TA.
2023/2024
BAB I
PENGANTAR ILMU FARMASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami pengetahuan
dan konsep ilmu kesehatan dan ilmu farmasi.
B. PENDAHULUAN
Farmasi merupakan bagian dari dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan
produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Pada dasarnya farmasi merupakan
sistem pengetahuan (ilmu, teknologi dan sosial budaya) yang mengupayakan dan
menyelenggarakan jasa kesehatan, dengan melibatkan dirinya dalam memperluas,
menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang obat, pengetahuan
tentang obat tidak hanya tentang khasiatnya namun juga tentang dampak dan efek
(pengaruh) obat pada manusia dan hewan. Agar dapat mengembangkan dan
menumbuhkan kompetensi dalam sistem pengetahuan yang terurai di atas, maka
farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari berbagai ilmu
seperti ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut dikaji, diuji, diorganisir, ditransformasi dan
diterapkan agar menjadi produk obat yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagian besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang dapat
dikelola dan didistribusikan secara professional bagi yang membutuhkan.
Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi oleh perkembanganorientasi di
bidnag kesehatan. Pada tahun 80-an World Health Organization (WHO)
mencanangkan semboyan “Health for All by the year 2000” ini menjadi tujuan
sekaligus proses yang melibatkan seluruh negara yang menjadi anggotanya, untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di negara tersebut, suatu derajat
kesehatan yang dimaksud adalah seluruh anggota masyarakat memperoleh
kehidupan produktif secara social maupun ekonomi.
Yang terakhir adalah perkembangan di bidang kesehatan pada millennium
akhir-akhir ini, yaitu konsep “Paradigma Sehat”. Konsep ini berorientasi pada
bagaimana mempertahankan keadaan sehat, bukan menekankan pada penderita
atau manusia yang sakit, yang sudah menjadi tugas dasar dari bidang kesehatan.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat hidup sehat dengan
mengaplikasikan konsep “Paradigma Sehat”, maka diperlukan tenaga-tenaga
kerja yang kompeten dan professional dibidang kesehatan khususnya bidang
farmasi.
F. LATIHAN SOAL
Jawablah soal berikut dengan tepat dan jelas !
1. Mengapa perlu mempelajari ilmu kesehatan dan ilmu farmasi dalam bidang
kefarmasian?
2. Jelaskan ruang lingkup ilmu farmasi!
3. Jelaskan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia!
4. Jelaskan peranan farmasi dalam pelayanan kesehatan yang ada!
G. REFERENSI
1. BPJS. Panduan praktis, Sistem Rujukan Berjenjang. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
2. Anonim. 2016. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
3. Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Jakarta
BAB II
FALSAFAH LMU FARMASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami filsafat ilmu
farmasi.
B. PENDAHULUAN
Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan secara terus menerus
mengalami pengkembangan yang cukup pesat. Pada permulaannya dimulai dari
sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran
teoritis. Setelah itu terjadi perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata terdapat
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani kuno yang awalnya merupakan suatu
kesatuan, dikemudian hari terjadi tercepah-pecah, dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadinya pemisahan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sebelum abad ke 17, ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat
tersebut sejalan dengan pemikiran oleh Van Peursen, yakni menjelaskan bahwa
dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu
bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut, filsafat itu sendiri telah mengantarkan
adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh dan memiliki cabang-cabang tersendiri. Masing-
masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya masing-masing. Sehingga,
perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama, semakin meningkat dengan
munculnya berbagai ilmu baru, yang pada akhirnya menimbulkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru, bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi
seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu
sistem yang saling jalin-menjalin, dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat baik-tidaknya dapat ditentukan.
Jika ilmu pengetahuan tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontology,
epistemology dan aksiologi), maka perl mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti
atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyatan yang benar dari ilmu
tersebut. Contohnya membangun filsafat ilmu farmasi perlu menelusuri aspek :
1. Ontologi
Yakni eksistensi (keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-ilmu
kefarmasian. Pada aspek ini ditinjau objek apa yang ditelaah sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut. Objek ontologis pada farmasi yakni obat
dari segi kimia dan fisis, segi terapetik, pengadaan, pengolahan sampai pada
penyerahannya kepada yang memerlukan.
2. Epistemologi
Yakni metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu
kefarmasian. Landasan epistemologis kebiasaan sehari-hari ialah pengalaman
dan akal sehat; landasan epitemologis farmasi yakni logika deduktif dan
logika induktif dengan pengajuan hipotesis, yang dinamakan pula metode
logiko-hipotetiko-verifikatif.
3. Aksiologi
Yakni manfaat dari ilmu-ilmu kefarmasian. Di sini mempertanyakan apa nilai
kegunaan pengetahuan tersebut. Kegunaan atau landasan aksiologis farmasi
adalah bertujuan untuk kesehatan manusia.
Semua bentuk pengetahuan dapat dibeda-bedakan atau dikelompokkan
berdasarkan kategori atau bidang, sehingga terjadi diversifikasi bidang ilmu
pengetahuan atau disiplin ilmu yang berakar dari kajian filsafat, yaitu seni (arts),
etika (ethics), dan sains (scince). Pada dasarnya farmasi tergolong dalam bidang
seni teknis (technical arts) apabila ditinjau dari segi pelayaan dalam penggunaan
obat (medicine), namun di lain pihak, farmasi dapat pula digolongkan kedalam
ilmu-ilmu alam (natural science).
Sebagai ilmu, farmasi menelaah obat sebagai materi, baik yang berasal dari
alam maupun sintesis dan menggunakan metode logiko-hipotetiko-verifikatif
sebagai metode telaah yang sama seperti digunakan pada bidang ilmu
pengetahuan alam. Oleh karena itu farmasi merupakan ilmu yang dapat
dikelompokkan dalam bidang sains.
Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan
dan menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam
mendalami, memperluas, menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan
tentang obat dan dampak obat seluas-luasnya, serta efek dan pengaruh obat pada
manusia dan hewan. Untuk menumbuhkan kompetensi dalam sistem
pengetahuan, farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari
ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi; pengetahuan ini
dikaji, diuji, diorganisir, di trasformasi dan diterapkan.
Farmasi sebagai ilmu juga meliputi pelayanan obat secara professional.
Istilah professional saat ini semakin dikaburkan karena banyak digunakan secara
salah persepsi. Semua pekerjaan (job, vacation, occupation) dan keahlian (skill)
dikategorikan sebagai profesi. Demikian pula istilah professional sering
digunakan sebagai lawan dari kata amatir.
Menurut Hughes, E.C.: “Profession pofess to know better than other the
nature of certain matters, and to know better than their clients what ailsthem or
their affairs”. Definisi ini menggambarkan bahwa suaru hubungan pelayanan
antar-manusia, sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan
sebagai profesi. Menurut Schein, F.H. “The profession are a set of occupation that
have developed a very special set or norms deriving from their special role in
society”. Kelompok profesi dapat dibedakan dari yang bukan professional
menurut kriteria berikut :
1. Memilih pengetahuan khusus, yang berhubungan dengan kepentingan sosial.
Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk
kepentingan masyarakat umum.
2. Sikap dan perilaku professional. Seorang professional memiliki seperangkar
sikap yang mempengaruhi perilakunya. Komponen dasar sikap ini adalah
mendahulukan kepentingan orang lain (altruism) di atas kepentingan diri
sendiri. Menurut Marshall, seorang professional bukan bekerja untuk dibayar,
tetapi dibayar supaya ia dapat bekerja.
3. Sanksi sosial. Pengakuan atas suatu profesi tergantung pada masyarakat
untuk menerimanya. Bentuk penerimaan masyarakat ini adalah dengan
pemberian haka tau lisensi oleh Negara untuk melaksanakan praktek suatu
profesi. Lisensi ini dimaksudkan untuk menghidarkan masyarakat dari oknum
yang tidak verkompetensi untuk melakukan praktek professional.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat yang sesuai dan
aman, baik melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun
melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual
langsung kepada pemakai.
Sebagain besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang
dikelola dan didistribusikan secara professional bagi yang membutuhkannya.
Pengetahuan farmasi disampaikan secara selektif kepada tenaga professional
dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat umum agar
pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat memberikan sumbangan nyata
bagi kesehatan perorangan dan kesejahteraan umum masyarakat. Untuk
memahami ilmu farmasi, maka farmasi perlu dikaji secara filsafat.
Pada perkembangan lebih lanjut, ilmu farmasi tidak hanya mengadopsi ilmu
kimia, biologi, fisika, dan matematika saja, melainkan termasuk ilmu-ilmu terapan
seperti ilmu pertanian, teknik, ilmu kesehatan, bahakan dari behavior science.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa disatu pihak,
farmasi merupakan seni teknik (Technical arts) apabila ditinjau dari segi
pelayanan dalam penggunaan obat, namun dilain pihak farmasi juga dapat
digolongkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alat (natural science).
Farmasi dari persektif filsafat adalah sebagai ilmu tentang obat, informasi
obat, dan cara mengelola obat untuk pengobatan. Farmasi sebagai seni meracik
dan meramu obat guna meningkatkan kesehatan hidup manusia. Filsafat farmasi
ada sebagai bentuk kajian ilmu pengetahuan. Farmasi lahir untuk menjawab
berabagai tantangan kebutuhan hidup manusia. Farmasi sebagai ilmu adalah
sesuatu yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Untuk itu, ilmu farmasi harus
digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia
H. LAMBANG FARMASI
Dalam mitologi Yunani, Mangkung Hygenia adalah salah satu atribut
Hygeia, dewi kesehaatn. Pada masa kini, mangkuk Hygeia dijadikan sebagai
lambang farmasi dan apotek. Logo farmasi ini tidak bisa lepas dari sejarah yang
menyertainya. Beberapa sumber menjelaskan bahwa logo ular dan cawan (piala)
ini dikaitkan dengan lambang Saint John pada abad I sebelum masehi. Pada watu
Saint John diberi racun dengan menggunakan piala. Dugaan lain mengungkapkan
bahwa sebenarnya bukan piala yang dililit oleh ular, melainkan mangkuk Hygeia.
Symbol ini digunakan di Italia pada tahun 1222 untuk merayakan ulang tahun ke-
700 Universitas Padua, kampus pioneer untuj jurusan kedokteran dan hukum di
Eropa.
Pada tahun 1796, mangkuk yang dililt ular tersebut diperaya berasal dari
mitologi Yunani, yang disebut dengan mangkuk Hygeia. Nama Hygeia
merupakan putri kandung dari Aesculapus dan dewi kesehatan. Pada waktu itu,
ayah Hygeia, Aesculapius merupakan dewa kesehatan dan dewa penyembuh.
Karena kemampuannya menyembuhkan orang sakit, Zeus takut bahwa
Aesculapius akan membuat manusia kekal, itulah mengapa Apollo (anak Zeus)
membunuh Aesculapius dengan petir.
Setelah mmebunuhnya, Apollo membuatkan kuil untuk Aesculapius. Pada
saat membangun kuil, ternyata Apollo menemukan ular yang mati dalam keadaan
kaku. Anehnya, ketika dia mengambil ular tersebut dan dijatuhkan, ulat tersebut
bisa merayap kembali. Kejadian tersebut diartikan sebagai penyembuhan dan
penghidupan kembali dari kematian Aesculapius. Itulah mengapaputri dari
Aesculapius, Hygeia disebut sebagai symbol symbol penyembuhan. Menurut
kepercayaan Yunani kuno bahwa ular melambangkan makna kebijaksanaan dan
penyembuhan. Menurut kepercayaan kuno ular bisa melakukan kontak dengan
para arwah di dunia yang berbeda dan membawa jiwa orang yang telah meninggal
untuk membantu manusia yang masih hidup. Oleh karena itu, ular dianggap
membawa kebijaksanan karena bisa membawa arwah para leluhur yang bijak.
Menurut penjelasan Reeder (2013), Dewi Hygeia digambarkan memegang
sebuah patera (mangkuk obat) dan di badannya ada seekor ular yang hendak
meminum/memakan obat pada mangkuk tersebut. Beberapa berpendapar bahwa
mengkuk dan ular Hygeia melambangkan keselarasan kehidupan dengan bumi.
Ular mungkin melambangkan pasien yang bisa memilih apakah akan mengambil
obat pada mangkuk tersebut atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
seseorang mengendalikan kesehatannya sendiri melalui pilihan yang diambil.
Mangkuk atau gelas Hygeia dengan ular yang membelitnya telah menjadi
symbol dari banyak perkumpulan apoteker di seluruh dunia. Mangkuk Hygeia
merupakan lambang Asosiasi Apoteker Amerika dan digambarkan sebagai
mangkuk obat, Asosiasi Apoteker Kanada, Asosiasi Apoteker Australia, selain itu
juga banyak asosiasi apoteker lainnya mempergunakan versi yang menampilkan
sebuah gelas yang diapit oleh dua ekor ular. Sementara Federasi Apoteker
Internasional (FIP) mempergunakan mangkuk Hygeia yang disusun dari huruf
FIP.
I. REFERENSI
1. Ahmad, I. 2017. “Pengantar Ilmu Farmasi (dalam Tinjauan Filsafat dan
Historis)”. Deepublish. Yogyakarta.
2. Fatima, F., 2002. “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan”.
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca
Sarjana/S3Program Studi DAS, Institut Pertanian Bogor.
3. Rumate, F.A. 1986. “Kajian Pustaka Farmasi”. Lembaga Penerbit Unhas,
Ujung Pandang.
4. Suriasumantri, Y.S. 1996. “Filsafat Ilmu, Suatu Pengantar Populer”. Penerbit
Sinar Harapan, Jakarta.
