Anda di halaman 1dari 11

PRANATA SOSIAL TENTANG MULTIKULTURAL DAN

KESETARAAN GENDER

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. H. Hamdani Anwar M,A

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

1. DAHRIM HASIBUAN

2. ANISAH AFIFAH

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pranata
Tentang Multikultural dan Kesetaraan Gender “.

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Studi
Islam di Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Hamdani Anwar M,A selaku dosen pengampu mata kuliah studi
islam

2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Studi Islam

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan penyusun telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik, saran, dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas
makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat untuk kami semua.

Jakarta, Desember 2020 ,

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MULTIKULTURAL DAN URGENSINYA ............................... 5


B. MULTIKULTURAL SEBAGAI FITRAH MANUSIA DAN AL-QUR’AN ....................... 7
C. PENGERTIAN GENDER, KESETARAAN GENDER DAN URGENSINYA ................. 8
D. AJARAN AL-QUR’AN TENTANG GENDER DAN KESETARAANNYA .................. 10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 11
B. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Multikultural adalah mengkonsepkan pandangan terhadap keanekaragaman
kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya di dalam
realitas masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial, praktik budaya, adat-
kebiasaan, dan filosofi.
Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran
produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Multikultural dan urgensinya?
2. Multikultural sebagai fitrah manusia.
3. Apa pengertian gender dan kesetaraan gender?
4. Ajaran Al-Qur’an tentang gender dan kesetaraannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Multikultural

Multikultural adalah mengkonsepkan pandangan terhadap keanekaragaman kehidupan di


dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya
keragaman, dan berbagai macam budaya di dalam realitas masyarakat menyangkut nilai-nilai,
sistem sosial, praktik budaya, adat-kebiasaan, dan filosofi.

Berikut adalah beberapa pengertian multikurtularisme secara umum :

• Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat


diterjemahkan

dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas


keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan
dalam kesadaran politik. (Azyumardi Azra, 2007)[

• Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
kebiasaan.

• Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas


budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174).

• Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan


baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay
2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000).
. Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan

tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan
sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang
sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai
Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).

Jenis-Jenis Multikulturalisme

1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok


kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya
minimal satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang
membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur
kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang,
hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan
kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan
kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur
dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kutural
utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa
diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara
hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka
menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana
semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana kelompok-
kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom;
tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
perspektif-perspektif distingtif mereka.
5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama
sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat
kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-
percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-
masing.[11]

Urgensi dari multikurtular

1. Paradigma keberagamaan yang inklusif. Artinya, menekankan pada nilai-nilai yang


mengembangkan wacana keberagamaan untuk saling menghargai adanya perbedaan
dalam beragama, berkepercayaan, dan ber-madzhab

2. Menghargai keragaman bahasa. Artinya, membangun nilai-nilai yang menekankan


pentingnya pemahaman bahwa perbedaan bahasa adalah bagian dari keragaman
bahasa yang dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat, suku, dan bangsa. Karena
bahasa adalah bagian dari sebuah budaya yang tak terpisahkan sebagai ciri khas
dalam berkomunikasi, maka saling menghargai perbedaan bahasa adalah nilai penting
yang harus terus dijaga dan dilestarikan agar bahasa-bahasa daerah/lokal tersebut
dapat terus dilestarikan. Selain iu, saling memahami perbedaan bahasa dapat semakin
mempererat hubungan persaudaraan antar suku dan bangsa.

3. Membangun sikap sensitif gender. Artinya, membangun nilai-nilai yang


menekankankan bahwa wanita dan pria secara sosial, kultural, dan politik pada
dasarnya mempunyai peran, hak, dan kewajiban yang sama yang dilandaskan pada
nilai-nilai dasar kemanusiaan yang tidak diskriminatif berdasarkan jenis kelamin.

4. Membangun kesadaran kritis terhadap perbedaan status sosial. Artinya, membangun


nilai-nilai yang menyadarkan seseorang bahwa pada dasarnya setiap manusia itu
adalah sama; mempunyai hak yang sama untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan
sosial dan ekonomi. Dikotomi dan disparitas dalam kehidupan ekonomi dan sosial
yang ada bukanlah sesuatu yang harus diterima begitu saja karena perbedaan status
soial itu diakibatkan oleh banyak faktor seperti budaya, politik, ekonomi, dan sosial
dan semua perbedaan itu bukanlah warisan dosa atau kutukan dari Tuhan.

