Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Nama Mahasiswa F

NIM 19

Hari Tanggal Selasa, 2020

Tanda Tangan

Tujuan Percobaan :
1. Menentukan perbandingan 1 set eluen yang cocok untuk 2 jenis bahan alam atau
menentukan 2 set eluen untuk 1 set bahan alam
2. Menentukan dan membandingkan Rf dari dua percobaan

A. Proses Berlangsungnya KLT


Langkah pertama yaitu menyiapkan pipa kapiler yang akan digunakan untuk
mengambil sampel. Sebelumnya, dilakukan pemotongan pipa kapiler dengan cara dipanaskan
pada bagian tengah pipa kapiler sambil ditarik bagian ujung kanan dan ujung kiri pipa
kapiler. Pemanasan dilakukan dengan pembakar spirtus. Pipa kapiler kemudian akan putus
menjadi dua. Pada bagian pipa kapiler yang terkena panas tadi akan memanjang, sehingga
dilakukan pemotongan pada bagian tersebut.
Langkah kedua, siapkan plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Panjang plat ini adalah
7 cm. Pada plat KLT beri batas bawah dan batas atas dengan menandai plat bagian bawah
dan bagian atas masing-masing berjarak 1 cm dari ujung plat menggunakan pensil. Garis
batas bawah berfungsi sebagai tempat ditotolnya sampel. Nanti, sampel akan naik dibawa
oleh eluen sampai garis batas atas, dimana jarak antara batas bawah dan batas atas adalah 5
cm.
Langkah ketiga yaitu membuat sampel dari bunga telang. Bunga telang dihaluskan
menggunakan mortar kemudian dilarutkan sedikit menggunakan metanol. Rendam sebentar
kemudian dipisahkan antara filtrat dengan residu menggunakan kertas saring. Selanjutnya,
ditotolkan pipa kapiler pada filtrat bunga telang. Lalu, pipa kapiler ditotolkan pada plat KLT
tepat ditengah garis batas bawah. Kemudian plat didiamkan selama 1 – 2 menit.

1
Langkah keempat yaitu, sambil menunggu, praktikan melakukan penyiapan eluen.
Eluen dimasukkan kedalam chamber dari ujung bawah sampai garis batas bawah, dimana
batas ini seperti pada plat KLT tadi. Kemudian celupkan kertas saring supaya uap yang jenuh
mencapai kejenuhannya lalu chamber ditutup dan ditunggu sebentar (kira-kira 1-2 menit)
sampai terbentuk uap jenuh pada chamber ini. Setelah ditunggu 1-2 menit, kertas saring
dikeluarkan dan masukkan plat KLT yang sudah ditotol sampel. Dalam chamber, supaya
larutan eluen tidak melewati batas atas, garis batas bawah jangan sampai tercelup pada eluen,
dengan kata lain bagian plat yang tercelup harus pas pada garis batas bawah. Setelah plat
KLT dimasukkan, chamber ditutup supaya uapnya jenuh. Kemudian tunggu eluen merambat
sampai garis batas atas pada plat KLT. Jangan sampai plat KLT goyang, jaga agar selalu
konstan sehingga tidak menggangu perambatan eluen pada plat KLT.
Setelah eluen mancapai batas atas, angkat plat KLT dan tunggu sebentar sampai agak
kering dan supaya dapat diamati apakah terbentuk noda atau tidak. Jika terlihat noda,
langsung tandai noda tersebut dengan pensil agar dapat diketahui Rfnya. Jika noda tidak
terlihat, maka diamati dengan sinar UV. Pada percobaan ini, setelah eluen mencapai garis
batas atas, plat KLT dikeluarkan dan ternyata noda tidak nampak. Sehingga perlu dilakukan
pengamatan dengan sinar UV.
Setelah dilakukan pengamatan dengan sinar UV, ternyata noda yang didapat tidak
bagus. Noda berekor dan tidak bulat. Jarak antara noda ini sampai ke garis batas bawah
adalah 1,2 cm. Sedangkan jarak eluen untuk membawa sampel dari garis batas bawah sampai
ke garis batas atas adalah 5 cm. Sehingga harga Rfnya dapat dihitung dengan cara

jarak tempuh noda dari garisbatas bawah


Rf =
jarak tempuh eluen yang merambat dari garis batas bawah

Percobaan diulangi dengan mengganti eluen menjadi campuran diklorometan dengan heksana
dalam perbandingan 1 : 2.
Percobaan yang kedua dimulai dengan menotolkan sampel pada plat KLT tepat di
tengah garis batas bawah. Kemudian didiamkan sebentar supaya metanol agak menguap dan
totol sekali lagi pada titik yang sama seperti pada penotolan yang pertama. Selanjutnya
siapkan eluennya. Eluen saat ini merupakan campuran diklorometana dengan heksana dalam
perbandingan 1 : 2. Eluen kemudian dimasukkan pada chamber sampai tepat di garis batas
bawah. Lalu, dimasukkan kertas saring ke dalam chamber supaya uap eluen menjadi jenuh.
Chamber ditutup dan biarkan selama 1-2 menit.

