Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Amilum

a. Hasil determinasi dan pembuatan amilum

Hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia - LIPI Bogor menyatakan bahwa tanaman yang

digunakan adalah pisang kepok kuning (Musa x paradisiaca L) (Lihat

lampiran 14). Amilum diperoleh dari buah pisang kepok kuning yang

dibuat dengan cara konvensional seperti yang telah dilakukan

penelitian sebelumnya, Satuhu dan Ahmad (1999).

b. Hasil uji organoleptis

Amilum yang dihasilkan selanjutnya diuji secara organoleptis,

fisik dan kualitatif. Hasilnya menujukkan amilum yang dihasilkan dari

buah pisang kepok kuning berupa serbuk halus berwarna putik agak

kuning, licin, tidak berasa dan tidak berbau.

c. Hasil uji mikroskopis

Serbuk amilum dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.

Gambar 5. Butiran amilum buah pisang kepok kuning dalam air


Dengan perbesaran 400

1
d. Hasil uji iodium

Pengujian amilum secara kualitatif dilakukan dengan cara

mereaksikan amilum dengan larutan I2 0,005 M menghasilkan warna

ungu kebiruan yang hilang apabila dipanaskan, terbentuk larutan kanji

yang encer setelah 1 gram serbuk disuspensikan dalam 50 ml aquadest

dan dipanaskan sampai mendidih dan warna jernih.

e. Hasil uji kadar air dan kadar abu

Hasil dari pengujian kadar air amilum buah pisang kepok

kuning sebesar 7,39% dan pengujian kadar abu amilum buah pisang

kepok kuning sebesar 0,56% (Lihat lampiran 5)

2. Evaluasi Granul

Tabel VII. Hasil Uji Evaluasi Granul


Kompresibilitas Ukuran partikel granul
Formula Waktu alir (g/s)
(%) (mm)
FI 7,27 0,186 9,32 0,445 0,891 0,008

F II 6,87 0.145 6,91 0,484 0,826 0,030

F III 7,75 0,514 7,18 0,400 0,818 0,004

F IV 8,22 0,447 7,07 0,225 0,714 0,008


Keterangan :
F I : Formula I, amilum buah pisang kepok kuning 5 %.
F II : Formula II, amilum buah pisang kepok kuning 7,5 %.
F III : Formula III, amilum buah pisang kepok kuning 10 %.
F IV : Formula IV, amilum buah pisang kepok kuning 15 %.

a. Hasil pembuatan granul

Pembuatan granul digunakan variasi kadar amilum buah pisang

kepok kuning 5 % (formula I), 7.5% (formula II), 10 % (formula III)

dan 15 % (formula IV) sebagai bahan pengikat tablet isoniazid.

2
b. Hasil uji waktu alir

8.5

waktu (sekon) 8 8.22


7.5 7.75
7 7.27
6.5 6.87

6
FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV

Gambar 6. Grafik Hubungan Formula dengan


Waktu Alir Granul

Waktu alir granul sangat penting untuk diketahui karena

merupakan parameter yang penting untuk mengetahui kualitas granul

yang akan ditablet. Waktu alir berguna untuk mengetahui granul yang

memasuki ruang matriks dalam mesin tablet secara merata atau tidak

berdasarkan gaya gravitasi. Waktu alir juga mempengaruhi granul pada

saat melewati corong (hooper) pada mesin cetak tablet sehingga

apabila waktu alirnya melebihi 10 detik mungkin pencetakan tablet

akan sedikit kurang sempurna (Siregar, 2010). Sifat alir granul

dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram serbuk yang

diuji mempunyai waktu alir 10 detik atau mempunyai kecepatan alir

10 gram/detik (Sulaiman, 2007).

