Anda di halaman 1dari 115

MODUL

PROGRAM STUDI : S1 Farmasi Klinik dan Komunitas


MATA KULIAH : Pengantar Ilmu Kesehatan dan Ilmu
Farmasi
BOBOT : 2 SKS
DOSEN PENGAMPU : Andriyani Rahmah Fahriati, M.Farm
apt. Nurmiwiyati, Amd.Keb., S.Si., M.Farm
apt. Aulia Nadya Rizki, M.Pharm.Sci.
apt. Dewi Indah, M.Farm
apt. Lidya Pratiwi Afri Tjaja, M.Farm
apt. Ricky Chaerul Yazid, M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS STIKES


WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TA.
2023/2024
BAB I
PENGANTAR ILMU FARMASI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami pengetahuan
dan konsep ilmu kesehatan dan ilmu farmasi.

B. PENDAHULUAN
Farmasi merupakan bagian dari dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan
produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Pada dasarnya farmasi merupakan
sistem pengetahuan (ilmu, teknologi dan sosial budaya) yang mengupayakan dan
menyelenggarakan jasa kesehatan, dengan melibatkan dirinya dalam memperluas,
menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang obat, pengetahuan
tentang obat tidak hanya tentang khasiatnya namun juga tentang dampak dan efek
(pengaruh) obat pada manusia dan hewan. Agar dapat mengembangkan dan
menumbuhkan kompetensi dalam sistem pengetahuan yang terurai di atas, maka
farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari berbagai ilmu
seperti ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut dikaji, diuji, diorganisir, ditransformasi dan
diterapkan agar menjadi produk obat yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagian besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang dapat
dikelola dan didistribusikan secara professional bagi yang membutuhkan.
Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi oleh perkembanganorientasi di
bidnag kesehatan. Pada tahun 80-an World Health Organization (WHO)
mencanangkan semboyan “Health for All by the year 2000” ini menjadi tujuan
sekaligus proses yang melibatkan seluruh negara yang menjadi anggotanya, untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di negara tersebut, suatu derajat
kesehatan yang dimaksud adalah seluruh anggota masyarakat memperoleh
kehidupan produktif secara social maupun ekonomi.
Yang terakhir adalah perkembangan di bidang kesehatan pada millennium
akhir-akhir ini, yaitu konsep “Paradigma Sehat”. Konsep ini berorientasi pada
bagaimana mempertahankan keadaan sehat, bukan menekankan pada penderita
atau manusia yang sakit, yang sudah menjadi tugas dasar dari bidang kesehatan.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat hidup sehat dengan
mengaplikasikan konsep “Paradigma Sehat”, maka diperlukan tenaga-tenaga
kerja yang kompeten dan professional dibidang kesehatan khususnya bidang
farmasi.

C. KONSEP DASAR KESEHATAN


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur dari kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-
cita bangsa Indonesia. Dijelaskan bahwa kesehatan merupakan keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spriritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sumber daya di bidang kesehatan merupakan segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi, yang dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Sumber daya ini harus mendukung segala upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, upaya
yang dimaksud yakni berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan.
Kesehatan harus menjadi perhatian seluruh bangsa Indonesia, karena setiap
hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi di masyarakat
Indonesia, dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan
setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara. Upaya pembangunan ini harus dilandai oleh wawasan
kesehatan, dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan
masyarakat, hal ini menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan hanya
pemerintah saja namun seluruh masyarakat juga.
Sumber daya dalam bidang kesehatan seperti yang sudah disebutkan yakni
segala bentuk dana, tenaga dan perbekalan kesehatan. Perbekalan kesehatan yang
dimaksud yakni semua barang dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Perbekalan ini dapat terdiri dari sediaan
farmasi dan alat kesehatan. Pentingnya sediaan farmasi dijelaskan pula dalam
setiap perundang-undangan yang mengatur tentang kesehatan. Persediaan farmasi
akan dibahas pada materi yang selanjutnya.
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahatan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Untuk menjalankan upaya kesehatan yang maksimal maka dibutuhkan pula
fasilitas pelayanan kesehatan yang mendukung. Fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Arti
sederhana dari masing-masing upaya pelayanan kesehatan tersebut yakni,
promotif berarti pencegahan, preventif adalah pencegahan, kuratif berarti
penyembuhan, sedangkan rehabilitative memiliki arti pemulihan. Penjelasan
berkaitan dengan istilah tersebut yakni :
1. Pelayanan kesehatan promotif
Merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan bersifat promosi kesehatan.
Istilah promotif diartikan sebagai “peningkatan”, hal tersebut tidak terlepas
dari asal mula digunakannya istilah promotif itu sendiri yakni promosi
kesehatan dalam Bahasa inggris yang dikenal sebagai promotion of health.
Promotion of health yang berarti promosi kesehatan, merupakan tingkatan
pencegahan pertama, hal ini dikarenakan makna yang terkandung dalam
istilah promotion of health tersebut adalah meningkatkan kesehatan
seseorang, yaitu dengan melalui asupan gizi seimbang, olah raga teratur, dan
lain sebagainya, agar orang tersebut teta sehat, tidak terserang penyakit.
WHO menjelaskan bahwa promosi kesehatan merupakan proses untuk
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan
sosial maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya.
Contoh upaya kesehatan promotif yakni :
a. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan secara umum
b. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dan manfaat gizi
bagi pertumbuhan
c. Memberikan informasi tentang hidup sehat dan pentingnya olah raga
d. Memberikan informasi tentang cara menyikat gigi dengan benar
2. Pelayanan kesehatan preventif
Merupakan suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan
atau penyakit. Istilah preventif diartikan sebagai “pencegahan”. Yang
dimaksud dengan preventif kesehatan atau upaya kesehatan preventif yakni
suatu upaya melakukan berbagai tindakan untuk menghindari terjadinya
berbagai masalah kesehatan yang mengancam diri kita sendiri maupun orang
lain di masa yang akan datang. Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik
dari pada mengobati, hal ini dikarenakan usaha pencegahan suatau penyakit
akan memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah.
Menurut H.R. Leavel dan E.G. Clark usaha pencegahan (preventif) penyakit
dapat dilakukan dengan cara yang sesuai yakni :
a. Pada masa sebelum sakit. Yakni dengan cara :
1) Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion)
2) Memberikan perlindungan khusus terhadap suatau penyakit (specific
protection)
b. Pada masa sakit. Yakni dengan cara :
1) Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
2) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan oleh suatu penyakit
(disability limitation)
3) Rehabilitasi (rehabilitation)
Contoh upaya kesehatan preventif yakni :
a. Menjaga kesehatan lingkungan
b. Pemberian imunisasi
c. Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada orang lanjut usia
d. Pemeriksaan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali, pengolesan flour pada
gigi
3. Pelayanan kesehatan kuratif
Merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Istilah kuratif dapat diartikan sebagai “penyembuhan”. Yang dimaksud
dengan kuratif kesehatan atau upaya kesehatan kuratif adalah suatu upaya
kesehatan yang dilakukan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah
melalui pengobatan. Upaya kesehatan kuratif juga dapat diartikan sebagai
usaha medis yang dilakukan untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa
sakit yang diderita seseorang, termasuk didalamnya yakni mengenal atau
mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan
yang tepat dan segera.
Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah pengobatan yang
setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
Contoh dari upaya kesehatan kuratif yakni :
a. Pemberian obat atau vitamin tertentu yang ditujukan untuk pengobatan
suatu penyakit tertentu
b. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
c. Melakukan tujukan bila diperlukan
d. Melakukan penambalan gigi pada gigi yang sakit atau perlu perawatan
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
Merupakan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin, sesuai dengan kemampuannya.
Istilah rehabilitatif diartikan sebagai “pemulihan”. Yang dimaksud dengan
rehabilitatif kesehatan atau upaya kesehatan rehabilitatif adalah suatu upaya
maupun rangkaian kegiatan yang ditujukan kepada bekas penderita (pasien
yang sudah tidak menderita penyakit) agar dapat berinteraksi secara normal
dalam lingkungan social. Usaha rehabilitative ini memerlukan bantuan dan
pengertian dari seluruh anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan
memahami keadaan mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan
mereka (bekas penderita) dalam proses penyesuaian dirinya dalam
masyarakat dengan kondisi yang sekarang ini.
Rehabilitasi bagi bekas penderita terdiri dari :
a. Rehabilitasi fisik, yaitu penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya
b. Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan
c. Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati
suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja
yang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya
d. Rehabilitasi aesthetis, yaitu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan dari bagian anggota tubuh, walaupun fungsinya tidak
bekerja seperti anggota tubuh aslinya
Contoh upaya kesehatan rehabilitatif adalah :
a. Pemulihan keadaan pasca sakit, misalnya dengan latihan fisik yang tepat
dan teratur
b. Pemberian konseling psikologi
c. Pemenuhan gizi pada ibu setelah melahirkan
d. Pembuatan atau pemasangan gigi palsu
5. Pelayanan kesehatan tradisional
Merupakan pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawaban dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi :
a. Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan; dan
b. Pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
Pelayanan kesehatan tradisonal dibina dan diawasi oleh pemerintah agar
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama. Pemerintah mengatur dan mengawasi
pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan,
kepentingan dan perlindungan masyarkat.
Penyelenggaraan upaya kesehatan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan, dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan;
2. Pelayanan kesehatan tradisional;
3. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit;
4. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;
5. Kesehatan reproduksi;
6. Keluarga berencana;
7. Kesehatan sekolah;
8. Kesehatan olahraga;
9. Pelayanan kesehatan pada bencana;
10. Pelayanan darah;
11. Kesehatan gigi dan mulut;
12. Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran;
13. Kesehatan matra;
14. Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan;
15. Pengamanan makanan dan minuman;
16. Pengamanan zat adiktif; dan/atau
17. Bedah mayat.
D. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat dalam rangka peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan fasilitas pelayanan keseahtan bagi
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pemerintah daerah dapat menentukan jumlah
dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi di
daerahnya dengan mempertimbangkan luas wilayah, kebutuhan kesehatan, jumlah
dan persebaran penduduk, pola penyakit, pemanfaatannya, fungsi sosial, dan
kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan menjamin akses
masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan, maka peraturan pemerintah nomor 47 tahun 2016
tentang fasilitas pelayanan kesehatan dibuat, untuk mengatur fasilitas pelayanan
kesehatan temasuk uoaya pesebaran jeni-jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang
memuat tentang :
1. Jenis dan tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan;
2. Penentuan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan;
3. Perizinan fasilitas pelayanan kesehatan;
4. Penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan; dan
5. Pembinaan dan pengawasan.
Fasilitas pelayanan berdasarkan jens dan tingkatannya meliputi pelayanan
kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua dan fasilitas
pelayanan tingkat ketiga. Fasilitas pelayanan kesehatan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berupa :
1. Pelayanan kesehatan perorangan; dan
2. Pelayanan kesehatan masyarakat
Untuk mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan diatas maka,
berdasarkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas :
1. Tempat praktik mandiri tenaga kesehatan, yakni fasilitas pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan
untuk memberikan pelayanan langsung kepada pasien/klien;
2. Pusat kesehatan masyarakat, adalah fasilitas pelayanan kesehatan uang
menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya;
3. Klinik, yakni fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar
dan/atau spesialistik;
4. Rumah sakit, adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat;
5. Apotek, adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian;
6. Unit transfusi darah, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian
darah;
7. Laboratorium kesehatan, yakni fasilitas pelayanan keseahtan yang
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia dan/atau bahan bukan berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor
risiko yang dapat berpengaruh pada keseahtan perseorangan dan/atau
masyarakat;
8. Optikal, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan refraksi, pelayanan optisi, dan/atau pelayanan lensa kontak;
9. Fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, yakni fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum yang meliputi pelayanan kedokteran forensik klinik,
patologi forensik, laboratorium forensik, dan dukungan penegakan hukum;
dan
10. Fasilitas pelayanan kesehatan tradisional, adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggrakan pengobatan/perawatan pelayanan
kesehatan tradisional komplementer. Fasilitas ini didirikan secara mandiri
maupun berkelompok yang dimiliki oleh perseorangan atau badan hukum.
Sedangkan berdasarkan tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan, terdiri dari
tiga tingkatan yakni:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
spesialistik, yakni yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
subspesialistik, yakni yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi sub spesialis, yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
sub spesialistik.
Fasilitas pelayanan keseahtan tingkat kedua dan tingkat ketiga dapat meberikan
pelayanan kesehatan yang diberika oleh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
dibawahnya.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang disedikan memiliki kewajiban yang
telah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan, yakni :
1. Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan
di bidang kesehatan, dan
2. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah
daerah atau Menteri.
Dalam keadaan darurat fasilitas kesehatan juga memiliki ketentuan yakni
dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanna kesehatan bagi keselamatan nyawa pasien
dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu, serta fasilitas pelayanan kesehatan,
baik penerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang
muka, jadi data disimpulkan bahwa ketika pasien atau masyarakat dalam keadaan
darurat maka fasilitas kesehatan wajib menangani pasien atau masyarakat tersebut
agar keselamatan nyawa terselamatkan.
Perbekalan kesehatan seperti yang sudah dibahas sebelumnya yakni semua
barang dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Dalam Undang-Undang Kesehatan dijelaskan bahwa pemerintah menjamin
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama
obat essensial. Dalam keadaan darurat, pemerintah harus menjamin ketersediaan
obat darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan
pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, upaya pelayanan kesehatan yang
laksanakan harus secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
didukung oleh sumber daya kesehatan dengan memperhatikan fungsi sosial, ilia
dan norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi. Telah dijelaskan juga
sebelumnya bahwa pelayanan kesehatan terdiri dari 2 jenis yakni pelayanan
kesehatan perseorangan dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga, sedangkan
pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan harus mendahulukan pertolongan keselamatan
nyawa pasien dibandingkan kepentingan lainnya.
Pelayanan kesehatan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya meliputi
kegiatan peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, baik pelayanan
kesehatan konvensiona maupun pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan
komplementer.
E. ILMU FARMASI
Dunia farmasi adalah bagian dari dunia kesehatan yang mencakup berbagai
bidang farmasi. Bidang farmasi merupakan bidang kehidupan yang terkait dengan
farmasi termasuk perkerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian dari hulu hingga
hilir dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Administrasi: pemerintahan (Ditjen Binfar, BPOM, Dinkes)
2. Pendidikan: jalur akademik, vokasi, profesi
3. Penelitian dan pengembangan: penelitian dasar (ilmu) terapan (teknologi,
alat, produk)
4. Manufaktur: industri farmasi (PMBN, PMA, BUMN, Militer)
5. Perdagangan: pemasaran dan distribusi (PBF)
6. Pelayanan: Apotek, RS dan Puskesmas
Latar belakang adanya mata kuliah pengantar farmasi dikarenakan dunia
farmasi yang mencakup berbagai bidang kehidupan, selain itu untuk
memperkenlkan dunia farmasi kepada masyarakat luas secara umum dan
mahasiswa farmasi pada khususnya, sehingga mahasiswa yang kurang memahami
dunia farmasi, dapat memilih bidang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Tujuan dan manfaat dari matakuliah pengantar ilmu farmasi adalah:
mengantarkan mahasiswa memasuki dunia farmasi dengan membekali
pengetahuan umum dibidang farmasi; mahasiswa lebih mengerti tentang dunia
farmasi; mahasiswa lebih yakin memilih bidang farmasi sesuai dengan minat dan
bakatnya; serta mahasiswa lebih termotivasi sehingga mampu menyelesaikan
studi tepat waktu seperti yang direncanakan.
Ilmu farmasi adalah suatu ilmu yang mempelajari seluruh aspek obat, mulai
dari pencarian sumber bahan baku, pembuatan, penggunaan, analisis, distribusi,
penyimpanan, dan pengawasan obat yang bertujuan untuk menjamin terutama
khasiat dan keamanan obat bila digunakan oleh masyarakat. Misi ilmu farmasi itu
sendiri yakni untuk mendukung peningkatan kesehatan global dengan
menemukan, mengembangkan, dan memproduksi obat-obatan yang berkualitas,
aman, tepat, efektif, terjangkau, hemat biaya, dan mendistribusikannya secara luas
keseluruh lapisan dunia, agar dapat digunakan dalam upaya pencegahan,
pengobatan, pendiagnosa, dan pemulihan kesehatan makhluk hidup, terutama
manusia.
Ilmu farmasi ditinjau dari objek materi yang ada memiliki dasar-dasar ilmu
alam, yakni meliputi ilmu kimia, fisika, biologi, dan matematika. Pada
perkembangannya ilmu farmasi tidak hanya mengadopsi ilmu-ilmu dasar alam
tersebut tetapi mengembangkannya juga ilmu-ilmu terapan seperti pertanian,
teknik, ilmu kesehatan, sosial, hukum, ekonomi, bahkan behavior science. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa dari suatu pihak farmasi tergolong seni teknis
(tehnical arts) apabila ditinjau dari segi pelayanan dalam penggunaan obat
(medicine); di lain pihak farmasi dapat pula digolongkan dalam ilmu-ilmu
pengetahuan alam (natural science).
Beberapa istilah penting dalam dunia kesehatan dan farmasi, kesehatan
merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sedangkan farmasi adalah seni, ilmu dan teknologi dalam dunia farmasi yang
mencakup regulasi, penelitian dan pengembangan, Pendidikan, pembuatan,
perdagangan, pendistribusian, penyimpnaan, pengelolaan, peracikan, penyerahan,
pemberian informasi dan konsultasi tentang sediaan farmasi dalam rangka
penjaminan mutu, khasiat dan keamanannya.
Sediaan farmasi merupakan obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika. Sedangkan obat merupakan bahan atau panduan bahan termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi, dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Obat tradisonal adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic), atau ramuan dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Kosmetika merupakan suatu
bahan atau sdiaan yang dimaksud untuk digunakan pada berbagai bagian dari
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital eksternal) atau gigi dan
selaput lender di rongga mulut dengan maksud untuk membersihkannya,
membuat wangi atau melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, mengubah
penampakan atau memperbaiki bau badan.
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
digunakan untuk menunjang keberhasilan upaya kesehatan. Sedangkan alat
kesehatan merupakan instrument, apparatus, mesin dan/atau implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan perjalanan
pekerjaan kefarmasian yakni apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, misalnya sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten
apoteker. Sarjana farmasi adalah tenaga teknis kefarmasian lulus jenjang starata
satu Pendidikan tinggi farmasi.
Fasilitas produksi sediaan farmasi adalah sarana untuk memproduksi bahan
baku obat, obat, obat tradisonal, dan kosmetika. Fasilitas distribusi sediaan
farmasi adalag sarana yang digunakan untuk menyalurkan sediaan farmasi yakni
pedagang besar farmasi dan instalasi sediaan farmasi. Pedagang besar farmasi
(PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, took obatm atau praktek
bersama. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apotek. Toko obat adalag sarana yang memiliki izin untuk
menyimpan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.
Pekerjaan kefarmasian adalah penelitian dan pengembangan, pembuatan
pengawasan mutu, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengelolaan,
pelayanan farmasi termasuk informasi sediaan farmasi. Pelayanan kefarmasian
(Pharmaceutical Care) adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan pemberian dan penggunaan obat untuk
memastikan hasil dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan pasien.

F. LATIHAN SOAL
Jawablah soal berikut dengan tepat dan jelas !
1. Mengapa perlu mempelajari ilmu kesehatan dan ilmu farmasi dalam bidang
kefarmasian?
2. Jelaskan ruang lingkup ilmu farmasi!
3. Jelaskan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia!
4. Jelaskan peranan farmasi dalam pelayanan kesehatan yang ada!

G. REFERENSI
1. BPJS. Panduan praktis, Sistem Rujukan Berjenjang. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
2. Anonim. 2016. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
3. Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Jakarta
BAB II
FALSAFAH LMU FARMASI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami filsafat ilmu
farmasi.

B. PENDAHULUAN
Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan secara terus menerus
mengalami pengkembangan yang cukup pesat. Pada permulaannya dimulai dari
sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran
teoritis. Setelah itu terjadi perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata terdapat
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani kuno yang awalnya merupakan suatu
kesatuan, dikemudian hari terjadi tercepah-pecah, dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadinya pemisahan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sebelum abad ke 17, ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat
tersebut sejalan dengan pemikiran oleh Van Peursen, yakni menjelaskan bahwa
dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu
bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut, filsafat itu sendiri telah mengantarkan
adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh dan memiliki cabang-cabang tersendiri. Masing-
masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya masing-masing. Sehingga,
perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama, semakin meningkat dengan
munculnya berbagai ilmu baru, yang pada akhirnya menimbulkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru, bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi
seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu
sistem yang saling jalin-menjalin, dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat baik-tidaknya dapat ditentukan.
Jika ilmu pengetahuan tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontology,
epistemology dan aksiologi), maka perl mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti
atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyatan yang benar dari ilmu
tersebut. Contohnya membangun filsafat ilmu farmasi perlu menelusuri aspek :
1. Ontologi
Yakni eksistensi (keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-ilmu
kefarmasian. Pada aspek ini ditinjau objek apa yang ditelaah sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut. Objek ontologis pada farmasi yakni obat
dari segi kimia dan fisis, segi terapetik, pengadaan, pengolahan sampai pada
penyerahannya kepada yang memerlukan.
2. Epistemologi
Yakni metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu
kefarmasian. Landasan epistemologis kebiasaan sehari-hari ialah pengalaman
dan akal sehat; landasan epitemologis farmasi yakni logika deduktif dan
logika induktif dengan pengajuan hipotesis, yang dinamakan pula metode
logiko-hipotetiko-verifikatif.
3. Aksiologi
Yakni manfaat dari ilmu-ilmu kefarmasian. Di sini mempertanyakan apa nilai
kegunaan pengetahuan tersebut. Kegunaan atau landasan aksiologis farmasi
adalah bertujuan untuk kesehatan manusia.
Semua bentuk pengetahuan dapat dibeda-bedakan atau dikelompokkan
berdasarkan kategori atau bidang, sehingga terjadi diversifikasi bidang ilmu
pengetahuan atau disiplin ilmu yang berakar dari kajian filsafat, yaitu seni (arts),
etika (ethics), dan sains (scince). Pada dasarnya farmasi tergolong dalam bidang
seni teknis (technical arts) apabila ditinjau dari segi pelayaan dalam penggunaan
obat (medicine), namun di lain pihak, farmasi dapat pula digolongkan kedalam
ilmu-ilmu alam (natural science).
Sebagai ilmu, farmasi menelaah obat sebagai materi, baik yang berasal dari
alam maupun sintesis dan menggunakan metode logiko-hipotetiko-verifikatif
sebagai metode telaah yang sama seperti digunakan pada bidang ilmu
pengetahuan alam. Oleh karena itu farmasi merupakan ilmu yang dapat
dikelompokkan dalam bidang sains.
Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan
dan menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam
mendalami, memperluas, menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan
tentang obat dan dampak obat seluas-luasnya, serta efek dan pengaruh obat pada
manusia dan hewan. Untuk menumbuhkan kompetensi dalam sistem
pengetahuan, farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari
ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi; pengetahuan ini
dikaji, diuji, diorganisir, di trasformasi dan diterapkan.
Farmasi sebagai ilmu juga meliputi pelayanan obat secara professional.
Istilah professional saat ini semakin dikaburkan karena banyak digunakan secara
salah persepsi. Semua pekerjaan (job, vacation, occupation) dan keahlian (skill)
dikategorikan sebagai profesi. Demikian pula istilah professional sering
digunakan sebagai lawan dari kata amatir.
Menurut Hughes, E.C.: “Profession pofess to know better than other the
nature of certain matters, and to know better than their clients what ailsthem or
their affairs”. Definisi ini menggambarkan bahwa suaru hubungan pelayanan
antar-manusia, sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan
sebagai profesi. Menurut Schein, F.H. “The profession are a set of occupation that
have developed a very special set or norms deriving from their special role in
society”. Kelompok profesi dapat dibedakan dari yang bukan professional
menurut kriteria berikut :
1. Memilih pengetahuan khusus, yang berhubungan dengan kepentingan sosial.
Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk
kepentingan masyarakat umum.
2. Sikap dan perilaku professional. Seorang professional memiliki seperangkar
sikap yang mempengaruhi perilakunya. Komponen dasar sikap ini adalah
mendahulukan kepentingan orang lain (altruism) di atas kepentingan diri
sendiri. Menurut Marshall, seorang professional bukan bekerja untuk dibayar,
tetapi dibayar supaya ia dapat bekerja.
3. Sanksi sosial. Pengakuan atas suatu profesi tergantung pada masyarakat
untuk menerimanya. Bentuk penerimaan masyarakat ini adalah dengan
pemberian haka tau lisensi oleh Negara untuk melaksanakan praktek suatu
profesi. Lisensi ini dimaksudkan untuk menghidarkan masyarakat dari oknum
yang tidak verkompetensi untuk melakukan praktek professional.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat yang sesuai dan
aman, baik melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun
melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual
langsung kepada pemakai.
Sebagain besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang
dikelola dan didistribusikan secara professional bagi yang membutuhkannya.
Pengetahuan farmasi disampaikan secara selektif kepada tenaga professional
dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat umum agar
pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat memberikan sumbangan nyata
bagi kesehatan perorangan dan kesejahteraan umum masyarakat. Untuk
memahami ilmu farmasi, maka farmasi perlu dikaji secara filsafat.

