Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK 1
JURUSAN TEKNIK KIMIA

Percobaan : Penentuan Kadar Alfa Selulosa


Asisten Laboratorium : Rizqy Octaviana
Nama, NIM : Meta Trisna Wijayanti (NIM. D1121191009)
Kelompok / Waktu : 04 / Senin, 10 Januari 2022
Anggota Kelompok : 1. Aris Raymond Girsang (NIM. D1121191013)
2. Maria (NIM. D1121191020)
3. Syarifah Aminah (NIM. D1121191027)

LABORATORIUM KIMIA
UPT. LABORATORIUM TERPADU
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2022
Penentuan Kadar Alfa Selulosa
Meta Trisna Wijayanti, Aris Raymond Girsang, Maria, Syarifah Aminah
Rizqy Octaviana
Jurusab Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Email: meta.wijaynti6@gmail.com

ABSTRAK

Selulosa merupakan komponen karbohidrat rantai lurus dengan glukosa sebagai


monumer penyusunnya, dimana antara monumernya dihubungkan oleh ikatan
hidrogen. Pelepah pisang sebagian berisi air dan serat (selulosa), disamping
mineral, kalium, fosfor, dan lain-lain. Salah satu kandungan selulosanya yaitu alfa-
selulosa yang memiliki kuat tarik serat yang tinggi mengkilap dan mengendap pada
larutan NaOH kadar 17,5%. Pada percobaan yang telah dilaksanakan dengan
menggunakan sampel pelepah pisang kering sebanyak 1,33 gram, NaOH 17,5%
sebagai penambahan larutan pertama, selanjutnya ditambahkan dangan NaOH
8,3% dan dilakukan pencucian menggunakan asam asetat 10% maka didapatkan
residu kering sebanyak 0,71 gram. Hasil yang telah didapatkan maka didapatkan
kadar alfa selulosa pada pelepah pisang sebesar 53,39%.

Kata kunci: alfa selulosa, pelepah pisang, selulosa


BAB I. Pendahuluan

1.1 Prinsip Percobaan


Pada percobaan ini merupakan penentuan kadar alfa selulosa pada
pelepah pisang, Pelepah pisang diambil seratnya dan ditambahkan NaOH
17,5%. Sampel dikeringkan terlebih dulu pada oven selama 2 jam. Sampel tadi
yang ditambahkan NaOH 17,5% diaduk hingga serat-serat terpisah.
Ditambahkan lagi menggunakan NaOH 8,3%, ini berguna untuk agar semua
residu pada gelas kimia habis. Sampel atau bahan uji juga ditambahkan asam
asetat 10% pada residu. Ini digunakan agar residu selulosa bebas dari basa dan
menjadi netral.
1.2 Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara penentuan kadar alfa
selulosa dalam serat batang pelepah pisang.
BAB II. Tinjauan Pustaka