3
c. Hasil uji pengetapan

10
% kompresibilitas 8 9.32

6 6.91 7.18 7.07

0
FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV

Gambar 7. Grafik Hubungan Formula dengan


kompresibilitas Granul

Uji pengetapan dilakukan untuk mengetahui sifat alir granul

dengan adanya ketukan. Pengujian dilakukan dengan mengamati

pengurangan volume yang dihasilkan akibat getaran mekanis dari

granul dalam volumenometer. Semakin kecil harga indeks pengetapan/

kompresibilitas semakin baik sifat fisik massa granul. Granul yang

baik mempunyai indeks pengetap tidak lebih dari 20% (Fassihi dan

Kanfer, 1986, seperti yang ditulis Gusmayadi, 2000).

d. Hasil uji distribusi ukuran granul

50
Bobot granul (gram)

40 FORMULA I

30 FORMULA II

20 FORMULA III
10 FORMULA IV
0
16 18 20 25 pan
Nomor ayakan

Gambar 8. Grafik Hubungan Formula dengan


Distribusi Ukuran Granul

4
Evaluasi distribusi ukuran granul yang dilakukan dengan

menggunakan ayakan bertingkat dan mesin vibrator selama 25 menit,

dengan frekuensi 30 Hz (Lachman dkk, 2008). Uji distribusi ukuran

granul dimaksudkan untuk mengetahui ukuran granul dan penyebaran

ukuran granul. Ukuran dan penyebaran granul perlu diketahui karena

ini dapat mempengaruhi proses pencampuran dimana partikel-partikel

yang lebih besar cenderung memisah dari partikel yang lebih kecil dan

bergerak kebawah sedangkan partikel-partikel besar akan naik ke atas

(Lachman dkk, 1994).

3. Evaluasi Tablet

Setelah granul dilakukan evaluasi maka granul tersebut dikempa

menjadi tablet dan tablet tersebut dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk

mengetahui apakah tablet yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan

yang ditetapkan Farmakope Indonesia. Evaluasi tablet meliputi uji

penampilan fisik, uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan dan

uji waktu hancur.

Tabel VIII. Hasil Evaluasi Tablet


Parameter F I F II F III F IV
Bobot Tablet (g) 0,245 0,004 0,246 0,004 0,249 0,006 0,254 0,002

Kekerasan (Kg) 3,4 0,754 4,02 0,942 4.5 0,881 4.15 1,203

Kerapuhan (%) 0,520 0,074 0,427 0,104 0,414 0,082 1,092 0,175

Waktu Hancur (s) 2:08 0,064 2:32 0,225 2:73 0,291 2:67 0,203

Keterangan :
F I : Formula I, amilum buah pisang kepok kuning 5 %.
F II : Formula II, amilum buah pisang kepok kuning 7,5%.

5
F III : Formula III, amilum buah pisang kepok kuning 10 %.
F IV : Formula IV, amilum buah pisang kepok kuning 15 %.

a. Penampilan fisik tablet

Tablet yang dihasilkan dari keempat formula umumnya

berbentuk bulat, cembung, berwarna putih dan tidak berbau.

Gambar 9. Penampilan fisik tablet isoniazid

b. Hasil uji keseragaman ukuran

1.2 1.017 1.017


1.013 1.013
1
0.8
(cm)

0.6 Diameter
0.343 0.357 0.353 0.353
0.4
Tebal
0.2
0
FORMULA I FORMULA II FORMULA IIIFORMULA IV

Gambar 10. Grafik Hubungan Formula dengan


Keseragaman Ukuran Tablet

Salah satu tujuan dari evaluasi ini untuk penyesuaian

karakteristik dari tablet, berupa penyesuaian antara tebal dan diameter

6
sehingga memberikan daya tarik tablet dan juga berpengaruh pada

kerapuhan dan kekerasan tablet selama pencetakan, perubahan

ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak

atau pada pengisian granul ke dalam die.

c. Hasil uji keseragaman bobot

Tabel IX. Hasil Evaluasi Penyimpangan Bobot Tablet


Bobot rata-rata 20 tablet
Formula Penyimpangan
(gram)
FI 0,245 0 4,897

F II 0,246 0 3,658

F III 0,249 0 4,819

F IV 0,254 0 1,968

Uji ini bertujuan untuk mengontrol mutu tablet yang

merupakan indikator awal keseragaman kadar zat aktif. Tablet yang

memiliki bobot yang seragam dapat diharapkan memiliki kadar zat

aktif yang seragam pula (Sulaiman, 2007). Tablet dengan bobot 250

mg, jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang

masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari

7,5% dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari

15% dari bobot rata-rata (Depkes RI, 1995).

7
d. Hasil uji kekerasan

5
4 4.5
Kekerasan (kg) 4 4.15
3
3.25
2
1
0
FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV

Gambar 11. Grafik Hubungan Formula dengan


Kekerasan Tablet

Uji ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tablet agar dapat

bertahan terhadap berbagai goncangan mekanik. Tablet yang baik

memiliki kekerasan antara 4-8 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya

kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.

Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat

kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya

tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih

sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi

(Sulaiman, 2007). Kekerasan tablet dapat dipengaruhi oleh sifat bahan

yang dikompresi dan tekanan kompresi mesin.

8
e. Hasil uji kerapuhan

1.20%
1.00%

Kerapuhan (%)
0.80% 1.02%
0.60%
0.40% 0.57%
0.48% 0.41%
0.20%
0.00%
FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV

Gambar 12. Grafik Hubungan Formula dengan


Kerapuhan Tablet

Uji ini bertujuan untuk mengetahui bobot yang hilang akibat

perlakuan yang diberikan terhadap tablet. Semakin besar harga

persentase kerapuhan maka semakin besar massa tablet yang hilang.

Bobot tablet yang hilang tidak boleh lebih dari 1% (Ansel, 2005).

Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan

permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang

menyebabkan abrasi pada permukaan tablet (Sulaiman, 2007).

f. Hasil uji waktu hancur

3
2.5 2.76 2.67
waktu (menit)

2 2.32
2.08
1.5
1
0.5
0
FORMULA I FORMULA II FORMULA III FORMULA IV

Gambar 13. Grafik Hubungan Formula dengan


Waktu Hancur

9
Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh

tablet untuk hancur didalam cairan saluran pencernaan. Amilum dapat

mempercepat penyerapan air, sehingga akan memungkinkan untuk

menarik air dengan aksi kapiler. Saat tablet kontak dengan air akan

berpenetrasi melalui pori-pori yang ada, akibatnya ikatan antara

partikel lemah dan akhirnya pecah menjadi granul-granul (Voight,

1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur yaitu sifat fisik

granul, porositas dan kekerasan tablet. Tablet tidak bersalut harus

mempunyai waktu hancur tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1995).

B. Pembahasan

1. Amilum pisang kepok kuning

a. Determinasi dan pembuatan amilum

Dilakukan determinasi terhadap tanaman buah pisang kepok

kuning dengan tujuan untuk mengetahui bahwa tanaman yang

digunakan adalah benar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam

pembuatan amilum diambil buah pisang kepok kuning yang buah yang

sudah tua namun belum masak, buah pisang kepok kuning yang masih

muda memiliki kadar amilum yang sedikit, sedangkan yang sudah

masak kadar amilumnya sudah berkurang.

b. Uji organoleptis dan uji mikroskopis

Organoleptis amilum buah pisang kepok kuning memenuhi

persyaratan karena sesuai dengan amilum manihot yang telah

distandarkan pada Farmakope Indonesia.

10
Butiran amilum berbentuk lonjong dengan tipe eksentris,

didalam butiran amilum amilosa dan amilopektin tersusun membentuk

lapisan-lapisan tipis seperti cincin atau lamella. Hal ini identik dengan

bentuk mikroskopis amilum buah pisang kepok kuning itu sendiri

sehingga. Dari hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa

amilum buah pisang kepok kuning menunjukkan serbuk putih adalah

benar amilum.

c. Uji iodium

Terbentuk warna ungu kebiruan pada amilum buah pisang

kepok kuning disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk

spiral, sehingga akan mengikat molekul iodine dan terbentuk warna

ungu kebiruan. Bila pati dipanaskan spiral meregang, molekul-molekul

iodine terlepas sehingga warna ungu kebiruan hilang, namun pada saat

dingin iodin yang terlepas akan terikat kembali dan terbentuk warna

ungu kebiruan kembali (Winarno, 2002).

d. Uji kadar air dan kadar abu

Pengujian kadar air dan kadar abu ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah kadar air dalam amilum dan menunjukkan adanya

zat pengotor pada amilum buah pisang kepok kuning. Standar

Farmakope Indonesia untuk amilum manihot yaitu untuk kadar air

tidak lebih dari 15 % dan untuk kadar abu tidak lebih dari 0,6 %

(Depkes RI, 1995).

11
Kadar air amilum buah pisang kepok kuning sebesar 7,39%

dan kadar abu amilum buah pisang kepok kuning sebesar 0,56%.