C. DEFISINI FILSAFAT, PENGETAHUAN DAN ILMU


Imu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study),
penyelidikan (injury), usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian
(search). Oleh karena itu, pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka
dalam dunia ilmu pengetahuan, kini dipergunakan istilah research (penelitian)
untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru.
Dari aktivitas ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuan dapatlah dihimpun
sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang telah
ada, sehingga di kalangan ilmuan maupun para filsuf pada umumnya terdapat
kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan ilmu pengetahuan yang
sistematis.
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir kembali di tengah-tengah
perkembangan IPTEK yang telah begitu kompleks. Adapun kepentingan yang
begitu mendesak ini adalah meluruskan arah proses perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya arah pemanfaatannya. Filsafat ilmu
pengetahuan merupakan suatu bidanga studi mengenai ilmu pengetahuan. Hal ini,
karena filsafat ini adalah ilmu pengetahuan yang selalu mencari hakekat, berarti
filsafat ilmu pengetahuan berusaha mencari “keseragaman” dari pada
“keanekaragaman” ilmu pengetahuan. Secara sederhana, pengertian filsafat ataua
filosofi adalah cinta pada pengetahuan (ilmu pengetahuan) dan kebijaksanaan.
Dalam Bahasa Arab, pengertian filsafat dirujuk dari muhib ialah al-hikmah dari
Bahasa belanda adalah wijsbegeerte. Dalam istilah islam, tidak dikenal adanya
filsafat islam, salah satunya yang sepadan dengan pengertian filsafat dalam islam
adalah hikmah yang berarti pengetahuan dan kebijaksanaan.
Ditinjuau dari segi historis, hubungan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada permulaan
sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran
teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata
juga terdapat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani kuno yang tadinya
merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah dengan munculnya
ilmu pengetahuan alam pada abad ke-17, maka mulailah terjadi perpisahan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa
sebelum abad ke-17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identic dengan filsafat.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen, yang mengemukakan
bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu
bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangannya, filsafat sendiri telah mengantarkan adanya suatu
konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah
tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri
dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-maisng mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin
maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula
sub-sub ilmu pengetahuan baru, bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih
khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Untuk mengatasi perbedaan
(gap) anatar imu yangs atu dnegan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang
ilmu yang dapat menjembatani serta mewadah perbedaan yang muncul. Oleh
karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat
merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa
filsafat adalah sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of
knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan perkembangan filsafat
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya
yaitu ilmu (pengetahuan)> bidang Garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yakni :
1. Landasan ontologis, yakni objek apa yang telah ditelaah ilmu , wujudnya,
hubungan dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, mengindra) yang
membuahkan pengetahuan
2. Landasan epistemologis, yakni bagaimana proses menimbanya pengetahuan
yang berupa ilmu, prosedurnya, hal apa yang perlu diperhatikan agar
memperoleh pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran itu sendiri,
kriterianya, cara/teknik/metode yang dapat membantu dalam mendapatkan
pengetahuan berua ilmu
3. Landasan aksiologis, yakni untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
digunakan, kaitannya dengan kaidah-kaidah moral, kaitan anatara teknik
procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-
norma moral dan professional.
Semua pengetahuan, ilmu dan seni pada dasarnya memiliki ketiga landasan
tersebut. Letak perbedaannya hanya pada materi perwujudannya, serta sejauh
mana landasan dari ketiga aspek itu dilaksanakan dan dikembangkan secara
konsekuen dengan penuh disiplin. Karena iru juga sering digunakan istilah
disiplin (atau disiplin ilmu). Ketiga landasan keilmuan tadi digunakan untuk
membedakan berbagai jenis ilmu dan pengetahuan yang terdapat dalam khasanah
kehidupan manusia.
Pembagian ilmu-ilmu ini menimbulkan perincian yang dinamakan disiplin
ilmu dan cabang ilmu dalam masyarakat ilmuwan. Saat ini, klasifikasi ilmu
didukung banyak ahli. Adapun ilmu tersebut dibagi menjadi :
1. Ilmu pengetahuan Aprori (rasional)
Teori ilmu pengetahuan menuntut penyadaran kita terhadap pengertian
pengetahuan. Penyadaran terhadap pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman serta pengetahuan yang bergantung ada pengalaman.
Penyadasaran oertama menimbulkan pengetahuan apriori (sebelum
pengalaman). Penyadasaran kedua atau terakhir mengahasilkan ilmu
pengetahuan aposteroiri (sesuah pengalaman).
2. Ilmu pengetahuan Alam dan Rohami
Ilmu pengetahuan alam dan rohami berbeda karena objeknya. Perbedaan
pertama, berobjekkan pada hal-hal yang cukup dijangkau atas dasar kategori
kausalitas. Dengan kata lain, objek ilmu tersebut dapat diterangkan dengan
mempersoalkan sebabnya. Objek ilmu pengetahuan rohani yaitu manusia
dengan kehidupan rohaninya, tidak mungkin hanya dipandang sebagai benda
mati atau benda hidup.
Selai n itu terdapat pula pengklasifikasian ilmu yang terdapat dalaam
Undang-Undang Pokok Pendidikan tentang Perguruan Tinggi Nomor : 22 Tahun
1961, di Indonesia yang terdiri atas empat kelompok sebagai berikut :
1. Ilmu agama/kerohanian, yang meliputi : Ilmu Agama dan Ilmu Jiwa
2. Ilmu kebudayaan, yang meliputi : Ilmu Sastra, Ilmu Sejarah, Ilmu Pendidikan,
Ilmu Filsafat
3. ILmu Sosial, yang meliputi : Ilmu Hukum, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial
Politik, Ilmu Ketatanegaraan dan ketataniagaan
4. Ilmu Eksaka dan Teknik, yang meliputi : Ilmu Hayat, Ilmu Kedokteran, Ilmu
Farmasi, Ilmu Kedokteran Hewan, Ilmu Pertanian, Ilmu Pasti Alam, Ilmu
Teknik, Ilmu Geologi, Ilmu Oceanografi, dan lain-lain.
Filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan terus melahirkan ilmu-ilmu
baru. Filfasat ilmu pengetahuan merupakan kajian tentang hakekat, dengan
mencari keseragaman daripada keanekaragaman ilmu pengetahuan. Filsafat
mencoba meluruskan arah proses perkembangan ilmu pengetahuan, terutama
dalam pemanfaatannya.
Farmasi lahir sebagai sebuah ilmu pengetahuan baru pada sekitar tahun
1240, yang ditandai dengan dipisahkannya farmasi dari ilmu kedokteran. Terdapat
seorang ilmuan yang berjasa dalam pemisahan ini yakni Raja Frederick II dari
Roma yang pertama kali memisahkan ilmu farmasi dari dunia kedokteran, dengan
undang-undang kenegaraan. Namun demikian, secara historis farmasi, telah ada
jauh sebelum Masehi dalam konteks pengobatan. Di era globalisasi, farmasi terus
berkembang ditengah ilmu pengetahuan yang semakin plural.
Farmasi hadir sebagai ilmu pengetahuan terus mengalami kemajuan dari
teoritis hingga praktis. Farmasi merupakan seni meracik obat guna untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi terus mengalami pergeseran
makna seiring dengan perkembangan IPTEK. Untuk itu, perlu kemudan
rekonstruksi nilai sehingga ilmu farmasi senantiasa mendapatkan pencerahan
sesuai tujuan awal dan terus mengikuti perkembangan.

D. DEFINISI DAN FALSAFAH ILMU FARMASI


Sebelum menjelaskan tentang ilmu farmasi, kita harus mengetahui terlebih
dahulu definisi dari kesehatan, menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2009
tentang kesehatan, dijelaskan bahwa kesehatan merupakan keadaan sehat baik
secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Saat ditanya mengenai farmasi, kebanyakan orang akan mengatakan bahwa
farmasi adalah sebuah took obat atau tempat dimana kita dapat memberi obat, atau
beberapa orang mungkin akan berbicara bahwa faramasi adalah tentang obat-
obatan. Pendapat tersebut tidak semuanya benar dan tidak juga salah. Karena
kebanyakan orang tidak berfikir bahwa farmasi adalah sebuah profesi, mereka
menganggap bahwa Farmasis atau apoteker, karang-kadang disebut sebagai
penjual obat atau tukang obat “druggist” terutama jika orang tersebut berusia
diatas 50 tahun.
Untuk lebih memahami definisi dari farmasi, kita harus memahami tujuan
dari praktek profesi farmasi, tujuan dari praktek profesi farmasi adalah untuk
membantu pasien dalam menggunakan obat secara efektif dan efisien dari
pengobatannya. Jika ditinjau dari sudut pandang kesehatan masyarakat, Apoteker
atau seorang farmasis dibutuhkan untuk dapat memastikan penggunaan obat
secara aman dan rasional, minimal seorang apoteker dibutuhkan sebagai control
dalam proses penggunaan obat-obatan agar terapi dan khasiat obat dapat
memberikan efek atau khasiat yang maksimal.
Dari tujuan tersebut dapat kita ambil definisi bahwa farmasi atau apoteker
adalah tempat, profesi, dan kadang-kadang merupakan bisnis, farmasi bukanlah
took obat “drugstore”, namun farmasi merupakan tempat dimana
farmasis/apoteker (yang memiliki izin dan lisensi) mengawasi pengeluaran obat
setelah menerima resep dari penulis resep (dokter).
Dalam istilah Bahasa Inggris, kata medicine (yang berarti obat) dapat
didefinisikan sebagai farmasi (sebagai temat/a place) lebih baik di bandingkan
dengan kata drug (yang juga berrarti obat atau bahan obat), sseperti kata apoteker
(Bahasa Inggris adalah Pharmacist) lebih baik dibandingkan dengan kata penjual
obat atau tukang obat (Bahasa Inggris: druggist).
Saat ini dimasyarakat kata drug yang berarti obat atau bahan obat, biasanya
memberi kesan negatif yakni dikaitkan dengan penyalahgunaan obat terlarang
(narkoba), sedangkan kata medicine yang juga memiliki arti obat, lebih berkesan
positif, yakni dimana obat dikonsumsi dengan tujuan untuk mengingkatkan
kesehatan atau menyembuhkan penyakit, berbeda dengan kata sebelumnya.
Sedangkan kata penjual obat atau tukang obat (druggist) juga memiliki makna
yang negatif di masyarakat, oleh sebab itu kata tersebut tidak tepat/kurang
diterima untuk mendefinisikan seorang farmasis.
Apoteker (pharmasict) dituntut untuk selalu waspada dalam mengawasi
terutama resep palsu atau penyalahgunaan obat-obatan (terutama obat-obat
golongan narkotika, psikotropika, maupun precursor), serta orang-orang yang
mencoba untuk mendapatkan narkotika dan obat terlatang lainnya secara illegal.
Farmasi dapat berarti praktek farmasi sebagai profesi dan dapat juga
menjadi bisnis. Apoteker (pharmasict) yang memiliki apotek sendiri atau manajer
dari apotek adalah orang-orang bisnis serta praktisi terutama penyedia sarana
apotek/klinik. Dengan demikian, farmasi dapat memiliki 2 tujuan yakni untuk
merawat pasien dan untuk membuat cukup keuntungan agar bisnis dapat bertahan.
Farmasi (Bahasa Inggris: pharmacy, Bahasa Yunani: pharmakon, yang
berarti obat) merupakan salah satu bidang professional kesehatan yang terdiri dari
kombinasi ilmu kedokteran (termasuk ilmu kesehatan secara umum) dan ilmu
kimia, yang merupakan tanggung jawab untuk memastika efektivitas dan
keamanan dalam penggunaan obat.
Farmasi juga didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Ilmu
pengetahuan dalam farmasi mencakup tentang identifikasi, pemilihan (selection),
aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan
obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian juga
mencakup tentang penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik
melalui resep (prescription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan,
maupun melalui cara yang sah, misalnya dengan menyalurkan atau menjual
langsung kepada pengguna.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian farmasi adalah
suatu seni, ilmu dan teknologi dalam dunia farmasi yang antara lain mencakup
regulasi, penelitian dan pengembangan, Pendidikan, pembuatan, perdagangan,
pendistribusian, penyimpanan, pengelolan, peracikan, penyerahan, pemberian
informasi dan konsultasi tentang sediaan farmasi dalam rangka penjaminan mutu,
khasiat dan keamanan obat

E. FALSAFAH ILMU FARMASI


Ilmu farmasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari seluruh aspek tentang
obat, mulai dari proses pencarian bahan (bahan alami, semisintetik maupun
sintetik), pembuatan, cara penggunaan, distribusi, penyimpanan, penyerahan,
sampai obat tersebut digunakan dengan baik oleh pasien. Jika ditinjau dari obejk
materinya, ilmu farmasi memiliki kerangka dasar dari ilmu-ilmu alam yang
meliputi ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu matematika. Sedangkan
jika ditinjau dari objek formalnya, ilmu farmasi merupakan ruang limgkup dari
ilmu-ilmu kesehatan.
Secara histioris, ilmu farmasi dikembangkan dari ilmu-ilmu kesehatan
(medical sciences), yang diciptakan atas dasar kebutuhan mendesak karena
perlunya memisahkan ilmu kedokteran, yang dipisahkan menjadi ilmu farmasi
sebagai ilmu pengobatan dan ilmu kedokteran sebagai ilmu tentang diagnosis.
Tabel 1.1 Pembagian Ilmu menurut The Liam Gie
Ragam Ilmu
No Jenis Ilmu
Ilmu Teoritis Ilmu Praktis
1 Ilmu-ilmu Matematis Aljabar Accounting
Geometri Statistik
2 Ilmu-ilmu Fisis Kimia Ilmu Keinsinyuran
Fisika Metalurgi
3 Ilmu-ilmu Biologi Biologi molekuler Ilmu pertanian
Biologi sel Ilmu peternakan
4 Ilmu-ilmu psikologi Psikologi eksperimental Psikologi Pendidikan
Psikologi perkembangan Psikologi perindustrian
5 Ilmu-ilmu sosial Antropologi Ilmu administrasi
Ilmu ekonomi Ilmu marketing
6 Ilmu-ilmu linguistik Linguistik teoritis Linguistic terapan
Linguistic perbandingan Seni terjemahan
7 Ilmu-ilmu interdispliner Biokimia Farmasi
Ilmu lingkungan Ilmu perencanaan kota

Pada perkembangan lebih lanjut, ilmu farmasi tidak hanya mengadopsi ilmu
kimia, biologi, fisika, dan matematika saja, melainkan termasuk ilmu-ilmu terapan
seperti ilmu pertanian, teknik, ilmu kesehatan, bahakan dari behavior science.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa disatu pihak,
farmasi merupakan seni teknik (Technical arts) apabila ditinjau dari segi
pelayanan dalam penggunaan obat, namun dilain pihak farmasi juga dapat
digolongkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alat (natural science).
Farmasi dari persektif filsafat adalah sebagai ilmu tentang obat, informasi
obat, dan cara mengelola obat untuk pengobatan. Farmasi sebagai seni meracik
dan meramu obat guna meningkatkan kesehatan hidup manusia. Filsafat farmasi
ada sebagai bentuk kajian ilmu pengetahuan. Farmasi lahir untuk menjawab
berabagai tantangan kebutuhan hidup manusia. Farmasi sebagai ilmu adalah
sesuatu yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Untuk itu, ilmu farmasi harus
digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia

F. FARMASI SEBAGAI SAINS


Jika ilmu pengetahuan tertentu dikaji dari tiga aspek yakni ontology,
epistemology dan aksiologi, maka perlu dipahami tentang essensi atau hakikat
yaitu hal pokok atau intisari dasar yang benar dari ilmu tersebut. Contohnya
membangun filsafat ilmu farmasi maka perlu menelusuri dari aspek:
1. Ontology,
Berasal dari Bahasa Yunani, ontos = ada, dan logos = ilmu. Dengan Demikian
onkologi dapat diartikan sebagai ilmu keberadaan, atau dapat dijelaskan juga
sebagai eksistensi (keberadaan) dan essensi (arti) dari ilmu, dalam hal ini
adalah ilmu-ilmu kefarmasian. Kajian ontology mencakup wilayah objek
kajian dan hakekatnya. Disini ditinjau objek apa yang ditelaah sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut. Objek ontology pada farmasi adalah
obat dari segi sumber bahan obat, segi kimia dan fisis, segi terapeutik,
pengolahan sampai pada penyerahannya kepada yang memerlukan
2. Epistemology
Berasal dari Bahasa Yunani, yakni epites = cara dan logos = ilmu, dengan
demikian diartikan sebagai ilm tentang cara, kajian epistemology mencakup
tentang metode dan prosedur. Epistemology dalam ilmu farmasi yaitu metode
yang digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu kefarmasian.
Landasan epistemologis adalah pengalaman dan akal sehat, dalam farmasi
landasan ini adalah logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan
hipotesis, yang dinamakan pula metode logiko-hipotetiko-verifikatif, yaitu
pembuktian khasiat-khasiat obat berdasarkan bukti empiris atau pengujian
suatu materi potensi obat berdasarkan hipotesis atau berbagai pendekatan-
pendekatan sebagai suatu alasan/jawaban sementara. Metode ilmu farmasi
adalah pengobatan dan prosedurnya adalah mengobati, lebih lanjut dapat
dijelaskan bagai menkaji tenatng cara pengobatan dan mengobati, cara
menggunakan dan mengolah obat. Semua ini akan bermuara pada
pengembangan ilmu farmasi itu sendiri secara teoritis dan praktis.
3. Aksiologi
Berasal dari Bahasa Yunani, yakni axios = nilai dan logos = ilmu, sehingga
dapat dijelaskan bahwa aksiologi yakni ilmu tentang nilai, dalam ilmu farmasi
dapat dijelaskan sebagai manfaat dari ilmu-ilmu kefarmasian. Disini
mempertanyakan apa nilai kegunaan pengetahuan tersebut. Kegunaan atau
landasan aksiologis farmasi adalah bertujuan untuk kesehatan manusia.
Kajian aksiologi mencakup tentang manfaat dan kegunaan, dalam farmasi
yakni untuk kesehatan hidup manusia, sehingga kesehatan itu digunakan
untuk mensejahterakan dan memakmurkan kehidupan seorang manusia.
Seua bentuk pengetahuan dapat dibeda-bedakan atau dikelompokkan dalam
berbagai kategori atau bidang, sehingga terjadi diverifikasi bidang ilmu
pengetahuan atau disiplin ilmu yang berakar dari kajian filsafat, yakni Seni (Arts),
etika (ethics), dan Sains (science). Disatu pihak, farmasi tergolong seni teknis
(Technical arts) apabila ditinjau dari segi pelayanan dalam pengunaan obat
(medicine); dilain pihak farmasi dapat pula digolongkan dalam ilmu-ilmu
pengetahuan alam (natural science).
Sebagai ilmu, farmasi menelaah obat sebagai materi, baik yang berasal dari
alam maupun sintesis dan menggunakan metode logiko-hipotetiko-verifikatif
sebagai metode telaah yang sama seperti digunakan pada bidang ilmu
pengetahuan alam. Oleh karena itu, farmasi merupakan ilmu yang dapat
dikelompokkan dalam bidang sains.

G. FARMASI SEBAGAI PROFESI


Farmasi sebagai ilmu juga meliputi pelayanan obat secara professional.
Istilah professional saat ini semakin dikaburkan dengan banyak digunakan secara
salah kaprah. Semua pekerjan (job, vacation, occupation) dan keahlian (skill)
dikategorikan sebagai profesi, demikian juga dengan istilah professional sering
digunakan sebagai lawan atau amatir.
Profesi adalah sekelompok displin dari individu yang mematuhi standar
etika dan menjujung diri dan diterima oleh masyarakat. Individu dalam kelompok
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang diakui secara luas dari
hasil pembelajaran melalui penelitian, pendidikan, dan pelatihan pada tingkat
tinggi.
Terdapat tiga karakteristik umum yang dimiliki dan diakui sebagai profesi:
1. Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan khusus yang disediakan oleh Lembaga/institusi
professional pada jangka waktu tertentu, membekali mahasiswa secara
professional dengan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk praktek
profesinya. Selain itu, mahasiswa untuk lebih professional belajar sejarah,
sikap, dan etika profesi. Para lulusan nantinya juga harus menerima tugas dan
tanggung jawab menjadi seorang professional. Sebelum diizinkan melakukan
praktek dalam profesinya, lulusan farmasi harus tunduk terhadap peraturan
negara dan dinyatakan lulus ujian kompetensinya. Hal ini untuk menyakinkan
masyarakat bahwa pemohon memenuhi persyaratan minimum untuk
melakukan praktek profesi.
2. Ukuran keberhasilan (Measure of Success)
Keberhasilan dlam profesi didasarkan pada pelayanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, yang professional biasanya menerima bayaran. Namun, hadiah
utama bagi seorang professional sejati adlah dalam memberikan pelayanan
kepada pasien, yang terpenting dan perlu diingat bahwa dalam pelayanan
kesehatan, kesembuhan pasien. Focus praktek apoteker dalam hal ini
melakukan pekerjaan kewarmasian harus berorientasi pada pasien dan
kebutuhan pasien. Konseling pasien tanpa kompensasi keuangan telah
menjadi bagian dari praktik kefarmasian sejak awal.
3. Asosiasi
Setiap anggota profesi bekerja sama dengan anggota lain dan di profesi
lainnya. Salah satu mekanisme untuk wadah profesi adalah asosiasi, mulai
dari tingkat berdasarkan wilayah misalnya tingkat cabang (kabupaten/kota),
tingkat daerah (provinsi), tingkat nasional (pusat), tingkat regional (Asia),
tingkat benua dan tingkat dunia. Anggota asosiasi sama-sama
mengembangkan atau meningkatkan kerja sama, agar standar profesi dapat
meningkat dan meningkaykan Pendidikan dengan pertemuan ilmiah berkala
agar keterampilan anggota dapat meningkat dan dapat mempelajari metode
baru.
Menurut Hughes, E.C :”Profession pofess to know better than other the
nature of certain matter, and to know better than their clients what ails them of
their affairs”. Definisi ini menggambarkan suatu hubungan pelayanan anatar-
manusia, sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan
sebagai profesi. Menurut Schein, F.H. “The profession are a set of occupation
that their special role in society”. Definisi ini menggambarkan bahwa suatu
pekerjaan atau kehlian dapat dikatakan sebagai profesi jika pekerjan tersebut
membutuhkan keahlian khusus atau norma-norma dari peran kelompok dalam
masyarakat yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kelompok profesi dapat
dibedakan dari yang bukan profesioanal menurut kriteria berikut :
1. Memilih pengetahuan khusus, yang berhubungan dnegan kepentingan sosial.
Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk
kepentingan masyarakat umum
2. Sikap dan perilaku professional. Seorang professional memiliki seperangkat
sikap yang mempengaruhi perilakunya. Komponen dasar sikap ini ialah
mendahulukan kepentingan orang lain (altruism) di atas kepentingan diri
sendiri. Menurut Marshall, seorang professional bukan bekerja untuk dibayar,
tetapi ia dibayar supaya ia dapat bekerja.
3. Sanksi sosial. Pengakuan atas suatu profesi bergantung pada masyarakat
untuk menerimanya. Bentuk penerimaan masyarakat ini adalah dengan
memberikan hak atau lisensi oleh Negara untuk melaksanakan praktek suatu
profesi. Lisensi ini dimaksudkan untuk menghindarkan masyarakat dari
oknum yang tidak berkompetensi untuk melakukan praktek professional.
Apabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan sifat
sebagai berikut :
1. Profesi itu sendiri yang menentukan standar pendidikan dan pelatihannya.
2. Mahasiswa yang mengikuti pendidikan profesi tertentu harus memperoleh
pengalaman sosialisasi menuju kedewasaan yang lebih insentif dibanding
mahasiswa pada bidang pekerjaan lain.
3. Praktek profesioanl secara legal (menurut hukum) diakui dengan pemberian
lisensi.
4. Pemberian lisesnsi dan dewan penilai dikendalikan oleh anggota profesi.
5. Umumnya peraturan yang berkaitan dengan profsi dibentuk dan dirumuskan
oleh profesi itu sendiri.
6. Okupasi ini akan berkembang dari segi pendapatannya, kekuasaan, dan
tingkat prestise, sehingga dapat menetapkan persyaratan yang lebih tinggi
bagi calon mahasiswanya.
7. Praktisi profesi secara relative tidak dievaluasi dan dikontrol oleh orang
awam.
8. Norma-norma praktek yang dikeluarkan profesi itu lebih mengikat dibanding
control legal.
9. Anggota profesi sangat erat terikat dan terafiliasi dengan profesinya
dibanding dengan anggota okupasi lain.
10. Profesi ini biasanya merupakan terminal, daam arti tidak ada yang akan
beralih ke profesi lain.
Farmasi didefiisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan iilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintesik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat dan sedian obat.
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat ynag
sesuai dan aman, baik melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan,
maupun cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual
langusg kepada pemakai.

H. LAMBANG FARMASI
Dalam mitologi Yunani, Mangkung Hygenia adalah salah satu atribut
Hygeia, dewi kesehaatn. Pada masa kini, mangkuk Hygeia dijadikan sebagai
lambang farmasi dan apotek. Logo farmasi ini tidak bisa lepas dari sejarah yang
menyertainya. Beberapa sumber menjelaskan bahwa logo ular dan cawan (piala)
ini dikaitkan dengan lambang Saint John pada abad I sebelum masehi. Pada watu
Saint John diberi racun dengan menggunakan piala. Dugaan lain mengungkapkan
bahwa sebenarnya bukan piala yang dililit oleh ular, melainkan mangkuk Hygeia.
Symbol ini digunakan di Italia pada tahun 1222 untuk merayakan ulang tahun ke-
700 Universitas Padua, kampus pioneer untuj jurusan kedokteran dan hukum di
Eropa.

Gambar 2.1 Logo Farmasi

Pada tahun 1796, mangkuk yang dililt ular tersebut diperaya berasal dari
mitologi Yunani, yang disebut dengan mangkuk Hygeia. Nama Hygeia
merupakan putri kandung dari Aesculapus dan dewi kesehatan. Pada waktu itu,
ayah Hygeia, Aesculapius merupakan dewa kesehatan dan dewa penyembuh.
Karena kemampuannya menyembuhkan orang sakit, Zeus takut bahwa
Aesculapius akan membuat manusia kekal, itulah mengapa Apollo (anak Zeus)
membunuh Aesculapius dengan petir.
Setelah mmebunuhnya, Apollo membuatkan kuil untuk Aesculapius. Pada
saat membangun kuil, ternyata Apollo menemukan ular yang mati dalam keadaan
kaku. Anehnya, ketika dia mengambil ular tersebut dan dijatuhkan, ulat tersebut
bisa merayap kembali. Kejadian tersebut diartikan sebagai penyembuhan dan
penghidupan kembali dari kematian Aesculapius. Itulah mengapaputri dari
Aesculapius, Hygeia disebut sebagai symbol symbol penyembuhan. Menurut
kepercayaan Yunani kuno bahwa ular melambangkan makna kebijaksanaan dan
penyembuhan. Menurut kepercayaan kuno ular bisa melakukan kontak dengan
para arwah di dunia yang berbeda dan membawa jiwa orang yang telah meninggal
untuk membantu manusia yang masih hidup. Oleh karena itu, ular dianggap
membawa kebijaksanan karena bisa membawa arwah para leluhur yang bijak.
Menurut penjelasan Reeder (2013), Dewi Hygeia digambarkan memegang
sebuah patera (mangkuk obat) dan di badannya ada seekor ular yang hendak
meminum/memakan obat pada mangkuk tersebut. Beberapa berpendapar bahwa
mengkuk dan ular Hygeia melambangkan keselarasan kehidupan dengan bumi.
Ular mungkin melambangkan pasien yang bisa memilih apakah akan mengambil
obat pada mangkuk tersebut atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
seseorang mengendalikan kesehatannya sendiri melalui pilihan yang diambil.
Mangkuk atau gelas Hygeia dengan ular yang membelitnya telah menjadi
symbol dari banyak perkumpulan apoteker di seluruh dunia. Mangkuk Hygeia
merupakan lambang Asosiasi Apoteker Amerika dan digambarkan sebagai
mangkuk obat, Asosiasi Apoteker Kanada, Asosiasi Apoteker Australia, selain itu
juga banyak asosiasi apoteker lainnya mempergunakan versi yang menampilkan
sebuah gelas yang diapit oleh dua ekor ular. Sementara Federasi Apoteker
Internasional (FIP) mempergunakan mangkuk Hygeia yang disusun dari huruf
FIP.

Gambar 2.2 Lambang International Pharmaceutical Federation


Sumber : https://www.fip.org/

I. REFERENSI
1. Ahmad, I. 2017. “Pengantar Ilmu Farmasi (dalam Tinjauan Filsafat dan
Historis)”. Deepublish. Yogyakarta.
2. Fatima, F., 2002. “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan”.
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca
Sarjana/S3Program Studi DAS, Institut Pertanian Bogor.
3. Rumate, F.A. 1986. “Kajian Pustaka Farmasi”. Lembaga Penerbit Unhas,
Ujung Pandang.
4. Suriasumantri, Y.S. 1996. “Filsafat Ilmu, Suatu Pengantar Populer”. Penerbit
Sinar Harapan, Jakarta.
5. Watloly, A. 2001. “Tanggung Jawab Pengetahuan”. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
MODUL III
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU
FARMASI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami sejarah perkembangan ilmu
farmasi

B. PENDAHULUAN
Semenjak dunia dihuni oleh manusia serta makhluk hidup lainnya sudah ada
penyakit, sehingga manusia mencari cara untuk mengobatinya. Bagi makhluk hidup,
mengobati suatu penyakit atau gangguan adakalanya merupakan salah satu usaha untuk
mempertahankan eksistensinya. Cara untuk menyembuhkan suatu penyakit inilah yang
disebut ilmu pengobatan. Pada awalnya semua ilmu pengobatan berawal dari coba-coba.
Apabila suatu ramuan berhasil menyembuhkan suatu penyakit, maka ramuan tersebut akan
digunakan seterusnya secara turun-temurun untuk menyembuhkan penyakit yang sama.
Hal inilah yang mendasari lahirnya ilmu tentang pengobatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa banyak perubahan di segala aspek
kehidupan termasuk ilmu pengobatan. Selama berabad-abad lamanya, setelah
ditemukannya teknologi-teknologi yang dapat membantu manusia dalam melakukan
berbagai penelitian, pengobatan pun turut mengalami kemajuan. Obat yang pada awalnya
hanya diproduksi terbatas dan terkadang hanya terdapat di daerah tertentu kini dapat
dimanfaatkan dan dikonsumsi secara universal. Hal ini salah satunya merupakan dampak
karena adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
kesempatan ini akan dibahas sejarah dan perkembangan ilmu farmasi dimulai dari zaman
prasejarah hingga era baru farmasi serta dampak revolusi industri.
C. SEJARAH DAN MOMENT BESAR PERKEMBANGAN FARMASI
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang
berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya.
Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari
keluarganya. Di negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-
temurun. Di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai tabib adalah pendeta. Dalam legenda
kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan menugaskan Hygieia untuk meracik campuran
obat yang ia buat. Oleh masyarakat Yunani, Hygiea disebut sebagai apoteker. Di Mesir,
praktek farmasi dibagi dalam dua pekerjaan, yaitu mengunjungi orang sakit dan yang
bekerja di kuil menyiapkan racikan obat. Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali
ditulis di Cina sekitar 2735 SM.. Tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani.
Salah seorang muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran
etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang.
Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para
ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai dibedakan
peran antara seorang herbalist dengan kedokteran terjadi pada tahun 1240 ketika Kaisar
Frederick II dari Roma melakukan pemisahan tersebut. Maklumat yang dikeluarkan
tentang pemisahan tersebut menyebutkan bahwa masing-masing ahli ilmu mempunyai
keinsyafan, standar etik, pengetahuan, dan keterampilan sendiri-sendiri yang berbeda
dengan ilmu lainnya. Dengan keluarnya maklumat kaisar ini, maka mulailah sejarah baru
perkembangan ilmu farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut
maka lambang Ilmu Farmasi dan Kedokteran Berbeda. Ilmu Farmasi memakai lambang
cawan dililit ular sedangkan kedokteran tongkat dililit ular.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai
Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan
di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama
Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi
dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas.Di
Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The
Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11
tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical Association”. Organisasi
internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama “Federation
International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan
cara menambahkan karbon, hidrogen dan oksigen ke dalam sari pati kulit kayu
willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan
lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Pada Perang Dunia II
para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC, hormon
steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika. Dunia farmasi terus berkembang dengan
didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi.