5. Watloly, A. 2001. “Tanggung Jawab Pengetahuan”. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
MODUL III
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU
FARMASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami sejarah perkembangan ilmu
farmasi
B. PENDAHULUAN
Semenjak dunia dihuni oleh manusia serta makhluk hidup lainnya sudah ada
penyakit, sehingga manusia mencari cara untuk mengobatinya. Bagi makhluk hidup,
mengobati suatu penyakit atau gangguan adakalanya merupakan salah satu usaha untuk
mempertahankan eksistensinya. Cara untuk menyembuhkan suatu penyakit inilah yang
disebut ilmu pengobatan. Pada awalnya semua ilmu pengobatan berawal dari coba-coba.
Apabila suatu ramuan berhasil menyembuhkan suatu penyakit, maka ramuan tersebut akan
digunakan seterusnya secara turun-temurun untuk menyembuhkan penyakit yang sama.
Hal inilah yang mendasari lahirnya ilmu tentang pengobatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa banyak perubahan di segala aspek
kehidupan termasuk ilmu pengobatan. Selama berabad-abad lamanya, setelah
ditemukannya teknologi-teknologi yang dapat membantu manusia dalam melakukan
berbagai penelitian, pengobatan pun turut mengalami kemajuan. Obat yang pada awalnya
hanya diproduksi terbatas dan terkadang hanya terdapat di daerah tertentu kini dapat
dimanfaatkan dan dikonsumsi secara universal. Hal ini salah satunya merupakan dampak
karena adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
kesempatan ini akan dibahas sejarah dan perkembangan ilmu farmasi dimulai dari zaman
prasejarah hingga era baru farmasi serta dampak revolusi industri.
C. SEJARAH DAN MOMENT BESAR PERKEMBANGAN FARMASI
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang
berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya.
Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari
keluarganya. Di negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-
temurun. Di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai tabib adalah pendeta. Dalam legenda
kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan menugaskan Hygieia untuk meracik campuran
obat yang ia buat. Oleh masyarakat Yunani, Hygiea disebut sebagai apoteker. Di Mesir,
praktek farmasi dibagi dalam dua pekerjaan, yaitu mengunjungi orang sakit dan yang
bekerja di kuil menyiapkan racikan obat. Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali
ditulis di Cina sekitar 2735 SM.. Tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani.
Salah seorang muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran
etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang.
Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para
ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai dibedakan
peran antara seorang herbalist dengan kedokteran terjadi pada tahun 1240 ketika Kaisar
Frederick II dari Roma melakukan pemisahan tersebut. Maklumat yang dikeluarkan
tentang pemisahan tersebut menyebutkan bahwa masing-masing ahli ilmu mempunyai
keinsyafan, standar etik, pengetahuan, dan keterampilan sendiri-sendiri yang berbeda
dengan ilmu lainnya. Dengan keluarnya maklumat kaisar ini, maka mulailah sejarah baru
perkembangan ilmu farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut
maka lambang Ilmu Farmasi dan Kedokteran Berbeda. Ilmu Farmasi memakai lambang
cawan dililit ular sedangkan kedokteran tongkat dililit ular.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai
Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan
di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama
Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi
dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas.Di
Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The
Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11
tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical Association”. Organisasi
internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama “Federation
International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan
cara menambahkan karbon, hidrogen dan oksigen ke dalam sari pati kulit kayu
willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan
lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Pada Perang Dunia II
para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC, hormon
steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika. Dunia farmasi terus berkembang dengan
didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi.
2. Fase kedua, ilmu farmasi dikembangkan oleh Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857
M), Al-Kindi (809-873), Sabur Ibnu Sahl (Wafat869 M), Abu Hasan Ali bin
Shal Rabani At Tabari (838-870 M), dan Zakariya Ar-Razi (864 M-930 M).
1) Abu Zakariyya Yuhanna Ibnu Masawayh, populer dengan julukan Ibnu
Masawayh. Beliau adalah seorang dokter yang termasyhur pada abad ke-9
Masehi yang telah berperan besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
pada masanya dengan upaya penerjemahan karya-karya Yunani. Karirnya
sebagai seorang dokter ternama dimulai sejak masa pemerintahan al-Rasyd
hingga al-Mutawakkil. Ibnu Masawayh berhasil mengumpukan sekitar 30
simplisia, lengkap dengan metode pengamatan dan diagnosis fisik terhadap efek
farmakologisnya. Ghaliyyah atau pencampuran aromatik juga telah
dipraktikkan dalam terapi aromatik dan proses pembuatan parfum. Berbagai
rempah-rempah dijadikan bahan penelitian serta dikembangkan menjadi bahan
parfum dan bahan dasar ramuan obat herbal. Karya-karyanya yang terkenal
adalah sebagai berikut :
a) Kitab Al-Mushajjar Al-Kabir, yakni merupakan ensiklopedia yang
berisi daftar penyakit berikut cara pengobatannya melalui obat obatan
serta diet. Bahkan beliau mengatakan bahwa para dokter yang bisa
menyembuhkan penyakit hanya melalui makanan tanpa penggunaan obat
adalah yang paling baik dan beruntung.
Ibnu Masawayh pernah mempopulerkan penggunaan beberapa
tumbuhan terkenal untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh terhadap
penyakit. Beliau menyerukan para dokter menggunakan satu obat untuk
satu penyakit berdasarkan prinsip empirik dan analogi. Penemuannya
yang sangat terkenal adalah metode diet sebagai metode penyembuhan
tanpa obat. Pengembangannya pada metode diet telah memberikan
alternatif pengobatan dengan cara lain. Pasien pasiennya sering
menganggap dia sebagai dokter spesialis diet. Ia mempelajari secara serius
berbagai makanan dan minuman yang dapat mendukung program diet.
b) Kitab an-Nawadir al-Thibbiyya (sebuah kumpulan catatan medika), yakni
sebuah kumpulan teori dan masalah kedokteran;
c) Kitab al-Azmina (sebuah deskripsi tentang berbagai ragam musim
sepanjang tahun);
2) Al-Kindi, dengan nama lengkap Yusuf bin Ishaq Al- Kindi. Dia dilahirkan di
Kuffah pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 970 M. Dalam sejarah
hidupnya dikenal sebagai filuf, juga amat masyhur sebagai ilmuwan. Selama
abad ke-9 M, al-Kindi termasuk salah seorang yang gemilang namanya di bidang
kimia. Al-Kindi bukan hanya filsuf tetapi juga ilmuwan yang menguasai
pengetahuan yang ada di zamannya. Dalam ilmu farmasi, ia mencoba
menetapkan bahwa efektivtas obat-obat campuran tergantung atas hubungan
matematis antara bahan-bahan obat itu. Dalam dunia pengobatan al-Kindi
menghasilkan karya antara lain:
a) Risalah fi’illat Nafts ad-Daman tentang homoptesisi (batuk darah
dari saluran pernapasan).
b) Risalah fi Asyfiyat as-Sumum tentang penawar racun.
c) Risalah ‘illat al-Judwan wa Asyfitatuhu, tentang penyakit lepra dan
pengobatannya.
d) Risalah fi ‘Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.
e) Risalah fi ‘illat Baharin al-Amradah alHaddah, tentang sebab igauan
dalam penyakit-penyakit akut.
3) Sabur Ibnu Sahl, merupakan dokter pertama yang mengenalkan
pharmacopedia. Ia menjelaskan beragam jenis obat-obatan untuk
menyembuhkan beragam penyakit. Tidak hanya itu, juga tercatat sebagai
dokter pertama yangmencetuskan pharmacopedia. Ia telah menjelaskan beragam
jenis obat obatan untuk mengobati penyakit. Sumbangannya untuk
pengembangan farmakologi dan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-
Aqrabadhin.
4) Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban At-Tabari, lahir pada tahun 838 M dan
meninggal pada tahun 870 M. At-Tabri di samping menguasai ilmu
pengetahuan kedokteran, beliau juga seorang pakar kedokteran, botani,
psikologi, astronomi, filsafat, dan kaligrafi. At-Tabari adalah guru dari dokter
yang terkenal Zakariya ar-Razi (Rhazes). Sumbangan at-Tabari dalam bidang
famakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Dua kitab yang terkenal
adalah Kitab Paradise of Wisdom (kitab ini membahas tentang pengobatan
menggunakan binatang dan organ-organ burung). Dia juga
memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya; dan Kitab Firdaus
al-Hikmat Al-Tabari yang terkenal di seluruh dunia terdiri atas 7 jilid berjudul
dan merupakan ensiklopedia kedokteran pertama yang memasukkan beberapa
cabang ilmu kedokteran. Karya ini diterjemahkan dan diterbitkan untuk
pertama kali pada abad ke-20.
5) Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi, dilahirkan di Provinsi Rayy,
dekat Teheran, Iran pada tahun 854 M dan wafat pada tahun 923 M. Dia
merupakan dokter Muslim terbesar dan guru besar dunia Islam dan Eropa di
bidang ilmu kedokteran. Dia juga seorang filsuf dan ahli kimia setelah dasar-
dasarnya dirumuskan oleh Jabir bin Ibnu Hayyan, hingga dia mampu membuat
berbagai penemuan kimia modern berdasarkan penelitian dan eksperimen.
Bidang kedokteran, kimia, dan farmasi dikuasai Ar-Razi dengan sangat
baik. Dia tidak hanya pempelajari kedokteran Arab dan Yunani seperti para
ilmuwan muslim lainnya, melainkan juga menguasai kedokteran India. Dia
sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga memiliki kemampuan
khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh para ilmuwan lainnya.
Ar-Razi selama hidupnya mengarang buku-buku ilmiah yang jumlahnya tak
kurang dari 200 buah.
Karya-karyanya di bidang kedokteran, kimia, dan farmasi, antara lain:
a) Kitab Al-Hawi, yakni berupa buku ensiklopedia kedokteran yang meliputi
semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, India. Buku yang
terdiri atas 20 jilid tersebut dianggap sebagai buku induk kedokteran. Buku
ini menghimpun hasil- hasil eksperimen, penelitian dan pengalaman
medisnya. Apa yang dituliskan dalam buku ini adalah hasil rangkuman
ilmu-ilmu kedokteran yang telah dibaca, dicatat, lalu diuji keabsahan dan
kebenarannya lewat eksperimen. Berbagai fomulasi kimia hasil temuan
Ibnu Hayyan menjadi dasar analisisnya selama berkutat dalam kerja
penelitian di laboratorium. Ar-Razidianggap menyempurnakan klasifikasi
karya Ibnu Hayyan dan membedakan antara zat yang ada secara alami dan
diciptakan lewat riset. Ar-Razi menekankan pentingnya pembuktian
dengan melakukan eksperimen. Ia memperbaiki proses penyulingan,
penguapan, dan penyaringan yang masih mentah. Ar-Razi memberikan
kontribusi dalam membesarkan farmasi dengan meramu bahan bahan
kimia secara teliti lalu diracik untuk membuat obat-obatan. Beliau telah
memperkenalkan penggunaan bahan kimia dalam pembuatanobat-obatan.
b) Kitab Ath-Thib Al-Manshuri, yakni buku yang menjeskan tentang anatomi
tubuh manusia termasuk anatomi kerangka manusia dan sususana urat
saraf, serta anatomi pembuluh darah di tenggorokan. Melalui kitabnya ini
al-Razi berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan
perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan mental.
c) Kitab Al-Asrar (Rahasia-rahasia), yakni buku yang berisi tentang obat-
obatan secara medis dan cara pencampurannya. Ar-Razi dalam kitab ini,
turut menggambarkan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
Bahkan, buku ini sampai abad ke-19 masih tetap menjadi buku pegangan
praktikum kedokteran.
d) Kitab Al-Judari wa Al-Hasbah (Cacar dan Campak), yakni buku ini terdiri
dari penjelasan yang paling dalam tentang penyakit cacar dan campak
serta cara mendiagnosanya sejak dini.
e) Kitab Al-Kimya, yakni salah satu buku acuan penting dalam ilmu kimia.
Setelah menggeluti bidang kimia ia menjadi dokter terkenal,
kemasyurannya hanya dapat ditandingi oleh Ibnu Sina. Ar Razi
merupkakan saintis pertama yang berhasil mengklasifikasikan berbagai zat
kimia ke dalam tiga bagian yakni: mineral-mineral, hewan-hewan dan
tumbuh–tumbuhan. Pengelompokkan ini didasarkan pada asumsi bahwa
hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga tersusun dari unsur-unsur kimia.
3. Fase ketiga, ilmu kedokteran dan farmasi melalui tangan Al- Zahrawi (936-1013),
Ibnu Sina (980-1037 M), Abu Raihan MuhammadAl-Biruni (973-1050 M), Ibnu
Aldan Abu Ja’far Al-Ghafiqi (Wafat 1165M)
1) Abu al-Qosim Khalaf Ibnu Abbas Al- Zahrawi lahir pada tahun 936 di Kota
Al-Zahra, Spanyol dan meninggal pada tahun 1013 M. Di Kota Cordoba dia
menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta
mengebangkan ilmu bedah. Dunia saat ini memberikan penghargaan sebagai
“Bapak Ilmu Bedah Modern”. Al -Zahrawi adalah seorang dok ter bedah
yang fenomenal, karya dan hasil pemikirannnya diadopsi para dokter di
dunia Barat.
Al-Zahrawi terkenal sebagai seorang dokter dan ahli bedah Muslim
Spanyol, yang ilmunya dikembangkan pada masa pemerintahan Abdur
Rahman III (1912-961 M). Di kalangan dokter Muslim sendiri dia dikenal
sebagai perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnoistie) dancara penyembuhan
(the repeutic) penyakit telinga. Dialah yang telah merintis di lakukannya
pembedahan telinga untuk mengembalikan fungsi pendengaran, dengan
jalan memperhatikan secara saksama anatomi saraf-saraf halus (arteries),
pembuluh-pembuluh darah veins) dan otot-otot (tendons).