Berarti amilum buah pisang kepok kuning memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia berdasarkan kadar air dan kadar abu

dibandingkan dengan amilum manihot. Setelah dilakukan pengujian

secara organoleptis, fisis dan kualitatif terhadap amilum yang

dihasilkan, dengan demikian dapar diambil kesimpulan bahwa amilum

yang digunakan pada penelitian ini yaitu amilum buah pisang kepok

kuning adalah benar amilum sebagaimana amilum-amilum yang telah

banyak dipakai dan diperoleh dari sumber tanaman lain yang umbi

maupun buahnya menghasilkan amilum.

2. Evaluasi granul

a. Pembuatan granul

Pada pembuatan granul, massa granul mengalami dua kali

pengayakan. Pertama dengan pengayak no. 12 dengan tujuan agar

meningkatkan banyaknya tempat kontak dan meningkatkan luas

permukaan agar mudah dikeringkan. Kedua dengan pengayak no.14

agar granul dapat mengisi rongga cetakan tablet hingga merata (Ansel,

2005). Diantara proses pengayakan, massa tablet mengalami proses

pengeringan untuk menghilangkan pelarut yang digunakan pada proses

granulasi dan untuk mengurangi kelembaban (Lachman Dkk, 2008).

12
b. Uji waktu alir

Dari grafik hubungan formula dan waktu alir menunjukkan

waktu alir yang terbesar yaitu formula IV (8,22) dan yang terkecil

formula II (6,87), hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh bentuk granul

yang dibuat, dimana ketidakseragaman dan semakin kecilnya ukuran

granul sehingga menaikkan daya kohesi menyebabkan granul

menumpul dan tidak mudah mengalir (Fassihi dan Kanfer, 1986).

Granul dari keempat formula telah memenuhi persyaratan waktu alir

granul karena kecepatan waktu alir yaitu 4 - 10 g/s (Lihat Tabel II.)

atau mempunyai waktu alir kurang dari 10 detik. Dari data yang

diperoleh keempat formula waktu alir terbaik terdapat pada formula II.

Uji statistik anova satu jalan menunjukkan nilai sig 0.008 <

0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara keempat

formula. Hal ini berarti, bahwa ada perbedaan bahan pengikat dalam

formulasi tablet akan mempengaruhi waktu alir granul yang dihasilkan.

Sehingga dilanjutkan uji LSD/BNT taraf kepercayaan 95%, hasil uji

LSD/BNT yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel X. Hasil uji LSD waktu alir


Formula Nilai sig Persyaratan Kesimpulan
F I dan F IV 0.012 *

F II dan F III 0.016 0.05 *

F II dan F IV 0.002 *

Keterangan : * = berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%


ns = tidak berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95

13
c. Uji pengetapan

Dari grafik hubungan formula dan % kompresibilitas

menunjukkan kompresibilitas yang terbesar yaitu formula I (9,32) dan

yang terkecil formula II (6,91). Dimana kompresibilitas terbaik

terdapat pada formula II, hal ini karena semakin kecil indeks

pengetapan granul maka sifal alir granul semakin baik. Dari keempat

formulas memiliki kriteria kompresibilitas sangat baik karena

kompresibilitasnya berada pada rentang 5-12% (Lihat Tabel III).

sehingga melihat hasil pengetapan, granul yang dihasilkan mempunyai

sifat alir yang baik karena indeks pengetapan yang diperoleh kurang

dari 20%.

Uji statistik anova satu jalan menunjukkan nilai sig 0.000 <

0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara keempat

formula. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan bahan pengikat dalam

formulasi tablet akan mempengaruhi kompresibilitas granul yang

dihasilkan. Sehingga dilanjutkan uji LSD/BNT, hasil uji LSD/BNT

yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel XI. Hasil uji LSD Kompresibilitas


Formula Nilai sig Persyaratan Kesimpulan
F1 dan F2 0.000 *

F1 dan F3 0.000 0.05 *

F1 dan F4 0.000 *

Keterangan : * = berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%


ns = tidak berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

14
d. Uji distribusi ukuran granul

Dari grafik hubungan formula dengan bobot granul pada

ayakan menunjukan bahwa distribusi ukuran granul tiap ayakan pada

masing-masing formula memiliki bobot yang berbeda-beda pada tiap

ayakan, tetapi jumlah terbanyak terdapat di ayakan keenam atau

ayakan dengan mesh 25. Begitu pula dengan ukuran granul pada

masing-masing formula berbeda. Hal ini kemungkinan disebabkan

dalam pembuatan granul masih secara manual pada waktu penekanan

atau pencetakan granul tenaga yang digunakan tidak sama. Pada

formula IV jumlah fines > 20%, makin besar presentase fines dalam

formula akan menurunkan kekerasan, memperbesar kerapuhan,

mempercepat waktu hancur.