D. PERKEMBANGAN FARMASI ZAMAN PRASEJARAH


Farmasi telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski dalam bentuk
yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan menggunakan insting dan observasi
terhadap burung-burung dan hewan-hewan buas. Mereka juga memanfaatkan air dingin,
daun, kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai usaha yang bersifat coba-coba, manusia purba
mempelajari berbagai hal untuk menolong sesamanya. Dalam waktu singkat, mereka dapat
menggunakan pengetahuannya dan bermanfaat bagi orang lain. Meskipun menggunakan
metode yang masih kasar, beberapa obat masa kini berasal dari sumber- sumber yang telah
digunakan oleh nenek moyang kita tersebut.
E. PERKEMBANGAN FARMASI ZAMAN KUNO
a. Pada Masa Babylonia Kuno
Pada masa Babylonia kuno, permata bagi Mesopotamia kuno, sering disebut
sebagai tempat munculnya peradaban manusia yang pertama menemukan dan
melaksanakan praktek peracikan obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar 2600
SM) melaksanakan tiga peran berbeda secara bersamaan sebagai agamawan, dokter,
dan apoteker. Naskah-naskah medik ditulis di atas tablet tablet tanah liat yang berisikan
gejala-gejala penyakit, resep, cara peracikan obat, dan doa-doa. Orang-orang Babylonia
telahberhasil menemukan hal-hal penting dalam upaya penyembuhan penyakit yang
pada masa sekarang dikenal dengan farmasetik modern, ilmu kedokteran, serta
kegiatan-kegiatan spiritual.
b. Pada Masa Cina Kuno
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh Shen
Nung (sekitar 2000 SM). Seorang kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasi
khasiat obat dari ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut
terhadap dirinya sendiri, serta menulisPen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal
asli yang berisikan 365 jenis obat- obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang cina
asli penghasilobat sebagai wujud perlindungan Tuhan untuk mereka.
Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herbal, kulit kayu, dan akar
yang diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal dalam bidang
kefarmasian hingga kini. Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbolmatematis
dari pencipta dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yangditemukan oleh Shen Nung
antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium, kulit kayu cinnamon, dan ma
huang atau disebut juga ephedra.
c. Papyrus Ebers
Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM,
.menggunakan catatan formula obat fenomenal, Papyrus Ebers, yang dibuat sejak 1500
SM. Papyrus Ebers tersebut memuatsekitar 800 formula dan 700 macam obat-obatan.
Pusat farmasi di Negara Mesir kuno diselenggarakan oleh dua orang pejabat negara
yang bertindak sebagai Ahli Farmasi di suatu ruangan yang disebut sebagai “Rumah
Kehidupan”. Papyrus Ebers didiktekan oleh seorang ahli farmasi mengenai prosedur
formulasi yang sedang dikerjakan.
d. Bapak Botani: Theophrastus
Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno ternama yang
dikenal sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam dan disebut sebagai Bapak
Botani. Berbagai observasi dan pengamatan yang dilakukannya mengenai medis dan
herba merupakan suatu pencerahanbagi pemahaman manusia. Beliau bertindak sebagai
pengajar bagisekumpulan siswa yang mempunyai minat yang sama dengannya.
e. Sang Toksikolog : Mithridates VI
Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus (sekitar 100 SM) yang
senantiasa bertempur melawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah ilmuan toksikologi
yang menemukan tidak hanya tentang berbagai jenis racun, namun juga bagaimana
mencegah dan mengobati efek racun. Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan
menggunakan tubuhnya sendiri dan juga tubuh para tahanan sebagai "kelinci
percobaan" dalam menguji coba berbagai racun dan antiracun. Formula yang diramu
Mithridates yang paling terkenal adalah suatu panantidotal yang popular digunakan
selama kurang lebih seribu tahun yang dikenal dengan Mithridatum.
f. Terra Silgillata: Merek Obat Pertama
Orang-orang masa lampau telah mempelajari manfaat dari merek dagang
yang merupakan identitas suatu barang yang digunakan untuk meraih konsumen.
salah satu therapeutic agent yang memakai merek dagang adalah Terra Sigillata (cap
Bumi), suatu tablet tanah liat yang berasal dari pulau Mediteranean di Lemnos
sebelum tahun 500 SM. setiap tahunnya tanah liat digali di terowongan Lemnian
dihadiri oleh pemerintah dan pendeta-pendeta. tanah liat dicuci, disuling, dan
digulung dengan ketebalan tertentu, tanah liat itu dibentuk seperti pastilles dan
diberi cap oleh para pendeta wanita, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.
Tablet-tablet tersebut didistribusikan secara komersial.
g. Hipocrates
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang
mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang
menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik
formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian
tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan
secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two
Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yangperlu direnungkan adalah bahwa akar ilmu
farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
F. PERKEMBANGAN FARMASI ZAMAN AWAL MASEHI
a. Dioscorides
Dengan adanya berbagai pencapaian dalam dunia ilmu pengetahuan serta
perkembangan yang memotivasi banyak orang melakukan observasi atau studi
intensif oleh para saintis, penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan
perdagangan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pedanios
Dioscorides (abad pertama masehi), adalah saintis yang telah berkontribusi dalam
bidang kefarmasian.
Dioscorides melakukan kerjasama dengan tentara romawi di seluruh dunia
untuk mempelajari Materia Medica. Dia mencatat hasil-hasil observasi,
menyampaikan tentang cara yang baik dalam mengumpulkan, menyimpan, dan
menggunakan obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah dilakukannya terus
digunakan sampai pada abad keenam.
b. Galen
Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih sangat
dihormati oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-200M) merupakan
pakar praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran di Roma. metode yang
diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik obat telah digunakan di dunia barat
selama 1500 tahun, dan namanya sendiri telah diasosiasikan dengan metode
peracikannya yang dikenal dengan galenika. Beliau adalah penemu dari formula krim
dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita kenal sekarang.
banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di laboratorium
peracikan modern masa kini.
c. Damian dan Cosmas
Identiknya dua professional kesehatan, farmasi dan kedokteran, digam-barkan
secara menarik oleh pasangan kembar, Damian (Farmasis) dan Cosmas (Dokter).
Pasangan tersebut merupakan keturunan arab yang beragama nasrani. Mereka
memasukkan unsur religious dalam pengetahuan mereka untuk membantu pasien.
Karir mereka berahir pada tahun 303 M secara martir dan selama berabad-abad
makam mereka di Kota Syiria (Cyprus) dianggap suci. Mereka termasuk dari deretan
saintis penting yangmenyokong kefarmasian dan kedokteran.
G. PERKEMBANGAN FARMASI ZAMAN KEGEMILANGAN FARMASI DI
PERADABAN ARAB-ISLAM
Peradaban Islam dikenal karena perkembangan ilmu pengetahuan, salah satunya
adalah farmasi. Ilmu tentang obat-obatan ini menjadi acuan perkembangan kedokteran di
Berbagai peradaban. Dengan menguasai tradisi farmasi dan kedokteran, kesehatan
masyarakat menjadi lebih baik. Islam merupakan peradaban yang sangat
memperhatikan perkembangan farmasi. Menurut Abu Al-Wafar Abdul Akhir, sejarah
farmasi Islam terbagi dalam empat fase, yaitu:
1. Fase pertama adalah hasil kerja keras pakar kimia Muslim, sekaligus perintis ilmu
farmasi Jabir bin Ibnu Hayyan (720 M-815 M). Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi. Ia lahir pada pada tahun 721 M dan
meninggal pada tahun 815 M. Jabir Ibnu Hayyan merupakan salah seorang yang
dianggap pantas sebagai wakil utama alkemi (ahli kimia) atau “The Father of
Chemistery”Arab pada masa-masa awal perkembangannya.“Bapak Kimia Modern”
ini juga tercatat sebagai penemu sederet proses kimia, seperti penyulingan atau
destilasi, kritalisasi, kalsinasi, dan sublimasi. Sang ilmuwan pun tercatat berhasil
menciptakan instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Ia mampu
menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi,
pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Berkat jasanya, teori
oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap. Zat penting seperti
asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, dan asam asetat lahir dari hasil penelitian dan
pemikiran Jabir. Ia pun sukses melakukan distilasi alkohol. Salah satu pencapaian
penting lainnya dalam merevolusi kimia adalah mendirikan industri parfum. Jabir
Ibnu Hayyan ikut mewarnai khazanah farmasi Islam. Eksperimen dan penelitian
gencar ia lakukan. Jabir juga seorang penulis produktif, tak kurang dari 200 karya
telah dihasilkan, antara lain sebagai berikut:
a. Kitab al-Khama’ir (Fermentasi);
b. Kitab al-Khawashsh al Kabir (Buku Besar Sifat Kimiawi);
c. Buku-buku yang berisi esai-esai, yang sistematikanya tampak agak kacau,
tentang praktik alkemi dengan beberapa acuan yang menunjuk pada alkemi kuno
(Zosimus, Democritus, Hermes, dan Agathodemon);
d. Buku-buku yang berupa sebuah eksposisi sistemik tentang pengajaran alkemi;
e. Buku Kutub al-Mawazin (Books of the Balances), kitab mengenaikesetimbangan-
kesetimbangan) sebuah eksposisi mengenai landasan teori, atau lebih
merupakan landasan landasan filosofis alkemi dan ilmu ilmu gaib; dan
f. Buku-buku yang terdiri atas naskah naskah yang menyelidiki secara lebih
menyeluruh dan lengkap masalahmasalah tertentu dari kitab Kutub alMawazin

2. Fase kedua, ilmu farmasi dikembangkan oleh Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857
M), Al-Kindi (809-873), Sabur Ibnu Sahl (Wafat869 M), Abu Hasan Ali bin
Shal Rabani At Tabari (838-870 M), dan Zakariya Ar-Razi (864 M-930 M).
1) Abu Zakariyya Yuhanna Ibnu Masawayh, populer dengan julukan Ibnu
Masawayh. Beliau adalah seorang dokter yang termasyhur pada abad ke-9
Masehi yang telah berperan besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
pada masanya dengan upaya penerjemahan karya-karya Yunani. Karirnya
sebagai seorang dokter ternama dimulai sejak masa pemerintahan al-Rasyd
hingga al-Mutawakkil. Ibnu Masawayh berhasil mengumpukan sekitar 30
simplisia, lengkap dengan metode pengamatan dan diagnosis fisik terhadap efek
farmakologisnya. Ghaliyyah atau pencampuran aromatik juga telah
dipraktikkan dalam terapi aromatik dan proses pembuatan parfum. Berbagai
rempah-rempah dijadikan bahan penelitian serta dikembangkan menjadi bahan
parfum dan bahan dasar ramuan obat herbal. Karya-karyanya yang terkenal
adalah sebagai berikut :
a) Kitab Al-Mushajjar Al-Kabir, yakni merupakan ensiklopedia yang
berisi daftar penyakit berikut cara pengobatannya melalui obat obatan
serta diet. Bahkan beliau mengatakan bahwa para dokter yang bisa
menyembuhkan penyakit hanya melalui makanan tanpa penggunaan obat
adalah yang paling baik dan beruntung.
Ibnu Masawayh pernah mempopulerkan penggunaan beberapa
tumbuhan terkenal untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh terhadap
penyakit. Beliau menyerukan para dokter menggunakan satu obat untuk
satu penyakit berdasarkan prinsip empirik dan analogi. Penemuannya
yang sangat terkenal adalah metode diet sebagai metode penyembuhan
tanpa obat. Pengembangannya pada metode diet telah memberikan
alternatif pengobatan dengan cara lain. Pasien pasiennya sering
menganggap dia sebagai dokter spesialis diet. Ia mempelajari secara serius
berbagai makanan dan minuman yang dapat mendukung program diet.
b) Kitab an-Nawadir al-Thibbiyya (sebuah kumpulan catatan medika), yakni
sebuah kumpulan teori dan masalah kedokteran;
c) Kitab al-Azmina (sebuah deskripsi tentang berbagai ragam musim
sepanjang tahun);
2) Al-Kindi, dengan nama lengkap Yusuf bin Ishaq Al- Kindi. Dia dilahirkan di
Kuffah pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 970 M. Dalam sejarah
hidupnya dikenal sebagai filuf, juga amat masyhur sebagai ilmuwan. Selama
abad ke-9 M, al-Kindi termasuk salah seorang yang gemilang namanya di bidang
kimia. Al-Kindi bukan hanya filsuf tetapi juga ilmuwan yang menguasai
pengetahuan yang ada di zamannya. Dalam ilmu farmasi, ia mencoba
menetapkan bahwa efektivtas obat-obat campuran tergantung atas hubungan
matematis antara bahan-bahan obat itu. Dalam dunia pengobatan al-Kindi
menghasilkan karya antara lain:
a) Risalah fi’illat Nafts ad-Daman tentang homoptesisi (batuk darah
dari saluran pernapasan).
b) Risalah fi Asyfiyat as-Sumum tentang penawar racun.
c) Risalah ‘illat al-Judwan wa Asyfitatuhu, tentang penyakit lepra dan
pengobatannya.
d) Risalah fi ‘Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.
e) Risalah fi ‘illat Baharin al-Amradah alHaddah, tentang sebab igauan
dalam penyakit-penyakit akut.
3) Sabur Ibnu Sahl, merupakan dokter pertama yang mengenalkan
pharmacopedia. Ia menjelaskan beragam jenis obat-obatan untuk
menyembuhkan beragam penyakit. Tidak hanya itu, juga tercatat sebagai
dokter pertama yangmencetuskan pharmacopedia. Ia telah menjelaskan beragam
jenis obat obatan untuk mengobati penyakit. Sumbangannya untuk
pengembangan farmakologi dan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-
Aqrabadhin.
4) Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban At-Tabari, lahir pada tahun 838 M dan
meninggal pada tahun 870 M. At-Tabri di samping menguasai ilmu
pengetahuan kedokteran, beliau juga seorang pakar kedokteran, botani,
psikologi, astronomi, filsafat, dan kaligrafi. At-Tabari adalah guru dari dokter
yang terkenal Zakariya ar-Razi (Rhazes). Sumbangan at-Tabari dalam bidang
famakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Dua kitab yang terkenal
adalah Kitab Paradise of Wisdom (kitab ini membahas tentang pengobatan
menggunakan binatang dan organ-organ burung). Dia juga
memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya; dan Kitab Firdaus
al-Hikmat Al-Tabari yang terkenal di seluruh dunia terdiri atas 7 jilid berjudul
dan merupakan ensiklopedia kedokteran pertama yang memasukkan beberapa
cabang ilmu kedokteran. Karya ini diterjemahkan dan diterbitkan untuk
pertama kali pada abad ke-20.
5) Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi, dilahirkan di Provinsi Rayy,
dekat Teheran, Iran pada tahun 854 M dan wafat pada tahun 923 M. Dia
merupakan dokter Muslim terbesar dan guru besar dunia Islam dan Eropa di
bidang ilmu kedokteran. Dia juga seorang filsuf dan ahli kimia setelah dasar-
dasarnya dirumuskan oleh Jabir bin Ibnu Hayyan, hingga dia mampu membuat
berbagai penemuan kimia modern berdasarkan penelitian dan eksperimen.
Bidang kedokteran, kimia, dan farmasi dikuasai Ar-Razi dengan sangat
baik. Dia tidak hanya pempelajari kedokteran Arab dan Yunani seperti para
ilmuwan muslim lainnya, melainkan juga menguasai kedokteran India. Dia
sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga memiliki kemampuan
khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh para ilmuwan lainnya.
Ar-Razi selama hidupnya mengarang buku-buku ilmiah yang jumlahnya tak
kurang dari 200 buah.
Karya-karyanya di bidang kedokteran, kimia, dan farmasi, antara lain:
a) Kitab Al-Hawi, yakni berupa buku ensiklopedia kedokteran yang meliputi
semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, India. Buku yang
terdiri atas 20 jilid tersebut dianggap sebagai buku induk kedokteran. Buku
ini menghimpun hasil- hasil eksperimen, penelitian dan pengalaman
medisnya. Apa yang dituliskan dalam buku ini adalah hasil rangkuman
ilmu-ilmu kedokteran yang telah dibaca, dicatat, lalu diuji keabsahan dan
kebenarannya lewat eksperimen. Berbagai fomulasi kimia hasil temuan
Ibnu Hayyan menjadi dasar analisisnya selama berkutat dalam kerja
penelitian di laboratorium. Ar-Razidianggap menyempurnakan klasifikasi
karya Ibnu Hayyan dan membedakan antara zat yang ada secara alami dan
diciptakan lewat riset. Ar-Razi menekankan pentingnya pembuktian
dengan melakukan eksperimen. Ia memperbaiki proses penyulingan,
penguapan, dan penyaringan yang masih mentah. Ar-Razi memberikan
kontribusi dalam membesarkan farmasi dengan meramu bahan bahan
kimia secara teliti lalu diracik untuk membuat obat-obatan. Beliau telah
memperkenalkan penggunaan bahan kimia dalam pembuatanobat-obatan.
b) Kitab Ath-Thib Al-Manshuri, yakni buku yang menjeskan tentang anatomi
tubuh manusia termasuk anatomi kerangka manusia dan sususana urat
saraf, serta anatomi pembuluh darah di tenggorokan. Melalui kitabnya ini
al-Razi berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan
perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan mental.
c) Kitab Al-Asrar (Rahasia-rahasia), yakni buku yang berisi tentang obat-
obatan secara medis dan cara pencampurannya. Ar-Razi dalam kitab ini,
turut menggambarkan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
Bahkan, buku ini sampai abad ke-19 masih tetap menjadi buku pegangan
praktikum kedokteran.
d) Kitab Al-Judari wa Al-Hasbah (Cacar dan Campak), yakni buku ini terdiri
dari penjelasan yang paling dalam tentang penyakit cacar dan campak
serta cara mendiagnosanya sejak dini.
e) Kitab Al-Kimya, yakni salah satu buku acuan penting dalam ilmu kimia.
Setelah menggeluti bidang kimia ia menjadi dokter terkenal,
kemasyurannya hanya dapat ditandingi oleh Ibnu Sina. Ar Razi
merupkakan saintis pertama yang berhasil mengklasifikasikan berbagai zat
kimia ke dalam tiga bagian yakni: mineral-mineral, hewan-hewan dan
tumbuh–tumbuhan. Pengelompokkan ini didasarkan pada asumsi bahwa
hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga tersusun dari unsur-unsur kimia.

3. Fase ketiga, ilmu kedokteran dan farmasi melalui tangan Al- Zahrawi (936-1013),
Ibnu Sina (980-1037 M), Abu Raihan MuhammadAl-Biruni (973-1050 M), Ibnu
Aldan Abu Ja’far Al-Ghafiqi (Wafat 1165M)
1) Abu al-Qosim Khalaf Ibnu Abbas Al- Zahrawi lahir pada tahun 936 di Kota
Al-Zahra, Spanyol dan meninggal pada tahun 1013 M. Di Kota Cordoba dia
menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta
mengebangkan ilmu bedah. Dunia saat ini memberikan penghargaan sebagai
“Bapak Ilmu Bedah Modern”. Al -Zahrawi adalah seorang dok ter bedah
yang fenomenal, karya dan hasil pemikirannnya diadopsi para dokter di
dunia Barat.
Al-Zahrawi terkenal sebagai seorang dokter dan ahli bedah Muslim
Spanyol, yang ilmunya dikembangkan pada masa pemerintahan Abdur
Rahman III (1912-961 M). Di kalangan dokter Muslim sendiri dia dikenal
sebagai perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnoistie) dancara penyembuhan
(the repeutic) penyakit telinga. Dialah yang telah merintis di lakukannya
pembedahan telinga untuk mengembalikan fungsi pendengaran, dengan
jalan memperhatikan secara saksama anatomi saraf-saraf halus (arteries),
pembuluh-pembuluh darah veins) dan otot-otot (tendons).
Tidak hanya terbatas itu, ia dikenal pula sebagai pelopor pengembangan ilmu
penyakit kulit (dermafologi). Sumbangan Az-Zahrawi di bidang kedokteran
dan farmasi dengan mengarang buku, antara lain:
a) Kitab At-Tahsrif li Man Arjaza an at-Ta’lif” (Buku pedomankedokteran
atau Medical Vademecum). Buku ini menerangkan serta melukiskan
dengan jelas diagram tak kurang dari 200 buah peralatan pembedahan. Ia
telah menggunakan banyak macam peralatan untuk keperluan
pengobatan gigi. Pada bagian akhir salah satu bukunya membahas tentang
luka dan cara pembedahannya, tentang pengobatan tulang yang remuk,
tentang penyakit gigi sekaligus dengan cara pengobatannya, tentang
pembakaran luka dan pembersihan darah di dalam rahim sehabis
bersalin. Buku inilah yang menjadi dasar peletakan dasar- dasar
pengembangan kedokteran gigi di Eropa. Dalam buku ini secara rinci
dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi,
farmakologi serta ilmu kedokteran umum. Ia juga mengupas tentang
kosmetika.
b) Kitab al-Mansur, membahas tentang pembuatan obat-obatan dengan jalan
sublimasi dan distillasi. Buku ini sampai abad ke-15 M, masih
dimasukkan dalam silabus pelajaran medis di Universitas Tubingen. Buku
Abulcasis de Chirurgia Arabice et Latin Cura Johannis Channing”,
sebanyak dua volume, yang diterbitkan di Venice pada tahun1479 M, di
Basla tahun 1541 M, dan di Oxford pada tahun 1778 M. Bukunya ini
mengulas secara lengkap mengenai pembedahan.
2) Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina, dikenal di dunia
Barat dengan Avicenna. Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M di Afsanah,
desa kecil dekat Bukhara (Ibukota Dinasti Samanyyah), sekarang wilayah
Uzbekistan dan meninggal pada tahun 1037 M. Semasa hidupnya Ibnu Sina,
pernah mengabdi di istana. Tugasnya mempersiapkan pengobatan serta
perawatan pada khalifah, keluarga istana, dan pejabat penting.
Kompentensi Ibnu Sina dalam dunia kedokteran tidak diragukan lagi.
Beliau adalah ahli bedah, seperti mengentaskan pembengkakan pada kanker,
membedah kelenjar tenggorokan dan batang tenggorokan, membuang bisul
pada pengkristalan paru-paru. Ia juga mengobati penyakit wasir. Ia
mengemukakan cara pembedahan dengan melakukan penyuntikan di bawah
kulit pasien dengan menggunakan pembiusan untuk mengobati luka. Karya-
karya Ibnu Sina di bidang kedokteran dan farmasiantara lain:
a) Buku al-Qanun fi-Tibb. Buku ini merupakan buku pedoman kedokteran
dan buku yang terluas dipergunakan oleh kalangan kedokteran baik di
daerah Islam maupun bangsa Eropa. Melalui buku ini, ilmu kedokteran
moderm mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, susunannya
secara sistematis. Buku ini pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin.
Pada abad ke- 16 M, buku tersebut mempunyai pengaruh besar di
kalangankedokteran. Buku ini masih dipergunakan juga sampai abad ke-
19. Buku ini juga menunjukkan pengetahuan anatomi. Buku Qanun Ibnu
Sina sejak zaman Dinasti Han di Cina telah menjadi buku standar karya-
karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah karya Ibnu Sina
telah diterjemahkan dalam bahasabahasa Latin dan Ibrani, yang merupakan
bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan pada masa itu. Qanun terdiri
dari lima pokok bagian, yaitu :
a. Prinsip - prinsip umum kedokteran yang meliputi filsafat
kedokteran, anatomi, fisiologi, pemeliharaan kesehatan (higienis)
dan penangan penyakit-penyakit;
b. Obat - obatan yang sederhana;
c. Gangguan organ dalam dan luar tubuh;
d. Beragam penyakit yang mempengaruhi tubuh secara umum, tidak
terbatas pada satu organ tubuh; dan
e. Obat-obat persenyawaan kompleks.
Dalam pengobatan dengan obat-obatan dijelas kan oleh Ibnu Sina melalui
bukunya The Canon of Medicine bahwa ada tiga aturan dalam memilih obat-
obatan, yakni seleksi sesuai keualitas, baik panas, dingin, lembab, kering dan
pemilihan jumlah yang akan diberikan (dosis). Ada dua sub bagian meliputi,
pengukuran dalam hal berat badan dan pengukuran kualitas derajat panas
dan dingin;
Kontribusi Ibnu Sina dalam bidang farmasi itu dituliskannya dalam
bukunya yang sangat monumental Canon of Medicine. Dalam Kitab al-
Qanun fi Tibb, ilmuwan besar ini memberikan panduan penting tentang
aspek farmasi. Bahkan dalam kitab Qanun menyediakan satu jilid
khususnya membahas materi-materi kedokteran dan farmasi.
a) Buku As-Syifa (The Book of Recovery or The Book of Remedy) buku tentang
penemuan atau buku tentang penyembuhan.
b) Buku Sadidiya, buku ilmu kedokteran. Dia mendeskripsikan secara rinci
tetumbuhan yang menghasilkan obat dan beberapa macam hewan, serta
barang-barang tambang yang juga menghasilkan obat.
3) Abu Raihan Muhammed Ibnu Ahmad, Al-Biruni lahir pada tahun 973 M
di Kath, sebuah kota di aliran sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan) dan
meninggal pada tahun 1051 M di Ghazni (Pakistan). Al-Biruni adalah seorang
ilmuwan terbesar dalam sepanjang sejarah manusia. Sejarah mencatat, Al-
Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajaritentang
seluk-beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari
bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India.Al-Biruni pun tak hanya menguasai
beragam ilmu seperti fisika, antropologi, psikologi, kimia, astrologi, sejarah,
geografi, geodeso, matematika, farmasi, kedokteran, serta filsafat. Dia juga
memberikan kontribusi besar bagi pekembangan ilmu farmasi.
Al-Biruni mendefenisikan ilmu farmasi serta menentukan metode dan prinsipnya.
Selain itu, ia juga menulis teks terlengkap buku buku farmakologi yang sangat
berharga, yakni sebagaiberikut.
a) Kitab as-Saydalah fi ath-Thibb (Buku tentang Obat- obatan). Buku ini
mengupas secara lugas dan jelas mengenai selukbeluk ilmu farmasi. Dalam
kitab ini, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga
menjelaskan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang
farmasis. Selain itu, buku ini juga membahas mengenai soal obat bius.
b) Kitab Asy-Syahdalah (Ramuan-ramuan) diterjemahkan dalam bahasa
Latin dengan judul Continens. Al-Biruni menjelaskan peralatan untuk
pembuatan obat-obatan, peran farmasi serta fungsi dan tugas apoteker. Ia
juga turut menopangtumbuhnya apotek di era Islam dan menjelaskan fungsi
apotek.
4) Abu Ja’far Muhammad Ibnu Qassoum Ibnu Aslam Al-Ghafiqi. Beliau wafat pada
tahun 1965 M. Dia seorang ahli obat-obatan yang berasal dari Andalusia (Spanyol).
Beliau mengumpulkan dan mengkaji berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang
diperolehnya dari wilayah Spanyol dan Afrika. Ilmuwan muslim ini turut memberi
kontribusi dalam pengembangan farmakologi dan farmasi. Sumbangan al-Ghafiqiuntuk
memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, dan meracik dan menyimpan obat-obatan
dituliskan dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Buku ini memaparkan
tentang pendekatan, metodologi, eksperimen, serta observasi dalam farmakologi dan
farmasi.

