.

2.3.4 Packing
Timbang dan packing sebanyak 600 gr sampel Chip yang telah dihitung
kelembaban-nya. Packing kedalam 1 kantong plastik dan beri label nama
kelompok.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Berdasarkan percobaan yang di lakukan, maka di perolehlah data mengenai
bulk density dan moisture yang dapat di lihat Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Bulk Density dan Chip Moisture


Wadah kering Wadah berisi Volume Bulk Density Chip
(A) Chip wadah (mL) (gr/mL) Moisture
(gram) (B) (gram)
103,27 936,8498 4, 315 0,1931 9%

Berdasarkan pengklasifikasian chip, didapatnya data mengenai % massa chip yang


dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 % Massa Chips
Ukuran Chip (mm) Massa Chip (gram) Persentase Chip (%)
<3 0,5558 0,3515
3-7 0,7639 0,3336
7-13 96,32 2,9194
13-45 895,26 83,2142
> 45 192,31 13,1809

3.2 Pembahasan
Pada Analisa bulk density dilakukan kalibrasi pada toples penampung chip,
yaitu dengan mengisi pada air pada gelas takar 1000 mL hingga batas atas pada
toples. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa volume toples yang digunakan
sebagai wadah untuk menampung chip. Analisa bulk density ini sebagai paramater
yang penting bagi pengisisan digester, sebagai penentu jumlah chip yang dapat
masuk dalam digester. Makin banyak chip yang dimasukkan maka makin tinggi
bulk density yang berarti akan sulit meneruskan air. Berdasarkan percobaan, berat
toples kosong yang kami dapatkan yaitu 103,27 gram. Berat toples sesudah diisi
chip yaitu 1043,12 gram. Kemudian diperoleh hasil Bulk Density dengan volume
wadah 4.315 mL sebesar 193,1818 gram/L. Secara teoritis Bulk Density sebesar

7
180-340 gram/L. Hal ini menunjukkan bahwa hasil percobaan kami masih tetap
berada pada range yang sesuai dengan hasil teoritis.
Analisa Moisture Chip yang bertujuan untuk menentukan kadar air dan
kelembaban pada chip. Moisture chip ini mempunyai pengaruh pada pulp yield,
kappa number, dan kualitas pulp. Dalam praktikum ini dilakukan 3 kali
pengulangan pada oven yang tujuannya untuk menghilangkan kadar air pada chip
sampai konstan. Kemudian dimasukkan ke dalam desikator, dimana pada desikator
terdapat silica gel yang berfungsi untuk menyerap air pada chip yang masih ada.
Menurut Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan Moisture Chip mempunyai syarat untuk pemasakan yaitu sebesar
10%. Dari percobaan yang kami lakukan kami mendapatkan Kadar Air atau
Moisture Chip sebesar 9%. Berdasarkan hasil percobaan kami masih tetap berada
dalam range yang sesuai dengan teoritis.

Klasifikasi chip tujuannya untuk mengelompokkan chip berdasarkan


ukurannya dan hal ini sangat membantu dalam proses pemasakan digester. Chip
dengan ukuran yang terlalu besar (Oversize) atau tebal (Overthick) dimasukkan
kembali ke rechipper. Sedangkan pin chip dimasak didalam pin digester, dimana
yang diolah hanya chip yang berukuran sama. Ketebalan dan ukuran chip sangat
penting dalam proses pulping karena untuk mempermudah cairan pemasak
menembus kepada semua sisi, apabila chip yang di proses sangat tebal, maka cairan
pemasak tidak bisa menembus secara semupurna ke pusat chip dan berakibat pada
kualitas pulp. Apabila kualitas pulp buruk ataupun rendah maka dapat
mempengaruhi pada hasil produknya. Hasil akhir percobaan yang kami dapatkan
setelah dilakukan pengklasifikasian chip yaitu: Oversize = 13,1, Large Accept
83,2%. Chip yang digunakan pada tahap cooking adalah chip dengan ukuran 13-45
mm karena sesuai dengan kriteria pemasakan di digester, dimana chip dengan
ukuran 13-45 mm tidak terlalu besar dan tidak terlalu tebal (Overthick).

8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat di dalam praktikum chip preparation
diantaranya yaitu.
1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan nilai bulk density yang didapat
adalah sebesar 0,1931 g/mL.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan nilai kadar air sampel chip yang
didapat adalah 9%.
3. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan nilai persentase masing-masing
kelompok chip, yaitu:
Untuk ukuran Oversize (> 45 mm) ialah 13,1 %. Dan pada ukuran Large accept (13
mm – 45 mm) nilai persentasenya 83,2 %. Untuk Small accept (7 mm – 13 mm)
ialah 2,9 %. Pada ukuran Pins (3 mm – 7 mm) yaitu 0,33% . dan yang terakhir
Fines (< 3 mm) adalah 0,35 %.