Tidak hanya terbatas itu, ia dikenal pula sebagai pelopor pengembangan ilmu
penyakit kulit (dermafologi). Sumbangan Az-Zahrawi di bidang kedokteran
dan farmasi dengan mengarang buku, antara lain:
a) Kitab At-Tahsrif li Man Arjaza an at-Ta’lif” (Buku pedomankedokteran
atau Medical Vademecum). Buku ini menerangkan serta melukiskan
dengan jelas diagram tak kurang dari 200 buah peralatan pembedahan. Ia
telah menggunakan banyak macam peralatan untuk keperluan
pengobatan gigi. Pada bagian akhir salah satu bukunya membahas tentang
luka dan cara pembedahannya, tentang pengobatan tulang yang remuk,
tentang penyakit gigi sekaligus dengan cara pengobatannya, tentang
pembakaran luka dan pembersihan darah di dalam rahim sehabis
bersalin. Buku inilah yang menjadi dasar peletakan dasar- dasar
pengembangan kedokteran gigi di Eropa. Dalam buku ini secara rinci
dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi,
farmakologi serta ilmu kedokteran umum. Ia juga mengupas tentang
kosmetika.
b) Kitab al-Mansur, membahas tentang pembuatan obat-obatan dengan jalan
sublimasi dan distillasi. Buku ini sampai abad ke-15 M, masih
dimasukkan dalam silabus pelajaran medis di Universitas Tubingen. Buku
Abulcasis de Chirurgia Arabice et Latin Cura Johannis Channing”,
sebanyak dua volume, yang diterbitkan di Venice pada tahun1479 M, di
Basla tahun 1541 M, dan di Oxford pada tahun 1778 M. Bukunya ini
mengulas secara lengkap mengenai pembedahan.
2) Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina, dikenal di dunia
Barat dengan Avicenna. Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M di Afsanah,
desa kecil dekat Bukhara (Ibukota Dinasti Samanyyah), sekarang wilayah
Uzbekistan dan meninggal pada tahun 1037 M. Semasa hidupnya Ibnu Sina,
pernah mengabdi di istana. Tugasnya mempersiapkan pengobatan serta
perawatan pada khalifah, keluarga istana, dan pejabat penting.
Kompentensi Ibnu Sina dalam dunia kedokteran tidak diragukan lagi.
Beliau adalah ahli bedah, seperti mengentaskan pembengkakan pada kanker,
membedah kelenjar tenggorokan dan batang tenggorokan, membuang bisul
pada pengkristalan paru-paru. Ia juga mengobati penyakit wasir. Ia
mengemukakan cara pembedahan dengan melakukan penyuntikan di bawah
kulit pasien dengan menggunakan pembiusan untuk mengobati luka. Karya-
karya Ibnu Sina di bidang kedokteran dan farmasiantara lain:
a) Buku al-Qanun fi-Tibb. Buku ini merupakan buku pedoman kedokteran
dan buku yang terluas dipergunakan oleh kalangan kedokteran baik di
daerah Islam maupun bangsa Eropa. Melalui buku ini, ilmu kedokteran
moderm mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, susunannya
secara sistematis. Buku ini pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin.
Pada abad ke- 16 M, buku tersebut mempunyai pengaruh besar di
kalangankedokteran. Buku ini masih dipergunakan juga sampai abad ke-
19. Buku ini juga menunjukkan pengetahuan anatomi. Buku Qanun Ibnu
Sina sejak zaman Dinasti Han di Cina telah menjadi buku standar karya-
karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah karya Ibnu Sina
telah diterjemahkan dalam bahasabahasa Latin dan Ibrani, yang merupakan
bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan pada masa itu. Qanun terdiri
dari lima pokok bagian, yaitu :
a. Prinsip - prinsip umum kedokteran yang meliputi filsafat
kedokteran, anatomi, fisiologi, pemeliharaan kesehatan (higienis)
dan penangan penyakit-penyakit;
b. Obat - obatan yang sederhana;
c. Gangguan organ dalam dan luar tubuh;
d. Beragam penyakit yang mempengaruhi tubuh secara umum, tidak
terbatas pada satu organ tubuh; dan
e. Obat-obat persenyawaan kompleks.
Dalam pengobatan dengan obat-obatan dijelas kan oleh Ibnu Sina melalui
bukunya The Canon of Medicine bahwa ada tiga aturan dalam memilih obat-
obatan, yakni seleksi sesuai keualitas, baik panas, dingin, lembab, kering dan
pemilihan jumlah yang akan diberikan (dosis). Ada dua sub bagian meliputi,
pengukuran dalam hal berat badan dan pengukuran kualitas derajat panas
dan dingin;
Kontribusi Ibnu Sina dalam bidang farmasi itu dituliskannya dalam
bukunya yang sangat monumental Canon of Medicine. Dalam Kitab al-
Qanun fi Tibb, ilmuwan besar ini memberikan panduan penting tentang
aspek farmasi. Bahkan dalam kitab Qanun menyediakan satu jilid
khususnya membahas materi-materi kedokteran dan farmasi.
a) Buku As-Syifa (The Book of Recovery or The Book of Remedy) buku tentang
penemuan atau buku tentang penyembuhan.
b) Buku Sadidiya, buku ilmu kedokteran. Dia mendeskripsikan secara rinci
tetumbuhan yang menghasilkan obat dan beberapa macam hewan, serta
barang-barang tambang yang juga menghasilkan obat.
3) Abu Raihan Muhammed Ibnu Ahmad, Al-Biruni lahir pada tahun 973 M
di Kath, sebuah kota di aliran sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan) dan
meninggal pada tahun 1051 M di Ghazni (Pakistan). Al-Biruni adalah seorang
ilmuwan terbesar dalam sepanjang sejarah manusia. Sejarah mencatat, Al-
Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajaritentang
seluk-beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari
bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India.Al-Biruni pun tak hanya menguasai
beragam ilmu seperti fisika, antropologi, psikologi, kimia, astrologi, sejarah,
geografi, geodeso, matematika, farmasi, kedokteran, serta filsafat. Dia juga
memberikan kontribusi besar bagi pekembangan ilmu farmasi.
Al-Biruni mendefenisikan ilmu farmasi serta menentukan metode dan prinsipnya.
Selain itu, ia juga menulis teks terlengkap buku buku farmakologi yang sangat
berharga, yakni sebagaiberikut.
a) Kitab as-Saydalah fi ath-Thibb (Buku tentang Obat- obatan). Buku ini
mengupas secara lugas dan jelas mengenai selukbeluk ilmu farmasi. Dalam
kitab ini, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga
menjelaskan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang
farmasis. Selain itu, buku ini juga membahas mengenai soal obat bius.
b) Kitab Asy-Syahdalah (Ramuan-ramuan) diterjemahkan dalam bahasa
Latin dengan judul Continens. Al-Biruni menjelaskan peralatan untuk
pembuatan obat-obatan, peran farmasi serta fungsi dan tugas apoteker. Ia
juga turut menopangtumbuhnya apotek di era Islam dan menjelaskan fungsi
apotek.
4) Abu Ja’far Muhammad Ibnu Qassoum Ibnu Aslam Al-Ghafiqi. Beliau wafat pada
tahun 1965 M. Dia seorang ahli obat-obatan yang berasal dari Andalusia (Spanyol).
Beliau mengumpulkan dan mengkaji berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang
diperolehnya dari wilayah Spanyol dan Afrika. Ilmuwan muslim ini turut memberi
kontribusi dalam pengembangan farmakologi dan farmasi. Sumbangan al-Ghafiqiuntuk
memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, dan meracik dan menyimpan obat-obatan
dituliskan dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Buku ini memaparkan
tentang pendekatan, metodologi, eksperimen, serta observasi dalam farmakologi dan
farmasi.
4. Fase keempat, para ilmuwan farmasi Muslim mulai memperluas studi mereka mulai
memperluas studi mereka lewat perindustrian di bidang farmasi. Hasil akhir dari studi
tersebut adalah seni menyajikan obat-obatan. Empat dari dari mereka adalah Ibnu
Zuhr (1091-1131 M), Ibnu Thufayl (1112-1186 M), Ibnu Rusyd (1128-1198 M),
dan IbnuAl-Baythar (11971248 M).
1) Abu Marwan Abdu al- Malik Ibnu Zuhr, lahir di Seville, Spanyol, pada tahun
1091M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli bedah, sarjana Islam, dan
seorang guru. Ia menimba ilmu kedokteran di Universitas Cordoba. Ibnu Zuhr
mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia
modern, antara lain sebagai berikut.
a) Kitab al-Taysir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Perawatan dan Diet). Buku
ini adalah ensiklopedia kedokteran. Selain itu, buku ini memaparkan
sederet kontribusi penting yang dihasilkannya dalam ilmu kedokteran.
Buku itu mengupas beragam penyakit dan cara penyembuhannya.
b) Kitab al- Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course
concerning the Reformation of Souls and the Bodies). Kitab itu berisi
rangkuman beraneka jenis penyakit, pengobatan, dan pencegahannya. Buku
itu pun dipandang sangat bernilai tinggi karena di dalamnya mengupas
dan membahas kajian psikologi.
c) Kitab al-Iktisad fi Islah an-Nufus wa alAjsad (Curing souls and bodies) adalah
rangkuman berbagai penyakit, perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan
psikoterapi. Salinan kitab ini masih tersimpan di Perpustakaan Istana di
Rabat.
d) Kitab al-Aghthiya (Buku mengenai Bahan Makanan). Ibnu Zuhr juga
menekankan pentingnya menjaga kesehatan denganasupan gizi yang baik
dan seimbang. Buku ini merinci dan menjelaskan aneka jenis makanan dan
obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan. Pemikiran dan penemuan
yang berhasil diciptakannya begitu berpengaruh, baik di duniakedokteran
Barat maupun Timur selama beberapa abad.
2) Abu Bakar Ibnu Abd al- Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufayl.
Dalam bahasa Latin IbnuThufayl populer dengan sebutan Abubacer. Ia lahir
di Granada, Spanyol pada tahun 1112 M dan meninggal di Maroko pada tahun1186 M.
Dia memiliki semangat yang luar biasa dalam menuntut ilmu sehingga
mengantarkannya menjadi ilmuwan kedokteran, matematika, astronomi dan filsafat,
bahkan menjadi penyair yang sangat terkenal pada masa Dinasti Muwahhidun yang
saat itu menguasai Spanyol.
Profesi kedokteran dan keuletannya bekerja menyebabkannya dipercaya dan
diangkat menjadi sekretaris pribadi Gubernur Ceuta dan Tangier oleh Putra Abdul
Mu’min sampai akhirnya ia menjadi dokter pribadi Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur,
Khalifah Daulah Muwahhidun (1163-1184 M), sekaligus menjadi qadhi dan wazir
kekhalifahan tersebut. Ibnu Thufayl meletakkan jabatannya sebagai dokter pada
tahun 1182 M, karena usianya yang uzur. Ibnu Thufayl kemudian memohon pada
khalifah supaya Ibnu Rusyd, muridnya menggantikan posisinya. Atas
kebijaksanaan Khalifah, permintaan itu dikabulkan dan Ibnu Rusyd menjadi dokter
istana. Ibnu Thufayl banyak menulis masalah filsafat, matematika,fisika, kejiwaan,
kedokteran. Karya di bidang kedokteran antara lain sebagai berikut.
a) Kitab Muraja’at wa Manahits (Revisirevisi dan Pembahasan)
b) Kitab Arjuzah fi at-Thib, sepanjang 7700 bait dalam bentuk manuskrip, dan
sekarang masih tersimpan di perpustakaan Jami’al-Qarawiyyin Fes, Maroko.
3) Abu al-Walid Muhammad bin Rusyd atau dikenal Ibnu Rusyd lahir dan
dibesarkan di Cordoba, Spanyol pada tahun 1128 M dan meninggal pada tahun
1198 M. Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf ulung, ahli ilmu al-Quran, serta ilmu-ilmu
kealaman seperti fisika, kedokteran, biologi, dan astronomi. Ibnu Rusyd dikenal
pula sebagai seorang perintis kedokteran umum, serta perintis mengenai ilmu
jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian
pembuluhpembuluh darah, serta penyakit cacar. Sumbangan Ibnu Rusyd dalam
bidang farmasi, yakni sebagai berikut :
a) Kitab al-Kulliyyat fi ath-Thibb (Aturan aturan umum ilmu kedokteran).
Buku ini kedokteran yang paling dikenal di kalangan ilmuwan di bidang
penyembuhan. Buku ini membahas secara kompherensif tentang kesehatan
tubuh dan penyakit- penyakit nya. Secara garis besar berisi prinsip umum
yang bekerja dalam tubuh, baik ketika sehat maupun sakit. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, denganjudul Colliget.
Bahkan, kitab ini digunakan sebagai buku wajib bagi dokter-dokter Eropa
selama berabad-abad. Salinan bukuini dalam bahasa Inggris dikenal dengan
nama General Rulesof Medicine, sempat dicetak berulangkali di Eropa
b) Kitab Al-Urjuza fi ath-Thibb, yakni komentarnya berupa syair medis. Ibnu
Rushyd dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat,
meskipun ia tetap respek terhadap karya-karya medis pendahulunya tersebut,
seperti terlihat pada komentarnya berupa syair medis “Al-Urjuza ath-Thibb”
tersebut.
c) Kitab al-Risalah (Risalah Pokok tentang Medis)
4) Abu Muhammad Abdallah IbnuAhmad Ibnu Al-Baythar, lahir di Malaga pada
tahun 1197 M dan meninggal di Damaskus pada tahun 1248 M. Ibnu Al-Baythar
terkenal sebagai dokter hewan, ahli botani dan farmakologi, sarjana ilmu tumbuh-
tumbuhan (botani). Ibnual-Baythar pertama kali menuntut ilmu di Seville, Spanyol,
di sana ia mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan di kota tersebut sebagai bahan
penelitiannya.