4. Fase keempat, para ilmuwan farmasi Muslim mulai memperluas studi mereka mulai
memperluas studi mereka lewat perindustrian di bidang farmasi. Hasil akhir dari studi
tersebut adalah seni menyajikan obat-obatan. Empat dari dari mereka adalah Ibnu
Zuhr (1091-1131 M), Ibnu Thufayl (1112-1186 M), Ibnu Rusyd (1128-1198 M),
dan IbnuAl-Baythar (11971248 M).
1) Abu Marwan Abdu al- Malik Ibnu Zuhr, lahir di Seville, Spanyol, pada tahun
1091M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli bedah, sarjana Islam, dan
seorang guru. Ia menimba ilmu kedokteran di Universitas Cordoba. Ibnu Zuhr
mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia
modern, antara lain sebagai berikut.
a) Kitab al-Taysir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Perawatan dan Diet). Buku
ini adalah ensiklopedia kedokteran. Selain itu, buku ini memaparkan
sederet kontribusi penting yang dihasilkannya dalam ilmu kedokteran.
Buku itu mengupas beragam penyakit dan cara penyembuhannya.
b) Kitab al- Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course
concerning the Reformation of Souls and the Bodies). Kitab itu berisi
rangkuman beraneka jenis penyakit, pengobatan, dan pencegahannya. Buku
itu pun dipandang sangat bernilai tinggi karena di dalamnya mengupas
dan membahas kajian psikologi.
c) Kitab al-Iktisad fi Islah an-Nufus wa alAjsad (Curing souls and bodies) adalah
rangkuman berbagai penyakit, perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan
psikoterapi. Salinan kitab ini masih tersimpan di Perpustakaan Istana di
Rabat.
d) Kitab al-Aghthiya (Buku mengenai Bahan Makanan). Ibnu Zuhr juga
menekankan pentingnya menjaga kesehatan denganasupan gizi yang baik
dan seimbang. Buku ini merinci dan menjelaskan aneka jenis makanan dan
obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan. Pemikiran dan penemuan
yang berhasil diciptakannya begitu berpengaruh, baik di duniakedokteran
Barat maupun Timur selama beberapa abad.
2) Abu Bakar Ibnu Abd al- Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufayl.
Dalam bahasa Latin IbnuThufayl populer dengan sebutan Abubacer. Ia lahir
di Granada, Spanyol pada tahun 1112 M dan meninggal di Maroko pada tahun1186 M.
Dia memiliki semangat yang luar biasa dalam menuntut ilmu sehingga
mengantarkannya menjadi ilmuwan kedokteran, matematika, astronomi dan filsafat,
bahkan menjadi penyair yang sangat terkenal pada masa Dinasti Muwahhidun yang
saat itu menguasai Spanyol.
Profesi kedokteran dan keuletannya bekerja menyebabkannya dipercaya dan
diangkat menjadi sekretaris pribadi Gubernur Ceuta dan Tangier oleh Putra Abdul
Mu’min sampai akhirnya ia menjadi dokter pribadi Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur,
Khalifah Daulah Muwahhidun (1163-1184 M), sekaligus menjadi qadhi dan wazir
kekhalifahan tersebut. Ibnu Thufayl meletakkan jabatannya sebagai dokter pada
tahun 1182 M, karena usianya yang uzur. Ibnu Thufayl kemudian memohon pada
khalifah supaya Ibnu Rusyd, muridnya menggantikan posisinya. Atas
kebijaksanaan Khalifah, permintaan itu dikabulkan dan Ibnu Rusyd menjadi dokter
istana. Ibnu Thufayl banyak menulis masalah filsafat, matematika,fisika, kejiwaan,
kedokteran. Karya di bidang kedokteran antara lain sebagai berikut.
a) Kitab Muraja’at wa Manahits (Revisirevisi dan Pembahasan)
b) Kitab Arjuzah fi at-Thib, sepanjang 7700 bait dalam bentuk manuskrip, dan
sekarang masih tersimpan di perpustakaan Jami’al-Qarawiyyin Fes, Maroko.
3) Abu al-Walid Muhammad bin Rusyd atau dikenal Ibnu Rusyd lahir dan
dibesarkan di Cordoba, Spanyol pada tahun 1128 M dan meninggal pada tahun
1198 M. Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf ulung, ahli ilmu al-Quran, serta ilmu-ilmu
kealaman seperti fisika, kedokteran, biologi, dan astronomi. Ibnu Rusyd dikenal
pula sebagai seorang perintis kedokteran umum, serta perintis mengenai ilmu
jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian
pembuluhpembuluh darah, serta penyakit cacar. Sumbangan Ibnu Rusyd dalam
bidang farmasi, yakni sebagai berikut :
a) Kitab al-Kulliyyat fi ath-Thibb (Aturan aturan umum ilmu kedokteran).
Buku ini kedokteran yang paling dikenal di kalangan ilmuwan di bidang
penyembuhan. Buku ini membahas secara kompherensif tentang kesehatan
tubuh dan penyakit- penyakit nya. Secara garis besar berisi prinsip umum
yang bekerja dalam tubuh, baik ketika sehat maupun sakit. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, denganjudul Colliget.
Bahkan, kitab ini digunakan sebagai buku wajib bagi dokter-dokter Eropa
selama berabad-abad. Salinan bukuini dalam bahasa Inggris dikenal dengan
nama General Rulesof Medicine, sempat dicetak berulangkali di Eropa
b) Kitab Al-Urjuza fi ath-Thibb, yakni komentarnya berupa syair medis. Ibnu
Rushyd dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat,
meskipun ia tetap respek terhadap karya-karya medis pendahulunya tersebut,
seperti terlihat pada komentarnya berupa syair medis “Al-Urjuza ath-Thibb”
tersebut.
c) Kitab al-Risalah (Risalah Pokok tentang Medis)
4) Abu Muhammad Abdallah IbnuAhmad Ibnu Al-Baythar, lahir di Malaga pada
tahun 1197 M dan meninggal di Damaskus pada tahun 1248 M. Ibnu Al-Baythar
terkenal sebagai dokter hewan, ahli botani dan farmakologi, sarjana ilmu tumbuh-
tumbuhan (botani). Ibnual-Baythar pertama kali menuntut ilmu di Seville, Spanyol,
di sana ia mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan di kota tersebut sebagai bahan
penelitiannya.
Ibnu Al-Baythar ketika berada di Mesir ditunjuk oleh Al-Klim Ayyubi sebagai
“Kepala Ahli Meramu Obat”. Setelah meninggalkan Kairo, ia lalu banyak melakukan
pengelanaan dan beberapa ekspedisi ilmiah. Kemudian ia berangkat ke Damaskus dan
menetap di sana. DiDamaskus ia sibuk mengumpulkan berbagai jenis tanaman sebagai
bahan untuk penelitian dan pengobatan. Karya-karya penting Ibnu al-Baythar antara
lain:
a) Kitab Al-Mughni fi al-Adwiya’ al-Mufradat bahasan mandiri tentang
ramuanramuan sederhana, yang terdiri atas 20 bagian. Susunannya sesuai
dengan anggota tubuh yang harus didahulukan dalam menyembuhkan
penyakit. Buku inidipersembahkan kepada Al-Malik Ash-243 Shalih Najm ad-
Din Ayyub. Di dalam buku ini juga ia menjelaskan beberapa contoh ramuan
obat yang tepat untuk setiap penyakit.
b) Kitab Al-jami’ li Mufradat al-Adwiyah’’wa al-Ahdhiya diterjemahkan
menjadi “The Complete Book in Simple Medicaments and Nutritious Items”
(Buku Lengkap tentang Obat-obatan Sederhana). Buku ini tercetak di Kairo
pada tahun 1874 M. Buku ini sangat populer dan merupakan kitab yang paling
terkenal mengenai tumbuhan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab
ini menjadi rujukan para ahli tumbuh-tumbuhan dan obat-obatan hingga abad
ke-16. Buku tersebut disusun berdasarkan hasil observasi yang pernah
dilakukan oleh Al-Baythar sendiri kemudian ia memadukannya dengan apa
yang diwariskan pustaka Yunani Purba dan pengetahuan Tradisional Arab.
Buku ini juga memuat sejumlah daftar, secara al-fabetis, dari kurang 1400
contoh-contoh obat, di mana 300 macam di antaranya adalah penemuan al-
Baythar sendiri. Ramuan yang berjumlah 300 macam tersebut terdapat kurang
lebih dari 200 macam ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Semua
ramuan bahan-bahan ramuan itu dapat diperoleh di negara-negara sepanjang
Laut Tengah, Spanyol dan Syiria. Secara umum, ramuan-ramuan obat tersebut
berasal dari binatang-binatang, tumbuhtumbuhan, dan mineral-mineral.

c) Kitab Al-Jamii fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat- Obatan yang


sederhana). Kitab ini beliau memberi kontribusi dalam bidang farmasi. Di
dalam kitab nya itu, dia mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat
(sekarang dikenal dengan nama herbal). Lebih dari seribu tanaman obat
dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukan
berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan
sebelumnya. Kitab Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik
yang berkaitan dengan botani pengobatan. Kitabnya ini masih tetap
digunakan sampai masa pencerahan di benua Eropa.
a) Kitab Al-Adwiyat al-Basyithah “Ramuanramuan Sederhana”, yang di cetak
dalam bahasa Latin dengan judul “Simplicia” dan diterbitkan di Cremona pada
tahun 1758 M (Sudewi danNugraha, 2017)

H. PERKEMBANGAN FARMASI MENJELANG ABAD PERTENGAHAN DAN


ABAD KE 20
Menjelang Abad 20 penelitian farmasi mulai banyak dilakukan. Karl Wilhelm
(1742-1786) seorang ahli farmasi swiss berhasil menemukan zat kimia seperti asam laktat,
asam sitrat, asam oksalat, asam tartrat dan asam arsenat. Scheele juga berhasil
mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru membuat calomel, dan asam benzoat serta
menemukan oksigen. Friedrick seturner merupakan ahli farmasi jerman (1783-1841)
berhasil mengisolasi morpin dari opium, pada tahun 1805, seturner juga menganjurkan
suatu seri isolasi dari tumbuhan lainnya juga. Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph
pelletier (1788-1842) menggabungkan keahlian mereka dalam mengisolasi kina dan
sinkonin dari sinkona.
Joseph pelletier (1788-1842) dan pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein
dan robiquet sendiri memisahkan kodeina dari opium. secara metode satu persatu zat kimia
diisolasi dari tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat yang bertanggung jawab terhadap
aktifitas medis tanamannnya. dieropa abad ke18 dan 19 M mereka berdua sangat dihargai
karna kemampuannya. mereka juga menerapkan kemampuan ilmu farmasi pada
pembuatan produk-produk obat yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman, dan
khasiat yang tinggi daripada yang sebelumnya dikenal. ekstraksi dan isolasi ini merupakan
keberhasilan yang sangat besar dibidang sediaan yang dipekatkan, sehingga saat itu banyak
ahli farmasi yang membuat sediaan obat dari tanaman meski dalam skala yang kecil.
Pada awal abad ke-19 obat di Amerika umumnya diimpor dari Eropa, walaupun
banyak obat asli amerika yang berasal dari suku indian yang diambil oleh pendatang.
Seiring terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat, muncul 3 perusahaan farmasi pertama
diketahui telah berdiri sebelum tahun 1826 dan 22 perusahaan muncul setengah abad
kemudian. pada tahun 1821 sekolah farmasi pertama didirikan di philadelphia.

I. ERA BARU FARMASI DAN DAMPAK REVOLUSI


Revolusi industri pertama yang dimulai sejak 1784 menggunakan tenaga air dan
uap untuk mekanisasi sistem produksi. Revolusi Industri kedua yang dimulai pada tahun
1870 menggunakan energi listrik untuk melangsungkan produksi massal. Sedangkan
Revolusi Industri ketiga yang dimulai pada tahun 1969 memanfaatkan kekuatan elektronik
dan teknologi informasi untuk mengotomatisasi proses produksi. Sekarang dunia telah
memasuki era baru Revolusi Industri keempat, telah dibentuk oleh penggabungan berbagai
teknologi yang terdiri dari tiga bidang ilmu fisika, digital dan biologi. Ada tiga hal yang
membedakan Revolusi Industri keempat dibanding Revolusi Industri sebelumnya. Ketiga
hal tersebut menjadi alasan mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukanlah
perpanjangan dari revolusi digital, melainkan revolusi transformasi baru.
Transformasi pertama, inovasi dapat dikembangkan dan disebarluaskan lebih cepat
dari sebelumnya. Farmasi berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, serta
memasuki revolusi industry mengakibatkan munculnya berbagai industri-industri obat,
terkait teknologi pembuatan obat. Industri yang di kembangkan seperti bioteknologi.
Bioteknologi adalah dasar dari sekian banyaknya bioterapi farmasi dalam era Revolusi
industri . Teknologi bioteknologi ini lebih banyak diterapkan untuk menggantikan berbagai
bahan biologis yang dapat dipakai sebagai terapi untuk berbagai jenis kondisi penyakit,
terutama yang bersifat mematikan dan sulit untuk disembuhkan.
Bioteknologi modern menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetik seperti
Escherichia coli (E. coli), serta sel mammae untuk memproduksi golongan antibodi
monoclonal, ragi untuk produksi senyawa biologi seperti antibiotika dan insulin bentuk
sintesis. Bioteknologi farmasi mulai menggunakan tanaman transgenik atau hewan
transgenik sebagai bahan baku formulasi obat. Bioteknologi adalah pengembangan bidang
diagnostik secara molekuler dan mengarah ke terapi personal dicocokkan pada genom
pasien. Adanya pemikiran masyarakat untuk kembali ke alam atau yang lebih sering
disebut back to nature membuka peluang bagi produk kosmetik dan jamu serta obat
berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari racikan seperti bedak lotong
(dari Makassar). Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan mengoperasikan berbagai
teknologi mulai dari proses produksi dan penyaluran kepada konsumen, pastinya akan
memberikan kesempatan baru untuk dapat meningkatkan daya saing industri dengan
adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup.

A. REFERENSI
1. Nasution, H. 2020. “Farmasi dalam Perspektif Islam”. CV Manhaji. Medan.
2. Amilin, Z., 2020. “Sejarah Kefarmasian”. Makalah Ilmu Farmasi, Program Sarjana.
3. Akhyar, M. 2021. “Makalah Sejarah Farmasi Dunia”.
MODUL IV
SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI
DI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu memahami sejarah
perkembangan farmasi di Indonesia.

B. PENDAHULUAN

Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya baru dapat berkembang secara


berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa
pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di
Indonesia pertumbuhannya sangat lambat dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh
masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi
Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat
sedikit. Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark,
Austria, Jerman dan Belanda.
Masa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang
sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada
tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang
didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi
perkembangan sejarah kefarmasian pada masa - masa selanjutnya. Saat ini kefamasian
di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas. Industri
farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern telah mampu
memproduksi obat dalam jumlah yang besar dan jaringan distribusi yang cukup luas.
Sebagian besar sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri
farmasi dalam negri.
C. PERIODE ZAMAN PENJAJAHAN SAMPAI PERANG KEMERDEKAAN

Pada periode penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia telah mengenal


pengobatan tradisional dengan bahan alami. Seiring dengan masuknya bangsa
penjajah, ilmu pengobatan di Indonesia turut berkembang. Ilmu farmasi mulai
masuk di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Periode ini dianggap sebagai
tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia yang diawali dengan adanya pendidikan
sebagai asisten Apoteker pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pada zaman penjajahan, ilmu farmasi belum dikenal secara luas oleh
masyarakat. Di Indonesia belum memiliki profesi apoteker. Pelayanan di apotek
masih dilakukan oleh orang-orang dari Belanda, Denmark, Austria, dan Jerman.
Sedangkan penduduk pribumi umumnya hanya menjadi asisten apoteker dengan
mengikuti pendidikan di apotek tempatnya bekerja. Mereka belajar di bawah
pengawasan apoteker dan mengikuti ujian yang diselenggarakan pemerintah
Hindia Belanda di Semarang atau Surabaya. Buku pedoman atau farmakope
maupun undang-undang yang berlaku juga memakai milik Belanda.

Peraturan Perundang Undangan yang penting pada saat itu yaitu, Undang-
Undang Obat Bius No 278 tahun 1927, Ordonansi Loodwit No 28 tahun 1931,
dan Ordonansi Pemeriksaan Bahan-Bahan Farmasi No 19 tahun 1936. Pada masa
penjajahan Belanda, apotek dan pabrik obat mulai berdiri. Jumlah apotek masih
sangat sedikit dan umumnya terbatas di Pulau Jawa dan Sumatera. Fungsi apotek
pada zaman tersebut berperan dalam peracikan dan penyerahan obat, baik dalam
produksi skala kecil maupun distribusi skala besar. Pada 1937, tercatat jumlah
apotek di Indonesia sebanyak 76 apotek. Pabrik Farmasi Di Indonesia sejumlah 3
pabrik, yaitu Pabrik Obat Manggarai (sekarang Indofarma) di Jakarta, Pabrik Kina
yang sekarang dikelola oleh Kimia Farma, dan Institut Pasteur (sekarang
Biofarma) di Bandung.

Pada masa penjajahan Jepang mulai menginvasi Indonesia, banyak


apoteker berkebangsaan asing yang memilih pergi sehingga terdapat kekurangan
tenaga di beberapa apotek. Untuk mengatasi situasi ini, pada tahun 1941
dikeluarkan peraturan bahwa dokter diberi izin untuk mengisi jabatan di apotek
ataupun membuka apotek dokter di berbagai daerah.
Pada tahun 1943, Jepang membuka Pendidikan Tinggi Farmasi Yakugaku
kemudian pada tahun 1944 namanya dirubah menjadi Yaku Daigaku. Jepang juga
membuka pendidikan kepada lulusan SMP untuk menjadi asisten apoteker setelah
menempuh pendidikan selama delapan bulan. Dari pendidikan asisten apoteker
menghasilkan dua angkatan dengan jumlah lulusan yang terhitung sedikit.
Pendidikan Tinggi Farmasi Yaku Daigaku tidak bertahan lama karena ikut ditutup
ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada 1945.

D. PERIODE SETELAH PERANG KEMERDEKAAN SAMPAI TAHUN 1958

Pada Periode perang kemerdekaan Ilmu farmasi di Indoensia mengalami


perkembangan yang berarti meski di tengah masa perang kemerdekaan. Hal ini
ditandai dengan didirikannya Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten pada 27
September 1946, yang menjadi Fakultas Kedokteran, Kedokteran gigi, dan
Farmasi Universitas Gadjah Mada kemudian memisahkan diri menjadi Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada hingga sekarang. Apoteker pertama diluluskan
tahun 1953. Hampir satu tahun kemudian, tepatnya pada 1 Agustus 1947,
diresmikan jurusan Farmasi dari Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu alam Universitas
Indonesia yang menjadi Departemen Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB)
kemudian memisahkan diri dan sekarang menjadi Sekolah Farmasi ITB.
Apoteker pertama diluluskan tahun 1955. Kedua lembaga pendidikan tersebut
mempunyai andil besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian di Indonesia.

Menjelang penyerahan Kedaulatan 1949, dikeluarkan peraturan


perundang-undangan kefarmasian yang penting yaitu, Reglement DVG no 228,
Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya no 337 dan Undang-Undang Obat Keras.
Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik)
yang pertama, dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan
angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang. Pada
tahun 1953, dikeluarkan undang-undang No 3 tentang pembuatan apotek, yang
mengatur lokasi dan pendirian apotek baru.
Periode Setelah masa perang kemerdekaan, jumlah tenaga apoteker
masih minim di kala kebutuhan obat-obatan di Indonesia harus dipenuhi. Untuk
mengatasi situasi itu, pemerintah mengeluarkan peraturan undang-undang no 4
tahun 1953 tentang Apotek Darurat, yang memperbolehkan seorang apoteker
memimpin apotek sampai dihasilkan apoteker lulusan pertama Perguruan
Tinggi Farmasi di Indonesia, karena jumlah lulusan apoteker sedikit, maka
undang-undang tersebut diperpanjang sampai tahun 1963.

Pada 1955 di Jakarta lahir organisasi profesi farmasi yaitu, Ikatan


Apoteker Indonesia (IKA) sekarang dikenal dengan sebutan ISFI sebagai hasil
muktamar pertama 17-18 Juni 1955. Tanggal 19-23 September 1955 di
Kaliurang Yogyakarta (tiga bulan kemudian), diselenggarakan Konferensi
Antar Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia yang pertama dan melahirkan
MAFARSI. Pada tahun 1957 di Bandung berdiri Jurusan Farmasi UNPAD.

Setelah dijajah lebih dari 3,5 abad, industri farmasi mulai berkembang
setelah kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1958, tercatat sudah berdiri sejumlah
18 pabrik farmasi. Pada masa ini, Industri farmasi Indonesia hanya mampu
memproduksi 30 persen dari kapasitas produksi karena minimnya devisa dan
keterbatasan suplai bahan baku dari luar negeri. Alhasil, Indonesia harus
meningkatkan impor obat, yang terkadang obatnya tidak memenuhi standar
karena prosedur pengawasan yang belum baik.

Periode setelah perang kemerdekaan sampai dengan tahun 1958, jumlah


tenaga farmasi terutama tenaga asisten apoteker, apoteker, dan apotek mulai
meningkat, yaitu sebanyak 1613 asisten apoteker, 132 apoteker dan 146 apotek.
Apoteker di Indonesia bukan hanya yang berasal dari pendidikan dalam negeri
tetapi juga lulusan dari luar negeri.

E. PERIODE TAHUN 1958-1967

Pada tahun 1960-1965, dikeluarkan beberapa peraturan perundang-


undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh
pemerintah antara lain :
1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang
3. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.
Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian
di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8
Juni 1962, antara lain ditetapkan :
1. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
2. Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari
1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya
antara lain :
1. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
2. Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku
lagi sejak tanggal 1 Pebruari 1964, dan
3. Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota
lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.

Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah


dibentuk Lembaga Farmasi Nasional (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963). Direktorat Urusan Farmasi (semula
Inspektorat Farmasi) pada tahun 1967 mengalami pemekaran organisasi menjadi
Direktorat Jendral Farmasi. Pada tahun 1975 berubah menjadi Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) sekarang menjadi Badan POM.
Pada periode ini perkembangan industri farmasi di Indonesiamengalami
peningkatan yang cukup signifikan, karena dikeluarkannya Undang-Undang
Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1968. Undang-undang
inilah yang telah mendorong perkembangan industri farmasi Indonesia hingga saat
ini. Saat ini, industri farmasi di Indonesia merupakan salah satu industri yang
berkembang cukup pesat dengan pasar yang terus berkembang dan merupakan
pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN.
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis,
dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan
kesulitanyang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem
penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah
industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi
dengan luar negeri. Pada tahun 1960 – 1965, karenakesulitan devisa dan keadaan
ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi
sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi
sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena
pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku
maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.

F. PERIODE ZAMAN ORDE BARU

Pada masa Orde Baru, perkembangan industri farmasi di Indonesia dapat


dibilang semakin baik. Jalur distribusi obat meluas, pengaturan, pengendalian,
dan pengawasan di bidang farmasi menjadi lebih sistematis. Pembangunan
Kesehatan secara bertahap dapat ditingkatkan dan berdampak positif pada
perkembangan Kefarmasian di Indonesia. Ada beberapa masa penting periode
Orde baru, yaitu :

1. Pada Repelita I, 80% kebutuhan obat nasional masih tergantung impor.


Kebijakan obat dititikberatkan pada produksi obat jadi dalam negeri dengan
membuka invstasi baik dalam maupun luar negeri.

2. Pada Rapelita II, kebijakan diarahkan disamping memproduksi obat jadi,


juga peningkatan upaya pengawasan termasuk pembangunan sarana dan
prasarana pengawasan. Kebutuhan obat nasional telah terpenuhi 90%.

3. Pada Rapelita III, kebijakan diarahkan pada rasionalisasi pengadaan dan


penggunaan obat dengan penerapan onsepsi obat esensial.

Diterbitkannya Peraturan Pemerintah no 25 tahun 1980 tentang penataan


kembali fungsi apotek. Pada tahun 1980, Investasi Penanaman Modal Asing
dibatasi hanya untuk kegiatan produksi obat jadi yang terpadu dengan
pembuatan bahan baku obat.
Pada tahun 1983 ditetapkan Kebijakan Obat Nasional. Industri Farmasi di
Indonesia semakin berkembang, kebutuhan obat nasional hampir seluruhnya
terpenuhi. Bahkan beberapa indutri telah melakukan ekspor ke beberapa negara
ASEAN dan Timur Tengah. Pada tahun 1983 tercatat jumlah apoteker 537 orang,
asisten apoteker 22.537 orang, apotek sejumlah 1.584, pabrik sejumlah 286,
Pedagang Besar Farmasi sejumlah 751, dan toko obat berizin sejumlah 3000.

G. PERIODE ZAMAN REFORMASI SAMPAI SAAT INI

Memasuki masa reformasi hingga saat ini, perkembangan farmase


semakin maju. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah pendidikan tinggi
farmasi, industri farmasi, dan berbagai kolaborasi penelitian di Indonesia.
Dukungan teknologi yang cukup modern juga membuat produksi obat dalam
jumlah besar dapat dilakukan. Saat ini, sekitar 90 persen kebutuhan obat nasional
dapat dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri.Pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang pemberian izin
Apotek Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
perubahan PERMENKESRI No.922/Menkes/PER/X/1992 tentang ketentuan dan
tata cara pemberian izin apotik sesuai dengan perkembangan dunia bisnis dan
ilmu serta teknologi yang berkembang saat itu.

Industri Farmasi di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk tumbuh,


ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah industri farmasi di Indonesia, di
mana dalam periode 5 tahun terakhir (2015 – 2019), industri farmasi dalam negeri
telah bertambah sebanyak 132 industri baru, yakni dari sejumlah 198 industri pada
tahun 2015 meningkat menjadi 230 industri pada tahun 2019, sedangkan industri
bahan baku obat juga meningkat dari sejumlah 8 industri pada 2016 menjadi 14
industri di tahun 2019. Dari seluruh industri tersebut terbagi menjadi tiga jenis
perusahaan yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta domestik dan
Multi-National Company (MNC), di mana sebagian besar merupakan perusahaan
swasta domestik.
Indonesia memiliki ukuran pasar farmasi yang sangat besar. Indonesia merupakan
pangsa pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN, yaitu mencapai 27,8% dari total
pangsa pasar ASEAN atau mencapai USD 5,93 miliar pada tahu 2014. Secara global
pasar farmasi dikuasai oleh negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok,
serta negara- negara di kawasan Eropa, sedangkan pasar farmasi Indonesia berada di
peringkat ke-26 dunia.

Diluncurkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2014, sejak


tahun 2014 pasar farmasi Indonesia mengalami evolusi secara signifikan. Karena
sebenarnya JKN dinilai cukup mengganggu industri farmasi dalam negeri,
meskipun mampu memperluas cakupan pasar dan menyediakan akses layanan
dan perawatan kesehatan bagi masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena
pemerintah menetapkannya harga yang cukup ketat untuk obat-obatan yang
diterima dalam JKN, dan bahkan sebagian obat-obatan ini kemudian disediakan
secara gratis untuk warga negara yang memenuhi syarat saat berobat. Akibatnya,
jumlah pasien JKN terus meningkat pesat sedangkan jumlah pasien yang
menanggung biaya pengobatannya sendiri justru menjadi cenderung stagnan.
Walaupun pada akhirnya banyak pasien yang akhirnya lebih memilih
menanggung biaya kesehatan sendiri karena tak ingin berlama-lama menunggu
saat memanfaatkan JKN.