5. Membangun kesadaran anti-diskriminasi etnis. Artinya, membangun nilai-nilai yang


menyadarkan bahwa etnisitas itu merupakan entitas kultural yang tentunya akan ada
perbedaan antara etnis yang satu dan yang lainnya. Perbedaan itu tentunya tidak bisa
dipakai sebagai alat ukur bahwa etnis yang satu akan lebih baik dibanding etnis
lainnya.

6. Menghargai perbedaan kemampuan. Artinya, membangun nilai-nilai yang


menyadarkan manusia bahwa perbedaan kemampuan baik yang disebabkan oleh
faktor-faktor biologis maupun kultural bukanlah sebuah pembenaran bahwa ada
manusia yang sempurna dan yang tidak sempurna. Setiap manusia pada dasarnya
mempunyai kelemahan fisik maupun non-fisik, baik secara biologis maupun kultural,
hanya saja sebagian tingkat perbedaannya terlihat dengan jelas dan sebagian lain
tidak terlihat dengan jelas.

7. Menghargai perbedaan umur. Artinya, membangun nilai-nilai yang menghargai


perbedaan umur bahwa umur adalah sebuah proses alami-ah yang pernah dan akan
dihadapi oleh setiap manusia. Memahami perbedaan umur ini berarti juga
menanamkan nilai-nilai kesadaran bahwa dalam jenjang umur tertentu, sifat, fisik,
dan psikis manusia akan bekembang sesuai dengan tahap-tahap alamiah yang
dilaluinya. Oleh karena itu maka tidak diperbolehkan untuk melakukan diskriminasi
atas dasar umur26. (ThaqafiyyaT Vol. 16, No. 1, Juni 2015)

B. Multikurtural sebagai fitrah manusia


Sebaimana dari pengertian dari murtikurtular ialah mengkonsepkan pandangan
terhadap keanekaragaman kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang
menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam
budaya di dalam realitas masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial, praktik
budaya, adat-kebiasaan, dan filosofi .

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwasanya multikurtular adalah salah satu
dari fitrahnya manusia , di karenakan manusia sejak lahir sudah mempunyai
keberagaman ataupun perbedaan tersendiri Dalam dirinya seperti jenis kelaminnya ,
jenis warna kulitnya dan juga sudah punya ras dan suku yang melekat terhadap
dirinya yakni suku dan ras ibu dan ayahnya, dankeberagaman yang lainnya.

C. Pengertian Gender, Kesetaraan Gender

Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran
reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.
Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang
tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan
laki-laki. Ada perbedaan secara biologis antara perempuan dan laki-laki-namun kebudayaan
menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan
dalam berperilaku, dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan kuasa. Kendati tuntutan
ini bervariasi di setiap masyarakat, tapi terdapat beberapa kemiripan yang mencolok.
Misalnya, hampir semua kelompok masyarakat menyerahkan tanggung jawab perawatan
anak pada perempuan, sedangkan tugas kemiliteran diberikan pada laki-laki. Sebagaimana
halnya ras, etnik, dan kelas, gender adalah sebuah kategori sosial yang sangat menentukan
jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam masyarakat dan ekonomi. Tidak semua
masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat
mengalami diskriminasi berdasarkan gender-dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan-dalam
tingkatan yang berbeda-beda. Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah
ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena
kebijakan dan perubahan sosial-ekonomi.
Pengertian kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan
perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban.
Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di seluruh
dunia. Ini adalah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan gender
dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau wilayah.
Tidak ada satu wilayah pun di negara dunia ketiga di mana perempuan telah menikmati
kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjangan gender dalam
kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik terjadi
di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat
ketidaksetaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua
orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok suatu tujuan
pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.
Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi
kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan
gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan
masyarakat (semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk mengentaskan diri dari kemiskinan
dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Pembangunan ekonomi membuka banyak jalan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam
jangka panjang. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memiliki makna yang penting
karena setelah diadopsi maka akan dijadikan acuan secara global dan nasional sehingga
agenda pembangunan menjadi lebih fokus. Setiap butir tujuan tersebut menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia (HAM) dan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, baik tua mau-pun muda.

Urgensi dari kesetaraan gender

5.1 Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan dimanapun.

5.2 Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan
pribadi, termasuk perdagangan orang dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi
lainnya.

5.3 Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini
dan paksa, serta sunat perempuan.

5.4 Mengenali dan menghargai pekerjaan mengasuh dan pekerjaan rumah tangga yang tidak
dibayar melalui penyediaan pelayanan publik, infrastruktur dan kebijakan perlindungan
sosial, dan peningkatan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan keluarga yang
tepat secara nasional.