2
B. Hasil Pengamatan

Sifat Senyawa Hasil KLT

No Pelarut Perbandingan Jarak noda Rf


01 Sampel bunga Telang warna biru
02 Panjang penyerap 5 Cm
02 n-heksana : diklorometan 1:1 1,2 Cm 0,24
03 diklorometan: n-heksana 1:2 4,3 Cm 0,86

C. Perhitungan Harga Rf

1. diketahui :
(Saat menggunakan eluen perbandingan diklorometan : heksana = 1 : 1)
 jarak tempuh noda dari garis batas bawah = 1,2 cm
 jarak tempuh eluen yang merambat dari garis batas bawah ke garis batas atas
(panjang penyerap) = 5 cm
Sehingga Rf dapat dicari dengan rumus :

jarak tempuh noda dari garis batas bawah


Rf =
jarak tempuh eluen yang merambat dari garis batas bawah ke garisbatas atas
Perhitungannya
1,2 cm
Rf ₁= =0,24
5 cm

2. diketahui :
(Saat menggunakan eluen perbandingan diklorometan : heksana = 1 : 2)
 jarak tempuh noda dari garis batas bawah = 4,3 cm
 jarak tempuh eluen yang merambat dari garis batas bawah ke garis batas atas
(panjang penyerap) = 5 cm

Dengan rumus yang sama seperti diatas, Rf nya yaitu


4,3 cm
Rf ₂= =0,86
5 cm

3
D. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu metode yang khususnya digunakan dalam pemisahan
komponen-komponen dalam suatu sampel yang terdistribusi dalam dua fasa yaitu fasa diam
dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padat, cairan yang diletakkan di atas padatan atau gel.
Fasa diam dapat dibuat dalam bentuk kolom, disebarkan sebagai suatu lapisan tipis atau
didistribusikan sebagai film. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan [ CITATION Dwi \l 1033 ] .

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Metode ini termasuk
dalam kromatografi cair-padat dan merupakan pemisahan senyawa-senyawa bahan alam
dalam skala kecil atau skala mikro [ CITATION Mar17 \l 1033 ]. Sehingga walaupun tadi
didalam KLT yang terdahulu jarak noda itu 1,2 cm dengan 1 noda, itu sebenarnya tidak
hanya satu senyawa. Karena didalam bahan alam, mengandung ribuan senyawa. Sehingga
untuk pemisahan selanjutnya digunakan kromatografi kolom. Jadi, pada KLT ini dapat
mengetahui senyawa apa yang terkandung bahan alam itu (dalam percobaan ini bunga), harga
Rfnya diketahui dan dibandingkan dengan harga Rf senyawa yang diindikasi terdapat dalam
bunga tadi.
Plat KLT yang digunakan adalah plat KLT silika gel G. Sedangkan eluen yang
digunakan adalah campuran dari diklorometan dan heksana dengan perbandingan 1 : 1. Pada
plat KLT ini menggunakan adsorben silika gel sebagai fase diam. Sedangkan fase geraknya
adalah eluen. Didalam chamber, plat KLT jangan sampai goyang, jaga agar selalu konstan
sehingga tidak menggangu perambatan eluen pada plat KLT.
Ada 2 bagian yang penting pada proses KLT yaitu silika gel G sebagai fase diam atau
disebut penyerap atau adsorben. Sedangkan fase geraknya adalah eluen. Didalam bunga
telang tadi kalau ada senyawa bantalan, apakah itu flavonoid atau alkaloid, yang bergolongan
fenolik, maka akan berinteraksi antara gugus hidroksil yang terikat pada (SiO 2)x dengan
gugus OH dari bahan alam yang terkandung didalam bunga tadi. Interaksi dapat ditemukan
melalui terbentuknya ikatan hidrogen yaitu dari atom H gugus hidroksil silika gel berinteraksi
dengan nBE (non Bonding Electron) atom oksigen gugus OH senyawa bahan alam.
Dari percobaan, noda yang didapat tidak bagus karena noda berekor dan tidak bulat. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh perbandingan penyusun eluen yang belum tepat. Jarak antara
noda ini sampai ke garis batas bawah adalah 1,2 cm.
Dalam percobaan ini digunakan beberapa macam perbandingan kombinasi eluen
antara diklorometan dan heksana. Hal ini dikarenakan agar dapat diketahui kepolaran yang

4
tepat untuk pemisahan senyawa fitokimia yang diinginkan. Salah satu faktor yang harus
dperhatikan dalam mencampur fase gerak adalah hanya pelarut yang mempunyai kepolaran
yang sama dapat dicampur. Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen
tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa
yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam,sehingga menghasilkan nilai Rf yang
rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen dan sebaliknya.
Dilihat dari perbedaan nilai indeks polaritas antara keduanya dapat diketahui bahwa
heksana bersifat lebih polar dibandingkan dengan diklorometan. Sehingga dari kedua eluen
yang bersifat paling non polar adalah eluen dengan perbandingan 1 : 1 dan yang paling polar
adalah eluen dengan perbandingan 1 : 2. Setelah dilakukan perhitungan harga Rf, percobaan
pertama dengan eluen dalam perbandingan 1 : 1, Rfnya sebesar 0,24 dan noda yang terbentuk
tidak bulat yang menandakan eluen yang digunakan masih belum tepat. Sedangkan percobaan
kedua dengan eluen perbandingan 1 : 2, Rfnya sebesar 0,84.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan,  jika dilihat dari pengaruh eluen yang
digunakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi polaritas eluen maka nilai Rfnya
juga semakin tinggi. Menurut hasil percobaan, eluen yang sesuai untuk identifikasi kualitatif
bunga telang adalah eluen dengan perbandingan dikorometan : heksana = 1 : 2 dengan nilai
Rf 0,84.

Daftar Pustaka :
Leba, M. A. (2017). Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish.
Rubiyanto, D. (2017). Metode Kromatografi Prinsip Dasar, Praktikum dan Pendekatan
Pembelajaran Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish.
Soeharto, I. (2004). Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Yogyakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.

Yogyakarta , 2020

5
6

Anda mungkin juga menyukai