Perkembangan Industri Farmasi pada saat Pandemi Wabah COVID-19


menciptakan peluang untuk mendorong produksi farmasi dalam negeri. Namun
akibat ketergantungan pada bahan baku impor yang sekitar 60 persennya diimpor
dari Cina, maka pandemi Covid 19 justru menurunkan produksi industri farmasi
Indonesia hingga 60 persen di bulan Mei 2020. Efek positif pandemi Covid-19
bagi industri farmasi adalah adanya relaksasi aturan yang sangat membantu
industri farmasi.

Pandemi COVID-19 yang terjadi mulai awal tahun 2020 menjadikan


kebutuhan akan vitamin, suplemen dan obat herbal untuk meningkatkan daya
tahan tubuh secara umum meningkat, sehingga industri farmasi yang bermain di
sektor tersebut memperoleh pertumbuhan yang cukup besar, ditandai dengan PDB
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional yang tumbuh paling tinggi di
antara 15 (lima belas) kelompok Industri Pengolahan Nonmigas pada 2020, yaitu
mencapai 9,39%, pertumbuhan ini juga meningkat dibandingkan tahun 2019 yaitu
sebesar 8,48%.
Sepanjang tahun 2020, permintaan komoditas farmasi dan alat kesehatan
mengalami peningkatan signifikan sebagai respon dari masyarakat maupun
pemerintah untuk mengantisipasi dan mengatasi Pandemi COVID-19.
Peningkatan penjualan tertinggi yaitu pada komoditas personal protectivesebesar
50,3% dari sebelumnya hanya sebesar 0,1%. Sedangkan peningkatan permintaan
terbesar komoditas kesehatan yaitu untuk masker sebesar 12,6%, hand sanitizer
3,1% dan hand soap 2,1%.

Daftar Pustaka

Kementrian Perindustrian RI, ed II. 2021. Membangun Kemandirian Industri Industri Farmasi
Nasional.
Oleh Widya Lestari Ningsih 02/11/2022, 21:00 WIB
https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/02/210000279/sejarah-
farmasi-di-indonesia?page=all.
Farmasi adalah salah satu bidang professional kesehatan yang mengkombinasikan ilmu
kesehatan dan ilmu kimia. Bidang profesi farmasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan
keamanan serta efektivitas dalam pemakaian obat-obatan.Pada praktiknya, profesi farmasi
mempunyai ruang lingkup dalam penyediaan dan peracikan obat, dan juga dalam hal pelayanan
terhadap pasien baik pada layanan klinik, keamanan penggunaan obat-obatan, evaluasi efikasi,
serta pemberian informasi obat.

Ahli farmasi mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan


penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional
seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang
berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik,
evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat.

Dalam pendidikan tinggi, farmasi merupakan jurusan yang berkaitan dengan ilmu
kedokteran dan ilmu kimia. Bila ilmu kedokteran mungkin akan lebih memfokuskan diri dalam
upaya penanganan atau penyembuhan pasien secara langsung.Sedangkan pada jurusan farmasi
fokusnya lebih kepada obat-obatan yang dapat berguna dalam penyembuhan pasien.Dalam
ilmu farmasi, kita akan mempelajari berbagai hal mulai dari pembuatan obat, ramuan
tradisional, cara kerja obat di dalam tubuh, pelayanan obat kepada pasien, dan
famasetika.Termasuk juga belajar tentang cara menjelaskan atau memberikan informasi yang
dapat diterima dengan mudah oleh pasien mengenai tata cara konsumsi (pemakaian) obat yang
benar, indikasi, dan efek samping dari obat tersebut.

A. PENDIDIKAN FARMASI DI DUNIA

Pendidikan kefarmasian berkembang sesuai model perkembangan teknologi, sehingga


diharapkan mampu menghasilkan obat yang sesuai dan memenuhi kebutuhan. Ilmu farmasi
pada awalnya dikembangkan oleh para pengobat dan pengobatan tradisional di Yunani, Timur
Tengah, Asia Kecil, Cina, dan kawasan Asia lainnya. Jika Anda sering menonton film China,
Anda pasti akan melihat banyak dokter yang ilmunya diturunkan dari keluarga secara turun-
temurun. Di Yunani, orang yang biasa dianggap tabib adalah pendeta.

Hygieia harus mencampurkan campuran obat yang digunakannya. Hippocrates-lah


yang menjunjung tinggi standar etika profesi medis. Di Arab, pada abad ke-8, ilmu farmasi
yang dikembangkan oleh para ilmuwan Arab menyebar ke seluruh Eropa. Pengumuman yang
dibuat mengenai pemisahan tersebut menyatakan bahwa setiap profesional ilmiah memiliki
keyakinan, standar etika, pengetahuan dan keterampilannya sendiri yang berbeda dengan
disiplin ilmu lainnya. Dengan dikeluarkannya titah kerajaan ini, dimulailah sejarah baru
perkembangan ilmu farmasi sebagai ilmu yang mandiri. Pendidikan tinggi pada umumnya
diperlukan untuk menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN FARMASI DUNIA

Pendidikan farmasi formal di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat, dimulai


sebelum Perang Sipil (1861-1864). Pedidikan menjadi apoteker atau farmakolog sebagian besar
dilakukan dalam bentuk magang, khususnya berupa pelatihan praktik langsung yang diberikan
oleh apoteker kepada apoteker peserta pelatihan dan tanpa pelatihan formal tentang kedokteran.
Ada keraguan mengenai perguruan tinggi atau universitas mana yang pertama kali menawarkan
kursus farmasi formal untuk menjadi apoteker di tingkat perguruan tinggi. Mungkin ada
beberapa kursus di tempat praktek apoteker dalam hal ini di apotek selama perang saudara yang
sekarang ini dikenal sebagai Philadelphia College of Pharmacy.

Pada tahun 1860 University of Michigan (Ann Arbor) Michigan menawarkan kursus
laboratorium farmasi untuk mahasiswa kedokteran. Sekolah tersebut menjadi institusi pertama
yang menawarkan program pendidikan farmasi sebagai bagian dari program sarjana
komprehensif. Medical College of South Carolina meluluskan banyak gelar farmasi pada tahun
1867.

Pada tahun 1876, kursus singkat farmasi dimulai di Universitas Michigan yang pada
tahun 1868 menjadi sekolah farmasi terpisah dari lembaga yang melatih kursus apoteker di
bidang farmasi. Sekolah ini dikenal sebagai pionir sekaligus pionir dalam melahirkan
pendidikan formal di bidang farmasi, khususnya Dr. Albert B. Prescott, seorang dokter yang
meninggalkan gelar short course di bidang farmasi dalam bentuk magang dan pengembangan
program laboratorium dalam ilmu farmasi.

Beberapa literatur mengatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang menyangkut


semua aspek obat, meliputi: isolasi/sintesis, pembuatan, penggunaan, distribusi, dan
pengendalian :

1. Farmasislah yang memegang perananan penting dalam membantu dokter menuliskan resep
rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah
yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana, kapan, dan mengapa”
penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
2. Farmasislah yang sangat handal dan terlatih serta pakar dalam hal produk/produksi obat
yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir
dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat”
yang berpengalaman.
3. Farmasislah yang merupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah,
penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
4. Farmasis memiliki kemampuan dan harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada
hanya sebagai sumber informasi obat.

Melihat hal-hal diatas, maka nampak adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi,
dimana sebenarnya letak farmasi? Apakah berada di jajaran teknologi, ilmu sains murni, ilmu
kedokteran, atau merupakan ilmu yang berdiri sendiri? Kebingungan dalam hal posisi farmasi
akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi, kurikulum semacam apa yang
harus disajikan; para mahasiswa bingung menyerap materi yang semakin hari semakin banyak
atau berat; dan yang paling membingungkan adalah lulusannya merasa tidak menguasai
apapun.

Di Amerika Serikat, telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional
lainnya memerlukan informasi tentang obat-obatan yang harus disediakan oleh apoteker. Tahun
1975 terungkap klaim dokter bahwa apoteker merupakan sumber informasi obat yang "serius",
dimana mereka dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi obat dokter. Apoteker
yang berkualifikasi dianggap sangat jarang dan bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan
apoteker, perwakilan medis di industri farmasi sebenarnya merupakan sumber informasi obat
yang lebih baik bagi dokter. Perkembangan terkini adalah munculnya konsep tersebut.

Dalam pertemuan ilmiah pada Konferensi Dunia Ilmu Farmasi dan Pendidikan Ilmu
Farmasi yang diadakan pada bulan November 2016 di Nanjing, Tiongkok. Untuk mencapai
tujuan cakupan kesehatan universal untuk mendukung sumber daya manusia yang diumumkan
oleh WHO, serta untuk strategi kesehatan dan tujuan pembangunan berkelanjutan, sangat
penting bahwa sumber daya manusia yang berkualitas sebagai apoteker atau apoteker harus
memiliki kuantitas dan kualitas yang diperlukan untuk mempromosikan dan meningkatkan
pengembangan, distribusi dan penggunaan obat yang bertanggung jawab. Apoteker, khususnya
farmakolog, harus mengambil tanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan pasien dan
mempunyai kapasitas untuk memberikan pelayanan kesehatan dan mengatasi tantangan
kesehatan global nasional.

Di negara-negara berpenghasilan rendah khususnya, tenaga kerja farmasi perlu diperkuat


dalam rangka meningkatkan kapasitas keseluruhan untuk memberikan pelayanan yang tepat
dan berbagai layanan farmasi. Farmasis/apoteker, melalui peran yang ada dan peran yang baru,
perlu advokasi untuk mengetahui sistem kesehatan secara komprehensif dan memastikan
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi melalui akses ke tim kesehatan secara multiprofesional.

C. KURIKULUM PENDIDIKAN FARMASI DI DUNIA

Dalam dunia farmasi, Farmasi didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat sebagai beserta
pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Dalam bahasa Yunani Greek sering disebut
sebagai farmakon yang memiliki arti medika atau obat.

Standar kurikulum materi dalam farmasi, diantaranya :

1. Farmakologi, Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat-obatan, termasuk sifat


fisika-kimiawinya, pengaruhnya pada sistem biologi, kegunaannya dalam kesembuhan,
dan nasib yang dialami obat dalam tubuh. Ilmu ini fokus pada respon bagian-bagian tubuh
terhadap sifat obat, pengaruh sifat fisika-kimiawinya terhadap tubuh, kegunaan obat bagi
kesembuhan, dan nasib yang dialami obat dalam tubuh. Dalam farmakologi, sistem
kehidupan harus dipengaruhi oleh obat, sehingga prinsip dasarnya adalah molekul obat
harus dapat mempengaruhi secara kimia pada satu atau lebih isi sel agar dapat
menghasilkan respon farmakologik. Molekul-molekul obat harus mendekati molekul-
molekul yang membentuk sel dalam jumlah yang cukup untuk menutup rapat sehingga
fungsi molekul sel menjadi berubah.
2. Farmasetika, Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan,
pengumpulan, pengendapan, pengawetan, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan
teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan
kepada pasien.Di dalam ilmu farmasetika, kita mempelajari dasar-dasar farmasi seperti
sejarah farmasi, sediaan-sediaan farmasi, singkatan-singkatan dalam farmasi, penulisan
resep, dan lain-lain.
3. Kimia Farmasi, Kimia farmasi merupakan suatu disiplin ilmu gabungan kimia dan farmasi
yang terlibat dalam desain, isolasi sintesis, analisis, identifikasi, pengembangan bahan-
bahan alam dan sintetis yang digunakan sebagai obat-obat farmasetika, yang dapat
digunakan untuk terapi. Ilmu kimia farmasi sangat berkaitan dengan bidang farmakologi
dan kimia organik disamping ilmu lain seperti biologi, mikrobiologi, biokimia dan
farmasetika.
4. Teknologi Farmasi, teknologi farmasi adalah ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan
pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan kondisi
pasien. Teknologi farmasi meliputi berbagai aspek, mulai dari pengembangan ilmu dan
teknologi pembuatan obat hingga pelayanan kefarmasian.
5. Fisika Farmasi, Farmasi fisika adalah cabang ilmu yang menggabungkan antara ilmu fisika
dengan ilmu farmasi. Ilmu fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika suatu zat baik dalam
bentuk makroskopik maupun mikroskopik, sedangkan ilmu farmasi mempelajari tentang
obat dan sediaannya.
6. Biofarmasetika, Biofarmasetika adalah cabang ilmu farmasi yang mempelajari hubungan
antara sifat-sifat fisiko-kimia dari bahan baku obat, formulasi obat, dan sistem
penghantaran obat terhadap bioavailabilitas obat (in vitro-in vivo). Biofarmasetika juga
mempelajari kecepatan eliminasi obat dari tubuh dan perjalanan obat dalam tubuh. Tujuan
dari biofarmasetika adalah untuk mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi penggunaan
obat dalam tubuh manusia.
7. Farmasi Klinik, Farmasi Klinis merupakan praktek kefarmasian yang berorientasi kepada
pasien lebih dari orientasi kepada produk. Praktek pelayanan farmasi klinik di Indonesia
relatif baru berkembang pada tahun 2000-an, dimulai dengan adanya beberapa farmasis
yang belajar Farmasi Klinis di berbagai institusi pendidikan di luar negeri. Istilah farmasi
klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu suatu disiplin ilmu farmasi
(Pharmacy Clinical Science) yang dikembangkan dengan menekankan fungsi farmasis
dalam memberikan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) kepada pasien. Tujuan
farmasi klinis adalah untuk memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko,
meminimalkan biaya pengobatan, serta menghormati pilihan pasien.
8. Biologi Farmasi, Biologi farmasi adalah bidang studi yang menerapkan biologi pada
industri farmasi. Ini melibatkan penggunaan pengetahuan biologis untuk mengembangkan
dan meningkatkan obat-obatan, serta untuk memahami pengaruhnya terhadap tubuh.
Biologi farmasi merupakan bidang multidisiplin yang menggabungkan prinsip-prinsip
biologi, kimia, farmakologi, dan bidang terkait lainnya.

Beberapa cabang ilmu biologi yang terkait dengan farmasi antara lain:
a. Biologi Sel: Ilmu yang mempelajari tentang sel dan struktur serta fungsi sel. Biologi
sel sangat penting dalam farmasi karena obat-obatan bekerja pada tingkat sel.
b. Farmakognosi: Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan obat dan bahan alam lainnya
yang digunakan dalam pembuatan obat. Ilmu-ilmu ini mencakup penemuan,
pengembangan, dan produksi obat, standardisasi, pengendalian pengolahan, dan
evaluasi obat
c. Farmakologi: Ilmu yang mempelajari tentang interaksi obat dengan tubuh manusia.
Ilmu ini mencakup penelitian tentang efek obat, mekanisme kerja obat, dan efek
samping obat
d. Farmasetika: Ilmu yang mempelajari tentang sediaan obat dan cara pembuatan serta
formulasi obat
e. Kimia Farmasi: Ilmu yang mempelajari tentang kimia obat dan sintesis obat
f. Farmakokinetika: Ilmu yang mempelajari tentang pergerakan obat dalam tubuh
manusia, termasuk penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat
g. Farmakoterapi: Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat untuk pengobatan
penyakit
h. Sistem Manajemen Farmasi: Ilmu yang mempelajari tentang manajemen farmasi,
termasuk produksi manajemen, manajemen distribusi, dan manajemen penggunaan
obat.
i. Administrasi Farmasi: Administrasi farmasi adalah keseluruhan proses yang meliputi
kegiatan pemikiran-pemikiran, pengaturan-pengaturan, dan pelaksanaan tugas-tugas
yang dimulai dari penentuan tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara singkat,
administrasi farmasi dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang berkaitan dengan
menghimpun, mengolah, dan mengelola data serta informasi dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas-tugas farmasi.

D. KONSEP KURIKULUM BERBAGAI NEGARA DI DUNIA

Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau


pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar . Kurikulum dipahami sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentuKurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Sukmadinata: 2008). Kurikulum
memiliki empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi
pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu sistem pendidikan.

Dalam dimensi manajemen kurikulum, diperlukan koherensi antara kurikulum dengan


pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan, yaitu : Pertama, kurikulum berpijak pada
purposes or goal of the curriculum - tujuan kurikulum yang ingin dicapai. Kedua, kurikulum
yang berpijak pada titik pandang berdasarkan konteks kurikulum yang digunakan. Ketiga,
kurikulum bepijak pada titik pandang strategis tentang pengembangan kurikulum yang dipilih.
Pengembangan juga tak dapat dipisahkan dengan proses, strategi pembelajaran yang dipilih,
tehnik pembelajaran yang digunakan. Itulah sisi lain dari pandangan kurikulum sebagai proses
(curriculum as a process). (Wahyudin, 2016).

Kurikulum dapat dipahami dari tiga dimensi yakni kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai rencana pembalajaran (Sanjaya,
2015). Kurikulum sebagai mata pelajar merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh untuk mendapati ijazah. Kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan seluruh
pengalaman belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mendapatkan ijazah, dan
kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Konsep kurikulum diberbagai negara:

1. Malaysia
a. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di Malaysia diatur oleh Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM).
Pendidikan formal yang ada di malaysia dimulai dari Pra-sekolah, Pendidikan Rendah,
Pendidikan Menengah, Pendidikan Pra-Universiti dan Pengajian Tinggi. Pendidikan
merupakan tanggungjawab pemerintah federal. Sistem pendidikan nasional meliputi
pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi. Pada tahun 2004 pendidikan
prasekolah, dasar dan menengah berada dibawah yurisdiksi Kementrian Pendidikan
(the Ministry of Education). Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tanggungjawab
Kementerian Pendidikan Tinggi (the Ministry of Higher Education). Semua bentuk
penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada visi dan misi. Adapaun visi dan misi
utama pemerintahan Malaysia adalah menjadikan negerinya sebagai pusat pendidikan
berkualitas dan siap bersaing dangan lembaga pendidikan tinggi di negara lain seperti
singapura dan Australia.

b. Manajemen pendidikan
Pada dasarnya sekolah di Malaysia dan Indonesia tidak jauh berbeda. Perbedaan yang
menonjol dari pendidikan kedua negara tersebut pada nama jenjang kedua negara.
Tingkatan jenjang pendidikan juga berbeda contohnya ada pada jenjang sekolah
menengah dimana sekolah menengah Malaysia ditempuh dalam jenjang waktu 5 tahun
sedangkan di Indonesia 6 tahun.

Negara Malaysia cenderung lebih maju di bidang pendidikan karena kurikulum


yang dipakai baku dan tidak sering ada pergantian kurikulum. Berbeda dengan negara
Indonesia yang sering terjadi pergantian kebijakan serta kurikulum sehingga pelaksana
teknis di Indonesia lambat untuk berkembang.

Alasan lain yang berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di kedua negara


adalah bekas dari negara yang berbeda. Hal ini sedikitnya mempengaruhi sistem
pendidikan di kedua negara.

2. Singapura
a. Pendidikan di Singapura
Pendidikan formal di Singapura dimulai dari jenjang Kindergarten School atau setara
dengan Taman Kanak-Kanak (TK) di Indonesia. Setelah lulus Kindergarten School,
siswa melanjutkan ke jenjang Primary School atau setara dengan Sekolah Dasar (SD)
di Indonesia selama enam tahun. Untuk menuju ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, siswa – siswa harus mengikuti Primary School Leaving Examination (PSLE).
Kemudian pendidikan dilanjutkan ke jenjang Secondary School selama empat atau
lima tahun. Secondary School dibagi menjadi empat jalur. Special/ Express Course,
Normal (Academic) Course, Normal (Technical) Course, dan Integrated Programme
(IP) Course. Special/ Express Course adalah empat tahun pendidikan yang diakhiri
dengan Singapore Cambridge General Certificate of Education (GCE) “O” Level
Examination. Di jalur ini, siswa mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa Ibu,
Matematika, Sains dan Budaya (Sosial). Sekolah diijinkan untuk menawarkan Applied
Grade Subject (AGS) sebagai tambahan atau pengganti kurikulum untuk menawarkan
berbagai pilihan kepada siswa. AGS secara umum mengajak murid untuk berlatih atau
berorientasi pada pendidikan seperti politeknik.

b. Manajemen pendidikan
Kemajuan pendidikan di Singapura didukung oleh banyak faktor. Diantaranya yaitu
adanya fasilitas yang memadai. Contohnya, setiap sekolah di Singapura memiliki akses
internet bebas. Setiap sekolah juga memiliki web sekolah yang berguna untuk
menghubungkan siswa, guru, dan orangtua. Selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid
Crystal Display (LCD) untuk proses pembelajaran. Fasilitas lainnya yaitu tersedianya
sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura yang
memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya. Faktor biaya juga sangat
mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena jika biaya sekolah murah, setiap orang di
negara tersebut dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Di Singapura, biaya
pendidikan disesuaikan dengan kemampuan rakyat, ditambah lagi dengan beasiswa
bagi rakyat yang kurang beruntung. Faktor lain yang menyebabkan Singapura menjadi
negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN adalah faktor pendidikan.

3. Republik Rakyat Cina (RRC)


a. Pendidikan CINA
Sistem pendidikan cina adalah Meliput: Pendidikan dasar (basic education),
pendidikan teknik dan kejuruan (technical and vactional education), pendidikan tinggi
(Higher education) dan Pendidikan orang dewasa (adult education). Pendidikan dasar
meliputi TK, SD, dan SM dengan lama pendidikan yaitu : Pra sekolah 3 tahun ke atas,
sekolah dasar 5-6 tahun dengan usia masuk SD 6 tahun, dan pendidikan sekolah
menengah tingkat pertama 3 tahun dan tingkat atas 5 tahun. Selain pendidikan formal
dicina juga berkembang pendidikan non formal yang berupa pendidikan orang dewasa
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang pada
gilirannya diharapkan dapat member sumbangsi dalam pengembangan ekonomi
penduduk. Selain itu dicina juga dikembangkan pendidikan literasi guna
pemberantasan buta hurup (aksara).

b. Manajemen pendidikan
Sistem pendidikan cina adalah bersifat transentralisasi, artinya mulai dari level pusat,
provinsi, kodiya, kabupaten dan termasuk daerah-daerah otonomi setingkat kodiya.
Adapaun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan adalah komite
pendidikan Negara (state education commission) yaitu organisasi professional
pemerintah dalam bidang pembangunan pendidikan. Untuk biaya pendidikan tersedia
pada pemerintah pusat dan daerah dengan distribusi, alokasi dari daerah khusus untuk
pendidikan yang dikelolah oleh daerah sedangkan dana pusat untuk lembaga
pendidikan yang berada di kementrian-kementrian.

Kurikulum dirumuskan oleh komisi pendidikan Negara yang sangat fleksibel


serta bervariasi atas dasar kemampuan dan karakteristik wilayah, kota dan desa dan
memberikan keleluasan bagi daerah untuk menambahkan kurikulum local. Dengan
acuan sebagai berikut: SD memuat 10 mata pelajaran yang berbeda antara kota dan
desa. Untuk SD pedesaan misalnya: memuat mata pelajaran pertanian selain mata
pelajaran inti, moral, matematika dan bahasa cina. Sedangkan untuk SD perkotaan
diwajibkan mata pelajaran olah raga. Sedangkan untuk sekolah menengah pertama
memberikan 13 mata pelajaran termasuk diantaranya: pendidikan Moral, politik,
bahasa cina, bahasa asing dan matematika. Sedangkan untuk SMA di sesuaikan dengan
keinginan siswa (disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, serta kondisi lembaga
setempat).

Sistem ujian dicina, untuk sekolah dasar dan menengah melaksanakan empat
macam ujian yaitu ujian semester, ujian ujian tahunan, ujian akhir sekolah dan ujian
masuk SMP, dan ujian-ujian ini hanya terbatas pada mata pelajaran bahasa cina dan
matematika. Sedangkan ujian masuk SMA digabungkan dengan ujian akhir SMP. Untk
masuk perguruan tinggi dilakukan ujian seleksi nasional dengan pemisahan antara sains
dan ilmu social.
4. Korea Selatan
a. Pendidikan Korea
Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah menyusun
undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan pendidikan
Korea Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan
penghargaan terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap
warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengembangkan
kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang demokratis dan
kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat patriotisme.

Secara umum system pendidikan di korea Selatan terdiri dari empat jenjang pendidikan
formal yaitu: Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SLTA dan
pendidikan tinggi. Keempat jenjang pendidikan ini adalah: grade 1-6 (SD), grade 7-9
(SLTP), 10-12 (SLTA), dan grade 13-16 (pendidikan tinggi/program S1), serta program
pasca sarjana (S2/S3).

Visualisasi grade pendidikan yang dimaksud adalah:


- Sekolah dasar merupakan pendidikan wajib selama 6 tahun bagi anak usia 6 dan 11
tahun, dengan jumlah lulusan SD mencapai 99,8%, dan putus sekolah SD 0,2%.
- SMP merupakan kelanjutan SD bagi anak usia 12-14 tahun, selama 3 tahun
pendidikan.
- Kemudian melanjutkan ke SLTA pada grade 10-11 dan 12, dengan dua pilihan yaitu:
umum dan sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan meliputi pertanian, perdagangan,
perikanan dan teknik. Selain itu ada sekolah komperhensif yang merupakan gabungan
antara sekolah umum dan sekolah kejuruan, yang merupakan bekal untuk melanjutkan
ke akademik (yunior college) atau universitas (senior college).
- Pendidikan tinggi/akademik (yunior college) atau universitas program S1 (senior
college), pada grade 13-16, dan selanjutnya ke program pasca sarjana (graduate school)
gelar master/doktor.

b. Manajemen Pendidikan

Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan. Di daerah terdapat


dewan pendidikan. Pada setiap provinsi dan daerah khusus (seul dan busam) masing-
masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota dan dipilih oleh daerah
otonom. Anggaran pendidikan korea selatan berasal dari angarn Negara, dengan total
anggaran 18, 9 % dari anggaran Negara. Pada tahun 1995 ada kebijakan wajib belajar 9
tahun, sehingga forsi anggaran terbesar diperunttukkan program tersebut. Adapun
sumber pendidikan dari pajak pendidikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industry
khusus bagi pendidikan kejuruan.

Reformasi kurikulum pendidikan di korea dilaksanakan sejak tahun 1970 dengan


mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan teknologi,
adapun yg dikerjakan oleh guru meliputi lima langkah yaitu: perencanaan pengajaran,
diagnosis murid, membimbing siswa belajar dengan berbagai program, tes dan menilai
hasil belajar. Disekolah tingkat menengah tidak diadakan tes masuk hal ini dikarenakan
ada kebijakan equel accesbility atau kesekolah menengah di daerahnya.

5. Jepang
a. Pendidikan Jepang
Tingkatan pendidikan di Jepang sama dengan di Indonesia yaitu dengan menggunakan
sistem 6-3-3 (6 tahun SD, 3 tahun SMP, tiga tahun SMA) dan Perguruan Tinggi.
Pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama digolongkan sebagai
Compulsory Education dan Sekolah Menengah Atas digolongkan sebagai Educational
Board. Di Jepang Pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa
yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke
kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir juga tidak ada, karena SD dan SMP masih
termasuk kelompok compulsory education, sehingga siswa yang telah menyelesaikan
studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. Selanjutnya siswa lulusan
SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti
ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational
Board. (Nur. 2010).

b. Manajemen Pendidikan
Pada level nasional tanggung jawab pendidikan ada pada kementrian pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Kementrian memberikan pedoman untuk menyusun
kurikulum mata pelajaran serta persyaratan kredit mulai dari TK hingga ke perguruan
tinggi. Kementrian juga bertanggung jawab terhadap pengembangan buku teks untuk
sekolah dasar dan menengah. Kemudian distrik terdapat dewan pendidikan yang
bertanggung jawab terhadap suvervisi atas masalah-masalah personalia pada lembaga
pendidikan pemerintah, memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan
nasihat kepada lembaga-lembaga pendidikan. Di masing-masing kota memiliki tiga
sampai lima orang dewan pendidikan dengan fungsi utama memberikan dan mengurus
institusi pendidikan di kota. Sistem keuangan di jepang disediakan bersama-sama
antara pemerintah pusat, distrik, maupun kota, dimana diambil dari pajak dan dari
sumber-sumber lain.