Ibnu Al-Baythar ketika berada di Mesir ditunjuk oleh Al-Klim Ayyubi sebagai
“Kepala Ahli Meramu Obat”. Setelah meninggalkan Kairo, ia lalu banyak melakukan
pengelanaan dan beberapa ekspedisi ilmiah. Kemudian ia berangkat ke Damaskus dan
menetap di sana. DiDamaskus ia sibuk mengumpulkan berbagai jenis tanaman sebagai
bahan untuk penelitian dan pengobatan. Karya-karya penting Ibnu al-Baythar antara
lain:
a) Kitab Al-Mughni fi al-Adwiya’ al-Mufradat bahasan mandiri tentang
ramuanramuan sederhana, yang terdiri atas 20 bagian. Susunannya sesuai
dengan anggota tubuh yang harus didahulukan dalam menyembuhkan
penyakit. Buku inidipersembahkan kepada Al-Malik Ash-243 Shalih Najm ad-
Din Ayyub. Di dalam buku ini juga ia menjelaskan beberapa contoh ramuan
obat yang tepat untuk setiap penyakit.
b) Kitab Al-jami’ li Mufradat al-Adwiyah’’wa al-Ahdhiya diterjemahkan
menjadi “The Complete Book in Simple Medicaments and Nutritious Items”
(Buku Lengkap tentang Obat-obatan Sederhana). Buku ini tercetak di Kairo
pada tahun 1874 M. Buku ini sangat populer dan merupakan kitab yang paling
terkenal mengenai tumbuhan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab
ini menjadi rujukan para ahli tumbuh-tumbuhan dan obat-obatan hingga abad
ke-16. Buku tersebut disusun berdasarkan hasil observasi yang pernah
dilakukan oleh Al-Baythar sendiri kemudian ia memadukannya dengan apa
yang diwariskan pustaka Yunani Purba dan pengetahuan Tradisional Arab.
Buku ini juga memuat sejumlah daftar, secara al-fabetis, dari kurang 1400
contoh-contoh obat, di mana 300 macam di antaranya adalah penemuan al-
Baythar sendiri. Ramuan yang berjumlah 300 macam tersebut terdapat kurang
lebih dari 200 macam ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Semua
ramuan bahan-bahan ramuan itu dapat diperoleh di negara-negara sepanjang
Laut Tengah, Spanyol dan Syiria. Secara umum, ramuan-ramuan obat tersebut
berasal dari binatang-binatang, tumbuhtumbuhan, dan mineral-mineral.
A. REFERENSI
1. Nasution, H. 2020. “Farmasi dalam Perspektif Islam”. CV Manhaji. Medan.
2. Amilin, Z., 2020. “Sejarah Kefarmasian”. Makalah Ilmu Farmasi, Program Sarjana.
3. Akhyar, M. 2021. “Makalah Sejarah Farmasi Dunia”.
MODUL IV
SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI
DI INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami sejarah
perkembangan farmasi di Indonesia.
B. PENDAHULUAN
Pada zaman penjajahan, ilmu farmasi belum dikenal secara luas oleh
masyarakat. Di Indonesia belum memiliki profesi apoteker. Pelayanan di apotek
masih dilakukan oleh orang-orang dari Belanda, Denmark, Austria, dan Jerman.
Sedangkan penduduk pribumi umumnya hanya menjadi asisten apoteker dengan
mengikuti pendidikan di apotek tempatnya bekerja. Mereka belajar di bawah
pengawasan apoteker dan mengikuti ujian yang diselenggarakan pemerintah
Hindia Belanda di Semarang atau Surabaya. Buku pedoman atau farmakope
maupun undang-undang yang berlaku juga memakai milik Belanda.
Peraturan Perundang Undangan yang penting pada saat itu yaitu, Undang-
Undang Obat Bius No 278 tahun 1927, Ordonansi Loodwit No 28 tahun 1931,
dan Ordonansi Pemeriksaan Bahan-Bahan Farmasi No 19 tahun 1936. Pada masa
penjajahan Belanda, apotek dan pabrik obat mulai berdiri. Jumlah apotek masih
sangat sedikit dan umumnya terbatas di Pulau Jawa dan Sumatera. Fungsi apotek
pada zaman tersebut berperan dalam peracikan dan penyerahan obat, baik dalam
produksi skala kecil maupun distribusi skala besar. Pada 1937, tercatat jumlah
apotek di Indonesia sebanyak 76 apotek. Pabrik Farmasi Di Indonesia sejumlah 3
pabrik, yaitu Pabrik Obat Manggarai (sekarang Indofarma) di Jakarta, Pabrik Kina
yang sekarang dikelola oleh Kimia Farma, dan Institut Pasteur (sekarang
Biofarma) di Bandung.
Setelah dijajah lebih dari 3,5 abad, industri farmasi mulai berkembang
setelah kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1958, tercatat sudah berdiri sejumlah
18 pabrik farmasi. Pada masa ini, Industri farmasi Indonesia hanya mampu
memproduksi 30 persen dari kapasitas produksi karena minimnya devisa dan
keterbatasan suplai bahan baku dari luar negeri. Alhasil, Indonesia harus
meningkatkan impor obat, yang terkadang obatnya tidak memenuhi standar
karena prosedur pengawasan yang belum baik.
Daftar Pustaka
Kementrian Perindustrian RI, ed II. 2021. Membangun Kemandirian Industri Industri Farmasi
Nasional.
Oleh Widya Lestari Ningsih 02/11/2022, 21:00 WIB
https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/02/210000279/sejarah-
farmasi-di-indonesia?page=all.
Farmasi adalah salah satu bidang professional kesehatan yang mengkombinasikan ilmu
kesehatan dan ilmu kimia. Bidang profesi farmasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan
keamanan serta efektivitas dalam pemakaian obat-obatan.Pada praktiknya, profesi farmasi
mempunyai ruang lingkup dalam penyediaan dan peracikan obat, dan juga dalam hal pelayanan
terhadap pasien baik pada layanan klinik, keamanan penggunaan obat-obatan, evaluasi efikasi,
serta pemberian informasi obat.
Dalam pendidikan tinggi, farmasi merupakan jurusan yang berkaitan dengan ilmu
kedokteran dan ilmu kimia. Bila ilmu kedokteran mungkin akan lebih memfokuskan diri dalam
upaya penanganan atau penyembuhan pasien secara langsung.Sedangkan pada jurusan farmasi
fokusnya lebih kepada obat-obatan yang dapat berguna dalam penyembuhan pasien.Dalam
ilmu farmasi, kita akan mempelajari berbagai hal mulai dari pembuatan obat, ramuan
tradisional, cara kerja obat di dalam tubuh, pelayanan obat kepada pasien, dan
famasetika.Termasuk juga belajar tentang cara menjelaskan atau memberikan informasi yang
dapat diterima dengan mudah oleh pasien mengenai tata cara konsumsi (pemakaian) obat yang
benar, indikasi, dan efek samping dari obat tersebut.
Pada tahun 1860 University of Michigan (Ann Arbor) Michigan menawarkan kursus
laboratorium farmasi untuk mahasiswa kedokteran. Sekolah tersebut menjadi institusi pertama
yang menawarkan program pendidikan farmasi sebagai bagian dari program sarjana
komprehensif. Medical College of South Carolina meluluskan banyak gelar farmasi pada tahun
1867.
Pada tahun 1876, kursus singkat farmasi dimulai di Universitas Michigan yang pada
tahun 1868 menjadi sekolah farmasi terpisah dari lembaga yang melatih kursus apoteker di
bidang farmasi. Sekolah ini dikenal sebagai pionir sekaligus pionir dalam melahirkan
pendidikan formal di bidang farmasi, khususnya Dr. Albert B. Prescott, seorang dokter yang
meninggalkan gelar short course di bidang farmasi dalam bentuk magang dan pengembangan
program laboratorium dalam ilmu farmasi.
1. Farmasislah yang memegang perananan penting dalam membantu dokter menuliskan resep
rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah
yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana, kapan, dan mengapa”
penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
2. Farmasislah yang sangat handal dan terlatih serta pakar dalam hal produk/produksi obat
yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir
dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat”
yang berpengalaman.
3. Farmasislah yang merupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah,
penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
4. Farmasis memiliki kemampuan dan harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada
hanya sebagai sumber informasi obat.
Melihat hal-hal diatas, maka nampak adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi,
dimana sebenarnya letak farmasi? Apakah berada di jajaran teknologi, ilmu sains murni, ilmu
kedokteran, atau merupakan ilmu yang berdiri sendiri? Kebingungan dalam hal posisi farmasi
akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi, kurikulum semacam apa yang
harus disajikan; para mahasiswa bingung menyerap materi yang semakin hari semakin banyak
atau berat; dan yang paling membingungkan adalah lulusannya merasa tidak menguasai
apapun.
Di Amerika Serikat, telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional
lainnya memerlukan informasi tentang obat-obatan yang harus disediakan oleh apoteker. Tahun
1975 terungkap klaim dokter bahwa apoteker merupakan sumber informasi obat yang "serius",
dimana mereka dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi obat dokter. Apoteker
yang berkualifikasi dianggap sangat jarang dan bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan
apoteker, perwakilan medis di industri farmasi sebenarnya merupakan sumber informasi obat
yang lebih baik bagi dokter. Perkembangan terkini adalah munculnya konsep tersebut.
Dalam pertemuan ilmiah pada Konferensi Dunia Ilmu Farmasi dan Pendidikan Ilmu
Farmasi yang diadakan pada bulan November 2016 di Nanjing, Tiongkok. Untuk mencapai
tujuan cakupan kesehatan universal untuk mendukung sumber daya manusia yang diumumkan
oleh WHO, serta untuk strategi kesehatan dan tujuan pembangunan berkelanjutan, sangat
penting bahwa sumber daya manusia yang berkualitas sebagai apoteker atau apoteker harus
memiliki kuantitas dan kualitas yang diperlukan untuk mempromosikan dan meningkatkan
pengembangan, distribusi dan penggunaan obat yang bertanggung jawab. Apoteker, khususnya
farmakolog, harus mengambil tanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan pasien dan
mempunyai kapasitas untuk memberikan pelayanan kesehatan dan mengatasi tantangan
kesehatan global nasional.
Dalam dunia farmasi, Farmasi didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat sebagai beserta
pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Dalam bahasa Yunani Greek sering disebut
sebagai farmakon yang memiliki arti medika atau obat.
Beberapa cabang ilmu biologi yang terkait dengan farmasi antara lain:
a. Biologi Sel: Ilmu yang mempelajari tentang sel dan struktur serta fungsi sel. Biologi
sel sangat penting dalam farmasi karena obat-obatan bekerja pada tingkat sel.
b. Farmakognosi: Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan obat dan bahan alam lainnya
yang digunakan dalam pembuatan obat. Ilmu-ilmu ini mencakup penemuan,
pengembangan, dan produksi obat, standardisasi, pengendalian pengolahan, dan
evaluasi obat
c. Farmakologi: Ilmu yang mempelajari tentang interaksi obat dengan tubuh manusia.
Ilmu ini mencakup penelitian tentang efek obat, mekanisme kerja obat, dan efek
samping obat
d. Farmasetika: Ilmu yang mempelajari tentang sediaan obat dan cara pembuatan serta
formulasi obat
e. Kimia Farmasi: Ilmu yang mempelajari tentang kimia obat dan sintesis obat
f. Farmakokinetika: Ilmu yang mempelajari tentang pergerakan obat dalam tubuh
manusia, termasuk penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat
g. Farmakoterapi: Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat untuk pengobatan
penyakit
h. Sistem Manajemen Farmasi: Ilmu yang mempelajari tentang manajemen farmasi,
termasuk produksi manajemen, manajemen distribusi, dan manajemen penggunaan
obat.
i. Administrasi Farmasi: Administrasi farmasi adalah keseluruhan proses yang meliputi
kegiatan pemikiran-pemikiran, pengaturan-pengaturan, dan pelaksanaan tugas-tugas
yang dimulai dari penentuan tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara singkat,
administrasi farmasi dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang berkaitan dengan
menghimpun, mengolah, dan mengelola data serta informasi dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas-tugas farmasi.
Kurikulum dapat dipahami dari tiga dimensi yakni kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai rencana pembalajaran (Sanjaya,
2015). Kurikulum sebagai mata pelajar merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh untuk mendapati ijazah. Kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan seluruh
pengalaman belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mendapatkan ijazah, dan
kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Konsep kurikulum diberbagai negara:
1. Malaysia
a. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di Malaysia diatur oleh Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).
Pendidikan formal yang ada di malaysia dimulai dari Pra-sekolah, Pendidikan Rendah,
Pendidikan Menengah, Pendidikan Pra-Universiti dan Pengajian Tinggi. Pendidikan
merupakan tanggungjawab pemerintah federal. Sistem pendidikan nasional meliputi
pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi. Pada tahun 2004 pendidikan
prasekolah, dasar dan menengah berada dibawah yurisdiksi Kementrian Pendidikan
(the Ministry of Education). Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tanggungjawab
Kementerian Pendidikan Tinggi (the Ministry of Higher Education). Semua bentuk
penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada visi dan misi. Adapaun visi dan misi
utama pemerintahan Malaysia adalah menjadikan negerinya sebagai pusat pendidikan
berkualitas dan siap bersaing dangan lembaga pendidikan tinggi di negara lain seperti
singapura dan Australia.
b. Manajemen pendidikan
Pada dasarnya sekolah di Malaysia dan Indonesia tidak jauh berbeda. Perbedaan yang
menonjol dari pendidikan kedua negara tersebut pada nama jenjang kedua negara.
Tingkatan jenjang pendidikan juga berbeda contohnya ada pada jenjang sekolah
menengah dimana sekolah menengah Malaysia ditempuh dalam jenjang waktu 5 tahun
sedangkan di Indonesia 6 tahun.
2. Singapura
a. Pendidikan di Singapura
Pendidikan formal di Singapura dimulai dari jenjang Kindergarten School atau setara
dengan Taman Kanak-Kanak (TK) di Indonesia. Setelah lulus Kindergarten School,
siswa melanjutkan ke jenjang Primary School atau setara dengan Sekolah Dasar (SD)
di Indonesia selama enam tahun. Untuk menuju ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, siswa – siswa harus mengikuti Primary School Leaving Examination (PSLE).