2.1 Selulosa Pada Pelepah Pisang


Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam, tetapi
selalu berasosiasi dengan polisakarida lain seperti lignin, pectin, hemiselulosa,
dan xilan. Di dalam tumbuhan molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril
yang terdiri atas beberapa molekul paralel yang dihubungkan oleh ikatan
glikosidik sehingga sulit diuraikan (Fitriani, 2003). Pelepah pisang sebagian
besar berisi air dan serat (selulosa), disamping mineral, kalium, fosfor dan lain-
lain. Salah satu kandungan selulosanya yaitu alfa selulosa yang memiliki kuat
tarik serat yang tinggi mengkilap dan mengendap pada larutan NaOH kadar
17,5%. Alfa selulosa merupakan bahan baku utama untuk pembuatan selulosa
asetat yang banyak dimanfaatkan untuk pembuatan benang (Kirk dan
Othmer,1997). Pelepah pisang memiliki kandungan alfa selulosa sebesar 83%
dan lignin sebesar 2,97% (Bahri, 2015).
Manfaat selulosa sangatlah banyak diantaranya, sebagai produk
kertas. Selulosa merupakan penyusun utama berbagai benda dari kertas, baik
kertas karton, serta kertas isolasi listrik. Selulosa sebagai bahan utama tekstil.
Kapas dan nilon memiliki sekitar 40% kandungan selulosa. Selulosa
mikrokristalin dan selulosa bubuk digunakan sebagai pengisi tidak aktif dalam
tablet obat dab berbagai turunan selulosa terlarut. Ikatan hidroksil selulosa
dalam air menghasilkan bahan yang dapat disemprotkan dan dapat dicetak
sebagai alternatif dari penggunaan plastik dan resin. Turunan selulosa, seperti
selulosa mikrokristalin (MCC), memiliki keuntungan dalam menahan air,
menjadi zat penstabil dan pengental, dan dalam penguatan tablet obat. Selulosa
dapat diubah menjadi plastik, film transparan tipis. Ini adalah bahan dasar
untuk seluloid yang digunakan untuk fotografi dan film film hingga
pertengahan 1930-an. Selulosa bermanfaat untuk membuat perekat dan
pengikat yang dapat larut dalam air, misalnya metil selulosa dan karboksimetil
selulosa yang berguna dalam pembuatan pasta kertas dinding. Selulosa juga
digunakan untuk membuat spons hidrofilik. Selulosa adalah bahan mentah
dalam pembuatan nitroselulosa (selulosa nitrat) yang digunakan dalam bubuk
mesiu tanpa asap.

2.2 Jenis-Jenis Selulosa


Menurut Nuringtyas (2010), terdapat tiga jenis selulosa berdasarkan
derajat polimerisasi dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH),
yaitu sebagai berikut:
• Selulosa α (Alpha Cellulose)
Selulosa α adalah jenis selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 -
1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat
kemurnian selulosa. Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang paling
tinggi (murni). Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak,
sedangkan selulosa kualitas di-bawahnya digunakan sebagai bahan baku
pada industri kertas dan industri sandang/kain. Semakin tinggi kadar alfa
selulosa, maka semakin baik mutu bahannya.
• Selulosa ß (Betha Cellulose)
Selulosa ß adalah jenis selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH
17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 - 90, dapat
mengendap bila dinetralkan.
• Selulosa γ (Gamma cellulose)
Selulosa γ adalah Selulosa yang sama dengan selulosa ß, tetapi derajat
polimerisasinya kurang dari 15.
BAB III. Hasil dan Pembahasan