4.2 Saran
Adapun saran yang didapat di dalam praktikum chip preparation diantaranya
yaitu.
1. Diharapkan praktikan memakai APD lengkap saat melakukan prakikum.
2. Memahami modul yang akan di praktikumkan
3. diharapkan agar menggunakan neraca analitik dengan baik agar berat yang
diperoleh lebih akurat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Basri, E. 2008. Pengaruh Sifat Fisik Dan Anatomi Terhadap Sifat Pengeringan
Enam Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(3): 1-17.
G.A. Smook. 1988. Handbook for Pulp and Paper Technologist. Montreal,
Quebec Canada: Joint Textbook Committee of The Paper Industry,
Canadian Pulp and paper Association.
Haygreen J G dan JL Bowyer. 1982. Forest Products and Wood Science an
Introduction : The Iowa State University Press.
Kocurek, M.J. 1989. Pulp and Paper Manufacture Volume 5 Alkaline Pulping.
The joint textbook committee of paper industry: Canada
Rivai, R. 2011. Identifikasi Jenis Kayu Indonesia.l. Sains dan Teknologi
Farmasi 16, (2): 180-188.
Sindusuwarno, D.R, D.I., Utomo. 1981. Acacia mangium Jenis Pohon
yang Belum Banyak Dikenal. Kehutanan Indonesia VI (II) : 38-41.
Suhartati, Rahmayanto, Y., Daeng, Y. 2014. Dampak Penurunan Daur
Tanaman HTI Acacia Terhadap Kelestarian Produksi,
Ekologis dan Sosial. Info Teknis Eboni. 11 (2), 103-116

10
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Bulk Density


Diketahui: Berat wadah kosong (A) = 103,27 gram
Sampel Chip (B) = 936,8498 gram
Volume sampel (V) = 4,315 L
Ditanya: Densitas (𝜌) =…?
𝐵−𝐴
Densitas =
𝑉
936,8498 𝑔𝑟𝑎𝑚−103,27 𝑔𝑟𝑎𝑚
Densitas = 4,315 𝐿

Densitas = 193,1818 gram/L

A.2 Kadar Air


Diketahui : Berat wadah kosong (A) = 3,8445 gram
Sampel chip (B) = 2,0002 gram
Berat sampel konstan (C) = 5,6690 gram
5,6676 gram
5,6630 gram
Ditanya : % kandungan air = …?
Jawaban :
𝐵−(𝐶−𝐴)
% kandungan air = × 100%
𝐵
2,002 𝑔𝑟𝑎𝑚 −(5,6630−3,8445)
= × 100%
2,0002 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 9,0840 %

A.3 Klasifikasi Chip


Diketahui : Berat chip ukuran (>45mm) = 192,31 gram
Berat chip ukuran (13-45 mm) = 895,26 gram
Berat chip ukuran (7-13 mm) = 96,33 gram
Berat chip ukuran ( 3-7 mm) = 0,7639 gram
Berat chip ukuran (<3mm) = 0,5558 gram
Berat wadah I = 69,01 gram

11
Berat wadah II = 116,84 gram
Berat cawan = 3,8845 gram
Ditanya : Berat total chip (W) dan % chip per dimensi = …?
1. Berat chip ukuran (>45mm) = 192,31 gram - berat wadah
= 192,31 gram – 69,01 gram = 123,3 gram
2. Berat chip ukuran (13-45 mm) = 895,26 gram – berat wadah
= 895,26 gram – 116,84 gram = 778,42 gram
3. Berat chip ukuran (7-13 mm) = 96,33 gram- berat wadah
= 96,33 gram – 69,01 gram = 27,31 gram
4. Berat chip ukuran ( 3-7 mm) = berat cawan – 0,7639 gram
= 3,8845 gram – 0,7639 gram = 3,1215 gram
5. Berat chip ukuran (<3mm) = berat cawan – 0,5558 gram
= 3,8845 gram – 0,5558 gram = 3,2887 gram
Total semua sampel (W) = 935,4402 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐ℎ𝑖𝑝−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ


%= × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
3,2887 𝑔𝑟𝑎𝑚
1. % chip ukuran < 3 mm = × 100%
935,4402

= 0,35%
3,1215 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. % chip ukuran 3-7 mm = × 100%
935,4402

= 0,33 %
27,13 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. % chip ukuran 7-13 mm = × 100%
935,4402

= 2,9 %
778,42 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. % chip ukuran 13-45 mm = 935,4402
× 100%

= 83,2%
123,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. % chip ukuran > 45 mm = × 100%
935,4402

= 13,1 %
Total persentase = 100 %

A.4 Packing
Berat chip yang di packing = 600 gram

12
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Kalibrasi Toples Gambar B.2 Berat Toples Kosong


dengan Air

Gambar B.3 Berat Chip di Toples Gambar B.4 Berat Chip Oversize

Gambar B.5 Berat Chip Large Gambar B.6 Berat Chip Small
Accept. Accept.

13
Gambar B.7 Berat Pins Gambar B.8 Berat Fines

Gambar B.9 Pendinginan Sampel Gambar B.10 Klasifikasi Chip

Gambar B.11 Chip setelah Gambar B.12 Chip di Masukan


Pengeringan kedalam Oven

14

Anda mungkin juga menyukai