Kemudian pendidikan dilanjutkan ke jenjang Secondary School selama empat atau
lima tahun. Secondary School dibagi menjadi empat jalur. Special/ Express Course,
Normal (Academic) Course, Normal (Technical) Course, dan Integrated Programme
(IP) Course. Special/ Express Course adalah empat tahun pendidikan yang diakhiri
dengan Singapore Cambridge General Certificate of Education (GCE) “O” Level
Examination. Di jalur ini, siswa mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa Ibu,
Matematika, Sains dan Budaya (Sosial). Sekolah diijinkan untuk menawarkan Applied
Grade Subject (AGS) sebagai tambahan atau pengganti kurikulum untuk menawarkan
berbagai pilihan kepada siswa. AGS secara umum mengajak murid untuk berlatih atau
berorientasi pada pendidikan seperti politeknik.
b. Manajemen pendidikan
Kemajuan pendidikan di Singapura didukung oleh banyak faktor. Diantaranya yaitu
adanya fasilitas yang memadai. Contohnya, setiap sekolah di Singapura memiliki akses
internet bebas. Setiap sekolah juga memiliki web sekolah yang berguna untuk
menghubungkan siswa, guru, dan orangtua. Selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid
Crystal Display (LCD) untuk proses pembelajaran. Fasilitas lainnya yaitu tersedianya
sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura yang
memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya. Faktor biaya juga sangat
mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena jika biaya sekolah murah, setiap orang di
negara tersebut dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Di Singapura, biaya
pendidikan disesuaikan dengan kemampuan rakyat, ditambah lagi dengan beasiswa
bagi rakyat yang kurang beruntung. Faktor lain yang menyebabkan Singapura menjadi
negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN adalah faktor pendidikan.
b. Manajemen pendidikan
Sistem pendidikan cina adalah bersifat transentralisasi, artinya mulai dari level pusat,
provinsi, kodiya, kabupaten dan termasuk daerah-daerah otonomi setingkat kodiya.
Adapaun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan adalah komite
pendidikan Negara (state education commission) yaitu organisasi professional
pemerintah dalam bidang pembangunan pendidikan. Untuk biaya pendidikan tersedia
pada pemerintah pusat dan daerah dengan distribusi, alokasi dari daerah khusus untuk
pendidikan yang dikelolah oleh daerah sedangkan dana pusat untuk lembaga
pendidikan yang berada di kementrian-kementrian.
Sistem ujian dicina, untuk sekolah dasar dan menengah melaksanakan empat
macam ujian yaitu ujian semester, ujian ujian tahunan, ujian akhir sekolah dan ujian
masuk SMP, dan ujian-ujian ini hanya terbatas pada mata pelajaran bahasa cina dan
matematika. Sedangkan ujian masuk SMA digabungkan dengan ujian akhir SMP. Untk
masuk perguruan tinggi dilakukan ujian seleksi nasional dengan pemisahan antara sains
dan ilmu social.
4. Korea Selatan
a. Pendidikan Korea
Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah menyusun
undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan pendidikan
Korea Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan
penghargaan terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap
warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengembangkan
kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang demokratis dan
kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat patriotisme.
Secara umum system pendidikan di korea Selatan terdiri dari empat jenjang pendidikan
formal yaitu: Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SLTA dan
pendidikan tinggi. Keempat jenjang pendidikan ini adalah: grade 1-6 (SD), grade 7-9
(SLTP), 10-12 (SLTA), dan grade 13-16 (pendidikan tinggi/program S1), serta program
pasca sarjana (S2/S3).
b. Manajemen Pendidikan
5. Jepang
a. Pendidikan Jepang
Tingkatan pendidikan di Jepang sama dengan di Indonesia yaitu dengan menggunakan
sistem 6-3-3 (6 tahun SD, 3 tahun SMP, tiga tahun SMA) dan Perguruan Tinggi.
Pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama digolongkan sebagai
Compulsory Education dan Sekolah Menengah Atas digolongkan sebagai Educational
Board. Di Jepang Pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa
yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke
kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir juga tidak ada, karena SD dan SMP masih
termasuk kelompok compulsory education, sehingga siswa yang telah menyelesaikan
studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. Selanjutnya siswa lulusan
SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti
ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational
Board. (Nur. 2010).
b. Manajemen Pendidikan
Pada level nasional tanggung jawab pendidikan ada pada kementrian pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Kementrian memberikan pedoman untuk menyusun
kurikulum mata pelajaran serta persyaratan kredit mulai dari TK hingga ke perguruan
tinggi. Kementrian juga bertanggung jawab terhadap pengembangan buku teks untuk
sekolah dasar dan menengah. Kemudian distrik terdapat dewan pendidikan yang
bertanggung jawab terhadap suvervisi atas masalah-masalah personalia pada lembaga
pendidikan pemerintah, memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan
nasihat kepada lembaga-lembaga pendidikan. Di masing-masing kota memiliki tiga
sampai lima orang dewan pendidikan dengan fungsi utama memberikan dan mengurus
institusi pendidikan di kota. Sistem keuangan di jepang disediakan bersama-sama
antara pemerintah pusat, distrik, maupun kota, dimana diambil dari pajak dan dari
sumber-sumber lain.
b. Manajemen pendidikan
Kurikulum di Elementary School adalah Aritmatika Dasar, Matematika, bahasa Inggris
(seperti Grammar, Speeling dan vocabulary), dan mata pelajaran lainnya seperti
pelajaran sosial, pengetahuan alam, pengembangan fisik, kesenian dan membaca.
Sementara di Junior dan Senior High School, kurikulum dasarnya adalah Ilmu Alam
(Biologi, Kimia dan Fisika), Matematika (Algebra, Geormetri, pra- Kalkulus, Statistik,
dan Kalkulus), Bahasa Inggris (Sastra, Kemanusian, Komposisi dan bahasa lisan), Ilmu
Sosial (Sejarah, Pemerintaha dan Ekonomi). Siswa High School juga memiliki mata
pelajaran pilihan seperti Atletik, Karir dan Pendidikan teknik, pelajaran Komputer,
Bahasa Asing dan beberapa mata pelajaran lain yang bisa menunjang keberhasilan anak
dan diminati oleh siswa tersebut. Guru di Amerika Serikat haruslah memiliki sertifikat
mengajar dari pemerintah atau pendidikan tinggi untuk bisa mengajar baik di preschool
atau di sekolah menengah. Sertifikat itu adalah seperti Postgraduate Certificate in
Education, Profesional Graduate Diploma dan Bachelor of Education. Menurut artikel
yang ditulis oleh Shane Lopes dan Preety Sidhu yang berjudul U.S Teacher Love Their
Lives, but Struggle in the Workplace, pekerjaan sebagai guru beada dalam urutan
delapan dari 14 jenis pekerjaan yang dicari. Ini membuktikan bahwa guru merupakan
pekerjaan yang dicari orang. Gaji guru pada tahun 2011 adalah 55,040 dollar.
7. Finlandia
a. Pendidikan Finlandia
Tujuan utama dari kebijakan pendidikan Finlandia adalah semua warga mendapatkan
kesempatan yang sama dalam hal menerima pendidikan, tanpa memperhitungkan usia,
tempat tinggal, situasi keuangan, jenis kelamin atau orang tua. Pendidikan dianggap
sebagai salah satu hak-hak dasar semua warga negara.
Pertama, ketentuan tentang pendidikan dasar menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan pendidikan dasar secara gratis, yang juga merupakan ketentuan wajib
belajar.Kedua, pejabat publik juga berkewajiban untuk menjamin setiap orang
berkesempatan sama dalam memperoleh pendidikan lainnya selain pendidikan dasar
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan khusus, dan untuk mengembangkan diri agar
terhindar dari kesulitan ekonomi. Pejabat publik wajib menyediakan untuk kebutuhan
pendidikan di Finlandia. Jenjang Pendidikan di Finlandia meliput: Pra pendidikan
dasar, Pendidikan dasar dan menengah, Tertiary pendidikan, Pendidikan tinggi, dan
Pendidikan dewasa.
b. Manajemen Pendidikan
Setiap guru di Finlandia minimal harus bergelar master alias S2. Hanya 11 universitas
yang memiliki program pendidikan guru, jadi memudahkan dalam mengontrol kualitas
dan standar konsistensi program pendidikan. Untuk mendapat gelar master, mahasiswa
harus menyelesaikan 5 tahun pendidikan research-based yang menekankan
pengetahuan tentang pedagogic. Sebelum lulus mahasiswa juga harus mengikuti
magang selama satu tahun penuh mengajar di sekolah yang bekerja sama dengan
universitas tempat mereka kuliah. Sekolah-sekolah ini adalah sekolah model, dimana
para guru dan peneliti mengembangkan metode-metode baru dan menyelesaikan
penelitian mengenai belajar mengajar.
Dalam hal kurikulum, pemerintah hanya membuat panduan umum berupa target
(goals). Dan guru diberi kebebasan bagaimana caranya untuk mencapai target tersebut.
Guru bebas memakai metode mengajar maupun buku teks apa pun. Guru mengajar
kelompok siswa yang sama sampai beberapa tahun. Dengan demikian, guru dapat lebih
mengenal siswa-siswanya sekaligus dapat memantau perkembangan akademik, sosial
dan emosionalnya. Dan setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan
belajar setiap siswanya. Dan satu kelas maksimal jumlah siswa hanya 12 orang
sehingga guru dapat lebih mudah memantau seluruh siswanya. Tidak ada standarisasi
pendidikan di Finlandia karena berlawanan dengan kreatifitas. Mereka percaya
semakin standarisasi ditekankan, semakin sempit ruang kreatifitas. Menurut guru di
Finlandia, mata pelajaran terpopuler di kalangan siswa adalah art & craft terutama
kerajinan kayu (woodwork). Selain itu, guru di Finlandia menekankan pentingnya
waktu bermain, yang dipercaya dapat meningkatkan performa akademik siswa,
membantu perkembangan kognitif, afektif dan sosial. Prinsipnya dalam 1 jam
pelajaran, 45 menit dialokasikan untuk belajar dan 15 menit untuk bermain bebas
sesuai kehendak siswa. Karenanya, waktu istirahat sangat banyak di sekolah-sekolah
Finlandia bahkan hingga sekolah lanjutan atas. Guru mengurangi mengajar dengan
metode ceramah dengan persentase 40% guru dan 60% siswa. Wajib belajar adalah 9
tahun. Tidak memberlakukan pemisahan pendidikan dasar dan lanjutan sehingga tidak
perlu berganti sekolah di usia 13 tahun. Kebijakan ini dilakukan untuk menghindari
masa transisi yang perlu dialami oleh siswa, yang dianggap dapat mengganggu
pendidikan mereka.
Farmasi adalah salah satu bidang professional kesehatan yang mengkombinasikan
ilmu kesehatan dan ilmu kimia. Bidang profesi farmasi memiliki tanggung jawab untuk
memastikan keamanan serta efektivitas dalam pemakaian obat-obatan.Pada praktiknya,
profesi farmasi mempunyai ruang lingkup dalam penyediaan dan peracikan obat, dan juga
dalam hal pelayanan terhadap pasien baik pada layanan klinik, keamanan penggunaan obat-
obatan, evaluasi efikasi, serta pemberian informasi obat.
Dalam pendidikan tinggi, farmasi merupakan jurusan yang berkaitan dengan ilmu
kedokteran dan ilmu kimia. Bila ilmu kedokteran mungkin akan lebih memfokuskan diri
dalam upaya penanganan atau penyembuhan pasien secara langsung.Sedangkan pada
jurusan farmasi fokusnya lebih kepada obat-obatan yang dapat berguna dalam penyembuhan
pasien.Dalam ilmu farmasi, kita akan mempelajari berbagai hal mulai dari pembuatan obat,
ramuan tradisional, cara kerja obat di dalam tubuh, pelayanan obat kepada pasien, dan
famasetika.Termasuk juga belajar tentang cara menjelaskan atau memberikan informasi
yang dapat diterima dengan mudah oleh pasien mengenai tata cara konsumsi (pemakaian)
obat yang benar, indikasi, dan efek samping dari obat tersebut.
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah Mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan sejarah kajian ilmu farmasi
2. Menunjukkan Fokus kajian ilmu farmasi
3. Menunjukkan kelompok bidang ilmu farmasi (Farmasi Sains dan Teknologi,
Farmasi klinik dan komunitas, Farmasi Sosial)
4. Menjelaskan sinergisme dalam perkembangan kelompok bidang ilmu farmasi
Hiosphere
Budaya /Subculture
Ilmu Sosial
Komunitas Farmasi Sosial
dan
Humaniora
Keluarga/ Kelompok Kecil
Sel
Ilmu Alam Farmasi Sains
dan Teknologi
Molekul
Asam
Gambar 7.1 Tingkatan hirearki dan disiplin ilmu yang terlibat dalam
pengembangan pendidikan ilmu kefarmasian
Sebagai seorang farmasis yang bergerak dalam bidang kajian atau
penelitian terutama yang bertugas di lembaga pendidikan tinggi dengan segala
kompleksitasnya terus-menerus harus melakukan pengembangan keilmuan.
Sampai saat ini, pada umumnya Ilmu Farmasi sains dan teknologi Ilmu
Farmasi klinik dan komunitas dan Farmasi sosial. Namun pengelompokan ini
sifatnya umum dan tidak mengikat yang bertujuan untuk memudahkan dalam
melakukan pengembangan keilmuan dan dengan tetap berfokus pada keempat
kajian Ilmu Farmasi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Meskipun
demikian, istilah apapun yang digunakan tetap bermuara pada ke empat fokus
kajian ilmu farmasi dan hanya berbeda dari porsi arah pengembangan dari
masing-masing lembaga atau institusi.