Kurikulum sekolah ditentukan oleh menteri pendidikan yang kemudian dikembangkan


oleh dewan pendidikan distrik dan kota. Pada semua tingkat pendidikan di jepang harus
menempuh berbagai ujian yang merupakan syarat untuk naik kelas atau untuk
mendapatkan ijazah. Bagi siswa yang kehadirannya kurang dari 5 % tahun belajar dan
hasil ujian jelek maka diwajibkan untuk mengulang pada level yang sama. Kurikulum
disusun oleh sebuah komite khusus dibawah control kementrian pendidikan (MEXT).
Komisi kurikulum terdiri dari praktisi dan pakar pendidikan, wakil dari kalangan
industry dan wakil MEXT. Komisi ini bertugas mempelajari tujuan pendidikan jepang
yang terdapat dalam fundamental education law lalu menyesuaikan dengan
perkembangan yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Pembaharuan kurikulum
jepang setiap 10 tahun sekali.
6. Amerika Serikat
a. Pendidikan Amerika Serikat
Jenjang pendidikan di Amerika Serikat biasanya dimulai dari preschool, kindergarten,
atau first grade; setelah itu Elementery (or Primary) School—dalam hal ini, siswa dapat
memutuskan untuk pindah ke Middle School, Junior High School, atau Combined
Junior-Senior High School; selanjutnnya ada High School atau Senior High School.
Dan untuk pendidikan tingginya, ada Vocational Technical Institutes, Junior or
Community College, atau Undergraduated Program. Setelah menyelesaikan
pendidikan tinggi, seseorang dapat melanjutkan ke Master’s Degree Study atau
Professional School. Selanjutnya ada Doctoral Study dan Post Doctoral Study and
Research.
Jalur pendidikan di Amerika Serikat adalah formal dan informal. Pendidikan formal
adalah seperti yang telah dijelaskan di atas, sementara pendidikan informal adalah
homeschooling. Kira- kira ada 1,5 juta anak yang mengikuti mengikuti home
schooling. Ada berbagai alasan dari homeschooling ini. Beberapa mengatakan agar
mereka bisa memasukkan pelajaran agama pada kurikulum. Sementara yang lain
mengatakan untuk menyesuaikan anak-anak pada kemampuan dan kelemahannya. Dan
lagi beberapa orangtua mengatakan untuk menghindari anak-anak dari tekanan negatif
sekolah- sekolah, seperti obat-obatan terlarang, kekerasan dan semua masalah yang
berhubungan dengan sekolah. Sementara Jenis pendidikannya adalah pendidikan
umum dan swasta.

b. Manajemen pendidikan
Kurikulum di Elementary School adalah Aritmatika Dasar, Matematika, bahasa Inggris
(seperti Grammar, Speeling dan vocabulary), dan mata pelajaran lainnya seperti
pelajaran sosial, pengetahuan alam, pengembangan fisik, kesenian dan membaca.
Sementara di Junior dan Senior High School, kurikulum dasarnya adalah Ilmu Alam
(Biologi, Kimia dan Fisika), Matematika (Algebra, Geormetri, pra- Kalkulus, Statistik,
dan Kalkulus), Bahasa Inggris (Sastra, Kemanusian, Komposisi dan bahasa lisan), Ilmu
Sosial (Sejarah, Pemerintaha dan Ekonomi). Siswa High School juga memiliki mata
pelajaran pilihan seperti Atletik, Karir dan Pendidikan teknik, pelajaran Komputer,
Bahasa Asing dan beberapa mata pelajaran lain yang bisa menunjang keberhasilan anak
dan diminati oleh siswa tersebut. Guru di Amerika Serikat haruslah memiliki sertifikat
mengajar dari pemerintah atau pendidikan tinggi untuk bisa mengajar baik di preschool
atau di sekolah menengah. Sertifikat itu adalah seperti Postgraduate Certificate in
Education, Profesional Graduate Diploma dan Bachelor of Education. Menurut artikel
yang ditulis oleh Shane Lopes dan Preety Sidhu yang berjudul U.S Teacher Love Their
Lives, but Struggle in the Workplace, pekerjaan sebagai guru beada dalam urutan
delapan dari 14 jenis pekerjaan yang dicari. Ini membuktikan bahwa guru merupakan
pekerjaan yang dicari orang. Gaji guru pada tahun 2011 adalah 55,040 dollar.
7. Finlandia
a. Pendidikan Finlandia
Tujuan utama dari kebijakan pendidikan Finlandia adalah semua warga mendapatkan
kesempatan yang sama dalam hal menerima pendidikan, tanpa memperhitungkan usia,
tempat tinggal, situasi keuangan, jenis kelamin atau orang tua. Pendidikan dianggap
sebagai salah satu hak-hak dasar semua warga negara.
Pertama, ketentuan tentang pendidikan dasar menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan pendidikan dasar secara gratis, yang juga merupakan ketentuan wajib
belajar.Kedua, pejabat publik juga berkewajiban untuk menjamin setiap orang
berkesempatan sama dalam memperoleh pendidikan lainnya selain pendidikan dasar
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan khusus, dan untuk mengembangkan diri agar
terhindar dari kesulitan ekonomi. Pejabat publik wajib menyediakan untuk kebutuhan
pendidikan di Finlandia. Jenjang Pendidikan di Finlandia meliput: Pra pendidikan
dasar, Pendidikan dasar dan menengah, Tertiary pendidikan, Pendidikan tinggi, dan
Pendidikan dewasa.

b. Manajemen Pendidikan
Setiap guru di Finlandia minimal harus bergelar master alias S2. Hanya 11 universitas
yang memiliki program pendidikan guru, jadi memudahkan dalam mengontrol kualitas
dan standar konsistensi program pendidikan. Untuk mendapat gelar master, mahasiswa
harus menyelesaikan 5 tahun pendidikan research-based yang menekankan
pengetahuan tentang pedagogic. Sebelum lulus mahasiswa juga harus mengikuti
magang selama satu tahun penuh mengajar di sekolah yang bekerja sama dengan
universitas tempat mereka kuliah. Sekolah-sekolah ini adalah sekolah model, dimana
para guru dan peneliti mengembangkan metode-metode baru dan menyelesaikan
penelitian mengenai belajar mengajar.

Dalam hal kurikulum, pemerintah hanya membuat panduan umum berupa target
(goals). Dan guru diberi kebebasan bagaimana caranya untuk mencapai target tersebut.
Guru bebas memakai metode mengajar maupun buku teks apa pun. Guru mengajar
kelompok siswa yang sama sampai beberapa tahun. Dengan demikian, guru dapat lebih
mengenal siswa-siswanya sekaligus dapat memantau perkembangan akademik, sosial
dan emosionalnya. Dan setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan
belajar setiap siswanya. Dan satu kelas maksimal jumlah siswa hanya 12 orang
sehingga guru dapat lebih mudah memantau seluruh siswanya. Tidak ada standarisasi
pendidikan di Finlandia karena berlawanan dengan kreatifitas. Mereka percaya
semakin standarisasi ditekankan, semakin sempit ruang kreatifitas. Menurut guru di
Finlandia, mata pelajaran terpopuler di kalangan siswa adalah art & craft terutama
kerajinan kayu (woodwork). Selain itu, guru di Finlandia menekankan pentingnya
waktu bermain, yang dipercaya dapat meningkatkan performa akademik siswa,
membantu perkembangan kognitif, afektif dan sosial. Prinsipnya dalam 1 jam
pelajaran, 45 menit dialokasikan untuk belajar dan 15 menit untuk bermain bebas
sesuai kehendak siswa. Karenanya, waktu istirahat sangat banyak di sekolah-sekolah
Finlandia bahkan hingga sekolah lanjutan atas. Guru mengurangi mengajar dengan
metode ceramah dengan persentase 40% guru dan 60% siswa. Wajib belajar adalah 9
tahun. Tidak memberlakukan pemisahan pendidikan dasar dan lanjutan sehingga tidak
perlu berganti sekolah di usia 13 tahun. Kebijakan ini dilakukan untuk menghindari
masa transisi yang perlu dialami oleh siswa, yang dianggap dapat mengganggu
pendidikan mereka.
Farmasi adalah salah satu bidang professional kesehatan yang mengkombinasikan
ilmu kesehatan dan ilmu kimia. Bidang profesi farmasi memiliki tanggung jawab untuk
memastikan keamanan serta efektivitas dalam pemakaian obat-obatan.Pada praktiknya,
profesi farmasi mempunyai ruang lingkup dalam penyediaan dan peracikan obat, dan juga
dalam hal pelayanan terhadap pasien baik pada layanan klinik, keamanan penggunaan obat-
obatan, evaluasi efikasi, serta pemberian informasi obat.

Ahli farmasi mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan


penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional
seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang
berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik,
evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat.

Dalam pendidikan tinggi, farmasi merupakan jurusan yang berkaitan dengan ilmu
kedokteran dan ilmu kimia. Bila ilmu kedokteran mungkin akan lebih memfokuskan diri
dalam upaya penanganan atau penyembuhan pasien secara langsung.Sedangkan pada
jurusan farmasi fokusnya lebih kepada obat-obatan yang dapat berguna dalam penyembuhan
pasien.Dalam ilmu farmasi, kita akan mempelajari berbagai hal mulai dari pembuatan obat,
ramuan tradisional, cara kerja obat di dalam tubuh, pelayanan obat kepada pasien, dan
famasetika.Termasuk juga belajar tentang cara menjelaskan atau memberikan informasi
yang dapat diterima dengan mudah oleh pasien mengenai tata cara konsumsi (pemakaian)
obat yang benar, indikasi, dan efek samping dari obat tersebut.

A. PENDIDIKAN FARMASI INDONESIA


Dilihat dari semua aspek, jelas bahwa dunia farmasi membutuhkan sumber
daya manusia kompetensi tinggi untuk berperan serta membangunnya. Pendidikan
Tinggi khususnya penyelenggara pendidikan farmasi di Indonesia memiliki peran
besar untuk melahirkan lulusan farmasi yang diharapkan memiliki daya saing dan
kompetensi terutama dalam menghadapi era persaingan global atau yang dikenal
dengan sebutan Maysarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Penyelenggara pendidikan
farmasi sejak zaman kemerdekaan terus mengalami pertumbuhan, baik jumlah
penyelenggara maupun kualitas penyelenggara dalam menghasilkan lulusan berdaya
saing dan kompetitif.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIIDKAN FARMASI DI INDONESIA


Profesi farmasi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru
berkembang setelah masa kemerdekaan. Pada jaman penjajahan baik masa
penjajahan Belanda ataupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia
per-tumbuhannya sangatlah lambat dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh
masyarakat. Sampai saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, para tenaga farmasi
Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang
masih sangat sedikit. Setelah periode tertentu, calon asisten apoteker dianggap sudah
mampu, selanjutnya mereka akan menjalani ujian negara. Pada tahun 1918, telah
dibuka Sekolah Asisten Apoteker yang pertama dengan penerimaan muridnya yang
berasal dari MULO bagian B. Pada tahun 1937, jumlah apotek di seluruh Indonesia
sekitar 37 buah. Pada jaman pendudukan Jepang mulai dirintis pendidikan tinggi
farmasi dengan nama Yakugaku sebagai bagian dari Djakarta Ika Daigaku. Pada
tahun 1944, Yakugaku diubah namanya menjadi Yaku Daigaku. Pada tahun 1946,
pemerintah Indonesia membuka Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten yang
kemudian berubah dan pindah menjadi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
di Yogyakarta.

Sejak tahun 2011, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM)


membuat dan membagi program sarjana farmasi kedalam empat minat yaitu minat
ilmu farmasi, farmasi industri, farmasi klinik dan komunitas, dan farmasi bahan
alam. Selain itu, sebagian besar institusi pendidikan tinggi diseluruh Indonesia
membuka prorgam studi sarjana farmasi dan diploma farmasi. Sampai saat ini,
jumlah lembaga pendidikan tinggi termasuk akademi dimana institusi/lembaga
pendidikan yang membuka program diploma tiga farmasi dan analis farmasi baik
dari lembaga negeri maupun swasta sebanyak 79 institusi, institusi pendidikan yang
membuka program sarjana farmasi baik negeri maupun swasta sebanyak 67 institusi,
institusi pendidikan yang membuka program profesi apoteker baik negeri maupun
swasta sebanyak 28 institusi, institusi pendidikan yang membuka program magister
farmasi baik swasta maupun negeri sebanyak 12 institusi, sedangkan untuk program
Doktor ilmu farmasi sebanyak 5 institusi yang semuanya berstatus negeri. Jumlah
tersebut diatas kemungkinan besar akan terus bertambah melihat animo masyarakat
tentang ketertarikan untuk belajar ilmu farmasi terus meningkat dan ditambah lagi
kebutuhan tenaga kefarmasian di berbagai sektor diseluruh wilayah Indonesia
semakin meningkat. Belum lagi, peluang lulusan farmasi untuk bekerja di negara
tetangga di era globalisasi sekarang ini.

C. JENJANG PENDIDIKAN FARMASI DI INDONESIA


1. Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi (SMK Farmasi)
Dari sejarah perkembangan kefarmasian di Indonesia, tampak sekali
besarnya peran pendidikan menengah farmasi yang dulu namanya Sekolah
Asisten Apoteker (SAA), khususnya pada saat masih langkanya tenaga
kefarmasian berpendidikan tinggi (sarjana). Jika sedikit kita mengenang pada era
tahun 70- an ke belakang, banyak orang tua yang menginginkan anaknya untuk
bisa bersekolah di SAA selepas lulus dari SMP. Hal ini cukup beralasan karena
jika sudah lulus dari SAA banyak pekerjaan yang sudah menanti mereka. Tak
mengherankan jika pamor SAA dulu begitu tinggi di masyarakat. Sejak masa
peralihan sampai dikeluarkannya PP No. 25 tahun 1980, masih memungkinkan
adanya "Apotek Darurat" yaitu apotek yang dikelola oleh seorang asisten
apoteker yang berpengalaman. Sampai saat ini pun, tenaga asisten apoteker ini
(sekarang sudah berganti dengan Tenaga Kerja Kefarmasian), masih banyak
diperlukan khususnya untuk sektor farmasi komunitas atau pelayanan publik.

2. Program Diploma Farmasi


Sejak 1991 telah dirintis pembukaan pendidikan tenaga ahli madya farmasi
dalam bentuk Program Diploma (D-III) oleh Departemen Kesehatan, yaitu
Program Studi Analis Farmasi. Kebutuhan ini merupakan konsekuensi per-
kembangan dunia kesehatan dan pengobatan yang terus meningkat sehingga
semakin banyak diperlukan tenaga ahli yang kompeten dalam bidangnya. Tidak
hanya kebutuhan tenaga ahli baik dalam segi jumlah yang meningkat, tetapi juga
dari segi kualitasnya sehingga untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan
verifikasi keahlian tenaga alhi. Tujuan utama program studi ini adalah untuk
menghasilkan tenaga ahli madya farmasi yang mempunyai kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan dalam pengendalian kualitas (quality control). Adapun
peran yang diharapkan dari lulusan program Studi Analis Farmasi D-III ini,
sebagai berikut.
- Melaksanakan analisis farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik,
makanan dan minuman, bahan berbahaya, serta alat kesehatan).
- Pengujian mutu, pengembangan metode analisis serta berperan aktif
dalam pendidikan dan penelitian di bidang analisis farmasi, baik di sektor
pemerintah atau pun sektor swasta.

3. Pendidikan Tinggi Farmasi


Perkembangan pendidikan tinggi Farmasi di Indonesia sejak berdirinya
perguruan tinggi farmasi yang pertama di Klaten dan Bandung. Selama masa
periode pasca kemerdekaan Republik Indonesia lembaga pendidikan tinggi yang
melaksanakan program pendidikan Sarjana Farmasi terus mengalami
peningkatan baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta.
Semua lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi di Indonesia dinaungi oleh beberapa
kementerian yaitu Kementerian Riset Teknologi, Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia dan Kementerian Agama Republik Indonesia, dan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Sistem pengelolaan pendidikan Farmasi di Indonesia berbeda-beda


berdasarkan kualifikasi Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, baik yang berstatus swasta, maupun negeri (meliputi status PTNBH,
BLU, dan PTN). Namun, program pendidikan sarjana harus memiliki standar
minimal yang telah disusun oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia
(APTFI) bekerjasama dengan organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
dan berkordinasi dengan Kementerian terkait yang mengacu pada Peraturan
Presiden RI No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI).

Berbagai ketentuan perundang-undangan di atas menjadi landasan bagi


Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) untuk menyusun dan
menetapkan standar kompetensi lulusan (learning out comes) dan standar
kurikulum sebagai rambu-rambu bagi semua institusi penyelenggara pendidikan
tinggi farmasi (PTF) dalam menjamin mutu dan kompentensi. Standar
kompetensi lulusan dan standar kurikulum ini merupakan bagian dari standar
pendidikan sarjana farmasi dan standar pendidikan profesi apoteker.

D. STANDAR FARMASI KURIKULUM INDONESIA


a. MODEL KURIKULUM DARMASI INDONESIA
Model kurikulum farmasi indonesia telah dikembangkan sesuai dengan
keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) No.045/2000 tentang
Kurikulum Pendidikan telah terjadi perubahan mendasar pada penyusunan
kurikulum yang berbasis pada kompetensi lulusan (competence based
curriculum), dengan pendekatan terintegrasi horizontal maupun vertikal,
berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah terkait keamanan dan
keberhasilan penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan primer pada tingkat
individu dan masyarakat. Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan/strategi
pembelajaran terpusat kepada peserta didik (student- centered learning).

Kurikulum yang diterapkan di Program Studi Profesi Apoteker mengikuti


standar kurikulum Perguruan Tinggi dan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi
(APTFI), ditambah beberapa mata kuliah muatan lokal. Kurikulum ini secara
berkala diubah setiap 5 (lima) tahun dalam suatu lokakarya perubahan kurikulum
dan dievaluasi setiap tahun. Pendidikan di Program Studi Profesi Apoteker
terdiri dari 2 semester dengan beban studi 39 SKS.

Kurikulum pendidikan tinggi farmasi tahun 2000 membagi mata kuliah


menjadi 5 kelompok keahlian sebagai berikut :
1. kelompok MPK (Mata kuliah pengembangan keperibadian)
2. Kelompok MKK (Mata kuliah keilmuan dan keterampilan)
3. Kelompok MKB (Mata kuliah keahlian Berkarya)
4. kelompok MPB (mata kuliah perilaku berkarya)
5. kelompok MBB (Mata kuliah berkehidupan Bermasyarakat)

Pada dasarnya masing masing pendidikan tinggi dapat menyusun


kurikulumnya sendiri berdasarkan pedoman tersebut.

b. STRUKTUR DAN DURASI KURIKULUM


Struktur kurikulum terbagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu: (1) tahap pendidikan
sarjana farmasi, dan (2) tahap pendidikan profesi apoteker. Tahap pendidikan
sarjana farmasi dirancang dengan beban minimal 144 sks dilaksanakan dalam
waktu 8 (delapan) semester, sedangkan tahap pendidikan profesi apoteker
dirancang dengan beban minimal 36 sks dilaksanakan dalam waktu 2 (dua)
semester.

c. KERANGKA KURIKULUM PENDIDIKAN SARJANA FARMASI


Muatan kurikulum pendidikan sarjana farmasi berfokus pada
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan (knows & knows how) bidang
kefarmasian, diberikan dalam bentuk kegiatan perkuliahan dan/atau praktikum.
Muatan kurikulum lokal terdiri dari muatan pendukung dengan kurikulum inti
dan muatan lain-lain yang menjadi ciri kekhasan individu.
Muatan pendukung antara lain radiofarmasi, wawasan farmasi industri,
kosmetik, analisis makanan-minuman, nutrasetikal, farmasi forensik, analisis
cemaran lingkungan. Sedangkan muatan lain-lain antara lain kewirausahaan,
komputasi, bahasa Inggris, akuntansi.

No Muatan Kurikulum Bobot


1 Muatan wajib pendidikan sarjana (Agama, 5 -10%
Pancasilla, Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia).
2 Muatan Kurikulum inti: 65 – 75%
- Prinsip-Prinsip metode ilmiah & 10 - 15%
ilmu Dasar.

- Ilmu-Ilmu Dasar Biomedik. 15 – 20%


- Ilmu-Ilmu Kefarmasian. 20 – 25%
- Ilmu Farmasi Klini, Sosial, dan 15 – 20%
Komunitasi.

- Manajemen, Administrasi, dan 10 – 15%


Regulasi.

3 Muatan Kurikulum Lokal (Muatan Pendukung 15 – 30%


dan/Muatan Lain-lain).

Total SKS (maksimum) 144 SKS

d. KERANGKA KURIKULUM PROFESI APOTEKER


Muatan kurikulum pendidikan profesi apoteker berfokus pada penguasaan
kemampuan untuk melakukan praktik profesi (shows how). Penyampaian
muatan kurikulum pendidikan profesi apoteker diberikan dalam bentuk studi
kasus, penyelesaian masalah, tugas/proyek, dan pembelajaran langsung di sarana
praktik profesi dengan bimbingan para praktisi sebagai preseptor (PKP).
Proporsi aktivitas pembelajaran di sarana praktik profesi (PKP) sekurang-
kurangnya 60% dari total muatan kurikulum.
No Muatan Kurikulum Bobot

1 Muatan Kurikulum Inti: 70-80%


- Farmasi Klinis: Studi Kasus, 20-30%

Praktik, dan Praktik Kerja


Profesi (PKP).

- Farmasi Komunitas: Studi Kasus, 20-30%


Praktik, dan Praktik Kerja
Profesi (PKP).

- Farmasi Industri: Studi Kasus, 10-15%


Praktik, dan Praktik Kerja
Profesi (PKP).

- Manajemen, Administrasi, dan 10 – 15%


Regulasi.

2 Muatan Kurikulum Lokal (Muatan Pendukung 20 – 30%


dan/Muatan Lain-lain).

Total SKS (maksimum) 30 SKS


BAB VII
KAJIAN ILMU FARMASI

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah Mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan sejarah kajian ilmu farmasi
2. Menunjukkan Fokus kajian ilmu farmasi
3. Menunjukkan kelompok bidang ilmu farmasi (Farmasi Sains dan Teknologi,
Farmasi klinik dan komunitas, Farmasi Sosial)
4. Menjelaskan sinergisme dalam perkembangan kelompok bidang ilmu farmasi

B. Sejarah kajian ilmu farmasi


Sejarah farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri dimulai pada awal abad
ke-19. Sebelum itu farmasi berkembang dari zaman farmasi kuno sebagai bagian
dari ilmu kedokteran, namun seteah Raja Federick II membuat undang-undang
pemisahan antara farmasi dan kedokteran, sehingga farmasi berdiri sendiri dalam
menjalankan praktek kefarmasian dan menjadi sebuah ilmu. Mulai 4000 SM
banyak masyarakat Sumeria yang tinggal di Irak modern telah menggunakan
tanaman obat seperti akar manis, mustard, mur dan opium sebagai pengobatan.
Sejak zaman dahulu, sepanjang sejarah telah dijelaskan bahwa hidup
manusia selalu berurusan dengan penyakit, sakit dan kematian, meskipun berbagai
diagnosis dan penyembuhan telah dilakukan secara bervariasi di masing-masing
daerahnya. Di beberapa tempat, dipercaya bahwa penyakit dipandang baik sebagai
invasi tubuh oleh beberapa benda asing atau racun, namun ada juga yang
beranggapan bahwa penyakit berkaitan dengan kelakuan manusia yang membuat
dewa marah dan atau ilmu sihir yang dikirimkan. Oleh sebab itu, dahulu seorang
ahli dalam pengobatan yang disebut dengan tabib, memiliki 3 peran sekaligus
dalam menyembuhkan pasien yakni sebagai dokter, apoteker, dan
imam/pendeta/ulama. Banyak masyarakat dahulu percaya bahwa pengobatan
medis bisa meringankan penyakit, dan penyebab utama dari penyakit tersebut
dapat dihilangkan dengan doa dan pengorbanan kepada para dewa. Catatan terkait
pengobatan kuno ini yang paling terkenal adalah Papyrus Eber dari Mesir dan
Aryuveda dari India, serta beberapa bukti sejarah lain yang tidak tercatat dengan
baik terkait pengobatan tradisional zaman dahulu.
Sejak zaman dahulu terjadi pertentangan antara agama dan ilmu
pengetahuan yang membuat keilmuan berkembang sangat lambat, pada zaman
tersebut dijelaskan bahwa barang siapa yang mengemukakan gagasan baru yang
belum ada dalam kebudayaan yang ada, maka dilarang untuk menjelaskannya,
bahkan pengemuka tersebut akan ditangkap dan di bunuh, dengan berkembangnya
pertentangan tersebut maka terjadi pemberontakan sebagai puncak pergerakan
ilmiah.
Sejak berjayanya Islam, kondisi justru sangat mendukung antara ilmu
pengetahuan dan agama, tidak terjadi perselisihan diantara keduanya, kaum
muslimin mendukung perkembangan ilmu pengetahuan baik dari sisi teori
maupun dalam aplikasinya. Bahkan Islam menganjurkan setiap kaumnya untuk
menuntut ilmu, saat ini lah ilmu pengetahuan semakin berkembang.
Para ilmuan dari golongan kaum muslimin tidak hanya memberi kritik
terhadap teori-teori dahulu yang bertentangan, namun juga menyelidikinya,
sampai mendapat kesimpulan yang benar dari teori tersebut maupun teori baru.
Dari sudut aplikasi ilmu, para ilmuan muslim telah memulai kajian-kajian dengan
metode baru yang terlihat pada masanya. Pertama kali dalam catatan sejarah,
kaum muslim telah menciptakan spesifikasi ilmiah secara sempurna, dengan
bukti-bukti pakar ilmiah yang menguasai bidang-bidang tertentu untuk memberi
manfaat spesifikasi ilmu. Dalam Islam, ilmu dikenal dengan beberapa nama
seperti Ilmu Kauniyah (Alam), Ilmu Taqniyah (Teknik), Ilmu Tathbiqiyah
(Praktik), dan Ilmu Eksperimen. Semua ilmu tersebut digolongkan dalam ilmu
hayat yang berhubungan dengan kemashalatan dunia, yakni ilmu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia dengan menggunakan akal, eksperimen dan penemuan.
Ilmu farmasi (Apoteker) muncul setelah Jabir bin Hayyan dan Khalid bin
Yazid menciptakan rumus-rumus dan dasar-dasar ilmu kimia yang memasukkan
eksperimen ilmiah (uji coba ilmiah), mereka melakukan eksperimen dalam
metode pembahasan ilmu yang digambarkan dalam rumusnya. Menurut As-
Sirjani (2012), dengan penemuan ilmu kimia dan menjelaskannya sebagai ilmu
pengetahuan, maka mereka mampu menguraikan beberapa bahan atau materi
yang tidak terbatas pada penguraian secara kimia. Mereka juga menciptakan karya
dalam bidang tanaman, dengan membedakan alkali dan asin asam, menghitung
bahan-bahan (materi) yang bermanfaat, mereka juga mempelajari ratusan obat-
obatan yang kemudian sebagai dasar penyusunan dan pembuatan ratusan obat-
obatan.
Sebelum farmasi berkembang menjadi ilmu sendiri, farmasi dipandang
sebagai cabang status yang tinggi dari bagian kedokteran. Untuk mempertahankan
pengobatan Papyrus, terutama dibuat catatan yang disebut Papyrus Eber yang
berasal sekitar 1500 SM. Orang mesir membuat sediaan obat dalam bentuk infus,
salep, pastiles (lozenges), suppositoria, lotion, enema dan pil. Papyrus Eber berisi
sebanyak 875 resep obat dan 700 daftar obat. Sementara itu, di Cina pada era yang
sama yakni sekitar 2000 SM, seorang pria bernama Shen Nung menulis Pen T’sao
atau dikenal sebagai herbal asli yang berisi deskripsi dari 365 obat nabati pada
Dinasti Han.
Sejak didirikannya Apotek (Pharmascy) atau toko obat pertama di Bagdad
pada tahun 745 M dibawah khalifah Abbasi selama masa kejayaan Islam, farmasi
mulai dikenal dan terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu
pengetahuan lain seperti kedokteran dan kimia. Bagdad menjadi ibukota
kekhalifahan Timur. Pemerintahan ini mengembangkan ilmu pengetahuan,
pengobatan dan farmasi serta mendorong koleksi, penyalinan, dan penerjemahan
manuskrip-manuskrip Yunani hingga karya-karya Hippocrates, Galen,
Dioscorides diterjemahkan dalam Bahasa Arab.
Kemajuan ilmu pengetahuan dari Timur Tengah terutama pada ilmu botani
dan ilmu kimia ini, dipimpin oleh seorang ahli dari bidang kedokteran pada abad
pertengahan, yang mengembangkan ilmu Farmakologi yakni Muhammad bin
Zakariya Ar-Razi (Rhazes) (865-915), yang bertindak untuk mempromosikan
penggunaan medis dari senyawa kimia. Deskripsinya tentang penyakit cacar dan
campak sangat lengkap, untuk perkembangan pengobatan. Sabur Ibnu Sahl (869)
merupakan dokter pertama yang memulai membuat pharmacopedia, yang
menggambarkan berbagai macam bahan obat dan obat untuk penyakit. Ali Abbas
(994) adalah penagrang dari “Buku Diraja” suatu risalah pengobatan yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Latin dan memuat antara lain tentang anatomi. Abu
Al-Qasim Al-Zahrawi (Abulcasis) (939-1013) mempelopori pembuatan obat-
obatan oleh sublimasi dan destilasi. Al-Biruni (973-1050) menulis salah satu
karya Islam yang paling berharga dalam bidang Farmakologi berjudul kitab Al-
Saydalah (Kitab Obat), dimana ia memberikan pengetahuan rinci tentang sifat
obat dan dijelaskan peran apoteker serta fungsi dan tugas apoteker. Ibnu Sina
(Avicenna) (980-1037) adalah orang yang dijuluki Pangeran Tabib. Dia menulis
lebih dari 100 karya dan yang pertama membuat deskripsi tentang sifat-sifat asam
sulfat dan alkohol. Dia juga yang memperkenalkan opium untuk menyembuhkan
batuk dan ekstrak colchici untuk mengobati reumatik. Kedua jenis obat ini masih
digunakan sampai sekarang. Beliau mencatat keseluruhan obat terkait dengan sifat
obat, mekanisme aksi, dan indikasi yang disebut The Canon of Medicine, dan Ibu
Al-Wahid (1008-1074), menerjemahkan karya-karya tersebut ke dalam bahasa
latin.
Pada awal abad ke-16 di Eropa, Paracelcus memperkenalkan khasiat garam-
garam stibium sebagai obat serbaguna. Selama satu periode terapi logam
mendominasi resep-resep tradisional. Dua abad berikutnya yakni pada tahun 1820
zat aktif kuinina dapat diisolasi. Walaupun sejumlah besar obat-obat organik yang
berasal dari tumbuhan ditemukan pada abad ke-16 dan ke-17 itu, namun karena
kemajuan ilmu kimia organik kalah cepat daripada kimia anorganik maka obat-
obat yang berasal dari mineral tetap lebih disukai.
Sejak akhir abad ke-16 dan awal ke-17 lebih dari 500 buku yang paling
berpengaruh tercipta dan buku klasik di Eropa yang paling berpengaruh yakni
ditulis oleh Dioscorides yang berjudul De materia medica. Pada akhir abad ke-17
dan awal abad 18, pengetahuan tentang obat yang berasal dari tumbuhan semakin
meluas tetapi usaha-usaha untuk mendestilasi zat aktif dari tumbuhan tidak
berhasil. Pada abad ke-18 seorang ilmuan Inggris yakni Withering,
memperkenalkan pemakaian ekstrak tumbuhan digitalis untuk pengobatan
penyakit gembur-gembur, yaitu sakit lemah jantung. Dia memakai ekstrak ini atas
nasihat orang-orang desa yang telah bertahun-tahun memakai elixir ini. Ini
merupakan satu contoh penyelidikan bagi ahli obat dalam menjajaki dan
mengembangkan bahan obat penuntun dari budaya tradisional.
Pada tahun 1828 Wohler, yang berhasil mensintesis urea dari senyawa-
senyawa anorganik, menyingkapkan bahwa pada dasarnya tidak ada yang
misterius tentang senyawa organik dan meletakkan dasar-dasar kimia organik.
Sejak saat itu, para ahli telah mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa yang
terstruktur kompleks, termasuk banyak diantaranya senyawa yang terdapat dalam
alam; dan banyak pula yang tidak, yang ternyata aktif farmakologis. Jadi senyawa
penuntun tidak lagi menjadi monopoli senyawa alam.