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tumbuhan dari


pohon tingkat tinggihingga organisme primitif, seperti alga, flagelata dan bakteri
(Fengel & Wegener, 1983). Selulosa merupakan komponen karbohidrat rantai lurus
dengan glukosa sebagai monumer penyusunnya, dimana antara monumernya
dihubungkan oleh ikatan hidrogen (Karlsson, 2006). Batang pisang sebagian berisi
air dan serat (selulosa), disamping mineral, kalium, fosfor, dan lain-lain. Salah satu
kandungan selulosanya yaitu alfa-selulosa yang memiliki kuat tarik serat yang
tinggi mengkilap dan mengendap pada larutan NaOH kadar 17,5%. Alfa-selulosa
merupakan bahan baku utama untuk pembuatan selulosa asetat yang banyak
dimanfaatkan untuk pembuatan benang tenunan dalam industri tekstil sebagai filter
pada rokok, bahan tambahan untuk lembaran-lembaran plastik, film, dan cat (Kirk
and Othmer, 1997).
Pelepah pisang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berkaitan sehingga ketika dilakukan proses pengeringan akan menjadi padat.
Pelepah pisang merupakan tanaman dengan daya simpan lama, ditemukan di
banyak tempat sebagai limbah pertanian, dan biaya yang dikeluarkan cukup rendah
dalam perolehan bahan maupun penanganan bahan yang dilakukan. Pelepah pisang
memiliki kandungan alfa selulosa sebesar 83,3 % dan lignin sebesar 2.97 % (Bahri,
2015). Berdasarkan nilai kandungan selulosanya maka pelepah pisang dapat
digunakan sebagai alternatif bahan baku kertas pengganti kayu dengan nilai
selulosa diatas 80%.
Selulosa zantat digunakan dalam pembuatan kain sutera tiruan, Untuk
menghasilkan rayon atau viscose dan selopan. pembuatan aneka jenis kertas
Industri-indusri yang menggunakan selulosa sebagai bahan baku meliputi industri
kertas, industri yang memproduksi bahan penyerap (absorbent) seperti popok bayi,
kertas, tissue, pembalut wanita dan lain-lain. Industri yang memproduksi Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) untuk digunakan pada industri makanan dan industri
memproduksi selulosa asetat dan selulosa nitrat sebagai bahan plastik dan tekstil
(rayon). Selulosa digunakan sebagai Selain dimanfaatkan untuk industri pulp,
tekstil (rayon dan cotton), film dan peralatan rumah tangga, selulosa juga
dimanfaatkan untuk industri pembuatan selulosa asetat.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan pelepah pisang. Pelepah pisah
sebelum digunakan dicacah terlebih dulu agar daat proses percobaan memudahkan
dalan pencampuran bahan dan juga dengan pencacahan hanya serat pelepah pisang
yang digunakan. Penggunaan NaOH 17,5% karena dengan menggunakan larutan
ini dapat diketehui kandungan dari alfa selulosa melaui pengendapan setelah
ditambahkannya larutan. Sampel ditambahkan larutan NaOH secara bertahap agar
dapat diketahui kelarutan sempel melalui perubahan warna disetiap tahapannya.
Setelah itu, dilakukannya penyaringan untuk memisahkan residu dan larutannya,
dimana residu ini akan menuju pada tahap selanjutnya yaitu pencucian. Pada
pencucian menggunakan larutan asem asetat yang berfungsi membebaskan residu
dari basa atau residu menjadi netral. Setelah pencucian tersebut larutan asam asetat
yang telah digunakan untuk pencucian diukur pH-nya menggunaka kertas pH
universal, maka didapatkan pH sebesar 9.
Percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan kadar alfa selulosa pada
pelepah pisang sebesar 53,39%.
𝟎,𝟕𝟏 𝒈𝒓
% α selulosa: 𝟏,𝟑𝟑 𝒈𝒓 𝒙𝟏𝟎𝟎%=53,39%

Setelat penambahan NaOH 17,5% dilanjutkan dengan penambahan NaOH


8,3% yang berfungsi agar semua residu pada gelas kimia habis.
Pada percobaan ini juga dapat diketahui kelarutan Beta dan Gamma
selulosa, dimana saat sempel ditambahkan NaOH 17,5% mengalami kelarutan yang
ditunjukan dengan perubahan warna selama pengadukan yang awalnya berwarna
bening berubah menjadi kuning.
BAB IV. Simpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilakuakan yaitu penentuan kadar alfa selulosa
pada pelepah pisang didapatkan bahwa kandungan alfa selulosa pada pelepah
pisang sebesar 53,39%.
4.2 Saran
Pada saat melalukan percobaan banyak sekali kesalahan dan kelalaian
yang kurang diperhatikan yang berdampak pada keakuratan dari hasil
percobaan. Semoga untuk praktikum yang akan dilaksanakan selanjutnya lebih
teliti dalam pelaksanaan.
Daftar Pustaka

Fitriani, V. 2003. Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari Kulit Jeruk Lemon (Citrus
medica var Lemon). [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1952, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
Vol. 9, The Inter Science Encyclopedia, Inc., New York.
Bahri, S. 2015. Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal 4 (2): 36-50.
Nuringtyas, Tri Rini. 2010. Karbohidrat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Fengel, D. dan G. Wegener. Kayu, Kimia Ultrasturktur Reaksi-reaksi. UGM Press:
Yogyakarta, 1995.
Karlsson, H. 2006. Fibre Guide: Fibre Analysis and Process Applications in The
Pulp and paper Industry, a handbook, Lorentzen & Wettre, Sweden.

Anda mungkin juga menyukai