Pembagian Ilmu Farmasi menjadi beberapa bidang ilmu bukanlah untuk
memecah-belah Ilmu Farmasi itu sendiri karena jika hal ini terjadi maka akan
menyebabkan Ilmu Farmasi mengalami blok-blok pada lintas bidang.
Pembagian bidang ilmu ini hanya untuk mempermudah kita dalam fokus
penguasaan bidang tertentu yang akan bersinergi dengan bidang lain sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia dalam
peningkatan kualitas kesehatan.
Farmasi ditinjau dari objek materinya, memiliki kerangka dasar dari
ilmu-ilmu alam yakni kimia biologi, fisika dan matematika. Sedangkan Ilmu
Farmasi ditinjau dari objek formulanya merupakan ruang lingkup dari ilmu
ilmu kesehatan. Ilmu Farmasi pada perkembangan selanjutnya mengadopsi
tidak hanya ilmu-ilmu alam, melainkan termasuk pula dari ilmu-ilmu terapan
seperti pertanian, teknik, ilmu kesehatan, bahkan dari behavior science.
Berdasarkan ulasan tersebut dapat dikatakan bahwa di satu pihak Farmasi
tergolong seni teknis (technical art), apabila ditinjau dari segi pelayanan dalam
penggunaan obat (medicine); Di lain pihak Farmasi dapat pula digolongkan
dalam ilmu ilmu pengetahuan alam (natural sains).
Kategori Ilmu Farmasi sains dan teknologi terus mengalami
perkembangan menjadi beberapa bidang yang meliputi kimia farmasi, biologi
farmasi, farmakologi dan farmasetika dan teknologi farmasi, dimana masing-
masing bidang terus mengalami spesialisasi. Demikian juga untuk Ilmu
Farmasi klinik dan komunitas dan Farmasi sosial terus mengalami
perkembangan. Alasan-alasan pembentukan bidang ilmu berdasarkan aspek
filosofis yang terdiri dari aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Farmasi sains dan teknologi
Farmasi sains dan teknologi mengkaji ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bidang farmasi yang mencakup berbagai aspek yang
berhubungan dengan produk farmasi mulai dari pencarian atau penemuan,
pengolahan dan pengembangan bahan baku hingga menjadi sediaan
farmasi yang siap digunakan. Dalam arti lain, Farmasi sains dan teknologi
berorientasi kepada pengembangan dan pendekatan yang bersifat pada
produk oriented untuk memenuhi kebutuhan tenaga riset, pengembangan,
produksi dan pemeriksaan produk farmasi dan alat kesehatan.
a. Bidang ilmu Biologi farmasi
Biologi Farmasi adalah ilmu atau terapan dalam bidang farmasi
yang berdasarkan ilmu biologi dalam penerapannya, yang mencakup
penemuan pengembangan dan produksi obat, standarisasi,
pengendalian pengolahan serta penggunaan. Biologi Farmasi
mempunyai subdisiplin dasar antara lain sitologi, genetika,
mikrobiologi, botani, zoologi, biokimia, biologi molekul,
farmakologi, toksikologi, bioteknologi dan farmakognosi-fitokimia.
Kaitan dengan ini farmakognosi-fitokimia ialah ilmu mengenai obat
dan bahan pembantu yang berasal dari organisme (mikroba tumbuhan
dan hewan) dan organisme penghasilnya. Dapat dinyatakan bahwa
bidang ilmu Biologi Farmasi diperlukan dalam praktek kefarmasian
khususnya di Indonesia yang memiliki banyak bahan alam
(khususnya tumbuhan) yang digunakan sebagai bahan obat dan obat,
yang tentunya memerlukan evaluasi, standarisasi ataupun
pengembangan dalam pembuatannya yang yang didasari dari ilmu
biologi farmasi.
Aspek kajian bidang ilmu biologi farmasi
1) Aspek Ontologi
Dari aspek ontologi, yaitu eksistensi (keberadaan) dan
esensi (keberartian) dari bidang ilmu Biologi farmasi sangatlah
luas karena melibatkan berbagai disiplin ilmu lain seperti biologi
(Botani, mikrobiologi, biologi sel dan molekuler), kimia, Fisika,
matematika sebagai alat komunikasi (bahasa) ilmu pengetahuan
dan ilmu sosial lainnya (seperti ekonomi, hukum, perundang-
undangan, Sosiologi dan antropologi). dalam kajian yang
dilakukan pada lingkup bidang ilmu Biologi Farmasi meliputi:
botani farmasi, farmakognosi-fitokimia, mikrobiologi-
bioteknologi.
Botani farmasi merupakan cabang ilmu yang
dikembangkan mengenai sistematika dan morfologi tumbuhan,
anatomi dan fisiologi tumbuhan, serta eksplorasi tumbuhan obat
secara etnobotani. Bidang ilmu ini menunjang pada penggalian
tumbuh-tumbuhan sebagai obat baik dari identifikasi tanaman
obat, kandungan kimia dan metode pemisahannya. Bidang ilmu
ini dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu farmakognosi, bahan
alam farmasi dan fitokimia.
Bidang ilmu farmakognosi-fitokimia dikembangkan dalam
pengkajian bahan-bahan farmasetis yang berasal dari makhluk
hidup, meliputi: dimana terdapat di alam, biosintesanya,
penentuan kadar secara kuantitatif di dalam bahan alam, dari
mana bahan tersebut berasal, cara isolasinya, struktur kimiawi,
sifat-sifat fisis dan kimiawi, penggunaan dan cara kerjanya.
Bidang ilmu mikrobiologi-bioteknologi farmasi merupakan
bidang ilmu yang dimanfaatkan untuk pencarian bahan obat baru
secara biologi baik dari cara isolasi dari bakteri atau jamur
(terutama jamur endofit), kultur jaringan, sampai rekayasa
genetika.
2) Aspek Epistemologi
Dari aspek epistemologi untuk pembuktian kebenaran
bidang ilmu botani farmasi digunakan landasan logika deduktif
dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis, yang dinamakan
metode logiko-hipotetik-verifikatif. Logika deduktif menjelaskan
cara untuk mencapai kesimpulan kesimpulan bila lebih dahulu
telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau
sejumlah logika diantara suatu kelompok masalah tertentu.
Pembahasan mengenai logika deduktif sangat luas dan meliputi
satu diantara persoalan-persoalan yang menarik.
Logika induktif membicarakan tentang penarikan
kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum,
melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus.
Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas
pernyataan-pernyataan yang telah diajukan.
Penyusunan bidang ilmu Biologi Farmasi didasarkan atas
penemuan penemuan. teori-teori biologi farmasi (meliputi ilmu
botani farmasi, ilmu farmakognosi-fitokimia, dan mikrobiologi-
bioteknologi), baik dalam studi eksplorasi bahan alam (hewan,
tumbuhan, mikroorganisme), identifikasi, karakterisasi,
streaming aktivitas, rekayasa genetika, sampai penggalian
informasi penggunaan bahan alam secara etnobotani dan
etnofarmakologi. Disusun secara sistematis yang diperoleh dari
hasil-hasil penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah pada
observasi, pengukuran, penjelasan dan verifikasi, dengan
mempergunakan metode logico-hypothetico-verifikatif.
3) Aspek aksiologi
Dari aspek aksiologi, yaitu manfaat dari bidang ilmu
biologi farmasi di sini mempertanyakan apa nilai kegunaan
pengetahuan tersebut. Kegunaan atau landasan aksiologi biologi
farmasi adalah bertujuan untuk kesehatan manusia.
Ilmu biologi farmasi diperlukan untuk mengkaji terkait
ketersediaan material yang telah disediakan untuk peningkatan
derajat kesehatan manusia. Dalam menerapkan bidang ilmu ini,
memungkinkan praktisinya untuk menemukan sumber-sumber
obat baru dari alam yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia.
Dengan demikian, penerapan dan memberikan kontribusi dalam
pengolahan dan penggunaan bahan alam sebagai obat untuk
kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan lebih baik.
Penggunaan bahan alam sebagai obat oleh masyarakat
untuk mengobati suatu penyakit maka diperlukan keahlian
biologi Farmasi dari berbagai aspek agar masyarakat dapat
menggunakan bahan alam sebagai obat yang tepat, efektif, aman
dan berkhasiat.
Berdasarkan Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bidang
ilmu Biologi Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu yang
penerapannya mencakup penemuan, pengembangan dan produksi
obat, standarisasi, pengendalian pengolahan serta penggunaan bahan
obat alami. Bidang ilmu Biologi farmasi dari aspek kajiannya
bukanlah bagian yang terpisahkan dari bidang ilmu lain dalam lingkup
Ilmu farmasi, namun melainkan bidang yang berfokus pada
pengkajian bahan baku obat atau bahan obat secara biologi yang terus
mengalami perkembangan seiring perkembangan ilmu-ilmu lainnya
termasuk perkembangan ilmu filsafat. Bidang ilmu biologi dengan
sumber daya dan keahlian yang ada berpartisipasi aktif bersama-sama
stakeholder lainnya di dalam dan luar negeri untuk berkontribusi bagi
perkembangan bahan alam Indonesia untuk berbagai tujuan terutama
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b. Bidang ilmu kimia farmasi
Kimia farmasi adalah ilmu terapan dalam bidang farmasi yang
berlandaskan kimia yang penerapannya mencakup penemuan dan
pengembangan analisa (secara kualitatif dan kuantitatif), isolasi,
sintesis, identifikasi, dan interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif
(obat) pada tingkat molekul. Kimia farmasi mempunyai subdisiplin
dasar yaitu kimia dasar, kimia analisis, kimia fisika, kimia organik,
kimia anorganik, biologi sel dan molekuler, biokimia,
mikrobiologi, farmakologi, toksikologi. Kelompok bidang ilmu kimia
farmasi terdiri dari dua sub kelompok keilmuan utama yaitu farmasi
analisis dan kimia medisinal. Kimia analisis melibatkan penggunaan
sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif,
kuantitatif dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khususnya dan bahan kimia pada umumnya. Sedangkan kimia
medisinal terlibat dalam identifikasi, isolasi, sintesis, dan
pengembangan entitas kimia baru yang dapat digunakan untuk terapi.
Kelompok bidang ilmu kimia farmasi berfokus pada aspek kualitas
bahan obat atau obat dan bertujuan untuk memelihara kesehatan
sebagai tujuan dari produk obat.
Aspek kajian bidang ilmu kimia farmasi
1) Aspek Ontologi
Secara umum, bidang ilmu kimia farmasi terdiri dari dua
sub kelompok keilmuan yaitu farmasi analisis dan kimia
medisinal yang mana kedua sub kelompok bidang ilmu ini
sangatlah luas dan melibatkan berbagai disiplin keilmuan seperti
kimia (kimia organik, biokimia, kimia anorganik, kimia analisis
kimia fisika, dan instrumen kimia modern), fisika biologi,
matematika dan statistik, ilmu komputer, dan ilmu sosial.
Dalam Ilmu farmasi analisis kelompok Ilmu farmasi ini
berfokus pada pengembangan dan validasi metode analisis untuk
dapat diaplikasikan dan mengontrol kualitas obat sebagai produk
akhir, yang meliputi analisis farmasi, analisis klinik, analisis
mikrobiologi, toksikologi analisis dan analisis makanan dan
kosmetik (baik kandungan maupun keamanannya). Farmasi
analisis fokus pada aspek kualitas bahan dan produk farmasi yang
bertujuan untuk menjamin keamanan dan efektivitas penggunaan
produk farmasi.
Dalam ilmu kimia medisinal berfokus pada studi
identifikasi, perancangan, isolasi, sintesis, dan pengembangan
senyawa kimia baru yang sesuai untuk digunakan di bidang
pengobatan (obat); termasuk didalamnya studi hakikat obat dan
aktivitas biologisnya, serta hubungan struktur aktivitas secara
kuantitatif. Kimia medisinal merupakan subkelompok bidang
ilmu yang sangat melibatkan bidang bidang ilmu lain dengan
menggabungkan kimia organik biokimia, kimia komputasi
farmakologi, biologi molekuler statistika dan kimia fisik.
Eksistensi dan esensi bidang ilmu kimia farmasi sangat
penting terutama untuk menjamin keamanan dan efektivitas
sediaan farmasi. Di sisi lain, bidang ilmu kimia farmasi terus
melakukan pencarian dan pengembangan bahan obat dan bahan
sediaan farmasi lainnya seiring dengan semakin kompleksnya
penyakit yang muncul hingga saat ini.
2) Aspek Epistemologi
Aspek epistemologi bidang ilmu kimia farmasi didasarkan
atas penemuan penemuan titik teori-teori tentang kimia farmasi
baik dalam studi tentang analisis farmasi analisis klinik, analisis
mikrobiologi, toksikologi analisis, dan analisis makanan dan
kosmetik. Disusun secara sistematik yang diperoleh dari hasil-
hasil penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah yang
mencirikan pada observasi, pengukuran, penjelasan, dan
verifikasi.
3) Aspek Aksiologi
Bidang ilmu kimia farmasi merupakan ilmu yang sangat
menantang yang dilahirkan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang diajukan oleh alam. Dengan menerapkan ilmu ini
memungkinkan seseorang untuk menemukan obat baru, yang
merupakan satu kebutuhan bagi kelangsungan hidup manusia,
mengetahui benar tentang obat yang ditelitinya, efek biologis dan
mekanisme efek biologis yang ditimbulkannya, serta berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi efek biologis obat itu. Selain
itu, bidang ilmu kimia farmasi juga merupakan ilmu yang
digunakan untuk pemastian mutu sediaan farmasi. Mulai dari
identitas dan kemurnian obat, kandungan obat, bahan-bahan
pengotor, stabilitas, sampai konsentrasi obat dalam jaringan atau
dalam cairan biologis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bidang
ilmu kimia farmasi merupakan salah satu bidang Ilmu farmasi yang
penerapannya mencakup penemuan dan pengembangan analisa
(secara kualitatif dan kuantitatif), isolasi, sintesis, identifikasi dan
interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat
molekul.
c. Bidang ilmu farmakologi
Ilmu farmakologi merupakan bagian Ilmu farmasi yang
menggambarkan penggunaan bahan kimia untuk mencegah,
mengobati, dan menyembuhkan penyakit, serta dapat
mempertahankan seseorang tetap menjadi sehat dan bugar. Bidang
ilmu farmakologi berfokus pada khasiat obat di segala segi termasuk
sifat kimia, sifat fisika, kegiatan fisiologis atau efeknya terhadap
fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorpsi, nasib (distribusi dan
biotransformasi), ekskresinya di dalam tubuh, serta efek toksiknya
mulai dari tingkat organ hingga tingkat molekular. Ilmu farmakologi
harus didukung oleh ilmu ilmu dasar seperti ilmu biologi farmasi dan
kimia farmasi terutama ilmu biokimia dan anatomi fisiologi.