5.5 Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi perempuan
untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik,
ekonomi, dan masyarakat.

5.6 Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, dan hak reproduksi
seperti yang telah disepakati sesuai dengan dokumen-dokumen hasil reviu dari konferensi-
konferensi tersebut.

5.a Melakukan reformasi untuk memberi hak yang sama kepada perempuan terhadap sumber
daya ekonomi, serta akses terhadap kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk
kepemilikan lain, jasa keuangan, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum
nasional.

5.b Meningkatkan penggunaan teknologi yang memampukan, khususnya teknologi informasi


dan komunikasi untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan.

5.c Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang baik dan perundang-undangan yang berlaku
untuk peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan kaum perempuan di semua
tingkatan.
D. Ajaran Al-Qur’an Tentang Gender Dan Kesetaraannya

Salah satu tema sentral sekaligus prinsip pokok ajaran Islam adalah prinsip egalitarian
yakni persamaan antar manusia, baik lakilaki dan perempuan maupun antar bangsa,
suku, dan keturunan.Hal ini diisyaratkan dalam QS. al-Hujurat: 13

‫ّٰللا اَ ۡت ٰقٮ ُك ۡم‬


ِ ‫ارفُ ۡوا ا َِّن اَ ۡك َر َم ُك ۡم ِع ۡندَ ه‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ۡق ٰن ُك ۡم ِم ۡن ذَك ٍَر َّوا ُ ۡن ٰثى َو َجعَ ۡل ٰن ُك ۡم‬
َ َ‫شعُ ۡوبًا َّوقَبَا ٓ ِٕٮ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫يا َ اَيُّ َها الن‬

“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu.”

Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan antara laki-laki
dan perempuan baik dalam hal ibadah (dimensi spiritual) maupun dalam aktivitas
sosial (urusan karier profesional). Ayat tersebut juga sekaligus mengikis tuntas
pandangan yang menyatakan bahwa antara keduanya terdapat perbedaan yang
memarginalkan salah satu diantara keduanya. persamaan tersebut meliputi berbagai
hal misalnya dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin ibadah, maka akan mendapat
pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminnya. Perbedaan kemudian ada
disebabkan kualitas nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah swt., Ayat ini
juga mempertegas misi pokok al-Qur’an diturunkan adalah untuk membebaskan
manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi
seksual, warna kulit, etnis dan ikatan-ikatan primordial lainnya. Namun demikian
sekalipun secara teoritis al-qur’an mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan, namun ternyata dalam tatanan implementasi seringkali prinsip-prinsip
tersebut terabaikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Multikultural adalah mengkonsepkan pandangan terhadap keanekaragaman kehidupan di


dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya
keragaman, dan berbagai macam budaya di dalam realitas masyarakat menyangkut nilai-nilai,
sistem sosial, praktik budaya, adat-kebiasaan, dan filosofi. Jenis-jenis multikultural :
Multikulturalisme isolasiones, Multikulturalisme akomodatif, Multikulturalisme otonomis,
Multikulturalisme kritikal atau interaktif, Multikulturalisme kosmopolitan. Urgensi dari
multikultural yaitu, Paradigma keberagamaan yang inklusif, Menghargai keragaman bahasa,
Membangun sikap sensitif gender, Membangun kesadaran kritis terhadap perbedaan status
sosial, Membangun kesadaran anti-diskriminasi etnis, Menghargai perbedaan kemampuan,
Menghargai perbedaan umur. multikurtular adalah salah satu dari fitrahnya manusia , di
karenakan manusia sejak lahir sudah mempunyai keberagaman ataupun perbedaan tersendiri
Dalam dirinya seperti jenis kelaminnya , jenis warna kulitnya dan juga sudah punya ras dan
suku yang melekat terhadap dirinya yakni suku dan ras ibu dan ayahnya, dankeberagaman
yang lainnya.

Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran
reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.

B. DAFTAR PUSTAKA

Rawls, John. (2003). A Theory of Justice .Cambridge: Harvard University Press.

Rosyada,Dede. (2017). Madarsah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika


Pendidkan Islam Di Era Otonomi Daerah.Depok: Kecana.

Suparlan, Parsudi. (2002). Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural.


Simposium Internasional Bali ke-3,Denpasar, Bali: Jurnal Antropologi Indonesia.

Https:/www.kemenpppa.go.id
Http:/sdgs.bappenas.go.id
Https://media.neliti.com

Anda mungkin juga menyukai