Uji statistik pada rata-rata ukuran granul tidak bisa dilanjutkan

dengan uji ANOVA, karena salah satu syarat tidak terpenuhi. Sehingga

uji statistik dilakukan secara non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis.

Hasil uji ini menunjukkan nilai sig 0.024 < 0.05 yang berarti adanya

perbedaan yang signifikan antara formula. Sehingga dilanjutkan

dengan uji Mann-Witney. Hasil yang diperoleh tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara satu formula dan formula lainnya

karena masing-masing formula memiliki nilai asymp sig > 0,05.

15
3. Evaluasi tablet

a. Penampilan fisik

Evaluasi penampilan fisik dari tablet dilakukan dengan cara

mengamati bentuk, warna dan permukaan tablet, serta ada tidaknya

bau dan kerusakan pada tablet. Penampilam fisik tablet isoniazid

memenuhi persyaratan tablet yang baik menurut Farmakope Indonesia.

b. Keseragaman ukuran

Grafik hubungan formula dengan keseragaman ukuran

menujukkan bahwa hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet tersebut

memenuhi syarat, dimana diameter tablet tidak lebih dari tiga kali tebal

tablet. sedangkan formula terbaik terdapat pada formula II. Laju alir,

homogenotas campuran dan kestabilan punch menyebabkan ukuran

tablet menjadi seragam. Selain itu waktu alir adalah salah satu faktor

yang mempengaruhinya.

c. Keseragaman Bobot

Berdasarkan tabel IX. Hasil Evaluasi Penyimpangan Bobot

Tablet % penyimpangan bobot terbesar yaitu formula I (4,897 %) dan

yang terkecil formula IV (1,968 %). Dimana penyimpangan bobot

terbaik terdapat pada formula IV. Hal ini karena dipengaruhi oleh

kompresibilitas granul dan distribusi ukuran granul yang menjamin

keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang

diperoleh dari uji penyimpangan bobot di atas menunjukkan tidak ada

satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 15% dan

16
tidak lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari

7,5%. Berarti tablet dari keempat formula telah memenuhi persyaratan

keseragaman bobot dalam Farmakope Indonesia edisi IV.

Uji statistik pada keseragaman bobot tidak bisa dilanjutkan

dengan uji ANOVA, karena salah satu syarat tidak terpenuhi. Sehingga

uji statistik dilakukan secara non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis.

Hasil uji ini menunjukkan nilai sig 0.00 < 0.05 yang berarti adanya

perbedaan yang signifikan antara formula. Maka dilanjutkan dengan

uji Mann-Witney, dan dari hasil uji Mann-Witney terdapat perbedaan

yang signifikan antara F I dan F IV, FII dan F IV, F III dan F IV.

d. Kekerasan Tablet

Dari grafik hubungan formula dengan kekerasan tablet

menunjukkan bahwa kekerasan terkecil yaitu formula I (3,25 kg) dan

yang terbesar formula III (4,5 kg). Dimana kekerasa tablet terbaik

terdapat pada formula III. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan

konsentrasi bahan pengikat sehingga menyebabkan granul yang

dihasilkam lebih kompak, padat, rapat dan ikatan antara partikel

semakin kuat, tablet yang dihasikan semakin keras. Sehingga

penambahan kadar amilum buah pisang kepok kuning sebagai bahan

pengikat meningkatkan kekerasan tablet isoniazid.

Dari hasil uji kekerasan tablet F II, F III dan F IV memenuhi

persyaratan (4-8 kg) tetapi untuk F I memiliki kekerasan yaitu 3,25 kg,

tetapi masih dapat diterima karena memiliki kerapuhannya tidak

17
melebihi batas yang diterapkan. Uji statistik anova satu jalan

menunjukkan nilai sig 0.043 < 0.05 berarti terdapat perbedaan yang

signifikan antara formula. Sehingga dilanjutkan dengan uji LSD

dengan taraf kepercayaan 95%, hasil uji LSD/BNT yang diperoleh

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel XII. Hasil uji LSD kekerasan


Formula Nilai sig Persyaratan Kesimpulan
F I dan F III 0.006 *
0.05
F I dan F IV 0.043 *

Keterangan : * = berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%


ns = tidak berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

e. Kerapuhan Tablet

Dari grafik dhubungan formula dengan kerapuhan tablet

menunjukkan bahwa semakin besar kandungan amilum buah pisang

kepok kuning maka kerapuhan tablet yang dihasilkan semakin kecil.