Dalam bidang ilmu farmakologi terdapat cabang-cabang ilmu
yang terdiri dari farmakodinamika, farmakokinetika, imunologi,
farmakoterapi, dan toksikologi. Semua cabang-cabang ilmu
farmakologi tersebut berfokus pada bahan aktif yang memberikan
pengaruh pada tubuh, bukan mengarah kepada diagnosis penyakit.
Aspek kajian bidang ilmu farmakologi
1) Aspek Ontologi
Secara umum farmakologi merupakan ilmu yang
mempelajari setiap zat kimia yang mempengaruhi proses hidup
yang dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan yang
berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia
khususnya melalui pengikatan molekul-molekul regulator yang
mengaktifkan atau menghambat proses tubuh yang normal.
Cabang ilmu farmakologi meliputi farmakodinamik
farmakokinetik, imunologi, farmakoterapi dan toksikologi.
Farmakodinamik merupakan cabang ilmu farmakologi yang
berfokus mempelajari dan mengkaji aktivitas obat terutama
interaksi obat dan reseptor, cara kerja obat, efek obat terhadap
fungsi berbagai organ serta pengaruh obat terhadap reaksi
biokimia dan struktur organ atau disingkat pengaruh obat
terhadap tubuh. Farmakokinetik berfokus mempelajari absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat (ADME) atau dalam
istilah sederhana pengaruh tubuh terhadap obat. Imunologi
berfokus mempelajari antigen antibodi dan fungsi pertahanan
tubuh Inang atau host yang diperantarai oleh sel terutama yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis
hipersensitifitas, alergi dan penolakan benda asing.
Farmakoterapi berfokus mempelajari tentang penggunaan obat
dalam pengobatan penyakit. Dan Toksikologi berfokus
mempelajari tentang zat-zat racun dengan khasiatnya serta cara-
cara untuk mengenal/mengindentifikasi dan melawan efeknya.
Eksistensi dan essensi bidang ilmu farmakologi sangat
penting terutama untuk memastikan dosis, khasiat, dan keamanan
bahan obat sebelum diuat dalam bentuk sediaan, hingga
menjamin efek obat setelah masuk kedalam tubuh, bahkan efek
jangka panjang penggunaan obat, dimana khasiat obat sangat
ditentukan oleh faktor seperti genetik, nutrisi, dan dosis.
2) Aspek Epistemologi
Dari aspek epistemologi ilmu farmakologi merupakan
cabang Ilmu farmasi yang disusun berdasarkan hasil penemuan-
penemuan ilmiah yang terus mengalami perkembangan (dapat
dilihat dari jurnal-jurnal ilmiah internasional yang bereputasi
tinggi). Riset-riset yang dipublikasikan terutama dalam cabang
ilmu farmakologi yaitu berfokus pada farmakodinamik,
farmakokinetik, imunologi, farmakoterapi dan toksikologi yang
terus mengalami perkembangan seiring perkembangan ilmu
lainnya yang berkaitan dengan ilmu farmakologi.
3) Aspek Aksiologi
Farmakologi Merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan
terutama yang berhubungan dengan obat dan secara umum
sediaan farmasi lainnya, sebagai contoh pembuktian secara
ilmiah herbal yang digunakan secara tradisional melalui
serangkaian penelitian yang dilakukan dari segi efektivitas dan
keamanan sebelum dipasarkan dan digunakan oleh konsumen.
Dengan ilmu ini, memungkinkan kita untuk mengembangkan
obat, bahan obat, dan obat tradisional yang meliputi beberapa
cara yakni:
a) Menentukan mekanisme kerja obat, bahan obat, dan obat
tradisional dalam mempengaruhi fisiologi tubuh
b) Membuktikan keamanan obat, bahan obat dan obat
tradisional
c) Menentukan dosis yang tepat dalam penggunaan obat, dan
d) Menentukan aturan dan cara pakai obat yang tepat.
Dengan demikian ilmu farmakologi memiliki peran dalam
mengontrol kualitas, efikasi, keamanan, dan perkembangan obat
terutama pada tahap praklinik dan klinik, serta berpartisipasi
dalam optimalisasi penggunaan obat melalui pengobatan
rasional.
Berdasarkan uraian di atas, bidang ilmu farmakologi merupakan
salah satu bidang ilmu dalam Ilmu farmasi yang berfokus pada khasiat
obat di segala segi termasuk sifat kimia, sifat fisika, kegiatan
fisiologis atau efeknya terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja,
absorpsi, nasib (distribusi, biotransformasi), ekspresinya di dalam
tubuh serta efek toksiknya mulai dari tingkat organ hingga tingkat
molekular.
Ilmu farmakologi sangat penting untuk mendukung penggunaan
bahan obat atau obat berdasarkan hasil penemuan baik secara biologi
maupun secara kimia tidak sampai di situ farmakologi juga berperan
penting dalam pengembangan obat seiring dengan perkembangan dan
tingkat kompleksitas penyakit yang muncul sampai saat ini. Serta,
ilmu ini juga berperan penting dalam hal keamanan, Khasiat seluruh
sediaan farmasi sebelum dipasarkan ke masyarakat. Kajian-kajian
dalam bidang ilmu farmakologi terus mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya.
d. Bidang ilmu farmasetika dan teknologi farmasi
Bidang ini berfokus pada cara penyediaan obat, seni peracikan
obat, dan pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga
siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi
ilmu dan teknologi pembuatan obat dan sediaan farmasi lainnya,
terutama menyangkut teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi
dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja serta
pemeliharaan alat-alat teknologi produksi dan penunjang sesuai
ketentuan cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
Kelompok bidang ilmu farmasetika dan teknologi Farmasi
memiliki ilmu-ilmu dasar seperti ilmu-ilmu dasar yang diperlukan
pada bidang ilmu biologi farmasi, kimia farmasi terutama pada
penekanan sifat fisikokimia bahan baku hingga sediaan jadi untuk
sediaan farmasi meliputi kimia, biokimia, biologi, matematika,
statistik, fisika, ilmu kedokteran, dan ilmu teknik.
Bidang Ilmu farmasetika dan teknologi Farmasi memiliki
cabang-cabang ilmu yang terdiri dari biofarmasi, farmasetika, dan
teknologi farmasi. Masing-masing cabang dari ilmu farmasetika dan
teknologi Farmasi berfokus pada pembuatan dan pengembangan
sediaan farmasi dari bahan-bahan farmasi yang diperoleh secara
biologi maupun secara kimia, bahkan pengembangan sediaan farmasi
yang dikembangkan dari bahan yang diperoleh secara fisika terutama
terkait dengan alat kesehatan.
Aspek kajian bidang Ilmu farmasetika dan teknologi farmasi
1) Aspek Ontologi
Tujuan utama dari bidang ilmu farmasetika dan teknologi
Farmasi adalah untuk mengembangkan sediaan farmasi dan
sistem penghantaran obat, menggunakan dan melibatkan
berbagai disiplin ilmu seperti kimia, teknik kimia, biologi,
statistik, ekonomi dan pemasaran untuk mengembangkan obat
yang dapat mengobati, menyembuhkan dan mencegah penyakit.
Bidang ilmu farmasetika dan teknologi Farmasi berfokus
pada penemuan dan pengembangan sediaan farmasi yang dalam
eksperimen-eksperimennya melibatkan tiga cabang ilmu meliputi
biofarmasi, farmasetika dan teknologi Farmasi.
Biofarmasi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
pengaruh pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek
terapeutik sediaan farmasi terutama fisikokimia, sistem
penghantaran, sistem pelepasan, drug-drug interaction,
inkompatibilitas, bioavailabilitas dan bioekivalensi.
Farmasetika merupakan cabang ilmu yang fokus
mempelajari cara penyediaan obat meliputi pengumpulan,
pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan baku obat-
obatan, seni meracik obat, pembuatan atau formulasi sediaan
farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan (mulai
dalam bentuk sediaan padat, semi padat atau semi cair, sediaan
cair dan sediaan lain), dan perkembangan ilmu dan teknologi
pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan
diberikan kepada pasien.
Teknologi Farmasi merupakan cabang yang berfokus
dalam mempelajari teknik dan prosedur pembuatan sediaan
farmasi baik dalam skala pilot maupun skala industri termasuk
prinsip kerja serta perawatan atau pemeliharaan alat-alat produksi
dan penunjang sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah atau regulasi dalam hal ini adalah CPOB, CPOTB,
GMP, dan lain-lain.
2) Aspek Epistemologi
Bidang ilmu farmasetika dan teknologi farmasi (terutama
ilmu resep dan ramuan-ramuan) telah ada sejak zaman kuno dan
tidak ada catatan sejarah kapan manusia pertama mulai
mencampur zat dan menyusun formula untuk diproduksi
terutama sediaan yang memberikan efek terapi, tetapi diketahui
bahwa peracikan sediaan obat baik dari sumber hewan,
tumbuhan, dan mineral atau yang lebih dikenal Materia Medica
telah dipraktekkan berbagai peradaban. Jadi secara epistemologi
telah membuktikan bahwa bidang ilmu farmasetika dan teknologi
farmasi terdefinisikan yang dibuktikan dalam berbagai
eksperimen-eksperimen yang telah dilaporkan melalui publikasi
dan teks.
3) Aspek Aksiologi
Bidang ilmu farmasetika dan teknologi farmasi berperan
penting dalam menyediakan sediaan sediaan farmasi yang
memiliki khasiat dengan penggunaan yang tepat, bentuk bentuk
sediaan farmasi khususnya obat-obatan yang sangat bermanfaat
dalam pengobatan melalui bentuk sediaan dalam bentuk kapsul,
tablet, tablet salut, salep, krim, injeksi, aerosol, sirup, emulsi,
suppositoria, hingga sediaan dalam bentuk nanoteknologi yang
bertujuan demi kenyamanan pada saat digunakan dan stabil
bahan aktifnya.
Selain itu, bidang ilmu farmasetika dan teknologi
bermanfaat dalam menjamin mutu, khasiat dan keamanan sediaan
yang diproduksi dalam skala besar untuk digunakan dalam
pengobatan termasuk prinsip kerja serta perawatan atau
pemeliharaan alat-alat produksi dan penunjangnya sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau regulasi,
dan yang lebih penting produk-produk yang dihasilkan dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang memerlukannya.
2. Farmasi klinik dan komunitas
Bidang ilmu ini mempelajari dan menekankan fungsi farmasis untuk
memberikan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) kepada pasien,
yang bertujuan untuk meningkatkan output pengobatan yang meliputi:
a. Memaksimalkan efek terapeutik
b. Meminimalkan resiko,
c. Meminimalkan biaya,
d. Menghormati pilihan pasien
Oleh karena itu bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas lebih
banyak berorientasi pada pelayanan kefarmasian. Hal ini sejalan dengan
paradigma baru pelayanan kefarmasian yang tidak hanya difokuskan pada
produk tetapi juga lebih berorientasi diarahkan pada pasien.
Dalam bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas selain
mempelajari ilmu farmasi sains dan teknologi juga akan mempelajari
aspek-aspek penunjang pelayanan terutama patologi, patofisiologi,
farmakokinetik klinik, farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, sosial
farmasi, ilmu komunikasi, farmasi rumah sakit, manajemen
kewirausahaan, dan lain-lain. Secara umum, seorang farmasis yang ahli
dalam bidang ini setidaknya mampu menguasai ilmu farmasetika,
farmakognosi, farmakologi dan fisiologi. Karena keempat ilmu ini
menjadi dasar dalam mempelajari dan menguasai Ilmu Farmasi klinik dan
komunitas.
Saat ini disiplin bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas semakin
dibutuhkan dengan adanya paradigma baru tentang layanan kefarmasian
yang berorientasi pada pasien. Dengan mempelajari atau menguasai
bidang ilmu ini, seorang lulusan farmasi diharapkan dapat bekerja di
rumah sakit dan komunitas yang terdiri dari apotek, Puskesmas, klinik,
Balai Pengobatan dan dimanapun terjadi peresepan atau penggunaan obat
harus memiliki kompetensi yang dapat mendukung pelayanan farmasi
klinik maupun komunitas yang berkualitas.
a. Aspek Ontologi
Bidang ilmu ini memiliki fokus dalam penerapan keahlian
Farmasi untuk membantu memaksimalkan khasiat obat dan
meminimalkan toksisitas obat pada pasien. Dalam bidang ilmu
Farmasi klinik dan komunitas memerlukan pemahaman keilmuan
yang meliputi:
1) Konsep-konsep penyakit (anatomi dan fisiologi manusia,
patofisiologi penyakit, patogenesis penyakit, dan terminologi
medis)
2) Penatalaksanaan penyakit (farmakologi, farmakoterapi, dan
produk Knowledge)
3) Teknik komunikasi dan konseling pasien
4) Pemahaman evidence-based medicine dan kemampuan
penelusuran
5) Keilmuan farmasi praktis lainnya (farmakokinetik klinik,
farmakologi, mekanisme kerja obat, farmasetika dan interaksi
obat).
Melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi
terspesialisasi dalam perawatan pasien yang memerlukan pendidikan
atau keahlian khusus dan atau pelatihan terstruktur. Dapat dirumuskan
eksistensi dan esensi bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas yaitu
memaksimalkan efek terapeutik obat, meminimalkan resiko atau
toksisitas obat, dan meminimalkan biaya obat.
b. Aspek Epistemologi
Istilah Farmasi klinik pertama kali muncul di Amerika Serikat
tahun 1960. Bidang Ilmu farmasi klinik dan komunitas muncul
berawal dari ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek pelayanan
kesehatan. Hingga pada tahun 1951 didirikan Rumah Sakit pertama di
Amerika tepatnya di Philadelphia yang memiliki seorang apoteker
bernama Jonathan Robert, Ia merupakan apoteker pertama yang
melakukan praktek sebagai Farmasi klinik (Farmasi Rumah Sakit
secara umum).
Seiring dengan semakin berkembang pesatnya jumlah dan jenis
obat, semakin meningkat pula permasalahan yang timbul terkait
penggunaan obat yaitu munculnya masalah kesehatan akibat efek
samping obat, interaksi antar obat, interaksi obat dan makanan,
teratogenesis, dan lain-lain. Selain itu, biaya kesehatan semakin
meningkat akibat penggunaan teknologi canggih di bidang kesehatan
yang sangat mahal, meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan
secara cara kualitatif maupun kuantitatif, disertai dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat untuk pelayanan medis dan
farmasi yang bermutu tinggi. Melihat perkembangan Kondisi tersebut
mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap tenaga profesional
yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai pengobatan yang
tidak lain adalah farmasis atau apoteker. Hal inilah yang akhirnya
memunculkan istilah pelayanan Farmasi klinik.
Sejak tahun 1970an yang diiringi dengan perkembangan
teknologi dan revolusi industri maka mulai terjadi pergeseran
paradigma yang semula pelayanan farmasi berorientasi pada produk
beralih ke pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien, terutama
ditekankan pada kemampuan memberikan pelayanan pengobatan
rasional. Namun untuk Membuktikan kebenaran terutama dalam hal
pemberian pelayanan pengobatan secara rasional tidak sedikit
penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan menjadi sebuah
keahlian bagi seorang farmasis dalam bidang ini, terutama kajian
Drug Related Problem (DRPs), kajian tentang konseling dan KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi), kajian monitoring efek samping
obat, kajian tentang outcome research dan Drug Use Evaluation
(DUE), kajian pencampuran obat suntik secara aseptis, dan
menganalisis efektivitas biaya.
Pengelompokan bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas
didasarkan pada penemuan-penemuan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan pengobatan yang rasional.
c. Aspek Aksiologi
Dalam sistem pelayanan kesehatan pada konteks farmasi klinik
dan komunitas, seorang farmasis harus memiliki kemampuan dalam
hal: menjalani relasi yang baik antar tenaga kesehatan, menjamin
penerapan pengobatan berbasis bukti, perbaikan perawatan pasien
dengan pelayanan yang standar dan konsisten, mempromosikan
praktek dengan biaya yang efektif, memperluas kualitas peresapan,
menjamin keamanan pemberian obat, memperbaiki khasiat dan
meminimalkan toksisitas terapi obat, dan meningkatkan kepuasan
kerja.
Dengan kemampuan di atas bidang Ilmu Farmasi klinik dan
komunitas sangat berperan terutama dalam menjamin dan
memberikan perlindungan kepada pasien. dengan mempelajari atau
menguasai bidang ilmu ini maka seorang lulusan farmasi diharapkan
dapat bekerja di rumah sakit dan komunitas yang terdiri dari apotek,
Puskesmas, klinik, Balai Pengobatan obat yang dapat mendukung
pelayanan Farmasi klinik maupun komunitas yang berkualitas.
3. Farmasi sosial
Konteks sosial dari pelayanan kesehatan kini diajarkan lebih luas
dalam berbagai bidang, seperti keperawatan, kedokteran, kedokteran gigi,
dan kebidanan. Sebagai apoteker menjadi lebih terintegrasi ke dalam tim
pelayanan kesehatan, itu akan menjadi lebih penting bahwa mereka
berbagi dengan tenaga kesehatan lainnya terkait apresiasi aspek sosial dari
kesehatan dan penyakit. Hal ini telah menyebabkan evolusi dalam bidang
farmasi dengan subjek yang lebih luas dan dikenal sebagai Farmasi sosial.
Dalam dekade terakhir terjadi peningkatan perubahan apoteker,
misalnya dalam kegiatan pelayanan primer, peracikan dan formulasi obat
menjadi tidak penting lagi karena ketersediaan produk obat yang
diproduksi massal oleh industri farmasi. selanjutnya, penerapan peran
farmasis dalam hal pasien oriented seperti konseling, Informasi, dan
edukasi (KIE), pelayanan swamedikasi dan lain-lain untuk menjamin
bahwa lebih banyak waktu harus didedikasikan untuk pasien dan bukan
lagi produk. dalam konteks ini, pemahaman yang baik tentang perilaku
dan psikologi pasien menjadi sangat penting.
Untuk mencapai tujuan pelayanan kefarmasian seperti gambar 7.2,
pengetahuan yang diperoleh dari Farmasi sosial sangat penting untuk
mengikat bersama nama dari berbagai macam potongan pengetahuan yang
diajarkan dalam pendidikan farmasi, yang meliputi:
a. Fundamental sciences meliputi ilmu-ilmu dasar seperti kimia,
farmakologi, fisiologi, dan lain-lain
b. Clinical science seperti Farmasi klinik dan komunitas
c. Sosial sains seperti ilmu komunikasi, ilmu sosial dan politik, ilmu
budaya, ilmu hukum, ilmu ekonomi dan lain-lain.
Gambar 7.2 Munculnya Ilmu Farmasi sosial
Pelayanan farmasi dan farmasi sosial merupakan dua wilayah
kontemporer penting dalam bidang Ilmu farmasi. Seperti halnya dengan
ilmu-ilmu farmasi lainnya, bidang Ilmu Farmasi sosial telah semakin
menjadi multidisiplin, menggabungkan ilmu Alam dan ilmu sosial dan
humaniora untuk mempelajari peran-peran obat, pasien, dan apoteker
dalam sektor pelayanan kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
Farmasi sosial secara umum merupakan suatu disiplin ilmu
kefarmasian yang berkembang dengan dukungan disiplin ilmu lainnya
yang terkait dengan menguji, meneliti, memahami, dan mengingat
persoalan-persoalan yang timbul dalam pengabdian profesi farmasi.
Tujuan ilmu tersebut adalah pemahaman dan penjelasan menyeluruh
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan farmasi atau sedang
dihadapi oleh farmasi.
Farmasi sosial juga merupakan cabang ilmu kefarmasian yang
bergerak atau berkembang di atas landasan teori serta metodologi ilmu
sosial dan perilaku untuk mengungkap masalah-masalah pelayanan
farmasi. Dalam hal ini disiplin ilmu yang terkait yakni politik, komunikasi,
psikologi, sosiologi, pendidikan, pelayanan farmasi, ekonomi,
manajemen, sejarah dan antropologi. Farmasi klinik dan komunitas
berfungsi sebagai jembatan antar tumpang-tindih dengan menghubungkan
ilmu fundamental sains dan farmasi sosial. Farmasi sosial memiliki
hubungan yang kuat dengan Pharmacy Practice.
Aspek-aspek kajian bidang Ilmu Farmasi sosial
a. Aspek Ontologi
Farmasi sosial lahir karena adanya perubahan konsep pola
penyakit dan penatalaksanaannya ke pola hidup sehat dan promosi
kesehatan. Dengan perubahan konsep tersebut, salah satu bidang Ilmu
Farmasi yakni Farmasi sosial mau tidak mau harus bergeser terutama
dari konsep biopatologi ke sosiopsikologi, dan konsep dispensing and
compounding menuju ke bentuk hubungan client-counsellor yang
berarti Farmasi berfungsi sebagai konsultan obat.
Dalam melakukan kajian dalam bidang Ilmu Farmasi sosial,
Selain melibatkan bidang Ilmu Farmasi lainnya, juga melibatkan
berbagai disiplin ilmu seperti politik, komunikasi, psikologi sosiologi,
pendidikan, pelayanan farmasi, ekonomi, manajemen, sejarah, dan
antropologi. Dengan mempelajari bidang Ilmu Farmasi sosial, dapat
memberikan lebih banyak kesempatan kepada apoteker untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi, berpikir kritis, problem
solving, dan penalaran analitis dan etika dalam penguasaan tentang
obat, kemampuan komunikasi, farmakoepidemiologi, farmako-
budaya, farmako-politik, farmako-sosiologi, farmakoekonomi, dan
Farmako-Informatik.
Topik yang relevan dalam Farmasi sosial terdiri dari semua
faktor-faktor sosial yang mempengaruhi penggunaan obat-obatan,
seperti obat-obat dan kesehatan terkait keyakinan, sikap, aturan,
hubungan, dan proses. Salah satu bidang umum fokus penelitian
membahas aspek-aspek sosial dari obat itu sendiri termasuk penelitian
dan pengembangan obat, produk obat, distribusi obat, obat resep,
informasi obat dan pengawasan obat.
b. Aspek epistemologi
Pengayaan kurikulum pendidikan farmasi terdapat fakta bahwa
pengetahuan pengetahuan dasar farmasi (sains dan teknologi)
dirasakan tidak lagi cukup mendukung orientasi apoteker yang telah
mengarah pada pasien atau patien oriented. Farmasi sosial tidak
berkembang seperti perkembangan ilmu Farmasi sains dan teknologi.
Bahkan kajian-kajian tentang farmasi sosial tidak tercatat dan
terpublikasi dengan baik, dan profesi farmasi lebih banyak berfokus
pada penemuan penemuan obat baru. Namun, setelah Revolusi
industri, peran farmasi yang berorientasi pada produk farmasi
semakin berkurang dan bergeser pada patien oriented. Peran baru ini
ini menyebabkan apoteker akan berada pada lingkungan praktek baru
yang berfokus pada interaksi dengan pasien dan tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, Apoteker harus dilengkapi dengan kompetensi yang
terkait yang dapat meningkatkan tugas dan fungsi apoteker dalam
lingkungan sosial. Dengan kondisi ini maka para sosial dimunculkan,
meskipun sebenarnya Farmasi sosial telah ada sebelum Farmasi
terpisah dengan kedokteran.
Penelitian-penelitian farmasi sosial terkait dengan bidang yang
sangat luas terutama penelitian pelayanan kesehatan. Keterkaitan ini
menekankan bahwa farmasi sosial merupakan bidang terapan
penelitian yang berkaitan dengan pemahaman dan peningkatan
praktek farmasi dan penggunaan obat-obatan. Hal ini menjadi lebih
penting karena pelayanan farmasi harus didasarkan bukti dan harus
menggunakan pelayanan terbaik. Untuk mencapai hasil yang
optimum dalam pelayanan Farmasi terutama penatalaksanaan asuhan
kefarmasian, apotek harus memiliki pemahaman mengenai aspek
psikologi dan perilaku dari pasien dan tenaga profesional kesehatan
lainnya. Kedua aspek inilah yang menjadi konsep dasar dari Ilmu
Farmasi sosial tanpa meninggalkan pengetahuan Ilmu Farmasi sains
dan teknologi.
c. Aspek Aksiologi
Ilmu Farmasi sosial mempunyai tantangan tersendiri, karena
selain harus menguasai ilmu sains farmasi juga harus mampu
menguasai ilmu-ilmu sosial terutama ilmu komunikasi dan perilaku.
Seorang farmasis harus mampu menyampaikan dan menerjemahkan
bahasa bahasa ilmiah dalam ilmu sains farmasi kedalam bahasa awam
agar mudah dimengerti oleh pasien atau orang awam. Selain itu,
Farmasi tidak hanya berkiprah pada bidang pekerjaan farmasi seperti
peneliti, klinik, komunitas, distribusi, dan produksi. Akan tetapi
Farmasi diharapkan dapat memberikan kontribusi seperti
pengambilan kebijakan, pemerintahan, farmako politik, farmako
budaya, farmakoekonomi, dan lain-lain dengan tujuan untuk
kesejahteraan kesehatan masyarakat.
F. Referensi
Ahmad Islamudin. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi (dalam Tinjauan Filsafat
dan Historis). Penerbit: deepublish. Yogyakarta.
As-Sirjani R. 2012. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Penerbit
Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
Distelzweig P, Goldberg B, & Regland ER. 2016. History, Phylosophy, and
Theory of Life Sciences: Early Modern Medicine and Natural Philosophy.
Springer. Dordrecht. Heidelberg. New York. London.
Flannery MA. 1984. Civil War Pharmacy: A History of Drugs, Drug Supply
and Provision, and Therapeutics for the Union and Confederacy.
Pharmaceutical Products Press. New York. London. Oxford.
Griggs B.1981. Green Pharmacy. A History of Herbal Medicine. Normann &
Hobhouse. London
Griffenhagen GB. 2002. Great Moment in Pharmacy: Development of the
Robert Thom Series Depicting Pharmacy’s History. Journal of the
American Pharmaceutical Association. Vol. 52 (2). 170-182
Hayun. 2015. Materi Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan. Program Doktor Ilmu
Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Razak DA. 2009. Perkembangan Sejarah Awal Farmasi Pengaruh Arab dan
Islam. Pusat Racun Negara. USM. Malaysia.
Razak DA. 2010. Perkembangan Farmasi di Eropa dan Barat. Pusat Racun
Negara. USM. Malaysia.
Sudjawadi R. 2001. Farmasi, Farmasis dan Farmasi Sosial. Majalah Farmasi
Indonesia. Volume 12. Hal. 128-Nomor 3.134
Suriasumantri JS. 2015. Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Karangan
tentang Hakikat Ilmu. Penerbit: yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.