C. Fokus kajian ilmu farmasi


Pada awal abad ke-19, dimana sebelumnya ilmu farmasi tercerai berai dan
masih dalam posisi persimpangan antara kedokteran dan kimia, pada abad ini ilmu
farmasi sudah mulai fokus terutama munculnya istilah Farmakognosi dalam
bahasa Inggris disebut Pharmacognosy, yang dibuat oleh profesor Austria, John
Adam Schmidt (1759-1809).
Selain itu, jauh sebelumnya di Timur Tengah telah memperkenalkan istilah
Farmakologi dalam bahasa Inggris disebut Pharmacology. Dimana kedua istilah
ini sangat erat kaitannya dalam pengembangan ilmu farmasi. Dilihat dari
sejarahnya istilah farmakologi terkait dengan efek dan mekanisme kerja obat
sedangkan farmakognosi terkait dengan segala aspek dan informasi yang
berkaitan dengan obat. Sejak didirikannya Apotek (Pharmacy) pertama di
Bagdad, pada waktu itu tidak hanya menyediakan obat dalam bentuk sediaan
sederhana akan tetapi juga menyediakan sediaan-sediaan dalam bentuk paling
canggih pada masa itu, misalnya dalam bentuk larutan, elixir, pil, salep, tingtur,
kapsul dan lain sebagainya.
Jauh sebelumnya telah diperkenalkan sediaan galenik oleh Galen, maka para
ilmuan juga lebih banyak mengkaji tentang pembuatan sediaan-sediaan obat
terutama memelajari catatan-catatan dari resep-resep kuno, maka muncullah
istilah Ilmu Resep yang lebih dikenal dengan nama Farmasetika yaitu ilmu
mengenai ilmu resep dan peracikan obat.
Selanjutnya, diakhir abad ke-19 seiring dengan perkembangan ilmu kimia
terutama sintesis dimana para kimiawan mulai mensintesis senyawa organik
dengan struktur yang semakin kompleks, sehingga dikenal lagi istilah Kimia
Medisinal yaitu ilmu terkait sintesis obat.
Keempat bidang ilmu meliputi, Farmakognosi, Farmakologi, Kimia
Medisinal, dan Farmasetika merupakan fokus utama dalam melakukan kajian-
kajian tentang ilmu farmasi. Namun, kenyataannya keempat istilah tersebut
semuanya bermuara kepada obat. Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan
eksperimen terkait obat juga terus berkambang, begitu juga dengan
perkembangnya penyakit-penyakit baru, perkembangan tersebut sulit untuk
didefinisikan kedalam keempat kelompok bidang ilmu diatas, karena akan
menyebabkan tumpang tindih antara masing-masing eksperimen, dimana
sebagian eksperimen masuk kedalam semua kelompok diatas. Oleh karena itu,
untuk fokus kajian ilmu farmasi tidaklah tepat jika hanya empat kelompok diatas,
karena semuanya akan terus mengalami perkembangan dan kajian-kajian semakin
mendalam.
Sampai saat ini, kajian-kajian farmasi tidak hanya terbatas pada obat saja,
akan tetapi juga sudah mencakup nutraseutikal atau makanan fungsional, alat
kesehatan, dan kosmetika, serta kajian terkait dengan kesehatan secara holistik.
Berdasarkan penjelasan diatas dan secara historis ilmu farmasi berbeda
dengan ilmu kedokteran dan ilmu kimia, ilmu farmasi dikembangkan pada posisi
diantara keduanya dan tidak bisa dilepaskan diantara keduanya, maka fokus kajian
ilmu farmasi dibagi dalam beberapa kelompok besar yaitu sebagai berikut:
1. Kajian Ilmu Farmasi yang berfokus pada pencarian dan pengembangan
bahan farmasi.
Dimana bahan farmasi yang dimaksud adalah bahan untuk sediaan farmasi
baik yang diperoleh secara biologi maupun secara kimia (termasuk secara
fisika)
2. Kajian Ilmu Farmasi yang berfokus pada pembuatan sediaan farmasi
Dimana pembuatan yang dimaksud adalah formulasi berbagai bentuk sediaan
farmasi berdasarkan sifat dan karakteristik fisikokimia dari zat aktif dan
eksipien atau bahan tambahan yang digunakan berdasarkan ketersediaan
teknologinya.
3. Kajian Ilmu Farmasi yang berfokus pada penggunaan sediaan farmasi
secara efektif dan efisien
Dimana penggunaan yang dimaksud adalah nasib bahan/sediaan farmasi
terhadap tubuh dan nasib tubuh terhadap bahan/sediaan farmasi, serta macam
interaksi dan perubahannya termasuk toksisitasnya.
4. Kajian Ilmu Farmasi yang berfokus pada pelayanan kefarmasian dalam
bidang kesehatan
Dimana pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah pelayanan kepada
pasien dan pelayanan umum terkait bidang kefarmasian.
Keempat fokus kajian inilah yang secara keseluruhan disebut ilmu farmasi,
sehingga menghasilkan dan melahirkan definisi-definisi sendiri. Keempat fokus
kajian tersebut terus mengalami perkembangan dan secara umum diaplikasikan
dalam sistem pembelajaran sesuai dengan level pendidikannya.
Untuk level diploma farmasi minimal mengetahui dasar-dasar dari keempat
fokus kajian ilmu farmasi dan terutama difokuskan pada keterampilan terkait
dengan pekerjaan kefarmasian. Untuk level sarjana farmasi minimal menguasai
dasar-dasar dari keempat fokus kajian tersebut, yang akan menjadi dasar setelah
melanjutkan baik pada profesi apoteker maupun lanjut ke jenjang magister
farmasi. Untuk level profesi apoteker menguasai dasar-dasar dari keempat kajian
ilmu farmasi dan juga mampu melakukan praktek pekerjaan kefarmasian yang
tergantung dimana dan fokus pekerjaannya, misalnya terutama bila bekerja di
industri harus mampu melakukan praktek pekerjaan kefarmasian yang berfokus
pada pembuatan sediaan farmasi; bila bekerja di pelayanan misalnya sebagai
penanggungjawab apotek harus mampu melakukan pekerjaan yang berfokus pada
penggunaan produk farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam bidang kesehatan.
Sedangkan untuk level Magister dan Doktor lebih berfokus pada kajian keilmuan
yang diminati.

D. Kelompok bidang ilmu farmasi


Secara sederhana hirearki pengelompokkan bidang ilmu farmasi dengan
pendekatan fundamental dalam berbagai level disiplin dalam pendidikan
kefarmasian yang telah dijelaskan secara singkat oleh Sorensen dan kawan-kawan
pada tahun 2003 (Gambar 7.1).

Hiosphere

Budaya /Subculture
Ilmu Sosial
Komunitas Farmasi Sosial
dan
Humaniora
Keluarga/ Kelompok Kecil