Pada formula ke III (0,41%) memiliki kerapuhan terkecil, hal ini

dikarenakan semakin besar kadar kandungan amilum buah pisang

kepok kuning, kecenderungan partikel untuk melekat satu dengan yang

lain semakin besar, sehingga granul yang dihasilkan lebih kompak,

padat, rapat dan porositas turun yang menyebabkan tablet yang

dihasilkan kuat dan tidak rapuh. Selain itu kekerasan mempengaruhi

kerapuhan, semakin tinggi kekerasan tablet maka akan semakin rendah

persentase kerapuhannya. Dan kerapuhan terbesar yaitu formula IV

(1,02%), hal ini karena tablet yang dihasilkan terlalu banyak fines. Dari

data diatas kerapuah tablet yang terbaik terdapat pada formula III. Uji

18
kerapuhan tablet F I, F II dan F III memenuhi persyaratan tetapi untuk

F IV tidak memenuhi syarat dikarenakan lebih dari 1%. Hal ini juga

didukung dengan uji statistik anova satu jalan, dimana nilai statistik

menunjukkan nilai sig 0.000 < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan

yang signifikan antara keempat formula. Sehingga dilanjutkan uji LSD

dengan taraf kepercayaan 95%, hasil uji LSD/BNT yang diperoleh

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel XIII. Hasil uji LSD kerapuhan


Formula Nilai sig Persyaratan Kesimpulan
F I dan F III 0.041 *

F I dan F IV 0.000 *
0.05
F II dan F IV 0.000 *

F III dan F IV 0.000 *

Keterangan : * = berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%


ns = tidak berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

f. Waktu Hancur Tablet

Dari grafik hubungan formula dan waktu hancur tablet

menunjukan waktu hancur terkecil yaitu formula I (2,08) dan yang

terbesar formula III (2,76). Hal ini berhubungan dengan Uji kekerasan

Dan hasil uji kerapuhan tablet. Formula III mempunyai tingkat

kekerasan paling tinggi sehingga mempunyai tingkat kerapuhan paling

rendah dan waktu hancur paling lama, sedangkan formula I yang

memiliki tingkat kekerasan paling rendah, tingkat kerapuhannya paling

tinggi dan waktu hancurnya paling cepat. Hal ini disebabkan karena

adanya kenaikan konsentrasi bahan pengikat sehingga menyebabkan

granul yang dihasilkam lebih kompak, padat, rapat dan ikatan antara

19
partikel semakin kuat, tablet yang dihasikan semakin keras, sehingga

waktu hancurnya semakin lama. Dari hasil yang diperoleh keempat

formula memberikan tablet dengan waktu hancur yang memenuhi

persyaratan yaitu tidak lebih dari 15 menit. Uji statistik anova satu

jalan menunjukkan nilai sig 0.360 > 0.05 berarti tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara formula.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Amilum buah pisang kepok kuning (Musa x paradisiaca L.) yang

digunakan bervariasi dapat mempengaruhi kekerasan, kerapuhan dan

waktu hancur tablet, dimana peningkatan kadar amilum buah pisang kepok

kuning akan menghasilkan kekerasan tablet lebih besar, kerapuhan tablet

lebih kecil dan waktu hancur lebih lama.

2. Formula II dan formula III dengan kadar amilum buah pisang kepok

kuning sebesar 7,5% dan 10% merupakan formula tablet isoniazid yang

sifat fisiknya paling tepat dibandingan dengan formula lainnya.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai disolusi tablet

isoniazid untuk mengetahui profil pelepasan zat aktif dari tablet isoniazid yang

dibuat dengan bahan pengikat amilum buah pisang kepok kuning. Perlu

dikembangkan penggunaan amilum buah pisang kepok kuning sebagai bahan

tambahan sediaan farmasi lain.

21

Anda mungkin juga menyukai