Individu Farmasi Klinik Ilmu


dan Komunitas Farmasi
Organ

Sel
Ilmu Alam Farmasi Sains
dan Teknologi
Molekul

Asam
Gambar 7.1 Tingkatan hirearki dan disiplin ilmu yang terlibat dalam
pengembangan pendidikan ilmu kefarmasian
Sebagai seorang farmasis yang bergerak dalam bidang kajian atau
penelitian terutama yang bertugas di lembaga pendidikan tinggi dengan segala
kompleksitasnya terus-menerus harus melakukan pengembangan keilmuan.
Sampai saat ini, pada umumnya Ilmu Farmasi sains dan teknologi Ilmu
Farmasi klinik dan komunitas dan Farmasi sosial. Namun pengelompokan ini
sifatnya umum dan tidak mengikat yang bertujuan untuk memudahkan dalam
melakukan pengembangan keilmuan dan dengan tetap berfokus pada keempat
kajian Ilmu Farmasi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Meskipun
demikian, istilah apapun yang digunakan tetap bermuara pada ke empat fokus
kajian ilmu farmasi dan hanya berbeda dari porsi arah pengembangan dari
masing-masing lembaga atau institusi.
Pembagian Ilmu Farmasi menjadi beberapa bidang ilmu bukanlah untuk
memecah-belah Ilmu Farmasi itu sendiri karena jika hal ini terjadi maka akan
menyebabkan Ilmu Farmasi mengalami blok-blok pada lintas bidang.
Pembagian bidang ilmu ini hanya untuk mempermudah kita dalam fokus
penguasaan bidang tertentu yang akan bersinergi dengan bidang lain sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia dalam
peningkatan kualitas kesehatan.
Farmasi ditinjau dari objek materinya, memiliki kerangka dasar dari
ilmu-ilmu alam yakni kimia biologi, fisika dan matematika. Sedangkan Ilmu
Farmasi ditinjau dari objek formulanya merupakan ruang lingkup dari ilmu
ilmu kesehatan. Ilmu Farmasi pada perkembangan selanjutnya mengadopsi
tidak hanya ilmu-ilmu alam, melainkan termasuk pula dari ilmu-ilmu terapan
seperti pertanian, teknik, ilmu kesehatan, bahkan dari behavior science.
Berdasarkan ulasan tersebut dapat dikatakan bahwa di satu pihak Farmasi
tergolong seni teknis (technical art), apabila ditinjau dari segi pelayanan dalam
penggunaan obat (medicine); Di lain pihak Farmasi dapat pula digolongkan
dalam ilmu ilmu pengetahuan alam (natural sains).
Kategori Ilmu Farmasi sains dan teknologi terus mengalami
perkembangan menjadi beberapa bidang yang meliputi kimia farmasi, biologi
farmasi, farmakologi dan farmasetika dan teknologi farmasi, dimana masing-
masing bidang terus mengalami spesialisasi. Demikian juga untuk Ilmu
Farmasi klinik dan komunitas dan Farmasi sosial terus mengalami
perkembangan. Alasan-alasan pembentukan bidang ilmu berdasarkan aspek
filosofis yang terdiri dari aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Farmasi sains dan teknologi
Farmasi sains dan teknologi mengkaji ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bidang farmasi yang mencakup berbagai aspek yang
berhubungan dengan produk farmasi mulai dari pencarian atau penemuan,
pengolahan dan pengembangan bahan baku hingga menjadi sediaan
farmasi yang siap digunakan. Dalam arti lain, Farmasi sains dan teknologi
berorientasi kepada pengembangan dan pendekatan yang bersifat pada
produk oriented untuk memenuhi kebutuhan tenaga riset, pengembangan,
produksi dan pemeriksaan produk farmasi dan alat kesehatan.
a. Bidang ilmu Biologi farmasi
Biologi Farmasi adalah ilmu atau terapan dalam bidang farmasi
yang berdasarkan ilmu biologi dalam penerapannya, yang mencakup
penemuan pengembangan dan produksi obat, standarisasi,
pengendalian pengolahan serta penggunaan. Biologi Farmasi
mempunyai subdisiplin dasar antara lain sitologi, genetika,
mikrobiologi, botani, zoologi, biokimia, biologi molekul,
farmakologi, toksikologi, bioteknologi dan farmakognosi-fitokimia.
Kaitan dengan ini farmakognosi-fitokimia ialah ilmu mengenai obat
dan bahan pembantu yang berasal dari organisme (mikroba tumbuhan
dan hewan) dan organisme penghasilnya. Dapat dinyatakan bahwa
bidang ilmu Biologi Farmasi diperlukan dalam praktek kefarmasian
khususnya di Indonesia yang memiliki banyak bahan alam
(khususnya tumbuhan) yang digunakan sebagai bahan obat dan obat,
yang tentunya memerlukan evaluasi, standarisasi ataupun
pengembangan dalam pembuatannya yang yang didasari dari ilmu
biologi farmasi.
Aspek kajian bidang ilmu biologi farmasi
1) Aspek Ontologi
Dari aspek ontologi, yaitu eksistensi (keberadaan) dan
esensi (keberartian) dari bidang ilmu Biologi farmasi sangatlah
luas karena melibatkan berbagai disiplin ilmu lain seperti biologi
(Botani, mikrobiologi, biologi sel dan molekuler), kimia, Fisika,
matematika sebagai alat komunikasi (bahasa) ilmu pengetahuan
dan ilmu sosial lainnya (seperti ekonomi, hukum, perundang-
undangan, Sosiologi dan antropologi). dalam kajian yang
dilakukan pada lingkup bidang ilmu Biologi Farmasi meliputi:
botani farmasi, farmakognosi-fitokimia, mikrobiologi-
bioteknologi.
Botani farmasi merupakan cabang ilmu yang
dikembangkan mengenai sistematika dan morfologi tumbuhan,
anatomi dan fisiologi tumbuhan, serta eksplorasi tumbuhan obat
secara etnobotani. Bidang ilmu ini menunjang pada penggalian
tumbuh-tumbuhan sebagai obat baik dari identifikasi tanaman
obat, kandungan kimia dan metode pemisahannya. Bidang ilmu
ini dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu farmakognosi, bahan
alam farmasi dan fitokimia.
Bidang ilmu farmakognosi-fitokimia dikembangkan dalam
pengkajian bahan-bahan farmasetis yang berasal dari makhluk
hidup, meliputi: dimana terdapat di alam, biosintesanya,
penentuan kadar secara kuantitatif di dalam bahan alam, dari
mana bahan tersebut berasal, cara isolasinya, struktur kimiawi,
sifat-sifat fisis dan kimiawi, penggunaan dan cara kerjanya.
Bidang ilmu mikrobiologi-bioteknologi farmasi merupakan
bidang ilmu yang dimanfaatkan untuk pencarian bahan obat baru
secara biologi baik dari cara isolasi dari bakteri atau jamur
(terutama jamur endofit), kultur jaringan, sampai rekayasa
genetika.
2) Aspek Epistemologi
Dari aspek epistemologi untuk pembuktian kebenaran
bidang ilmu botani farmasi digunakan landasan logika deduktif
dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis, yang dinamakan
metode logiko-hipotetik-verifikatif. Logika deduktif menjelaskan
cara untuk mencapai kesimpulan kesimpulan bila lebih dahulu
telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau
sejumlah logika diantara suatu kelompok masalah tertentu.
Pembahasan mengenai logika deduktif sangat luas dan meliputi
satu diantara persoalan-persoalan yang menarik.
Logika induktif membicarakan tentang penarikan
kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum,
melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus.
Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas
pernyataan-pernyataan yang telah diajukan.
Penyusunan bidang ilmu Biologi Farmasi didasarkan atas
penemuan penemuan. teori-teori biologi farmasi (meliputi ilmu
botani farmasi, ilmu farmakognosi-fitokimia, dan mikrobiologi-
bioteknologi), baik dalam studi eksplorasi bahan alam (hewan,
tumbuhan, mikroorganisme), identifikasi, karakterisasi,
streaming aktivitas, rekayasa genetika, sampai penggalian
informasi penggunaan bahan alam secara etnobotani dan
etnofarmakologi. Disusun secara sistematis yang diperoleh dari
hasil-hasil penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah pada
observasi, pengukuran, penjelasan dan verifikasi, dengan
mempergunakan metode logico-hypothetico-verifikatif.
3) Aspek aksiologi
Dari aspek aksiologi, yaitu manfaat dari bidang ilmu
biologi farmasi di sini mempertanyakan apa nilai kegunaan
pengetahuan tersebut. Kegunaan atau landasan aksiologi biologi
farmasi adalah bertujuan untuk kesehatan manusia.
Ilmu biologi farmasi diperlukan untuk mengkaji terkait
ketersediaan material yang telah disediakan untuk peningkatan
derajat kesehatan manusia. Dalam menerapkan bidang ilmu ini,
memungkinkan praktisinya untuk menemukan sumber-sumber
obat baru dari alam yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia.
Dengan demikian, penerapan dan memberikan kontribusi dalam
pengolahan dan penggunaan bahan alam sebagai obat untuk
kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan lebih baik.
Penggunaan bahan alam sebagai obat oleh masyarakat
untuk mengobati suatu penyakit maka diperlukan keahlian
biologi Farmasi dari berbagai aspek agar masyarakat dapat
menggunakan bahan alam sebagai obat yang tepat, efektif, aman
dan berkhasiat.
Berdasarkan Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bidang
ilmu Biologi Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu yang
penerapannya mencakup penemuan, pengembangan dan produksi
obat, standarisasi, pengendalian pengolahan serta penggunaan bahan
obat alami. Bidang ilmu Biologi farmasi dari aspek kajiannya
bukanlah bagian yang terpisahkan dari bidang ilmu lain dalam lingkup
Ilmu farmasi, namun melainkan bidang yang berfokus pada
pengkajian bahan baku obat atau bahan obat secara biologi yang terus
mengalami perkembangan seiring perkembangan ilmu-ilmu lainnya
termasuk perkembangan ilmu filsafat. Bidang ilmu biologi dengan
sumber daya dan keahlian yang ada berpartisipasi aktif bersama-sama
stakeholder lainnya di dalam dan luar negeri untuk berkontribusi bagi
perkembangan bahan alam Indonesia untuk berbagai tujuan terutama
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b. Bidang ilmu kimia farmasi
Kimia farmasi adalah ilmu terapan dalam bidang farmasi yang
berlandaskan kimia yang penerapannya mencakup penemuan dan
pengembangan analisa (secara kualitatif dan kuantitatif), isolasi,
sintesis, identifikasi, dan interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif
(obat) pada tingkat molekul. Kimia farmasi mempunyai subdisiplin
dasar yaitu kimia dasar, kimia analisis, kimia fisika, kimia organik,
kimia anorganik, biologi sel dan molekuler, biokimia,
mikrobiologi, farmakologi, toksikologi. Kelompok bidang ilmu kimia
farmasi terdiri dari dua sub kelompok keilmuan utama yaitu farmasi
analisis dan kimia medisinal. Kimia analisis melibatkan penggunaan
sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif,
kuantitatif dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khususnya dan bahan kimia pada umumnya. Sedangkan kimia
medisinal terlibat dalam identifikasi, isolasi, sintesis, dan
pengembangan entitas kimia baru yang dapat digunakan untuk terapi.
Kelompok bidang ilmu kimia farmasi berfokus pada aspek kualitas
bahan obat atau obat dan bertujuan untuk memelihara kesehatan
sebagai tujuan dari produk obat.
Aspek kajian bidang ilmu kimia farmasi
1) Aspek Ontologi
Secara umum, bidang ilmu kimia farmasi terdiri dari dua
sub kelompok keilmuan yaitu farmasi analisis dan kimia
medisinal yang mana kedua sub kelompok bidang ilmu ini
sangatlah luas dan melibatkan berbagai disiplin keilmuan seperti
kimia (kimia organik, biokimia, kimia anorganik, kimia analisis
kimia fisika, dan instrumen kimia modern), fisika biologi,
matematika dan statistik, ilmu komputer, dan ilmu sosial.
Dalam Ilmu farmasi analisis kelompok Ilmu farmasi ini
berfokus pada pengembangan dan validasi metode analisis untuk
dapat diaplikasikan dan mengontrol kualitas obat sebagai produk
akhir, yang meliputi analisis farmasi, analisis klinik, analisis
mikrobiologi, toksikologi analisis dan analisis makanan dan
kosmetik (baik kandungan maupun keamanannya). Farmasi
analisis fokus pada aspek kualitas bahan dan produk farmasi yang
bertujuan untuk menjamin keamanan dan efektivitas penggunaan
produk farmasi.
Dalam ilmu kimia medisinal berfokus pada studi
identifikasi, perancangan, isolasi, sintesis, dan pengembangan
senyawa kimia baru yang sesuai untuk digunakan di bidang
pengobatan (obat); termasuk didalamnya studi hakikat obat dan
aktivitas biologisnya, serta hubungan struktur aktivitas secara
kuantitatif. Kimia medisinal merupakan subkelompok bidang
ilmu yang sangat melibatkan bidang bidang ilmu lain dengan
menggabungkan kimia organik biokimia, kimia komputasi
farmakologi, biologi molekuler statistika dan kimia fisik.
Eksistensi dan esensi bidang ilmu kimia farmasi sangat
penting terutama untuk menjamin keamanan dan efektivitas
sediaan farmasi. Di sisi lain, bidang ilmu kimia farmasi terus
melakukan pencarian dan pengembangan bahan obat dan bahan
sediaan farmasi lainnya seiring dengan semakin kompleksnya
penyakit yang muncul hingga saat ini.
2) Aspek Epistemologi
Aspek epistemologi bidang ilmu kimia farmasi didasarkan
atas penemuan penemuan titik teori-teori tentang kimia farmasi
baik dalam studi tentang analisis farmasi analisis klinik, analisis
mikrobiologi, toksikologi analisis, dan analisis makanan dan
kosmetik. Disusun secara sistematik yang diperoleh dari hasil-
hasil penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah yang
mencirikan pada observasi, pengukuran, penjelasan, dan
verifikasi.
3) Aspek Aksiologi
Bidang ilmu kimia farmasi merupakan ilmu yang sangat
menantang yang dilahirkan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang diajukan oleh alam. Dengan menerapkan ilmu ini
memungkinkan seseorang untuk menemukan obat baru, yang
merupakan satu kebutuhan bagi kelangsungan hidup manusia,
mengetahui benar tentang obat yang ditelitinya, efek biologis dan
mekanisme efek biologis yang ditimbulkannya, serta berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi efek biologis obat itu. Selain
itu, bidang ilmu kimia farmasi juga merupakan ilmu yang
digunakan untuk pemastian mutu sediaan farmasi. Mulai dari
identitas dan kemurnian obat, kandungan obat, bahan-bahan
pengotor, stabilitas, sampai konsentrasi obat dalam jaringan atau
dalam cairan biologis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bidang
ilmu kimia farmasi merupakan salah satu bidang Ilmu farmasi yang
penerapannya mencakup penemuan dan pengembangan analisa
(secara kualitatif dan kuantitatif), isolasi, sintesis, identifikasi dan
interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat
molekul.
c. Bidang ilmu farmakologi
Ilmu farmakologi merupakan bagian Ilmu farmasi yang
menggambarkan penggunaan bahan kimia untuk mencegah,
mengobati, dan menyembuhkan penyakit, serta dapat
mempertahankan seseorang tetap menjadi sehat dan bugar. Bidang
ilmu farmakologi berfokus pada khasiat obat di segala segi termasuk
sifat kimia, sifat fisika, kegiatan fisiologis atau efeknya terhadap
fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorpsi, nasib (distribusi dan
biotransformasi), ekskresinya di dalam tubuh, serta efek toksiknya
mulai dari tingkat organ hingga tingkat molekular. Ilmu farmakologi
harus didukung oleh ilmu ilmu dasar seperti ilmu biologi farmasi dan
kimia farmasi terutama ilmu biokimia dan anatomi fisiologi.
Dalam bidang ilmu farmakologi terdapat cabang-cabang ilmu
yang terdiri dari farmakodinamika, farmakokinetika, imunologi,
farmakoterapi, dan toksikologi. Semua cabang-cabang ilmu
farmakologi tersebut berfokus pada bahan aktif yang memberikan
pengaruh pada tubuh, bukan mengarah kepada diagnosis penyakit.
Aspek kajian bidang ilmu farmakologi
1) Aspek Ontologi
Secara umum farmakologi merupakan ilmu yang
mempelajari setiap zat kimia yang mempengaruhi proses hidup
yang dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan yang
berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia
khususnya melalui pengikatan molekul-molekul regulator yang
mengaktifkan atau menghambat proses tubuh yang normal.
Cabang ilmu farmakologi meliputi farmakodinamik
farmakokinetik, imunologi, farmakoterapi dan toksikologi.
Farmakodinamik merupakan cabang ilmu farmakologi yang
berfokus mempelajari dan mengkaji aktivitas obat terutama
interaksi obat dan reseptor, cara kerja obat, efek obat terhadap
fungsi berbagai organ serta pengaruh obat terhadap reaksi
biokimia dan struktur organ atau disingkat pengaruh obat
terhadap tubuh. Farmakokinetik berfokus mempelajari absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat (ADME) atau dalam
istilah sederhana pengaruh tubuh terhadap obat. Imunologi
berfokus mempelajari antigen antibodi dan fungsi pertahanan
tubuh Inang atau host yang diperantarai oleh sel terutama yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis
hipersensitifitas, alergi dan penolakan benda asing.
Farmakoterapi berfokus mempelajari tentang penggunaan obat
dalam pengobatan penyakit. Dan Toksikologi berfokus
mempelajari tentang zat-zat racun dengan khasiatnya serta cara-
cara untuk mengenal/mengindentifikasi dan melawan efeknya.
Eksistensi dan essensi bidang ilmu farmakologi sangat
penting terutama untuk memastikan dosis, khasiat, dan keamanan
bahan obat sebelum diuat dalam bentuk sediaan, hingga
menjamin efek obat setelah masuk kedalam tubuh, bahkan efek
jangka panjang penggunaan obat, dimana khasiat obat sangat
ditentukan oleh faktor seperti genetik, nutrisi, dan dosis.
2) Aspek Epistemologi
Dari aspek epistemologi ilmu farmakologi merupakan
cabang Ilmu farmasi yang disusun berdasarkan hasil penemuan-
penemuan ilmiah yang terus mengalami perkembangan (dapat
dilihat dari jurnal-jurnal ilmiah internasional yang bereputasi
tinggi). Riset-riset yang dipublikasikan terutama dalam cabang
ilmu farmakologi yaitu berfokus pada farmakodinamik,
farmakokinetik, imunologi, farmakoterapi dan toksikologi yang
terus mengalami perkembangan seiring perkembangan ilmu
lainnya yang berkaitan dengan ilmu farmakologi.
3) Aspek Aksiologi
Farmakologi Merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan
terutama yang berhubungan dengan obat dan secara umum
sediaan farmasi lainnya, sebagai contoh pembuktian secara
ilmiah herbal yang digunakan secara tradisional melalui
serangkaian penelitian yang dilakukan dari segi efektivitas dan
keamanan sebelum dipasarkan dan digunakan oleh konsumen.
Dengan ilmu ini, memungkinkan kita untuk mengembangkan
obat, bahan obat, dan obat tradisional yang meliputi beberapa
cara yakni:
a) Menentukan mekanisme kerja obat, bahan obat, dan obat
tradisional dalam mempengaruhi fisiologi tubuh
b) Membuktikan keamanan obat, bahan obat dan obat
tradisional
c) Menentukan dosis yang tepat dalam penggunaan obat, dan
d) Menentukan aturan dan cara pakai obat yang tepat.
Dengan demikian ilmu farmakologi memiliki peran dalam
mengontrol kualitas, efikasi, keamanan, dan perkembangan obat
terutama pada tahap praklinik dan klinik, serta berpartisipasi
dalam optimalisasi penggunaan obat melalui pengobatan
rasional.
Berdasarkan uraian di atas, bidang ilmu farmakologi merupakan
salah satu bidang ilmu dalam Ilmu farmasi yang berfokus pada khasiat
obat di segala segi termasuk sifat kimia, sifat fisika, kegiatan
fisiologis atau efeknya terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja,
absorpsi, nasib (distribusi, biotransformasi), ekspresinya di dalam
tubuh serta efek toksiknya mulai dari tingkat organ hingga tingkat
molekular.
Ilmu farmakologi sangat penting untuk mendukung penggunaan
bahan obat atau obat berdasarkan hasil penemuan baik secara biologi
maupun secara kimia tidak sampai di situ farmakologi juga berperan
penting dalam pengembangan obat seiring dengan perkembangan dan
tingkat kompleksitas penyakit yang muncul sampai saat ini. Serta,
ilmu ini juga berperan penting dalam hal keamanan, Khasiat seluruh
sediaan farmasi sebelum dipasarkan ke masyarakat. Kajian-kajian
dalam bidang ilmu farmakologi terus mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya.
d. Bidang ilmu farmasetika dan teknologi farmasi
Bidang ini berfokus pada cara penyediaan obat, seni peracikan
obat, dan pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga
siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi
ilmu dan teknologi pembuatan obat dan sediaan farmasi lainnya,
terutama menyangkut teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi
dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja serta
pemeliharaan alat-alat teknologi produksi dan penunjang sesuai
ketentuan cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
Kelompok bidang ilmu farmasetika dan teknologi Farmasi
memiliki ilmu-ilmu dasar seperti ilmu-ilmu dasar yang diperlukan
pada bidang ilmu biologi farmasi, kimia farmasi terutama pada
penekanan sifat fisikokimia bahan baku hingga sediaan jadi untuk
sediaan farmasi meliputi kimia, biokimia, biologi, matematika,
statistik, fisika, ilmu kedokteran, dan ilmu teknik.
Bidang Ilmu farmasetika dan teknologi Farmasi memiliki
cabang-cabang ilmu yang terdiri dari biofarmasi, farmasetika, dan
teknologi farmasi. Masing-masing cabang dari ilmu farmasetika dan
teknologi Farmasi berfokus pada pembuatan dan pengembangan
sediaan farmasi dari bahan-bahan farmasi yang diperoleh secara
biologi maupun secara kimia, bahkan pengembangan sediaan farmasi
yang dikembangkan dari bahan yang diperoleh secara fisika terutama
terkait dengan alat kesehatan.
Aspek kajian bidang Ilmu farmasetika dan teknologi farmasi
1) Aspek Ontologi
Tujuan utama dari bidang ilmu farmasetika dan teknologi
Farmasi adalah untuk mengembangkan sediaan farmasi dan
sistem penghantaran obat, menggunakan dan melibatkan
berbagai disiplin ilmu seperti kimia, teknik kimia, biologi,
statistik, ekonomi dan pemasaran untuk mengembangkan obat
yang dapat mengobati, menyembuhkan dan mencegah penyakit.
Bidang ilmu farmasetika dan teknologi Farmasi berfokus
pada penemuan dan pengembangan sediaan farmasi yang dalam
eksperimen-eksperimennya melibatkan tiga cabang ilmu meliputi
biofarmasi, farmasetika dan teknologi Farmasi.
Biofarmasi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
pengaruh pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek
terapeutik sediaan farmasi terutama fisikokimia, sistem
penghantaran, sistem pelepasan, drug-drug interaction,
inkompatibilitas, bioavailabilitas dan bioekivalensi.
Farmasetika merupakan cabang ilmu yang fokus
mempelajari cara penyediaan obat meliputi pengumpulan,
pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan baku obat-
obatan, seni meracik obat, pembuatan atau formulasi sediaan
farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan (mulai
dalam bentuk sediaan padat, semi padat atau semi cair, sediaan
cair dan sediaan lain), dan perkembangan ilmu dan teknologi
pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan
diberikan kepada pasien.
Teknologi Farmasi merupakan cabang yang berfokus
dalam mempelajari teknik dan prosedur pembuatan sediaan
farmasi baik dalam skala pilot maupun skala industri termasuk
prinsip kerja serta perawatan atau pemeliharaan alat-alat produksi
dan penunjang sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah atau regulasi dalam hal ini adalah CPOB, CPOTB,
GMP, dan lain-lain.
2) Aspek Epistemologi
Bidang ilmu farmasetika dan teknologi farmasi (terutama
ilmu resep dan ramuan-ramuan) telah ada sejak zaman kuno dan
tidak ada catatan sejarah kapan manusia pertama mulai
mencampur zat dan menyusun formula untuk diproduksi
terutama sediaan yang memberikan efek terapi, tetapi diketahui
bahwa peracikan sediaan obat baik dari sumber hewan,
tumbuhan, dan mineral atau yang lebih dikenal Materia Medica
telah dipraktekkan berbagai peradaban. Jadi secara epistemologi
telah membuktikan bahwa bidang ilmu farmasetika dan teknologi
farmasi terdefinisikan yang dibuktikan dalam berbagai
eksperimen-eksperimen yang telah dilaporkan melalui publikasi
dan teks.
3) Aspek Aksiologi
Bidang ilmu farmasetika dan teknologi farmasi berperan
penting dalam menyediakan sediaan sediaan farmasi yang
memiliki khasiat dengan penggunaan yang tepat, bentuk bentuk
sediaan farmasi khususnya obat-obatan yang sangat bermanfaat
dalam pengobatan melalui bentuk sediaan dalam bentuk kapsul,
tablet, tablet salut, salep, krim, injeksi, aerosol, sirup, emulsi,
suppositoria, hingga sediaan dalam bentuk nanoteknologi yang
bertujuan demi kenyamanan pada saat digunakan dan stabil
bahan aktifnya.
Selain itu, bidang ilmu farmasetika dan teknologi
bermanfaat dalam menjamin mutu, khasiat dan keamanan sediaan
yang diproduksi dalam skala besar untuk digunakan dalam
pengobatan termasuk prinsip kerja serta perawatan atau
pemeliharaan alat-alat produksi dan penunjangnya sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau regulasi,
dan yang lebih penting produk-produk yang dihasilkan dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang memerlukannya.
2. Farmasi klinik dan komunitas
Bidang ilmu ini mempelajari dan menekankan fungsi farmasis untuk
memberikan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) kepada pasien,
yang bertujuan untuk meningkatkan output pengobatan yang meliputi:
a. Memaksimalkan efek terapeutik
b. Meminimalkan resiko,
c. Meminimalkan biaya,
d. Menghormati pilihan pasien
Oleh karena itu bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas lebih
banyak berorientasi pada pelayanan kefarmasian. Hal ini sejalan dengan
paradigma baru pelayanan kefarmasian yang tidak hanya difokuskan pada
produk tetapi juga lebih berorientasi diarahkan pada pasien.
Dalam bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas selain
mempelajari ilmu farmasi sains dan teknologi juga akan mempelajari
aspek-aspek penunjang pelayanan terutama patologi, patofisiologi,
farmakokinetik klinik, farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, sosial
farmasi, ilmu komunikasi, farmasi rumah sakit, manajemen
kewirausahaan, dan lain-lain. Secara umum, seorang farmasis yang ahli
dalam bidang ini setidaknya mampu menguasai ilmu farmasetika,
farmakognosi, farmakologi dan fisiologi. Karena keempat ilmu ini
menjadi dasar dalam mempelajari dan menguasai Ilmu Farmasi klinik dan
komunitas.
Saat ini disiplin bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas semakin
dibutuhkan dengan adanya paradigma baru tentang layanan kefarmasian
yang berorientasi pada pasien. Dengan mempelajari atau menguasai
bidang ilmu ini, seorang lulusan farmasi diharapkan dapat bekerja di
rumah sakit dan komunitas yang terdiri dari apotek, Puskesmas, klinik,
Balai Pengobatan dan dimanapun terjadi peresepan atau penggunaan obat
harus memiliki kompetensi yang dapat mendukung pelayanan farmasi
klinik maupun komunitas yang berkualitas.
a. Aspek Ontologi
Bidang ilmu ini memiliki fokus dalam penerapan keahlian
Farmasi untuk membantu memaksimalkan khasiat obat dan
meminimalkan toksisitas obat pada pasien. Dalam bidang ilmu
Farmasi klinik dan komunitas memerlukan pemahaman keilmuan
yang meliputi:
1) Konsep-konsep penyakit (anatomi dan fisiologi manusia,
patofisiologi penyakit, patogenesis penyakit, dan terminologi
medis)
2) Penatalaksanaan penyakit (farmakologi, farmakoterapi, dan
produk Knowledge)
3) Teknik komunikasi dan konseling pasien
4) Pemahaman evidence-based medicine dan kemampuan
penelusuran
5) Keilmuan farmasi praktis lainnya (farmakokinetik klinik,
farmakologi, mekanisme kerja obat, farmasetika dan interaksi
obat).
Melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi
terspesialisasi dalam perawatan pasien yang memerlukan pendidikan
atau keahlian khusus dan atau pelatihan terstruktur. Dapat dirumuskan
eksistensi dan esensi bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas yaitu
memaksimalkan efek terapeutik obat, meminimalkan resiko atau
toksisitas obat, dan meminimalkan biaya obat.
b. Aspek Epistemologi
Istilah Farmasi klinik pertama kali muncul di Amerika Serikat
tahun 1960. Bidang Ilmu farmasi klinik dan komunitas muncul
berawal dari ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek pelayanan
kesehatan. Hingga pada tahun 1951 didirikan Rumah Sakit pertama di
Amerika tepatnya di Philadelphia yang memiliki seorang apoteker
bernama Jonathan Robert, Ia merupakan apoteker pertama yang
melakukan praktek sebagai Farmasi klinik (Farmasi Rumah Sakit
secara umum).
Seiring dengan semakin berkembang pesatnya jumlah dan jenis
obat, semakin meningkat pula permasalahan yang timbul terkait
penggunaan obat yaitu munculnya masalah kesehatan akibat efek
samping obat, interaksi antar obat, interaksi obat dan makanan,
teratogenesis, dan lain-lain. Selain itu, biaya kesehatan semakin
meningkat akibat penggunaan teknologi canggih di bidang kesehatan
yang sangat mahal, meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan
secara cara kualitatif maupun kuantitatif, disertai dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat untuk pelayanan medis dan
farmasi yang bermutu tinggi. Melihat perkembangan Kondisi tersebut
mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap tenaga profesional
yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai pengobatan yang
tidak lain adalah farmasis atau apoteker. Hal inilah yang akhirnya
memunculkan istilah pelayanan Farmasi klinik.
Sejak tahun 1970an yang diiringi dengan perkembangan
teknologi dan revolusi industri maka mulai terjadi pergeseran
paradigma yang semula pelayanan farmasi berorientasi pada produk
beralih ke pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien, terutama
ditekankan pada kemampuan memberikan pelayanan pengobatan
rasional. Namun untuk Membuktikan kebenaran terutama dalam hal
pemberian pelayanan pengobatan secara rasional tidak sedikit
penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan menjadi sebuah
keahlian bagi seorang farmasis dalam bidang ini, terutama kajian
Drug Related Problem (DRPs), kajian tentang konseling dan KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi), kajian monitoring efek samping
obat, kajian tentang outcome research dan Drug Use Evaluation
(DUE), kajian pencampuran obat suntik secara aseptis, dan
menganalisis efektivitas biaya.
Pengelompokan bidang Ilmu Farmasi klinik dan komunitas
didasarkan pada penemuan-penemuan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan pengobatan yang rasional.
c. Aspek Aksiologi
Dalam sistem pelayanan kesehatan pada konteks farmasi klinik
dan komunitas, seorang farmasis harus memiliki kemampuan dalam
hal: menjalani relasi yang baik antar tenaga kesehatan, menjamin
penerapan pengobatan berbasis bukti, perbaikan perawatan pasien
dengan pelayanan yang standar dan konsisten, mempromosikan
praktek dengan biaya yang efektif, memperluas kualitas peresapan,
menjamin keamanan pemberian obat, memperbaiki khasiat dan
meminimalkan toksisitas terapi obat, dan meningkatkan kepuasan
kerja.
Dengan kemampuan di atas bidang Ilmu Farmasi klinik dan
komunitas sangat berperan terutama dalam menjamin dan
memberikan perlindungan kepada pasien. dengan mempelajari atau
menguasai bidang ilmu ini maka seorang lulusan farmasi diharapkan
dapat bekerja di rumah sakit dan komunitas yang terdiri dari apotek,
Puskesmas, klinik, Balai Pengobatan obat yang dapat mendukung
pelayanan Farmasi klinik maupun komunitas yang berkualitas.
3. Farmasi sosial
Konteks sosial dari pelayanan kesehatan kini diajarkan lebih luas
dalam berbagai bidang, seperti keperawatan, kedokteran, kedokteran gigi,
dan kebidanan. Sebagai apoteker menjadi lebih terintegrasi ke dalam tim
pelayanan kesehatan, itu akan menjadi lebih penting bahwa mereka
berbagi dengan tenaga kesehatan lainnya terkait apresiasi aspek sosial dari
kesehatan dan penyakit. Hal ini telah menyebabkan evolusi dalam bidang
farmasi dengan subjek yang lebih luas dan dikenal sebagai Farmasi sosial.
Dalam dekade terakhir terjadi peningkatan perubahan apoteker,
misalnya dalam kegiatan pelayanan primer, peracikan dan formulasi obat
menjadi tidak penting lagi karena ketersediaan produk obat yang
diproduksi massal oleh industri farmasi. selanjutnya, penerapan peran
farmasis dalam hal pasien oriented seperti konseling, Informasi, dan
edukasi (KIE), pelayanan swamedikasi dan lain-lain untuk menjamin
bahwa lebih banyak waktu harus didedikasikan untuk pasien dan bukan
lagi produk. dalam konteks ini, pemahaman yang baik tentang perilaku
dan psikologi pasien menjadi sangat penting.
Untuk mencapai tujuan pelayanan kefarmasian seperti gambar 7.2,
pengetahuan yang diperoleh dari Farmasi sosial sangat penting untuk
mengikat bersama nama dari berbagai macam potongan pengetahuan yang
diajarkan dalam pendidikan farmasi, yang meliputi:
a. Fundamental sciences meliputi ilmu-ilmu dasar seperti kimia,
farmakologi, fisiologi, dan lain-lain
b. Clinical science seperti Farmasi klinik dan komunitas
c. Sosial sains seperti ilmu komunikasi, ilmu sosial dan politik, ilmu
budaya, ilmu hukum, ilmu ekonomi dan lain-lain.
Gambar 7.2 Munculnya Ilmu Farmasi sosial
Pelayanan farmasi dan farmasi sosial merupakan dua wilayah
kontemporer penting dalam bidang Ilmu farmasi. Seperti halnya dengan
ilmu-ilmu farmasi lainnya, bidang Ilmu Farmasi sosial telah semakin
menjadi multidisiplin, menggabungkan ilmu Alam dan ilmu sosial dan
humaniora untuk mempelajari peran-peran obat, pasien, dan apoteker
dalam sektor pelayanan kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
Farmasi sosial secara umum merupakan suatu disiplin ilmu
kefarmasian yang berkembang dengan dukungan disiplin ilmu lainnya
yang terkait dengan menguji, meneliti, memahami, dan mengingat
persoalan-persoalan yang timbul dalam pengabdian profesi farmasi.
Tujuan ilmu tersebut adalah pemahaman dan penjelasan menyeluruh
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan farmasi atau sedang
dihadapi oleh farmasi.
Farmasi sosial juga merupakan cabang ilmu kefarmasian yang
bergerak atau berkembang di atas landasan teori serta metodologi ilmu
sosial dan perilaku untuk mengungkap masalah-masalah pelayanan
farmasi. Dalam hal ini disiplin ilmu yang terkait yakni politik, komunikasi,
psikologi, sosiologi, pendidikan, pelayanan farmasi, ekonomi,
manajemen, sejarah dan antropologi. Farmasi klinik dan komunitas
berfungsi sebagai jembatan antar tumpang-tindih dengan menghubungkan
ilmu fundamental sains dan farmasi sosial. Farmasi sosial memiliki
hubungan yang kuat dengan Pharmacy Practice.
Aspek-aspek kajian bidang Ilmu Farmasi sosial
a. Aspek Ontologi
Farmasi sosial lahir karena adanya perubahan konsep pola
penyakit dan penatalaksanaannya ke pola hidup sehat dan promosi
kesehatan. Dengan perubahan konsep tersebut, salah satu bidang Ilmu
Farmasi yakni Farmasi sosial mau tidak mau harus bergeser terutama
dari konsep biopatologi ke sosiopsikologi, dan konsep dispensing and
compounding menuju ke bentuk hubungan client-counsellor yang
berarti Farmasi berfungsi sebagai konsultan obat.
Dalam melakukan kajian dalam bidang Ilmu Farmasi sosial,
Selain melibatkan bidang Ilmu Farmasi lainnya, juga melibatkan
berbagai disiplin ilmu seperti politik, komunikasi, psikologi sosiologi,
pendidikan, pelayanan farmasi, ekonomi, manajemen, sejarah, dan
antropologi. Dengan mempelajari bidang Ilmu Farmasi sosial, dapat
memberikan lebih banyak kesempatan kepada apoteker untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi, berpikir kritis, problem
solving, dan penalaran analitis dan etika dalam penguasaan tentang
obat, kemampuan komunikasi, farmakoepidemiologi, farmako-
budaya, farmako-politik, farmako-sosiologi, farmakoekonomi, dan
Farmako-Informatik.
Topik yang relevan dalam Farmasi sosial terdiri dari semua
faktor-faktor sosial yang mempengaruhi penggunaan obat-obatan,
seperti obat-obat dan kesehatan terkait keyakinan, sikap, aturan,
hubungan, dan proses. Salah satu bidang umum fokus penelitian
membahas aspek-aspek sosial dari obat itu sendiri termasuk penelitian
dan pengembangan obat, produk obat, distribusi obat, obat resep,
informasi obat dan pengawasan obat.
b. Aspek epistemologi
Pengayaan kurikulum pendidikan farmasi terdapat fakta bahwa
pengetahuan pengetahuan dasar farmasi (sains dan teknologi)
dirasakan tidak lagi cukup mendukung orientasi apoteker yang telah
mengarah pada pasien atau patien oriented. Farmasi sosial tidak
berkembang seperti perkembangan ilmu Farmasi sains dan teknologi.
Bahkan kajian-kajian tentang farmasi sosial tidak tercatat dan
terpublikasi dengan baik, dan profesi farmasi lebih banyak berfokus
pada penemuan penemuan obat baru. Namun, setelah Revolusi
industri, peran farmasi yang berorientasi pada produk farmasi
semakin berkurang dan bergeser pada patien oriented. Peran baru ini
ini menyebabkan apoteker akan berada pada lingkungan praktek baru
yang berfokus pada interaksi dengan pasien dan tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, Apoteker harus dilengkapi dengan kompetensi yang
terkait yang dapat meningkatkan tugas dan fungsi apoteker dalam
lingkungan sosial. Dengan kondisi ini maka para sosial dimunculkan,
meskipun sebenarnya Farmasi sosial telah ada sebelum Farmasi
terpisah dengan kedokteran.
Penelitian-penelitian farmasi sosial terkait dengan bidang yang
sangat luas terutama penelitian pelayanan kesehatan. Keterkaitan ini
menekankan bahwa farmasi sosial merupakan bidang terapan
penelitian yang berkaitan dengan pemahaman dan peningkatan
praktek farmasi dan penggunaan obat-obatan. Hal ini menjadi lebih
penting karena pelayanan farmasi harus didasarkan bukti dan harus
menggunakan pelayanan terbaik. Untuk mencapai hasil yang
optimum dalam pelayanan Farmasi terutama penatalaksanaan asuhan
kefarmasian, apotek harus memiliki pemahaman mengenai aspek
psikologi dan perilaku dari pasien dan tenaga profesional kesehatan
lainnya. Kedua aspek inilah yang menjadi konsep dasar dari Ilmu
Farmasi sosial tanpa meninggalkan pengetahuan Ilmu Farmasi sains
dan teknologi.
c. Aspek Aksiologi
Ilmu Farmasi sosial mempunyai tantangan tersendiri, karena
selain harus menguasai ilmu sains farmasi juga harus mampu
menguasai ilmu-ilmu sosial terutama ilmu komunikasi dan perilaku.
Seorang farmasis harus mampu menyampaikan dan menerjemahkan
bahasa bahasa ilmiah dalam ilmu sains farmasi kedalam bahasa awam
agar mudah dimengerti oleh pasien atau orang awam. Selain itu,
Farmasi tidak hanya berkiprah pada bidang pekerjaan farmasi seperti
peneliti, klinik, komunitas, distribusi, dan produksi. Akan tetapi
Farmasi diharapkan dapat memberikan kontribusi seperti
pengambilan kebijakan, pemerintahan, farmako politik, farmako
budaya, farmakoekonomi, dan lain-lain dengan tujuan untuk
kesejahteraan kesehatan masyarakat.

E. Sinergisme dalam perkembangan kelompok bidang ilmu farmasi


Ketiga kelompok keilmuan yang ada dalam lingkup Ilmu Farmasi seperti
yang telah dijelaskan di atas meliputi (1) Ilmu Farmasi sains dan teknologi
yang telah berkembang menjadi beberapa ilmu antara lain: biologi farmasi,
kimia farmasi, farmakologi, dan farmasetika dan teknologi farmasi; (2)
Farmasi klinik dan komunitas; dan (3) Farmasi sosial. Kesemuanya terus
mengalami perkembangan yang tidak terbatas sepanjang masih tetap berfokus
pada keempat fokus kajian ilmu farmasi.
Ditinjau dari aspek kajian secara filosofis, Farmasi merupakan ilmu
terapan yang tersusun atas ilmu ilmu sains atau pengetahuan alam yang
terangkai secara sistematis membentuk fondasi Ilmu farmasi atau basic
pharmaceutical science dan tertancap secara kokoh untuk menopang ilmu
lainnya seperti ilmu sains klinik merupakan tiang-tiang yang memperkokoh
karakter kefarmasian, dan ilmu sosial dan ilmu humaniora merupakan ilmu-
ilmu pendukung terkait yang berfungsi sebagai atap untuk menyempurnakan
dan melindungi karakter kefarmasian sebagai sebuah ilmu dan profesi dengan
misinya yakni meningkatkan Kesehatan Global dengan menemukan,
mengembangkan, dan memproduksi obat-obatan berkualitas yang aman, tepat,
efektif, terjangkau, hemat biaya, dan mendistribusikan secara luas sediaan
farmasi ke seluruh dunia untuk dapat digunakan dalam upaya mencegah,
mengobati, mendiagnosa, dan memulihkan kesehatan manusia.
Ditinjau dari aspek historis, Farmasi berada di antara ilmu kedokteran
dan ilmu kimia, dan tidak condong ke salah satu ilmu tersebut. Oleh karena itu,
karakter ilmu kefarmasian harus tetap kokoh dan diperjelas dengan cara
menjaga keseimbangan antar ilmu kefarmasian. Sehingga perkembangan
kelompok Ilmu farmasi dapat berkembang dan bersinergi. Karena jika tidak,
maka Ilmu Farmasi akan bergeser ke ilmu lainnya yang menyebabkan karakter
kefarmasian menjadi tidak sempurna atau semakin pudar.
Pendidikan tinggi dalam hal ini lembaga atau institusi pendidikan
Farmasi sebagai pusat pengembangan keilmuan dan menghasilkan lulusan
farmasi yang memiliki kompetensi yang berbasis keempat fokus kajian ilmu
farmasi. Riset-riset dan pengembangan kurikulum harus menjaga
keseimbangan ketiga kelompok keilmuan tersebut agar tetap terjaga dari
keseimbangan pengembangan kelompok keilmuan. Pengembangan riset dan
keilmuan pada lembaga atau institusi pendidikan farmasi, berdasarkan
keempat fokus kajian ilmu farmasi dan tidak berdasarkan keegoisan individu
di dalamnya yang hanya menganggap bahwa hanya bidang Ilmu yang
ditekuninya dianggap terbaik dan paling penting untuk dikembangkan.
Sehingga terjadi dikotomi antara kelompok keilmuan yang menyebabkan riset-
riset dan lulusan farmasi yang dihasilkan terkotak-kotak dan tidak terfokus
pada keempat fokus kajian ilmu farmasi.

F. Referensi
Ahmad Islamudin. 2017. Pengantar Ilmu Farmasi (dalam Tinjauan Filsafat
dan Historis). Penerbit: deepublish. Yogyakarta.
As-Sirjani R. 2012. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Penerbit
Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
Distelzweig P, Goldberg B, & Regland ER. 2016. History, Phylosophy, and
Theory of Life Sciences: Early Modern Medicine and Natural Philosophy.
Springer. Dordrecht. Heidelberg. New York. London.
Flannery MA. 1984. Civil War Pharmacy: A History of Drugs, Drug Supply
and Provision, and Therapeutics for the Union and Confederacy.
Pharmaceutical Products Press. New York. London. Oxford.
Griggs B.1981. Green Pharmacy. A History of Herbal Medicine. Normann &
Hobhouse. London
Griffenhagen GB. 2002. Great Moment in Pharmacy: Development of the
Robert Thom Series Depicting Pharmacy’s History. Journal of the
American Pharmaceutical Association. Vol. 52 (2). 170-182
Hayun. 2015. Materi Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan. Program Doktor Ilmu
Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Razak DA. 2009. Perkembangan Sejarah Awal Farmasi Pengaruh Arab dan
Islam. Pusat Racun Negara. USM. Malaysia.
Razak DA. 2010. Perkembangan Farmasi di Eropa dan Barat. Pusat Racun
Negara. USM. Malaysia.
Sudjawadi R. 2001. Farmasi, Farmasis dan Farmasi Sosial. Majalah Farmasi
Indonesia. Volume 12. Hal. 128-Nomor 3.134
Suriasumantri JS. 2015. Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Karangan
tentang Hakikat Ilmu. Penerbit: yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai